Sie sind auf Seite 1von 12

As-Syifaa Vol 06 (01) : Hal.

61-72, Juli 2014


ISSN : 2085-4714

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA TERHADAP PASIEN PNEUMONIA


KOMUNITI DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

Dwi Anggara Putri Usman, Hendra Herman, Andi Emelda

Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia


Email : noncee2307@gmail.com.

ABSTRACT

Pneumonia is an infectious disease that causes acute inflammation of the


lung parenchyma. The purpose of this study was to compare the use of antibiotics
and the appropriateness of antibiotics use in between Community acquired
pneumonia patients include accuracy, appropriateness and administration duration
of antibiotics compared with governance of community aquired pneumonia
treatment Infectious Diseases Society Of America (IDSA) and World Health
Organization (WHO). This study was retrospective descriptive survey with sampling
technique that was purposive sampling. The results showed that the type of antibiotic
used was ampicillin, ceftriaxone, ciprofloxacin, Cefepime, pentohydrate ceftazidime,
cefotaxime, Cefadroxil, cefditoren pivoxil, azitromicin, meropenem, gentamicin and
levofloxacin. The accuracy of antibiotics to community Ibnu Sina hospital based
management of IDSA and the WHO as many as 31(62.0%) patients who appropriate
and 18(36.0%) patients inappropriately. The accuracy of dose antibiotics in
community acquired pneumonia patients Ibnu Sina hospital based management of
IDSA and the WHO as many as 31 (62.0%) patients who appropriate and 18(36.0%)
patients inappropriately. The duration of antibiotics in community acquired
pneumonia patients Ibnu Sina hospital based management of IDSA and the WHO as
many as 29 (58.0%) patients who appropriate and 20 (40.0%) patients
inappropriately

Key Word : Evaluation, Antibiotics, Pneumonia, Ibnu Sina Hospital

PENDAHULUAN sebanyak 2%, malaria 8% dan campak


Menurut World Health 1%.
Organization/WHO (2010) pneumonia Pneumonia perlu mendapat
merupakan salah satu penyebab perhatian, demikian pula dengan
kematian di seluruh dunia. Setiap penggunaan antibiotika untuk
tahun pneumonia membunuh sekitar pengobatannya karena beberapa
1,6 juta anak balita atau sekitar 14% penelitian menunjukkan bahwa
dari seluruh kematian balita di seluruh antibiotik sering diberikan pada pasien.
dunia. Angka ini lebih tinggi dibanding Pemilihan dan penggunaan terapi
dari kematian akibat HIV/AIDS antibiotika yang tepat dan rasional

61
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Terhadap Pasien Pneumonia Komuniti Di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar

akan menentukan keberhasilan ini dilakukan penelitian untuk


pengobatan untuk menghindari mengevaluasi penggunaan antibiotik
terjadinya resistensi bakteri. pada pasien pneumonia komunitas di
Pemberian antibiotik yang tidak rawat inap Rumah Sakit Ibnu Sina
memenuhi dosis regimen dapat Makassar.
meningkatkan resistensi antibiotik. Jika
METODE PENELITIAN
resistensi antibiotik tidak terdeteksi
Metode Kerja
dan tetap bersifat patogen maka akan
Penelitian ini dilakukan secara
terjadi penyakit yang merupakan
deskriptif pada pasien dengan
ulangan dan menjadi sulit
diagnosis pneumonia komuniti yang
disembuhkan (Ambarwati, 2011).
menjalani rawat inap di RS. Ibnu Sina
Tingginya angka resistensi
Makassar selama bulan Januari
terhadap antibiotik dari tahun ke tahun
sampai Desember 2013 dengan
menimbulkan kekhawatiran global
penelusuran secara retrospektif dan
akan penyakit-penyakit infeksi yang
dibandingkan dengan tata laksana
mematikan. Salah satu penyebab
pengobatan pneumonia komuniti
resistensi antibiotik adalah cara
Infectious Diseases Society of America
pemberian dan penggunaan obat yang
dan World Health Organization.
irrasional ini dapat berakibat
Prosedur Kerja
berkurangnya manfaat obat bahkan
Tahap persiapan
manfaatnya hilang, serta kemungkinan
Proses persiapan yang
beresiko munculnya efek samping dan
dilakukan sebelum pengambilan data
peningkatan biaya obat. Oleh karena
adalah :
itu pemberian antibiotik sebaiknya
a. Pembuatan proposal
sesuai dengan indikasi. Selain itu
b. Pengurusan surat perijinan untuk
penggunaan antibiotik terutama pada
melakukan pengambilan data
anak-anak dan bayi juga harus
Tahap pengambilan data
mempertimbangkan efek samping
Proses penelusuran data
pada sistem tubuh dan fungsi organ
dimulai dari observasi (mendata
yang masih belum berkembang
jumlah rekam medis pasien yang
sempurna (Ambarwati, 2011).
menderita pneumonia komuniti di
Pemberian antibiotik yang tidak
ruang rekam medis RS. Ibnu Sina
rasional akan mengakibatkan
Makassar. Lalu dilakukan pengambilan
resistensi antibiotik. Berdasarkan hal
62
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Terhadap Pasien Pneumonia Komuniti Di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar

data dengan langkah- langkah sebagai pengobatan pneumonia komuniti


berikut: Infectious Diseases Society of America
a. Diambil data dari rekam medis dan World Health Organization.
pada pasien menderita pneumonia Analisis Data
komuniti selama bulan Januari Evaluasi ketepatan penggunaan
sampai Desember 2013. obat antibiotik dilakukan secara teoritis
b. Dari rekam medis pasien berdasarkan studi literatur. Analisis
didapatkan data nama, jenis data menggunakan metode deskriptif
kelamin, umur jenis obat yang yang menggambarkan penggunaan
digunakan, dosis dan lama antibiotik dan uji t.test digunakan untuk
pemberian obat. membandingkan penggunaan
Tahap pengolahan data antibiotik di RS. Ibnu Sina Makassar
Data yang diperoleh dari tahap dengan tata laksana pengobatan
sebelumnya dianalisis secara statistik, pneumonia komuniti Infectious
dengan cara membandingkan data Diseases Society of America dan
hasil analisis dengan tata laksana World Health Organization.
HASIL PENELITIAN
1. Distribusi pasien berdasarkan kategori pasien.
Pasien pneumonia komuniti dengan penggunaan antibiotika di RS. Ibnu
Sina Makassar berdasarkan kategori pasien dapat dilihat pada tabel 1 sebagai
berikut :
Tabel 1. Kategori pasien pneumonia komuniti

No Kriteria Jumlah (%) Rata-Rata (SD)


1 Jumlah Pasien 49 (98)
Jenis Kelamin 1.42(.499)
2 Jumlah Pasien Laki-laki 29 (58.0 )
Jumlah Pasien Perempuan 20 (40.0)
3 Suhu (oC) pada MRS 49 (98.0) 37.392(1.0801)
Usia 3.31 (1.917)
0 Bulan-5 Tahun 17 (34.0)
6 Tahun-11 Tahun 2 (4.0)
4 12 Tahun-17 Tahun 2 (4.0)
18 Tahun-40 Tahun 12 (24.0)
41 Tahun-65 Tahun 9 (18.0)
Lebih dari 65 Tahun 7 (14.0)
Lama Rawat Inap 1.35 (.631)
5
2 Hari-7 Hari 35 (70.0)

63
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Terhadap Pasien Pneumonia Komuniti Di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar

8 Hari-10 Hari 12 (24.0)


11 Hari-13 Hari 1 (2.0)
14 Hari-18 Hari 1 (2.0)
Derajat celcius (oC)
Masuk Rumah Sakit (MRS)
Standard deviation (SD)
2. Penggunaan Obat Berdasarkan Ketepatan Jenis Antibiotika
Jenis antibiotik tunggal pasien pneumonia komuniti yang digunakan di
RS. Ibnu Sina Makassar dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2. Jenis antibiotik tunggal pasien pneumonia komuniti

No Antibiotik Jumlah (%)


1 Azitromicin 1 (2,9)
2 Cefixime 5 (14.7)
3 Cefotaxime 2 (5,9)
4 Ceftriaxone 15 (44,1)
5 Cefadroxil 2 (5,9)
6 Ceftazidime pentohidrate 3 (8,8)
7 Cefditoren pivoxil 1 (2,9)
8 Meropenem 1 (2,9)
9 Levofloxacin 2 (5,9)
10 Ciprofloxacin 2 (5.9)

Jenis antibiotik kombinasi pasien pneumonia komuniti yang digunakan di


RS. Ibnu Sina Makassar dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3. Jenis antibiotik kombinasi pasien pneumonia komuniti

No Antibiotik Jumlah (%)


1 Cefixime dan levofloxacin 1 (4,8)
2 Cefotaxime dan gentamisin 12 (57.1)
3 Ampisilin dan gentamisin 3 (14.3)
4 Azitromicin dan ceftazidime 2 (9,5)
5 Ceftriaxone dan cefepime 1 (4,8)
6 Ceftazidime dan levofloxacin 1 (4,8)
7 Cefadroxil dan ceftriaxone 1 (4,8)

Pasien pneumonia komuniti dengan penggunaan antibiotika di RS. Ibnu


Sina Makassar berdasarkan ketepatan jenis antibiotika dapat dilihat pada tabel 4
sebagai berikut :
Tabel 4. Ketepatan jenis antibiotika terhadap pasien pneumonia komuniti
No Pasien Kriteria Jumlah (%)
1 Pasien Pneumonia komuniti Tepat 31 (62.0)
Tidak Tepat 18 (38.0)
Total : 49 (98)

64
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Terhadap Pasien Pneumonia Komuniti Di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar

3. Penggunaan Obat Berdasarkan Ketepatan Dosis Antibiotika.


Pasien pneumonia komuniti dengan penggunaan antibiotika di RS. Ibnu
Sina Makassar berdasarkan Ketepatan dosis antibiotika dapat dilihat pada tabel
5 sebagai berikut :
Tabel 5. Ketepatan dosis antibiotika terhadap pasien pneumonia komuniti
No Pasien Kriteria Jumlah (%)
1 Pasien Pneumonia komuniti Tepat 31 (62.0)
Tidak Tepat 18 (38.0)
Total : 49 (98)

4. Penggunaan Obat Berdasarkan Lama Pemberian Antibiotika.


Pasien pneumonia komuniti dengan penggunaan antibiotika di RS. Ibnu
Sina Makassar berdasarkan lama pemberian antibiotika dapat dilihat pada tabel
6 sebagai berikut :
Tabel 6. Lama pemberian antibiotika terhadap pasien pneumonia komuniti
No Pasien Kriteria Jumlah (%)
1 Pasien Pneumonia komuniti Tepat 29 (58.0)
Tidak Tepat 20 (40.0)
Total : 49 (98)
PEMBAHASAN selanjutnya, hanya sebanyak 50
Penelitian ini adalah penelitian pasien yang dirawat inap di RS. Ibnu
survei (non eksperimental) dengan Sina Makassar dengan diagnosa
metode deskriptif secara retrospektif pneumonia komuniti yang termasuk
terhadap evaluasi penggunaan kriteria inklusi namun hanya 49 pasien
antibiotika pada pasien pneumonia yang digunakan karena satu pasien di
komuniti di RS. Ibnu Sina Makassar ekslusi karena data rekam medik
periode Januari sampai Desember pasien tersebut tidak lengkap.
2013. Pengambilan sampel Penelitian yang telah dilakukan
menggunakan metode purposive dengan menggunakan 49 pasien yang
karena teknik pengambilan sampel akan diamati untuk tiga parameter
secara sengaja dan sesuai dengan yaitu ketepatan jenis antibiotik,
kriteria inklusi. Dari hasil penelitian ketepatan dosis antibiotik dan lama
yang dilakukan, diperoleh data-data pemberian antibiotik berdasarkan tata
yang mendukung pola penggunaan laksana pneumonia komuniti oleh
antibiotika pada pasien pneumonia Infectious Diseases Society of America
komuniti. Pada pengolahan data dan World Health Organization.

