Sie sind auf Seite 1von 9

PENGARUH SIKAP TENTANG KEBERSIHAN DIRI TERHADAP

TIMBULNYA SKABIES (GUDIK) PADA SANTRIWATI


DI PONDOK PESANTREN AL- MUAYYAD SURAKARTA

Dwi Nurliana Nugraheni *


Arina Maliya**

Abstract

The clean culture is the reflection of society’s behavior and act in keeping self – personal
hygiene and the environtment in daily life. Quo’an school, as one of the educational place in
Indonesia, are more than 40.000. The skin disease is one of healthy problems in quo’an
scool which is caused by scabies. Scabies can develop in one’s bad hygiene. The health
status is influenced by some factors and one of them is someones behavior in responding a
disease, scabies is one contagious disease. The students behavior has an important role in
preventing the scabies in the quo’an school environtment which needs ones hygiene and it
should be applied in healthy act.This research is aimed to know the influence of self
cleanliness behavior toward the appearance of scabies (gudik) of the female students in
quo’an school.This research is qualitative with cross sectional method and it is intended to
know the correlation between the independent and dependent variables. The research is
conducted in Al Muayyad quo’an school of Surakarta by taking 96 female students as the
sample. The sample collecting method is purposive sampling. The data collecting method is
by using quesionare. The collected data is analyzed by using chi square data analysis. The
result of the research show that: (1) the female students of Al Muayyad quo’an school of
Surakarta have bad habit in self-cleanliness that is 55,20%, (2) the female student of Al
Muayyad quo’an school of Surakarta are positive to be suffered by scabies, that is 54,20%,
(3) there is a correlation of personal hygiene toward the appearance of scabies (gudik)
among female student in Al Muayyad quo’an school of Surakarta. The correlation coefisien is
about 69,863 with the significance value of 0,000<0,05 (p<0,05). It is proved to be significant
with the significance rate is 5%.

Keywords : personal hygine, scabies, female students, quo’an school


___________________________________________________________________
*Dwi Nurliana Nugraheni
Mahasiswa Fakultas ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
**Arina Maliya
Dosen Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta
___________________________________________________________________

PENDAHULUAN kurang lebih 40.000. Penyakit menular


berbasis lingkungan dan perilaku seperti
Budaya bersih merupakan cerminan penyakit kulit masih merupakan masalah
sikap dan prilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan yang juga dapat ditemukan di
dan memelihara kebersihan pribadi dan Pondok Pesantren (Depkes, 2000). Prevalensi
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. penyakit skabies disebuah pondok pesantren
Pondok Pesantren sebagai salah satu tempat di jakarta mencapai 78,70% dikabupaten
pendidikan di Indonesia saat ini berjumlah Pasuruan sebesar 66,70% prevalensi penyakit

