Sie sind auf Seite 1von 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN KEBERADAAN BREEDING PLACES DAN


PRAKTIK BUANG SAMPAH DENGAN KEJADIAN DEMAM
BERDARAH DENGUE (DBD) DI KOTA SEMARANG

Kintan Arifa Shafrin, Nur Endah Wahyuningsih, Suhartono


Bagian Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro
Email: kintanarifa21@gmail.com

Abstract : Central Java Province is one of the provinces with endemic for
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) category. In 2013, highest morbidity dengue
in the city of Semarang in amount of 98,57/100.000 population.The existence of
breeding places was very essential in the existence of dengue vector breeding
places because the more it will be more solid dengue vector population. The
purposed of this research was to analyzed the relationship between the presence
of breeding places and the eliminating garbages practice on the incidence of
dengue in the city of Semarang in January 2011- April 2016. This research is an
analytic observational study with case control study design. Samples were
residents of Semarang were 41 cases and 41 controls (case control) and all
patients of Dengue Haemorrhagic Fever in 2011 – April 2016. Methods of data
analysis using univariate, and bivariate with Chi Square. Results showed there is
no relationship between the presence of the entire breeding place (p = 1.000; OR
= 1.000), and the eliminating garbages practice (p = 0.276; OR = 2.139) by the
incidence of DHF in the city of Semarang in 2011-2016. The conclusions from
this research are there is no relationship between the existence of the entire
breeding place and the eliminating garbage practices with incidence of dengue.
The suggestions from this research should be DKK Semarang consider P2PM
program in cooperation BMKG for anticipate the increasing of DHF and
communities should participate in the prevention of dengue by conducting 3M.

Keywords : DHF, breeding places, eliminating garbages practice


Bibliography : 73 (1990-2015)

PENDAHULUAN melalui gigitan nyamuk yang


Penyakit Demam Berdarah terinfeksi, khususnya nyamuk Aedes
(DBD) merupakan salah satu aegypti dan Aedes albopictus1 yang
masalah kesehatan masyarakat di terdapat hampir di seluruh pelosok
Indonesia karena seringkali Indonesia.2 Host alami DBD adalah
menimbulkan Kejadian Luar Biasa manusia, sedangkan yang menjadi
(KLB) dengan kematian yang besar agent adalah virus dengue yang
dan termasuk penyakit yang banyak termasuk dalam famili Flaviviridae,
ditemukan di sebagian besar wilayah genus Flavivirus yang memiliki 4
tropis dan subtropis, terutama di jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2,
Asia Tenggara, Amerika dan Karibia. DEN-3 dan DEN-4.3 Di Indonesia,
Penyakit Demam Berdarah Dengue jumlah penderita DBD yang
(DBD) ditularkan pada manusia dilaporkan sebanyak 100.347 kasus
974
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dengan jumlah kematian sebanyak menyebabkan peningkatan