65
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Terhadap Pasien Pneumonia Komuniti Di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar

Pasien penderita pneumonia Pada kriteria pasien berdasarkan umur


komuniti rawat inap di RS. Ibnu Sina dibagi menjadi dua yaitu anak dan
Makassar terdapat 49 pasien yang dewasa. Dari data yang diperoleh dari
terdiri dari pasien laki-laki dan pasien pneumonia komuniti di RS.
perempuan. Evaluasi karakteristik Ibnu Sina Makassar yaitu pada umur
pasien berdasarkan jenis kelamin 0-5 tahun sebanyak 17 pasien
dilakukan untuk mengetahui pengaruh (34.0%), umur 6 tahun–11 tahun
jenis kelamin pada pasien pneumonia sebanyak 2 pasien (4.0%), umur 12
komuniti dirawat inap RS. Ibnu Sina tahun-17 tahun sebanyak 2 pasien
Makassar. Pada distribusi frekuensi (4.0%), umur 18 tahun-40 tahun
penderita pneumonia komuniti sebanyak 12 pasien (24.0%), umur 41
berdasarkan jenis kelamin jumlahnya tahun-65 tahun sebanyak 9 (18.0%)
tidak sama dari keseluruhan pasien dan umur lebih dari 65 tahun sebanyak
yaitu 49 pasien, pasien laki-laki 29 8 pasien (16.0%). Pada pasien
(58.0%) jumlahnya lebih banyak pneumonia komuniti kriteria yang
daripada pasien perempuan 20 paling banyak yaitu balita umur lebih 0
(40.0%). Hal ini disebabkan karena tahun-5 tahun. Hal ini disebabkan
secara biologis sistem pertahanan karena beberapa faktor yaitu gizi
tubuh laki-laki berbeda dengan kurang, berat badan lahir rendah, tidak
perempuan dan pneumonia komuniti mendapatkan air susu ibu dan
juga disebabkan karena laki-laki lebih imunisasi yang memadai
sering beraktivitas diluar rumah dan menyebabkan daya tahan tubuh
lebih cenderung mengkonsumsi rokok, terhadap penyakit infeksi menjadi
karena asap rokok mempunyai banyak kurang sehingga anak mudah terkena
zat kimia yang memicu terjadinya pneumonia komuniti dan juga karena
infeksi saluran pernapasan (Nugroho, kekebalan anak pada umur ini sangat
2011). rentan terhadap penyakit sehingga
Umur pasien digunakan mudah terserang virus dan bakteri.
sebagai batasan dalam mengetahui Pada umur dewasa 18 tahun-40 tahun
banyaknya pasien penderita disebabkan karena orang dewasa
pneumonia komuniti dan pemberian yang rentan atau mudah terkena
dosis yang tepat pada pasien, pneumonia komuniti salah satunya
sehingga antibiotik yang diberikan disebabkan oleh konsumsi rokok.
dapat memberikan efek yang optimal. Kebiasaan merokok mengubah bentuk
66
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Terhadap Pasien Pneumonia Komuniti Di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar

jaringan saluran napas dan fungsi pneumonia komuniti ialah


pembersih menghilang, saluran rekomendasi pertama terapi tunggal
membengkak dan menyempit flurokuinolon dan terapi kombinasi
(Nugroho, 2011). Pada umur 41-65 beta laktam (beta laktam meliputi
tahun dan lebih dari 65 tahun cefotaxime, ceftriaxone dan ampisilin)
disebabkan karena semakin tua umur dan makrolida.
pasien, maka ketahanan tubuh pada Antibiotik mempunyai aktifitas
penyakit akan semakin rendah spektrum sempit dan luas. Antibiotik
sehingga mudah terjangkit virus dan spektrum yang luas aktif terhadap
bakteri. banyak spesies bakteri sedangkan
Pneumonia merupakan antibiotik spektrum sempit hanya aktif
penyakit infeksi yang menyebabkan terhadap satu atau beberapa bakteri.
peradangan atau inflamasi parenkim Antibiotik spektrum sempit seperti
paru yang biasanya berhubungan penisilin-G, eritromisin dan klindamisin
dengan pengisian cairan pada alveoli hanya bekerja terhadap bakteri gram
yang sebagian besar disebabkan oleh positif sedangkan streptomisin,
bakteri. Pengobatan pneumonia gentamisin dan asam nalidiksat
meggunakan antibiotik. Antibiotik yang khusus aktif terhadap bakteri gram
digunakan pada pasien pneumonia negatif. Antibiotik spektrum luas
komuniti dirawat inap RS. Ibnu Sina seperti sulfonamida, ampisilin dan
Makassar yaitu ampisilin, ceftriaxone, sefalosporin bekerja terhadap lebih
ciprofloxacin, cefepime, ceftazidime banyak bakteri gram positif maupun
pentohidrate, cefotaxime, cefadroxil, gram negatif.
cefditoren pivoxil, azitromicin, Antibiotik yang merusak dinding
meropenem, gentamisin dan sel mikroba dengan menghambat
levofloxacin. Antibiotik tersebut sintesis enzim atau inaktivasi enzim,
merupakan golongan antibiotik dari sehingga menyebabkan hilangnya
golongan sefalosporin generasi I, II, III, viabilitas dan sering menyebabkan sel
dan IV, flurokuinolon, penisillin, lisis meliputi penisilin, sepalosporin.
makrolida dan aminoglikosida. Antibiotik ini menghambat sintesis
Berdasarkan pedoman tata laksana dinding sel terutama dengan
Infectious Diseases Society of America mengganggu sintesis peptidoglikan.
pada pasien rawat inap non-ICU Ampisilin merupakan antibiotik
pengobatan antibiotik pasien golongan penisilin yang bersifat
67
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Terhadap Pasien Pneumonia Komuniti Di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar

bakterisida dan bekerja menghambat dan aminoglikosida (gentamisin)