Pengaruh Sikap Tentang Kebersihan Diri…(Dwi Nurliana dan Arina Maliya) 180
skabies jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tidaklah berarti bila tidak menghasilkan
prevalensi penyakit skabies di negara respon bathin dalam bentuk sikap, sikap
berkembang yang hanya 6-27% atau merupakan hal yang paling penting . Sikap
prevalensi penyakit skabies di Indonesia dapat digunakan untuk memprediksikan
sebesar 4,60-12,95% saja (Kuspriyanto,2002). tingkah laku apa yang mungkin terjadi,
Untuk meningkatkan derajat kesehatan santri dengan demikian sikap dapat diartikan
perlu adanya upaya untuk meningkatkan sebagai suatu predisposisi tingkah laku yang
pengetahuan santri tentang kesehatan secara akan tampak aktual apabila kesempatan untuk
umum, khususnya tentang penyakit menular mengatakan terbuka luas (Azwar, 2000).
sehingga diharapkan ada perubahan sikap Menurut catatan medis yang ada di
serta diikuti dengan perubahan prilaku Klinik Pondok santri yang menderita skabies
higiene perorangan dengan hasil akhir mencapai 80 % setiap tahunnya, dari catatan
menurunnya angka kesakitan penyakit medis pada bulan April 2007 dari 30 orang
menular. Upaya peningkatan, pencegahan dan santri yang mendatangi klinik 25 diantaranya
penanggulangan masalah penyakit menular mendreita skabies. Bagi sebagian santri yang
dapat ditempatkan sebagai ujung tombak terkena skabies tidak memeriksakan
paradigma sehat untuk mencapai Indonesia penyakitnya tersebut ke klinik yang telah
sehat 2010 (Harryanto, 2004). disediakan, mereka biasanya melakukan
Skabies dalam bahasa Indonesia pengobatan sendiri dengan membeli obat di
sering disebut kudis. Orang jawa Apotek atau toko-toko obat. Keadaan yang
menyebutnya gudig, sedangkan orang sunda seperti itu dapat dipastikan bahwa kontak
menyebutnya budug. Gudik merupakan diantara mereka baik langsung atau tidak
penyakit menular akibat mikroorganisme langsung sangat sering terjadi apalagi dilihat
parasit yaitu sarcoptes scabei varian humoris, dari jumlah penghuni yang padat sehingga
yang penularannya terjadi secara kontak penularannya sangat cepat. Selain itu banyak
langsung dan tidak langsung, secara langsung santri yang tidak mengetaui bahwa skabies
misalnya bersentuhan dengan penderita atau merupakan penyakit menular. Sikap yang
tidak langsung misalnya melalui handuk dan dimiliki oleh para santri hendaknya diterapkan
pakaian. Disamping itu skabies dapat dalam prilaku higiene perorangan sehingga
berkembang pada higien perorangan yang diharapkan akan menurunkan angka kesakitan
jelek, lingkungan yang kurang bersih, penyakit skabies dilingkungan pondok
demografi status prilaku individu (Siregar, pesantren. Berdasarkan peraturan yang
2005). berlaku di lingkungan pondok pesantren
Status kesehatan dipengaruhi oleh dimana ada batasan antara pria dan wanita
beberapa faktor diantaranya adalah sikap maka peniliti memutuskan untuk memilih
seseorang dalam merespon suatu penyakit, santriwati sebagai responden dalam penelitian
skabies pada umumnya merupakan jenis karena peneliti berjenis kelamin wanit dan di
penyakit menular. Sikap santri sangat penting karenakan keterbatasan peneliti. Atas dasar
peranannya dalam pencegahan skabies latar belakang ini peneliti tertarik untuk
dilingkungan Asrama Pondok yang melakukan penelitian sejauh mana pengaruh
membutuhkan kebersihan perorangan serta sikap tentang kebersihan diri terhadap
perilaku yang sehat. Sikap yang dimilik oleh timbulnya skabies (gudik) pada santriwati di
santri diharapkan dapat berpengaruh terhadap Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta.
perilaku mereka guna mencegah terjadinya
skabies di lingkungan Pondok tempat mereka
tinggal. Tidur bersama, pakaian kotor yang METODE PENELITIAN
digantung atau ditumpuk dikamar merupakan Penelitian ini merupakan penelitian
salah satu contoh sikap yang dapat kuantitatif dengan metode penelitian cross
menimbulkan skabies. Pengetahuan yang sectional yaitu penelitian yang bertujuan
cukup baik mengenai kebersihan perorangan untuk mempelajari hubungan sekaligus