907 orang (Angka penularan penyakit Demam
kesakitan/Incidence Rate (IR)= 39,8 Berdarah Dengue.8 Populasi Aedes
per 100.000 penduduk dan Angka aegypti tergantung dari tempat
Kematian/Case Fatality Rate (CFR)= perindukan nyamuk (breeding
0,9%).4 place). Keberadaan breeding place
Provinsi Jawa Tengah sangat berperan dalam keberadaan
merupakan salah satu provinsi yang vektor DBD karena semakin banyak
mempunyai kategori endemis tempat perindukan maka akan
penyakit DBD. Kasus DBD di semakin padat populasi vektor DBD.
Provinsi Jawa Tengah masih Menurut Stojanovonic dan H.G Scott
dijadikan permasalahan yang cukup tingkat kepadatan nyamuk
serius. Angka kesakitan/Incidence dipengaruhi oleh adanya tempat
Rate (IR) di Provinsi Jawa Tengah perindukan nyamuk yang potensial,
pada tahun 2013 sebesar 45,52 per tempat peristirahatan nyamuk dan
100.000 penduduk dengan CFR adanya tempat nyamuk mencari
DBD sebesar 1,21%. Angka makanan.9 Meningkatnya kejadian
kesakitan/IR DBD tertinggi berada DBD tidak hanya disebabkan oleh
di Kota Semarang yaitu sebesar faktor lingkungan saja, faktor
98,57 per 100.000 penduduk.5 perilaku juga turut menyumbang
Incidence Rate DBD Kota Semarang besarnya risiko terjadinya DBD.
dari tahun 2006 sampai dengan Perilaku merupakan faktor terbesar
tahun 2015 selalu jauh lebih tinggi kedua setelah faktor lingkungan
dari IR DBD Jawa Tengah dan IR yang mempengaruhi kesehatan
DBD Nasional.6 individu, kelompok, atau
Kejadian Demam Berdarah masyarakat.10 Perilaku masyarakat
Dengue dipengaruhi oleh banyak dalam penggunaan barang non
faktor. Faktor tersebut adalah faktor biodegradable seperti plastik yang
host (manusia), faktor agent (virus), sangat tinggi menyebabkan plastik
dan faktor environment (lingkungan). menjadi komposisi sampah terbesar
Dari ketiga faktor tersebut, faktor saat ini sehingga berpotensi menjadi
yang paling besar pengaruhnya penampung air hujan, dan dapat
terhadap kejadian DBD adalah faktor menjadi tempat perkembangbiakan
lingkungan, sehingga lingkungan vektor.11 Adanya tempat perindukan
sehat perlu diupayakan sebaik nyamuk (breeding place) dapat
mungkin untuk mencegah terjadinya dipengaruhi oleh praktik individu
suatu penyakit.7 dalam membuang sampah yang
Pada musim hujan tempat dapat menampung air di sekitar
perkembangbiakan Aedes aegypti halaman rumah.
yang pada musim kemarau tidak Tingginya angka kesakitan/ IR
terisi air, mulai terisi air sehingga DBD di Kota Semarang yang diduga
dapat digunakan sebagai tempat diakibatkan oleh praktik buang
berkembangbiak nyamuk Aedes sampah yang berkaitan dengan
aegypti. Telur-telur yang tadinya keberadaan tempat perindukan
belum sempat menetas akan nyamuk (breeding place) yang dapat
menetas. Oleh karena itu pada mempengaruhi populasi nyamuk
musim hujan populasi nyamuk Aedes aegypti, maka peneliti tertarik
Aedes aegypti terus meningkat. untuk menelaah hubungan praktik
Bertambahnya populasi nyamuk ini buang sampah dan keberadaan
merupakan salah satu faktor yang

