Sie sind auf Seite 1von 3

1.

Membandingkan Gender: Feminism and Language dalam puisi-puisi:

a.) Last Month You Made Me Marry You by Famous Isaacs


b.) Still I Rise by Maya Angelou

a.) Last Month You Made Me Marry You by Famous Isaacs


I’m a child and not a bride, but
Last month you made me marry you.
You know it wasn’t love that made me say yes
But the fear of what shape my death could take
If I were to turn you down. Of course
I had no voice. I could only muse to myself
In the dark closet and imagine myself
A mother of a thirteen: would it be awesome?
Would it be dreadful? Would it...? I died of anxiety.

●Stanza pertama menggambarkan bagaimana seorang anak perempuan yang usia nya masih
terbilang belia, yaitu 13 tahun yang menikah secara terpaksa, karena ia diberi ancaman, dan
ilustrasi seperti ini benar-benar terjadi dalam dunia nyata, seperti yang dilansir dalam
https://www.vice.com/en_us/article/qbedkw/child-marriage-was-nearly-made-illegal-in-
nigeria-last-month dimana seorang senator dari Nigeria bernama Ahmad Sani Yerima yang
menikahi gadis belia berusia 13 tahun. Berikut kutipan yang menggambarkan bahwa sebagai
perempuan, ia tidak bisa menyuarakan apa yang ia inginkan, ia harus menerima segala hal
walaupun terpaksa:

“You know it wasn’t love that made me say yes


But the fear of what shape my death could take
If I were to turn you down. Of course
I had no voice.”

●Lalu, pada stanza kedua:

Last month you made me marry you,


I had no time to discover me for myself:
Who I was, what I was, what I wanted to be;
I had no time to think before I had to say yes.

Gender: Feminism and Language, nah pada bagian language ini kita breakdown yang menjadikan di
dalam language ini ada culture, body, and psyche. Pada kutipan puisi diatas termasuk kedalam psyche.
Seperti yang saya kutip dari https://penlighten.com/feminist-literature bahwa:

“Not all feminist literature has been written by women, but also by men who understood women
beyond the roles they were expected to fit into, and delved into their psyche to understand their needs
and desires.”

Psyche atau mental tergambarkan pada kutipan diatas, seperti pernyataan yang saya kutip, bahwa para
pernyair menyelidiki mental mereka untuk memahami kebutuhan dan keinginan mereka. Dapat kita
pahami bahwa dengan menikah ia kehilangan masa remaja nya, ia seperti kehilangan identitas dan
cita-citanya di masa depan. Bahwa sebenarnya ia tidak ingin.
●Lalu pada stanza ke 3. Terdapat figurative language, yaitu simile serta onomatopoeia. Simile: It is
the direct comparison made between two different entities showing some common aspect or relation
using the words "like", "as", "if", and "than". Then, onomatopoeia: It is the use of certain words to
describe sounds. Sumber: https://penlighten.com/literary-devices

Pada bagian:

Simile : Like a forest in a wildfire,


Onomatopoeia: I hush. I hush. I hush. I hush. I hush.

●Lalu pada stanza keempat, terdapat figurative language, yaitu simile:

Broken like a fallen calabash.

b.) Still I Rise by Maya Angelou

●Dari sumber yang saya baca, puisi ini mengenai orang kulit hitam yang tinggal di antara
orang kulit putih.“Still I Rise” is about a Blacks living among Whites. (Permatasari, 2016). Hal
ini ditunjukkan pada stanza pertama:
You may write me down in history
You disini merujuk kepada orang kulit putih dan me merujuk kepada dirinya sendiri. Dirinya
sendiri yang berarti Maya Angelou. Dapat diketahui bahwa Maya Angelou merupakan
seorang warga Afrika-Amerika.
●Kemudian pada puisi ini banyak terdapatnya figurative language yaitu simile. Berikut
kutipannya:
‘Cause I walk like I’ve got oil wells,
Just like moons and like suns,
Just like hopes springing high,
Shoulders falling down like teardrops
‘Cause I laugh like I’ve got gold mines
But still, like air, I’ll rise.
That I dance like I’ve got diamonds#

●Kemudian pada stanza keenam, menggambarkan bagaimana Angelou menerima penindasan


dari orang kulit putih (Permatasari, 2016) :

You may shoot me with your words,


You may cut me with your eyes,
You may kill me with your hatefulness,
But still, like air, I’ll rise.

Pada kutipan diatas, walau menerima penindasan ia tetap kuat dan berani, digambarkan
dengan kutipan:

But still, like air, I’ll rise.


Referensi
Permatasari, I. E. (2016). AN ANALYSIS OF FEMINISM IN MAYA ANGELOU’S POEMS BY USING. Jurnal
Ilmiah Bahasa dan Sastra, 164.

https://penlighten.com/feminist-literature

https://penlighten.com/literary-devices

https://www.vice.com/en_us/article/qbedkw/child-marriage-was-nearly-made-illegal-in-nigeria-last-
month

Das könnte Ihnen auch gefallen