Pengaruh Sikap Tentang Kebersihan Diri…(Dwi Nurliana dan Arina Maliya) 181
pengaruh antara variabel bebas dan variabel 3. Bila rasio prevalens < 1 berarti faktor
terikat, di mana semua variabel tersebut yang diteliti justru akan mengurangi
diobservasi hanya sekali pada saat yang sama kejadian penyakit, bahkan variabel yang
(Pratiknya, 2001). diteliti merupakan faktor protektif.
Taraf signifikansi digunakan 5%
Populasi adalah wilayah (alpha), apabila nilai signifikansi (p) > alpha
generalisasi yang terdiri atas subjek atau objek maka diperoleh signifikansi variabel bebas
yang mempunyai kualitas dan karakteristik (sikap tentang kebersihan diri) menjadi
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk penyebab terjadinya variabel terikat
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (skabies pada santriwati).
(Sugiyono, 2006). Populasi dalam penelitian
ini adalah santriwati di pondok pesantren Al- HASIL PENELITIAN
Muayyad Surakarta yang duduk di bangku
SMP dengan jumlah populasi 125 siswa. 1. Karaktersitik Responden Penelitian
Besar sample dalam penelitian ini dengan Pembahasan tentang karakteristik
menggunakan rumus proporsi didapatkan responden dalam penelitian ini digunakan
jumlah sample 96 responden. Metode yang untuk mengetahui gambaran umum
digunakan dalam pengambian sampel adalah responden penelitian berdasarkan umur
”purposive sampling” yaitu penelitian yang dan kelas. Adapun hasilnya adalah sebagai
pengambilan sampelnya dilakukan dengan berikut:
cara memilih diantara populasi itu sendiri atau a. Umur
pertimbangan berdasarkan tujuan yang Berdasarkan distribusi tentang umur
dikehendaki peneliti sehingga sampel itu responden dapat diketahui
dapat mewakili karakteristik populasi yang gambarannya sebagai
telah dikehendaki oleh peneliti. berikut:
40
Instrument penelitian berupa 35
35,5

kuesioner sikap tentang kebersihan diri. 30 27,1


25

Dengan menggunakan skala likert . Sebelum


Frequency

25

20
kuesioner digunakan sebagai alat 15

pengumpulan data terlebih dahulu diuji 10


5,2
4,2
realibilitas dan validitasmenggunakan product 5

moment dan alpha cronbach. Hasil pengujian 0


12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 15 Tahun 16 Tahun

validitas dan realibilitas menunjukkan Umur

kuesioner sikap tentang kebersihan diri


terbukti valid dan realiabel sehingga dapat Gambar. 1
digunakan sebagai alat pengumpulaln data. Grafik Distribusi Responden
Berdasarkan Umur
Analisa data dalam penelitian ini
menggunakan korelasi Chi Square b. Kelas
.Menurut Sastroasmoro (2006 : 102), dari Berdasarkan distribusi tentang kelas
rumus tersebut di peroleh nilai rasio prevalens responden dapat diketahui
(RP) : gambarannya sebagai berikut:
RP = a/(a+b) : c/(c+d)
1. Bila nilai rasio prevalens = 1 berarti
variabel bebas tidak ada pengaruhnya
terhadap variabel terikat.
2. Bila rasio prevalens > 1 berarti variabel
bebas menjadi faktor yang
mempengaruhi variabel terikat.

Pengaruh Sikap Tentang Kebersihan Diri…(Dwi Nurliana dan Arina Maliya) 182
42,71
45 56
54,2
40
54
35 32,29
52
30
Frequency

25

Frequency
50
25

20 48
45,8
15 46
10
44
5
42
0
Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 40
Positif Negatif
Kelas
Skabies

Gambar. 4
Gambar. 2
Distribusi Berdasarkan Sikap
Distribusi Responden Berdasarkan
Responden
Kelas
3. Crosstab Data
Hubungan antara sikap dengan
kejadian skabies pada pada santriwati di
2. Statistik Diskriptif Data Penelitian
Pondok Pesantren Al-Muayyad
a. Sikap
Surakarta dapat dilihat pada tabel
Berdasarkan statistik diskriptif
berikut ini:
tentang sikap kebersihan diri pada
santriwati di Pondok Pesantren Al-
Tabel 4.1
Muayyad Surakarta dapat diketahui
Pengaruh antara Sikap dengan Kejadian
gambarannya sebagai berikut
Skabies
Skabies Positif Negatif Total
Sikap f % f % f % Berdasarkan tabel 4.1 tentang
Baik 3 3.10 40 41.70 43 44.80 pengaruh sikap tentang kebersihan diri
Buruk 49 51 4 4.20 53 55.20 terhadap timbulnya skabies pada
santriwati di Pondok Pesantren Al-
Total 52 54.20 44 45.80 96 100
Muayyad Surakarta diketahui bahwa 4
orang yang mempunyai sikap buruk
60 55,2 tentang kebesihan diri, negatif terkena
50 44,8 skabies; sedangkan 49 orang responden
yang mempunyai sikap yang buruk
Frequency