975
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

breeding place dengan kejadian Data primer dalam penelitian


Demam Berdarah Dengue (DBD). ini diperoleh dari hasil wawancara
responden dan hasil observasi
METODE PENELITIAN rumah responden. Data sekunder
Penelitian menggunakan jenis berasal dari data yang diperoleh dari
penelitian analitik observasional, instansi terkait seperti data profil
dengan menggunakan pendekatan Kota Semarang, data Rekam Medis
case control. Populasi kasus dalam dan jurnal-jurnal penelitian
penelitian ini adalah seluruh pasien sebelumnya.
rawat inap yang didiagnosis klinis Analisis bivariat yang
positif menderita Demam Berdarah dilakukan dalam penelitian ini
Dengue (DBD) oleh dokter pada 4 menggunakan uji Chi-Square
Rumah Sakit yakni RS Tlogorejo, dengan nilai keyakinan yang
RSUP dr. Kariadi, RSUD Ketileng digunakan 95% dan level of
dan RSUD Tugu pada bulan Maret significant (α) 5%. Keterbatasan uji
2016 sampai dengan Mei 2016. Chi-square apabila terdapat nilai
Sedangkan populasi kontrol dalam expected (ada nilai sel) yang kurang
penelitian ini adalah seluruh warga dari 5. Apabila terjadi hal tersebut
Kota Semarang yang tidak pernah maka digunakan fisher exact.
menderita penyakit DBD. Besar
sampel dalam penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan total populasi dengan Tabel 1. Uji Normalitas dan Uji
kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria Mann Whitney Umur Responden
inkusi kasus meliputi: pasien rawat Umur Signifikansi uji n Keterangan
inap yang didiagnosis klinis normalitas
menderita DBD, menyetujui inform Kasus 0,001 41 Tidak normal
concent, berusia 15-59 tahun, Kontrol 0,0001 41 Tidak normal
bertempat tinggal di Kota Semarang Total 82
saat penelitian berlangsung. Kriteria Signifikansi uji Mann Whitney : 0,863
inklusi kontrol: tetangga sampel
kasus yang berjarak ± 100 meter Berdasarkan uji normalitas
dari rumah kasus, tidak pernah umur responden pada kelompok
dirawat di rumah sakit dengan kasus diperoleh nilai p=0,001 dan
diagnosis DBD, menyetujui lembar pada kelompok kontrol diperoleh
Informed Consent, bertempat tinggal nilai p=0,0001 yang artinya data
di Kota Semarang saat penelitian umur berdistribusi tidak normal
berlangsung. Kriteria eksklusi kasus: karena nilai p < 0,05. Kemudian
alamat dalam catatan medik tidak tahap selanjutnya adalah melakukan
sesuai sehingga responden tidak uji beda karena data berskala
ditemukan, responden tidak bersedia umerik. Uji beda yang dilakukan
diwawancarai, responden telah dalam penelitian ini adalah uji Mann
pindah ke luar wilayah Kota Whitney dan diperoleh nilai p=0,863
Semarang pada saat penelitian yang artinya tidak ada perbedaan
berlangsung, responden meninggal antara umur responden pada
dunia. Kriteria eksklusi kontrol: kelompok kasus dengan kelompok
responden tidak bersedia kontrol. Uji beda yang digunakan
diwawancarai. Jumlah sampel berupa uji Mann Whitney karena
sebanyak 82 responden yang data terdistribusi tidak normal.
terbagi menjadi 41 responden kasus Apabila data terdistribusi normal
dan 41 responden kontrol. maka untuk uji beda rata-rata yang
digunakan adalah uji T atau T-test.

976
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Untuk melihat karakteristik Frekuensi jenis pekerjaan