sintesis dinding sel. Antibiotik ini sedangkan menurut World Health
digunakan untuk pengobatan Organization jenis antibiotik anak pada
pneumonia karena spektrum kerjanya pasien pneumonia komuniti ialah
yang luas. Antibiotik yang rekomendasi pertama dengan
menghambat sintesis protein sel ampisilin dan gentamisin dan
mikroba ialah golongan aminoglikosida rekomendasi kedua ialah ceftriaxone.
dan makrolida. Gentamisin merupakan Penggunaan terapi kombinasi
golongan aminoglikosida yang antibiotik cefotaxime dan gentamisin
digunakan secara luas untuk terapi dapat diberikan, penggunaan terapi
infeksi serius dan gentamisin memiliki tunggal antibiotik azitromicin dan
spektrum antibakteri yang luas. penggunaan terapi kombinasi
Antibiotik yang menghambat sintesis antibiotik cefixime dan levofloxacin dan
asam nukleat sel mikroba termasuk kombinasi ceftazidime dan levofloxacin
rifampisin dan kuinolon. Golongan dianjurkan untuk pasien pneumonia
kuinolon menghambat enzim DNA namun tidak sesuai pada pedoman
girase pada kuman. Ciprofloxacin Infectious Diseases Society of
merupakan golongan kuinolon yang America. Penggunaan antibiotik yang
aktif terhadap bakteri gram positif dan tidak sesuai atau tidak tepat dapat
gram negatif. mengakibatkan hal-hal yang dapat
Dari data yang diperoleh merugikan pasien seperti
ketepatan jenis antibiotik dibandingkan meningkatnya jumlah bakteri yang
dengan tata laksana pneumonia resisten, timbulnya peningkatan efek
komuniti oleh Infectious Diseases samping dan toksisitas antibiotik,
Society of America dan World Health terjadinya pemborosan biaya, dan
Organization, pasien dengan tidak tercapainya efek terapi dalam
pengobatan yang tepat sebanyak 31 pencegahan maupun pengobatan
pasien (62.0%), dan tidak tepat infeksi.
sebanyak 18 pasien (36%). Pada tata laksana pneumonia
Penggunaan antibiotik yang tidak tepat oleh Infectious Diseases Society of
disebabkan karena jenis antibiotik America menggunakan flurokuinolon
anak yang digunakan di RS. Ibnu Sina sebagai terapi tunggal pada pasien
Makassar ialah terapi kombinasi pneumonia komuniti namun menurut
golongan sefalosporin (cefotaxime) Kathyn dan Woodhead (2007)
68
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Terhadap Pasien Pneumonia Komuniti Di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar

merekomendasikan golongan beta pasien pneumonia komuniti diperoleh


laktam digunakan sebagai terapi pasien yang tepat sebanyak 31 pasien
tunggal pada pasien pneumonia. (62%) dan tidak tepat sebanyak 18
Terapi antibiotik dianjurkan berbeda (36%). Ketidaksesuaian dosis terapi
antara berbagai pedoman dan ini mungkin disebabkan karena
mungkin karena persepsi yang pembulatan dosis baik melebihi
berbeda tentang pentingnya infeksi maupun dibawah dosis seharusnya.
yang disebabkan oleh organisme Hal lain juga dapat menyebabkan
atipikal, perbedaan resistensi ketidaksesuaian dosis berdasarkan
antibiotik, perbedaan dalam penafsiran berat badan adalah adanya
relevansi klinis resistensi antibiotik penggelompokkan dosis berdasarkan
serta resistensi antibiotik. Resistensi umur tertentu. Ataupun dapat
Penisillin antara Streptococcus disebabkan karena perbedaan
pneumoniae dengan tingkat 9,2% di referensi yang digunakan antara
Spanyol dan 15,9% pada USB. peneliti dengan praktisi medis di RS.
Resistensi di Inggris dan Belanda jauh Ibnu Sina Makassar. Semakin tepat
lebih rendah (1,5 dan 0.5%), sehingga pemberian dosis, maka semakin cepat
mendukung penggunaan antibiotik dan tepat pula tercapainya kadar
beta laktam dan menurut Perhimpunan antibiotika pada tempat infeksi, efek
Dokter Paru Indonesia (2003), pasien terapi yang optimal dipengaruhi oleh
pneumonia rawat inap menggunakan tercapainya kadar antimikroba pada
kombinasi golongan beta laktam dan tempat infeksi.
anti betalaktamasi atau sefalosporin Pada evaluasi lama pemberian
generasi II, III atau flurokuinolon.Salah antibiotik di RS. Ibnu Sina Makassar
satu penggunaan obat antibiotik yang dibandingkan dengan Infectious
di gunakan ceftriaxone (sefalosporin Diseases Society of America diperoleh
generasi kedua) dengan dosis bayi data lama pemberian antibiotik tepat
dan anak 50-75 mg/kg sekali sehari sebanyak 29 pasien (58.0%) dan tidak
sedangkan pada dewasa 1 gr sekali tepat sebanyak 20 pasien (40.0%).
sehari selama 5-10 hari. Apabila pemakaian antibiotik kurang
Ketidaktepatan dosis dari waktu yang ditentukan akan
diklasifikasikan menjadi dua yaitu terjadi kegagalan pengobatan, adanya
dosis tinggi dan dosis rendah. Pada bakteri resisten terhadap obat
kesesuain dosis antibiotik terhadap antibiotik tersebut, bahkan dapat lebih
69
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Terhadap Pasien Pneumonia Komuniti Di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar

berbahaya lagi terjadinya efek Infectious Diseases Society of


samping obat yang merugikan America dan World Health
sehingga akan meningkatkan biaya Organization sebanyak 31 (62.0%)
yang mahal karena untuk pasien tepat dan sebanyak 18
penanggulangan dari efek pemakaian (36.0%) pasien tidak tepat.
obat yang tidak sesuai aturan. 3. Lama pemberian antibiotika pasien
Pada kategori pasien pneumonia di RS. Ibnu Sina
berdasarkan lama rawat inap dari data Makassar berdasarkan tata
yang didapatkan yaitu 2 hari–7 hari laksana pneumonia komuniti
pasien dirawat inap sebanyak 35 Infectious Diseases Society of
pasien (70.0%), 8 hari–10 hari America dan World Health
sebanyak 12 pasien (24.0%), 11 hari– Organization sebanyak 29 (58.0%)
13 hari sebanyak 1 pasien (2.0%), 14 pasien tepat dan sebanyak 20
hari–18 hari sebanyak 1 pasien (40.0%) pasien tidak tepat.
(2.0%). Dari data yang didapatkan DAFTAR PUSTAKA
maka lama rawat inap paling banyak Amin, Alsagaf & Saleh., 2003.
Pengantar Ilmu Penyakit Paru.
yaitu 2 hari-7 hari.
Surabaya: Airlangga University
KESIMPULAN Press : 35-44 .
Berdasarkan hasil penelitian
Asih Retno S, dkk. 2006. Pneumonia.
yang dilakukan maka dapat www.pediatrik.com. Diakses 3
Oktober 2013 .1-25.
disimpulkan sebagai berikut :
1. Ketepatan jenis antibiotika Ambarwati Dewi Pramitya. 2011.
Hubungan Karakteristik Anak
terhadap pasien pneumonia di RS.
dan Tingkat Pengetahuan Ibu
Ibnu Sina Makassar berdasarkan Terhadap Kejadian Pneumosnia
Pada Balita di Puskesmas
tata laksana pneumonia komuniti
Pencoran Mas.Jakarta .1-45.
Infectious Diseases Society of
Armitage, K and Woodhead, M. 2007.
America dan World Health
New Guidelines For The
Organization sebanyak 31 (62.0%) Management of Adult
Community Acquired
pasien tepat dan sebanyak 18
Pneumonia. Current Opinion in
(36.0%) pasien tidak tepat. Infectious Diseases. 170-176.
2. Ketepatan dosis antibiotika pasien
Rizkianti Anissa.2009.Faktor – Faktor
pneumonia di RS. Ibnu Sina yang Berhubungan Dengan
Kejadian Pneumonia Pada
Makassar berdasarkan tata
Balita 10-59 Bulan Yang Di
laksana pneumonia komuniti Rawat Inap Di RSUP
70
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Terhadap Pasien Pneumonia Komuniti Di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar

Persahabatan Jakarta Tahun Machmud, Rizanda.2006.Pneumonia


2008 .1-27 Balita Di Indonesia dan
Peranan Kabupaten dalam
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Menanggulanginya. Jakarta:
Patofisiologi. Alih Bahasa : Andalas University Press. 13-
Pendit, Brahm U. Jakarta : 22.
Penerbit Buku Kedokteran
EGC.411-487. Mitrea, LS.2008. Pharmacology.
Canada: Natural Medicine
Dongoes, Marlynn E. Frances, Books.
Mooerhoos M & Alice,
Geissler.2000. Rencana Mandell LA. Wunderink RG, Anzueto
Asuhan Keperawatan,Edisi A, et al. 2007. Infectious
III.Jakarta : Penerbit Buku Diseases Society of
Kedokteran EGC.164-175. America/American Thoraric
Society Consensus Guldelines
Dahlan Z. 2009. Pneumonia. Buku On The management of
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid Community Acquired
II Edisi IV. Jakarta : Pusat Pneumonia in Adults. Clinical
Penerbitan Departemen Ilmu Infectious Diseases.27-72.
Penyakit Dalam FKUI. 2196-
2206. Neal, Michael J.2006. Medical
Pharmacology At a Glance.
Departemen Kesehatan RI .2002. Edisi 5. Penerbit Erlangga.
Pedoman program
pemberantasan penyakit infeksi Nugroho Fendi, Utami, P.I., Yuniastuti,
saluran pernapasan akut (ISPA) K. 2011. Evaluasi Penggunaan
untuk penanggulangan Antibiotik Pada Penyakit
pneumonia pada balita. Jakarta: Pneumonia Di Rumah Sakit
Depkes RI. 24-26. Umum Daerah Purbalingga,
Pharmacy, 1 : 144-151.
Kakkilaya, Srinivas.2001.Rational
Medicine: Rational use of Perhimpunan Dokter Paru Indonesia.
antibiotics 2003 . Pneumonia Komuniti.
www.rationalmedicine.org/antibi PDPI. Jakarta. 2-15 .
otics.htm. Diakses 3 Oktober
2013.1-17. Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda
G. 2002 . Buku Ajar
Lacy, C. F., Armstrong, L. L., Keperawatan Medical-Bedah
Goldman, M. P., Lance, L. L., Brunner & Suddarth, Edisi 8,
2010. Drug Information Vol. 1. Alih Bahasa : Waluyo, A.
Handbook. Lexi Comp : Nort Karyasa, I Made. Julia.
America. 83-1451. Kuncara, H. Y & Asih,Yasmin.
Jakarta : Penerbit Buku
Misnadiarly .2008. Penyakit infeksi Kedokteran EGC.57-60.
saluran nafas pneumonia pada
anak, orang dewasa dan usia Stringer, Janet L. . 2006. Basic
lanjut. Jakarta : Pustaka Obor Concepts in Pharmacology: a
populer.16-24. Student’s Survival Guide. Edisi

71
Evaluasi Penggunaan Antibiotika Terhadap Pasien Pneumonia Komuniti Di Rumah Sakit
Ibnu Sina Makassar

3. Jakarta: Buku Kedokteran Negara berkembang.


EGC 186 – 199. www.who.com. Diakses 3
Oktober 2013.
Sharpe, B., Flanders, S. 2006.
Community Acquired WHO .2009. Pelayanan Kesehatan di
Pneumonia : A Practical Rumah Sakit. Jakarta : Depkes
Approach to Management For RI.
The Hospitalist. 1-14.
WHO .2010. Pneumonia
Suharjono., T,Yuniati., Sumarno dan .http://www.who.int/mediacentre
SJ,Semedi. 2009. Studi /. Diakses 3 Oktober 2013.
Penggunaan Antibiotika Pada
Penderita Rawat Inap World Health Organization. 2012.
Pneumonia (Penelitian Di Sub Recommendations For
Departeman Anak Rumkital DR. Management of Common
Ramelan Surabaya), Ilmu Childhood Conditions:
Kefarmasian, 3 : 148-151. http://www.who.int/mediacentre/
factsheets/fs331/en/index.
Tait M.2004. Preparat antimikroba. diakses 13 Februari 2014.
Farmakologi kebidanan. Jakarta
: EGC 133-165 .

WHO .2003. Penanganan ISPA pada


anak di rumah sakit kecil

72

Das könnte Ihnen auch gefallen