40

30 tentang kebersihan diri positif terkena


20 skabies. Selain dari pada hal itu 40
10
orang yang baik tentang kebersihan diri
0

Baik Buruk
negatif terkena skabies, sementara 3
Sikap
orang atau 3,10% responden dari
seluruh responden yang mempunyai
sikap baik tentang kebersihan diri
positif skabies.
Gambar. 3
Distribusi Berdasarkan Sikap 4. Pengujian Hipotesis
Responden
b. Skabies Tabel. 2
Berdasarkan statistik diskriptif Hasil Pengujian Chi Square
tentang kejadian skabies pada
santriwati di Pondok Pesantren Al- χ2 p- Sig Keterang
Muayyad Surakarta dapat diketahui
gambarannya sebagai berikut:
value an

Pengaruh Sikap Tentang Kebersihan Diri…(Dwi Nurliana dan Arina Maliya) 183
Pengaruh mengetahui prosentase variabel bebas
sikap berpengaruh terhadap variabel terikat.
tentang 69,86 Signifika Berdasarkan hasil pengujian dengan
kebersiha 0,000 0,05 menggunakan Regresi linear
n diri 3 n sederhana diperoleh hasil sebagai
terhadap berikut :
timbulny
a skabies Tabel 4.3
Hasil Pengujian Regresi
Hasil tabel silang menunjukkan
adanya kecenderungan responden Dari hasil diatas menunjukkan bahwa
dengan sikap yang baik tentang sikap tentang kebersihan diri berpengaruh
kebersihan diri terbebas dari skabies. signifikan terhadap timbulnya skabies dengan
Adapun hasil perhitungan diperoleh prosentase 62,9 %, sedangkan 37,1% dapat
nilai χ2hitung sebesar 69,863 dengan nilai disebabkan oleh faktor lain selain sikap.
signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil ini
menunjukkan bahwa sikap tentang PEMBAHASAN
kebersihan diri berpengaruh signifikan Berdasarkan pengolahan data primer,
terhadap terjadinya skabies pada menunjukkan sikap santriwati di Pondok
santriwati di Pondok Pesantren Al- Pesantren Al-Muayyad Surakarta adalah 53
Muayyad Surakarta, dan hubungan yang orang (55,20 %) memiliki sikap buruk
terjadi antara sikap tentang kebersihan sedangkan 43 orang (44,80 %) memiliki sikap
diri dengan kejadian skabies adalah baik. Jadi rata-rata santriwati memiliki sikap
negatif, artinya semakin baik sikap yang buruk. Hal ini didukung dengan nilai
seorang santriwati terhadap kebersihan dari kuesioner bahwa sebanyak 60 santriwati
diri, maka resiko terkena skabies setuju untuk menggantung pakaian yang kotor
semakin kecil. sampai dengan akan dicuci. Menurut
widayatun (1999) salah satu faktor ekstrinsik
5. Rasio Prevalens yang dapat mempengaruhi sikap adalah
lingkungan, lingkungan yang kurang terjaga
RP = a/(a+b) : c/(c+d) kebersihanya, keadaan yang lembab, kurang
= 49/(4+49) : 3/(40+3) menyediakan vasilitas penunjang baik berupa
= 49/53 : 3/43 penyediaan kamar mandi, tempat cuci, tempat
= 13,39 = 13 menjemur pakaian serta saluran pembuangan
Berdasarkan hasil perhitungan air dapat mempengaruhi status kesehatan
diketahui bahwa nilai rasio prevalens seseorang. Lingkungan sekitar pondok
adalah sebesar 13. hasil perhitungan pesantren belum sepenuhnya menyediakan
menunjukkan nilai prevalens lebih besar vasilitas kamar mandi yang sesuai dengan
dari 1, hal ini menunjukkan bahwa jumlah santriwati artinya jumlah santriwati
sikap memang benar-benar faktor resiko dengan jumlah kamar mandi yang tersedia
timbulnya penyakit skabies. tidak proporsional. 1 kamar mandi dapat di
pakai oleh kurang lebih untuk 14orang,
R R Square sedangkan sebaiknya 1 kamar mandi
Pengaruh sikap tentang digunakan untuk 4 orang (Neward, 1999)
kebersihan diri terhadap .793 .629 Menurut Depkes (2000), untuk
timbulnya skabies meningkatkan derajat kesehatan santri perlu
adanya peningkatan pengetahuan tentang
6. Regresi kesehatan secara umum, khususnya tentang
Regresi merupakan suatu uji penyakit menular sehingga diharapkan ada
hipotesis ataupun analisis untuk perubahan sikap diikuti dengan perubahan