responden dalam penelitian ini yang responden baik kelompok kasus
meliputi jenis kelamin, tingkat maupun kelompok kontrol yang
pendidikan dan jenis pekerjaan baik tertinggi adalah pelajar sebanyak 17
pada kelompok kasus maupun responden (41,5%) pada kelompok
kelompok control dapat dilihat pada kasus dan 23 responden (56,1%)
tabel 2. mengenai distribusi pada kelompok kontrol.
karakteristik responden di Kota
Semarang. Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Keberadaan Breeding Place
Karakteristik Responden di Kota
Semarang Jenis TPA f %
Kejadian DBD TPA kebutuhan
sehari-hari
Total
No Variabel Kasus Kontrol Ada 24 29,3
f % f %
Tidak
f
Ada
%
58 70,7
Jumah 82 100
1. Jenis Kelamin
TPA bukan
Perempuan 23 56,1 23 56,1 46 56,1
kebutuhan sehari-hari
Laki-Laki 18 43,9 18 43,9 36 43,9
Ada 11 13,4
2. Tingkat
Pendidikan Tidak Ada 71 86,6
Tamat SD 8 19,5 3 7,3 Jumlah
11 13,4 82 100
Tamat SMP 12 29,3 18 43,9 TPA
30 alamiah
36,6
Tamat SMA 18 43,9 12 29,3 Ada
30 36,6 3 3,7
Tamat D3/S1 3 7,3 8 19,5
Tidak
11
Ada
13,4
79 96,3
3. Jenis Pekerjaan Jumlah 82 100
Petani 2 4,9 0 0 2 2,4
PNS/ABRI 1 2,4 2 4,9 3 Berdasarkan
3,7 tabel 3. dapat
Wiraswasta 3 7,3 7 17,1 diambil
10 12,2kesimpulan
bahwa proporsi
Pegawai Swasta 13 31,7 4 9,8 responden
17 20,7 yangmemiliki TPA
Ibu Rumah kebutuhan sehari-hari sebesar 24
0 0 3 7,3 3 3,7
Tangga responden (29,3%) lebih kecil
Pelajar 17 41,5 23 56,1 dibandingkan
40 48,8 dengan proporsi
Lainnya 5 12,2 2 4,9 responden
7 8,5 yang tidak memiliki TPA
kebutuhan sehari-hari yaitu sebesar
Tabel 2. menunjukkan bahwa 58 responden (70,7%). Proporsi
pada kelompok kasus maupun responden yang memiliki TPA bukan
kontrol lebih banyak yang berjenis kebutuhan sehari-hari sebesar 11
kelamin perempuan yakni sebanyak responden (13,4%) yang berarti
23 responden (56,1%) dibanding lebih kecil dibandingkan proporsi
yang berjenis kelamin laki-laki 18 pada responden yang tidak memiliki
responden (43,9%). TPA bukan kebutuhan sehari-hari
Frekuensi tingkat pendidikan sebesar 71 responden (86,6%).
responden pada kelompok kasus Proporsi responden yang memiliki
tertinggi adalah tamat SMA TPA alamiah sebesar 3 responden
sebanyak 18 responden (43,9%), (3,7%) yang berarti lebih kecil
sedangkan pada kelompok kontrol dibandingkan dengan proporsi
pendidikan tertinggi adalah tamat responden yang tidak memiliki TPA
SMP sebanyak 18 responden alamiah sebesar 79 responden
(43,9%). (96,3%).

977
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 4. Distribusi Frekuensi 2,478 menunjukkan bahwa


Praktik Buang Sampah keberadaan seluruh breeding place
bukan merupakan faktor risiko
Praktik Buang f % kejadian Demam Berdarah Dengue
Sampah (DBD).
Baik 65 79,3
Buruk 17 20,7 Tabel 6. Hubungan Praktik Buang
Jumlah 82 100 Sampah dengan Kejadian DBD
Mean 3,13
Median 3,000 Praktik
Standar Deviasi 0,828 Buang Kasus Kontrol
Sampah
Berdasarkan tabel 4. f % f %
diperoleh hasil bahwa proporsi Buruk 11 26,8 6 14,6
responden yang memiliki praktik Baik 30 73,2 35 85,4
buang sampah yang buruk sebesar Jumah 41 100 41 100
17 responden (20,7%) yang berarti P value 0,276
lebih kecil dibandingkan dengan OR 2,139
proporsi responden yang memiliki 95% CI 0,706-6,476
praktik buang sampah yang baik
yaitu sebesar 65 responden (79,3%). Tabel 6. menunjukkan bahwa
proporsi responden dengan praktik
Tabel 5. Hubungan Keberadaan buang sampah yang buruk lebih
Breeding Place dengan Kejadian besar pada kelompok kasus
DBD dibandingkan kelompok kontrol
Keberadaan dengan perbandingan 26,8% :
Breeding Kasus Kontrol 14,6%. Dari hasil uji statistik
Place diperoleh nilai p value sebesar 0,276
f % f % yang menunjukkan tidak ada
Ada 14 34,1 14 34,1 hubungan yang bermakna antara
Tidak Ada 27 65,9 27 65,9 praktik buang sampah dengan
Jumah 41 100 41 100 kejadian Demam Berdarah Dengue
P value 1,000 di Kota Semarang karena nilai p
OR 1,000 value < 0,05. Nilai Odd Ratio (OR) =
95% CI 0,401-2,491 2,139 dan nilai 95%CI = 0,706-6,476
menunjukkan bahwa praktik buang
Tabel 5. menunjukkan bahwa sampah cenderung merupakan
proporsi rumah responden yang faktor risiko tetapi belum cukup bukti
memiliki breeding place sama untuk dinyatakan sebagai faktor
banyaknya pada kelompok kasus risiko.
maupun kelompok kontrol dengan
perbandingan 34,1% : 34,1%. Dari Tabel 7. Hubungan Observasi
hasil uji statistik diperoleh nilai Praktik Buang Sampah dengan
p=1,000 yang menunjukkan tidak Kejadian DBD
ada hubungan yang bermakna
antara keberadaan seluruh breeding
place dengan kejadian Demam
Berdarah Dengue di Kota
Semarang. Nilai Odd Ratio (OR) =
1,000 dan nilai 95%CI = 0,404 -