Pengaruh Sikap Tentang Kebersihan Diri…(Dwi Nurliana dan Arina Maliya) 184
prilaku higien perorangan dengan hasil akhir usia seseorang maka kekebalan tubuhnya
menurunnya angka kesakitan penyakit. semakin meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat Hipotesis sikap tentang kebersihan
kejadian skabies pada santriwati di Pondok diri terhadap timbulnya skabies pada
Pesantren Al-Muayyad Surakarta adalah 52 santriwati di Pondok Pesantren Al-Muayyad
orang (54,20%) positif terkena skabies, Surakarta berpengaruh signifikan. Hasil
sedangkan 44 orang (45,80%) negatif skabies. penelitian ini konsisten dengan penelitian
Hal ini di karenakan santriwati kurang dalam Abdul Somad (2006), hasil penelitian
menjaga kebersihan dirinya sendiri maupun menunjukkan bahwa ada hubungan antara
lingkungan sekitar. Intensitas mandi memang kebiasaan mandi dan berganti pakaian dengan
dilakukan dua kali dalam sehari, namun kejadian skabies meskipun kekuatan
peralatan mandi seperti handuk kurang terjaga hubungan kedua variabel tersebut bersifat
kebersihannya. lemah.
Berdasarkan info yang peneliti Kejadian skabies yang tinggi
dapatkan dari pengurus asrama putri dan diakibatkan karena santriwati memiliki sikap
didukung dengan hasil dari kuesioner bahwa yang tidak baik meskipun ada santri yang
para santriwati tidak mengganti handuk setiap memiliki sikap baik dapat juga terkena
3 hari sekali, hal ini berarti bahwa kebersihan skabies karena skabies merupakan jenis
handuk para santriwati kurang terjaga penyakit yang menular. Dari hasil regresi
kebersihannya selain itu masih banyak didapatkan nilai 62,9% ini menyatakakn
santriwati menggantung pakaian yang kotor bahwa sikap tentang kebersihan diri
sampai akan di cuci. Hal ini sesuai dengan berpengaruh sebesar 62,9% terhadap
pendapat yang dikemukakan oleh Ginanjar timbulnya skabies pada santriwati di Pondok
(2006) bahwa berbagai barang atau baju, Pesantren Al-Muayyad Surakarta, sedangkan
handuk dan sarung yang tidak tertata rapi 37,1% dapat disebabkan oleh faktor lain
dapat mempermudah tungau sarcoptes scabiei seperti kepadatan penduduk, sosial ekonomi
berpindah dari reservoir ke barang sekitar rendah, kontak dengan penderita serta ekologi
sehingga mencapai penyamu baru. Santriwati di Pondok Pesantren Al-Muayyad
Handuk yang digunakan untuk hidup di lingkungan sosial diasrama tidak di
mengeringkan badan sebaiknya bersih dan lingkungan masyarakat dimana orang tua
tidak lembab, setelah digunakan sebaiknya tidak berperan di dalam lingkungannya.
handuk langsung di jemur. Secara berkala Menurut Azwar (2003) salah satu faktor yang
handuk diganti 1-2 kali dalam seminggu untuk dapat mempengaruhi sikap adalah pengaruh
menjaga kebersihan (Yohmi, 2007). orang lain yang di anggap penting, orang lain
Kebersihan handuk yang tidak terjaga dapat yang berada disekitar kita merupakan salah
mengakibatkan timbulnya skabies di satu di antara komponen sosial yang dianggap
lingkungan Pondok Pesantren. penting bagi santriwati adalah teman dekat
Hasil observasi terhadap santriwati di atau teman sebaya. Di lingkungan Pondok
Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta Pesantren teman sebaya adalah orang yang
untuk kejadian skabies rata-rata di alami oleh sangat berpengaruh selain guru dan kyai yang
santriwati kelas tiga yang berumur antara 15- berada di Pondok Pesantren karena
16 tahun sebanyak 23 orang, sedangkan merupakan teman dilingkungan sekolah dan
santriwati yang duduk di kelas dua yang lingkungan tempat tinggal, oleh karena itu
berumur 14 tahun sebanyak 14 orang dan jika seseorang teman memiliki sikap yang
santriwati yang duduk di kelas satu yang kurang dalam menjaga kebersihan dirinya
berumur 12-13 tahun sebanyak 15 orang. Hal tidak menutup kemungkinan dapat
ini tidak sesuai dengan pendapat Juanda mempengaruhi teman yang lainnya.
(2000), yang menyatakan bahwa timbulnya Berdasarkan hasil perhitungan rasio
skabies juga bergantung pada imunologi host prevalens diketahui bahwa nilai rasio
yang terinfeksi artinya semakin bertambah prevalens adalah sebesar 13, hal ini

Pengaruh Sikap Tentang Kebersihan Diri…(Dwi Nurliana dan Arina Maliya) 185
menunjukkan bahwa sikap memang benar- Selain karena kebersihan kurang
benar faktor risiko timbulnya penyakit terjaga faktor lain penyebab terjadinya skabies
skabies. Sikap positif seseorang terhadap adalah kepadatan hunian di pondok pesantren.
kesehatan kemungkinan tidak otomatis Di Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta
berdampak pada prilaku seseorang menjadi terdapat beberapa kamar yang di huni oleh 30-
positif, tetapi sikap yang negatif terhadap 40 orang dalam satu kamar yang luasnya
kesehatan hampir pasti berdampak negatif antara 8x12 m. Menurut Depkes (2001)
terhadap kesehatan. Harryanto (2004) ruangan yang terlalu sempit dan banyak
berpendapat bahwa perubahan sikap sangat penghuninya akan menyebabkan penurunan
penting, serta diharapkan ada perubahan oksigen sehingga akan menyebabkan
prilaku higien perorangan terhadap berbagai penurunan daya tahan tubuh dan memudahkan
macam penyakit salah satunya yaitu skabies. terjadinya penyakit. udara yabg segar
Fenomena yang terjadi di lingkungan diperlukan untuk menjaga temperatur dan
pondok pesantren Al-Muayyad yaitu banyak kelembaban ruangan, untuk memperoleh
santri yang kurang memperhatikan kebersihan udara yang segar tersebut dibutuhkan ventilasi
pribadinya salah satu contoh yaitu tidak yang baik. Ini mendukung hasil penelitian
menjaga kebersihan handuk, terkadang yang dilakukan oleh Hidayati (2004) dengan
menggunakan pakaian milik teman sekamar, hasil bahwa kepadatan hunian memiliki
perhatian terhadap kebersihan diri masing- pengaruh terhadap peularan skabies di
masing santri didukung dengan sikap yang di Asrama 7 pondok Pesantren Mu’Allimmin
miliki oleh santri yang kemudian dapat Wirobrajan Yogyakarta.
berpengaruh terhadap prilaku yang di Dari analisis di atas dapat ditarik
terapakan dalam kehidupan sehari-hari. kesimpulan bahwa sikap yang tidak baik
Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap terhadap kebersihan diri dapat berdampak
peningkatan kejadian skabies di Pondok pada tingginya kejadian skabies di Pondok
pesantren Al-Muayyad tersebut. Dimana Pesantren. Didukung dengann nilai Rasio
skabies dapat ditularkan melalui kontak tidak prevalens sebesar 13 yang menunjukkan
langsung yaitu melalui handuk dan pakaian. bahwa sikap memang benar-benar menjadi
Menurut Siregar (2005) bahwa faktor resiko timbulnya penyakit skabies.
skabies dapat berkembang pada higien
perorangan yang jelek, misalnya frekuensi SIMPULAN DAN SARAN
mandi, penggunaan peralatan mandi seperti Simpulan
sabun, penggunaan pakaian dan handuk secara 1. Santriwati di Pondok Pesantren Al-
bergantian. Sesuai juga dengan Ginanjar Muayyad Surakarta rata-rata
(2006) yang menyatakan bahwa kebersihan mempunyai sikap yang buruk tentang
yang buruk penting dalam peningkatan kebersihan diri.
insidensi skabies, peningkatan insidensi 2. Santriwati di Pondok Pesantren Al-
penyakit skabies juga terjadi pada seseorang Muayyad Surakarta rata-rata positif
yang tinggal di pondok pesantren yang hidup terhadap skabies..
dalam higien yang buruk dan pemukiman 3. Sikap tentang kebersihan diri
yang padat. berpengaruh signifikan terhadap
Pada umumnya santriwati cukup terjadinya skabies pada santriwati di
mengetahui tentang penyakit skabies, namun Pondok Pesantren Al-Muayyad
kadang kala mereka kurang mensikapi upaya- Surakarta dengan χ2hitung sebesar 69,863
upaya untuk mencegah terjadinya penyakit (p < 0,05).
skabies. Kondisi ini disebabkan karena kurang
memperhatikan upaya untuk hidup sehat Saran
dalam rangka menjaga, memelihara dan 1. Bagi Ilmu Keperawatan
meningkatkan kesehatan sehingga dibutuhkan a. Adanya pengaruh sikap tentang
untuk hidup sehat dan besih. kebersihan diri terhadap skabies