978
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Praktik Buang (2010) yang menyatakan bahwa


Sampah Kasus Kontrol tidak ada hubungan antara
keberadaan breeding place luar
f % f % rumah dengan nilai p= 0,096.14
Tidak bersih 13 31,7 6 14,6 Tidak adanya hubungan
Bersih 28 68,3 35 85,4 antara keberadaan breeding place
Jumah 41 100 41 100 dengan kejadian Demam Berdarah
P value 0,067 Dengue pada penelitian ini diduga
OR 2,708 disebabkan karena tidak adanya
95% CI 0,913-8,035 variasi hasil keberadaan breeding
place antara kelompok kasus
Tabel 7. menunjukkan bahwa dengan kelompok kontrol sehingga
proporsi responden dengan praktik dalam analisis SPSS didapatkan
buang sampah yang tidak bersih hasil tidak ada hubungan antara
lebih besar pada kelompok kasus keberadaan breeding place dengan
dibandingkan kelompok kontrol kejadian DBD.
dengan perbandingan 31,7% :
14,6%. Dari hasil uji statistik Hubungan Praktik Buang Sampah
diperoleh nilai p value sebesar 0,067 dengan Kejadian DBD
yang menunjukkan tidak ada Dari hasil uji hubungan
hubungan yang bermakna antara antara praktik buang sampah
praktik buang sampah dengan dengan kejadian DBD menggunakan
kejadian Demam Berdarah Dengue Uji Chi Square diperoleh p-value
di Kota Semarang. sebesar 0,276. Karena p-value >
0,05,maka dapat disimpulkan bahwa
Hubungan Keberadaan Breeding tidak ada hubungan antara praktik
Place dengan Kejadian DBD buang sampah dengan kejadian
Dari hasil uji hubungan DBD. Nilai 95%CI (0,706-6,476) dan
antara keberadaan breeding place Odd Ratio/ OR (2,139) yang artinya
dengan kejadian DBD dengan praktik buang sampah cenderung
menggunakan Uji Chi Square merupakan faktor risiko kejadian
diperoleh p-value sebesar 1,000. Demam Berdarah Dengue.
Karena p-value > 0,05,maka dapat Sampah adalah segala
disimpulkan bahwa tidak ada sesuatu yang tidak lagi dikehendaki.
hubungan antara keberadaan Sampah ada yang mudah
breeding place dengan kejadian membusuk dan ada yang sulit
DBD. Nilai 95%CI (0,404-2,478) membusuk. Pengaruh sampah
artinya keberadaan breeding place terhadap kesehatan dapat
bukan merupakan faktor risiko dikelompokkan menjadi efek yang
kejadian Demam Berdarah Dengue. langsung dan tidak langsung. Efek
Adanya Tempat langsung adalah efek yang
Penampungan Air berupa genangan disebabkan karena kontak langsung
air yang tertampung disuatu tempat dengan sampah tersebut. Misalnya
merupakan tempat sampah beracun, sampah yang
perkembangbiakan utama nyamuk korosif terhadap tubuh, dan
Aedes aegypti yang biasanya tidak karsinogenik. Efek tidak langsung
melebihi jarak 100 meter dari dapat dirasakan masyarakat akibat
rumah.12,13 proses pembusukan, dan
Hasil penelitian ini hampir pembuangan sampah. Efek tidak
sesuai dengan penelitian Salawati langsung lain misalnya berupa

979
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

vektor yang dapat berkembangbiak pada hasil analisis, dimana hasil


di dalam sampah salah satunya analisis pada wawancara diperoleh
adalah nyamuk Aedes aegypti nilai p= 0,276 sedangkan pada hasil
sehingga penularan penyakit DBD analisis observasi diperoleh hasil
semakin luas.15 nilai p= 0,067 yang artinya sama-
Tidak adanya hubungan sama tidak ada hubungan bermakna
antara praktik buang sampah antara praktik buang sampah
dengan kejadian Demam Berdarah dengan kejadian DBD.
Dengue pada penelitian ini diduga Hasil penelitian ini tidak
disebabkan karena tidak adanya sejalan dengan hasil penelitian
variasi yang bermakna pada hasil Mahardika (2009) yang menyatakan
praktik buang sampah antara bahwa ada hubungan yang
kelompok kasus dengan kelompok bermakna antara kebiasaan
kontrol sehingga dalam analisis membuang sampah pada tempatnya
SPSS didapatkan hasil tidak ada dengan kejadian Demam Berdarah
hubungan antara praktik buang Dengue dengan p value=0,043;
sampah dengan kejadian DBD. OR=2,538 (95% CI= 1,023-6,298).16
Selain itu juga, kemungkinan bias
antara jawaban responden dengan
kenyataan yang seharusnya dapat KESIMPULAN
menyebabkan tidak adanya variasi 1. Penderita Demam Berdarah
hasil karena pada dasarnya Dengue lebih banyak pada
seseorang akan memberikan responden dengan jenis kelamin
jawaban yang menurutnya baik. perempuan (56,1%)
Berdasarkan hasil wawancara dan dibandingkan laki-laki (43,9%)
observasi ditemukan adanya dengan rata-rata umur 24,27
perbedaan antara hasil wawancara tahun dan tingkat pendidikan
dan hasil observasi pada 3 terbanyak yaitu tamat SMA
responden yaitu pada responden (43,9%).
nomor 17 yang hasil wawancaranya 2. Tidak terdapat hubungan yang
masuk dalam kategori buruk namun bermakna antara keberadaan
saat diobservasi keadaan halaman breeding place dengan kejadian
rumahnya bersih, responden nomor Demam Berdarah Dengue di
21 yang hasil wawancaranya masuk Kota Semarang
dalam kategori baik namun saat (pvalue=1,000;OR=1,000,95%CI
diobservasi keadaan halaman =0,404-2,478)
rumahnya tidak bersih, dan 3. Tidak terdapat hubungan yang
responden nomor 45 yang hasil bermakna antara praktik buang
wawancaranya masuk dalam sampah dengan kejadian
kategori baik namun saat Demam Berdarah Dengue di
diobservasi keadaan halaman Kota Semarang
rumahnya tidak bersih. Hasil analisis (pvalue=0,276;OR=2,139,
dapat saja bias karena perbedaan 95%CI=0,706-6,476)
tersebut, pada penelitian ini juga
melihat perbedaan hasil analisis SARAN
pada observasi dan hasil analisis 1. Kepala Dinas Kesehatan Kota
pada wawancara. Namun pada saat Semarang
dilakukan analisis, ternyata Diharapkan hasil penelitian ini
perbedaan hasil tersebut tidak dapat digunakan sebagai bahan
memberikan dampak bermakna masukan bagi pengelola

980
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

program Pencegahan dan Dengue (DBD) Di Indonesia.