Pengaruh Sikap Tentang Kebersihan Diri…(Dwi Nurliana dan Arina Maliya) 186
dapat dijadikan sebagai bahan b. Memotivasi agar santri dapat
penyuluhan atau tambahan ilmu memiliki sikap positif dalam
sebagai salah satu pencegah kebersihan diri dengan melakukan
terhadinya scabies. upaya-upaya pencegahan penularan
b. Bagi peneliti yang ingin penyakit skabies.
melaksanakan penelitian sejenis c. Pengelola asrama diharapkan lebih
diharapkan menggunakan desain memperhatikan fasilitas dan sarana
penelitian yang berbeda, dapat yang menunjang kesehatan sebagai
menggunakan desain penelitian case contoh lebih meningkatkan sarana
control atau retrospketif. penyediaan air bersih (MCK),
2. Bagi Pengelola Pondok Pesantren ruangan ttempat tidur yang
a. Pengelolaan asrama agar lebih memadai dan mengatur banyaknya
memperhatikan kebersihan penghuni dalam setiap kamar.
lingkungan, dapat membina 3. Bagi Santri diharapkan mampu
kerjasama dengan puskesmas memiliki sikap tentang kebersihan diri
terdekat untuk membuat program dan senantiasa menjaga kebersihan
yang memungkinkan untuk lingkungan sekitar Asrama sehingga
memberikan penyuluhan yang terbebas dari penularan penyakit
berhubungan dengan scabies, skabies.
sehingga status kesehatan santri dan
lingkungannya dapat terpantau
secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S, 2000, Seri Psikologi Sikap dan Pengukurannya, Yogyakarta : Liberty.