Pemberantasan Penyakit Farmaka. Desember 2007; Vol. 5
khususnya sebagai No. 3: hal 12-29.
pertimbangan dalam penentuan 3. Kurane I. Dengue Hemorrhagic
strategi pencegahan dan Fever with Spesial Emphasis on
pemberantasan penyakit Demam Immunopathogenesis.
Berdarah Dengue (DBD) dengan Comparative Immunology,
bekerjasama dengan BMKG Microbiology & Infectious
Kota Semarang. Selain itu perlu Disease. 2007,Vol 30:329-40.
dilakukan intensifikasi 4. Kementerian Kesehatan
pemeriksaan jentik dan PSN Republik Indonesia. Profil
Demam Berdarah Dengue di Kesehatan Indonesia Tahun
tempat-tempat umum, 2014. Jakarta: Kementerian
khususnya di sekolah-sekolah, Kesehatan RI.2015.
tempat ibadah. 5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
2. Kepada Masyarakat Kota Tengah. Buku Saku Kesehatan
Semarang Tahun 2014. Semarang:
Masyarakat ikut berpartisipasi Dinkesprov Jateng. 2015. 52 p.
dalam upaya pencegahan 6. Dinas Kesehatan Kota
penyakit Demam Berdarah Semarang. Profil Kesehatan
Dengue dengan cara Kota Semarang Tahun 2015.
melaksanakan 3M khususnya Semarang: Dinkes Kota
pada bulan basah atau Semarang. 2015.
penghujan agar memperkecil 7. M. N. Bustan. Pengantar
risiko adanya tempat-tempat Epidemiologi. Jakarta: PT
perindukan nyamuk Aedes Rineka Cipta.1997.
aegypti. 8. Depkes RI. Petunjuk Teknis
3. Kepada Peneliti Lain Pemberantasan Penyakit
Dalam melakukan penelitian Menular Demam Berdarah
hendaknya disertai observasi Dengue. Ditjen PPM & PLP,
sehingga dapat memperkecil Jakarta.1992.
bias antara jawaban subjek 9. Depkes RI. Peraturan Menteri
penelitian dengan kenyataan Kesehatan RI No
yang ada. Selain itu juga 416/Menkes/Per/IX/1990.Jakarta
sebaiknya dalam pemilihan . 1990.
sampel kontrol lebih 10. Notoatmodjo S.Pendidikan dan
dispesifikasikan sehingga Kesehatan Perilaku. Jakarta: PT.
terdapat variasi data antara Rineka Cipta.2003.
sampel kasus dengan kontrol. 11. Bohra, A. dan Andrianasolo, H.
Application of GIS in modeling of
DAFTAR PUSTAKA dengue risk based on
sociocultural data: Case of
1. WHO. Pencegahan dan Jalore, Rajasthan, India. Dengue
Penanggulangan Penyakit Bulletin.Vol. 25: 92-102. 2001.
Demam Dengue dan Demam 12. Depkes RI. Direktorat Jendral
Berdarah Dengue. Jakarta: WHO Pengendalian Penyakit dan
& Departemen Kesehatan RI. Penyehatan Lingkungan.
2003. Jakarta. 2005.
2. Lestari K. Epidemiologi Dan 13. Soegijanto S. Demam Berdarah
Pencegahan Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Airlangga

981
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 4, Nomor 4, Oktober 2016 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

University Press.
Surabaya.2006.
14. Salawati, T., Rahayu, A.,
Nurdiana, H. Kejadian Demam
Berdarah Dengue Berdasarkan
Faktor Lingkungan dan Praktik
Pemberantasan Sarang Nyamuk
(Studi Kasus Di Wilayah Kerja
Puskesmas Srondol Kecamatan
Banyumanik Kota Semarang),
Jurnal Kesehatan Masyarakat
Indonesia Vol. 6 No. 1.
Semarang. 2010.
15. Slamet, Juli Soemirat. 2002.
Kesehatan Lingkungan.
Gajahmada University Press:
Yogyakarta
16. Mahardika W. Hubungan antara
Perilaku Kesehatan dengan
Kejadian Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Wilayah Kerja
Puskesmas Cepiring Kecamatan
Cepiring Kabupaten Kendal.
Semarang:Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Negeri
Semarang.2009.

982

Das könnte Ihnen auch gefallen