Azwar, S, 2003, Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Chanifah, I, 2002, Kinerja Ustad Pondok Pesantren Islam Al-Mukmin Ngruki, Grogol, Sukoharjo.
Tesis. UMS. Tidak Dipublikasikan.

Depkes RI, 2000, Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan, Jakarta:
Pustaka Jaya.

Depkes dan Kessos, 2001, Pedoman Penyelengaraan PKM di Era Desentralisasi, Bogor.

Friedman, M, 1998, Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek, Jakarta : EGC.

Ginanjar, G, 2006, Klinika Skabies, available from : http: // www.mail-archive.com as retrieved on


24 Maret 2006 : 20.13

Hidayanti, 2004, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Penularan Penyakit Skabies Di Asrama
Pondok Pesantren Mu’Alimmin Wirobrajan Yogyakarta, Yogyakarta : Skripsi-PSIK FK
UGM

Herryanto, 2004, Model Peningkatan Higiene Sanitasi Pondok Pesantren, available from : http: //
www.ekologi.litbang.depkes.go.id as retrieved on 02 Juli 2004 : 20.00

Juanda, A, 2000, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta: FKUI.

Pengaruh Sikap Tentang Kebersihan Diri…(Dwi Nurliana dan Arina Maliya) 187
Juanda, A, 2001, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Jakarta: FKUI.

Kuspriyanto, 2002, Penngaruh Sanitasi dan higien Perorangan Terhadap Penyakit Kulit, Surabaya :
Tesis Pascasarjana UNAIR

Mubarak, W, I, 2006, Ilmu Keperawatan Komunitas II, Jakarta : Sagung Seto

Neward, 1999, Neward Data Arsitek Jilid 4, Surabaya: Airlangga.

Pratiknya,W,A, 2001,Dasar-dasar Metodologi Kedokteran dan Kesahatan, Jakarta : Rajawali Pers.

Rostamailis, 2005, Perawatan Badan, Kulit dan Rambut, Jakarta : Rineka Cipta

Somad, A. 2006, Hubungan Kebiasaan Mandi dan Berganti Pakaian Dengan Kejadian Skabies Di
Asrama Pondok Pesantren SLTP Islamic Center Kabupaten Langkat Sumatra Selatan,
Yogyakarta : Skripsi-PSIK FK UGM

Sastroasmoro,S, 2006, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta : Cv Agung Seto.

Sugiyono,DR, 2006, Statistik untuk Penelitian, Bandung : CV Alfabeta

Siregar, R, S, 1999-2005, Saripati Penyakit Kulit Edisi kedua, Jakarta : EGC.

Tarwoto, W, 2006, Kebutuhan Dasar Manusian dan Proses Keperawatwn Edisi Ketiga, Jakarta :
Salemba Medika.

Wed, 2003, Skabies, available from : http: // www.republika.co.id as retrieved on 19 Agustus 2003 :
20.00

Warsi, 2007, Mandi, available from : http: // id.wikipedia.org as retrieved on 13 February 2007 :
16.00

Walsh, M, 2007, Pondok Pesantren dan Ajaran Golongan Islam Ekstrim, available from : http: //
www.acicis.murdoch.edu.au as retrieved on

Widayatun, T, R, 1999, Ilmu Prilaku, Jakarta : Sagung Seto

WHO, 2001, Pelanet Kita Kesehatan Kita, Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Yohmi, 2007, Panduan Tumbuh Kembang Balita, available from : http: // www.tabloid-nakita.com
as retrieved on 27 Nopember 2007 : 20.20

Pengaruh Sikap Tentang Kebersihan Diri…(Dwi Nurliana dan Arina Maliya) 188

Das könnte Ihnen auch gefallen