Sie sind auf Seite 1von 12

KEDUDUKAN DAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM

SISTEM HUKUM KETATANEGARAAN INDONESIA


Nanang Sri Darmadi
Dosen Fakultas Hukum UNISSULA
nanangsridarmadi@unissula.co.id

Abstract
Constitutional changes have spawned the Constitutional Court. In the Constitutional Court, the
Constitution guaranteed as a supreme law that can be enforced properly. The method used
in this research is normative, because the study was conducted by examining the ingredients
of libraries or secondary data relating to the position and authority of the Constitutional Court
in the constitutional system of Indonesia. The conclusion of this study is thinking about the
importance of a Constitutional Court in Indonesia has emerged during the discussion of the
draft Constitution in BPUPKI, then the idea of the necessity of judicial re-emerged during the
discussion of the Draft Law on Judicial Power. At the time of the discussion of the 1945 changes
in the reform era, between the importance of the Constitutional Court to reappear. In the end,
the Third Amendment to the 1945 birth of the Constitutional Court, which serves as the guardian
of the constitution and the interpreter of the Constitution. Position of the Constitutional Court is
part of the judicial authority and has equal status with the Supreme Court. The Constitutional
Court has four powers and the constitutional obligation, ie testing the laws of the constitution,
rule on the dispute the authority of state institutions the authority granted by the Constitution,
dissolution of political parties; and to decide disputes concerning the results of the general election.
A constitutional obligation of the Constitutional Court, which give a decision on the opinion of
Parliament on the alleged violation by the President/and or vice president by the Constitution
Keywords: The status and authority, the Constitutional Court, the constitutional system

Abstrak
Perubahan UUD 1945 telah melahirkan Mahkamah Konstitusi. Dalam Mahkamah Konstitusi,
konstitusi dijamin sebagai hukum tertinggi yang dapat ditegakkan sebagaimana mestinya. Metode
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, karena penelitian ini
dilakukan dengan cara meneliti bahan-bahan pustaka atau data sekunder berkaitan dengan
kedudukan dan wewenang Mahkamah Konstitusi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Pemikiran tentang pentingnya suatu Mahkamah Konstitusi
di Indonesia telah muncul pada saat pembahasan rancangan UUD di BPUPKI, kemudian ide
perlunya judicial review kembali muncul pada saat pembahasan Rancangan Undang-undang
Kekuasaan Kehakiman. Pada saat pembahasan perubahan UUD 1945 dalam era reformasi,
pendapat mengenai pentingnya Mahkamah Konstitusi muncul kembali. Pada akhirnya, dengan
Amandemen Ketiga UUD 1945 lahir Mahkamah Konstitusi, yang berfungsi sebagai penjaga
konstitusi dan penafsir konstitusi. Kedudukan Mahkamah Konstitusi merupakan bagian dari
kekuasaan kehakiman dan memiliki posisi sejajar dengan Mahkamah Agung. Mahkamah
Konstitusi memiliki empat kewenangan dan satu kewajiban konstitusional, yaitu menguji undang-
undang terhadap undang-undang dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara
yang kewenangannya diberikan oleh UUD, memutus pembubaran partai politik; dan memutus
perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Satu kewajiban konstitusional Mahkamah Konstitusi,
yakni memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh presiden/
dan atau wakil presiden menurut UUD.
Kata kunci: Kedudukan dan Wewenang, Mahkamah Konstitusi, Sistem Ketatanegaraan

Jurnal Pembaharuan Hukum


258 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
A. PENDAHULUAN rights).3 Pada dasarnya juicial review hanya
Sistem ketatanegaraan pada dasarnya dapat dijalankan sebagaimana mestinya dalam
mengandung dua aspek, yaitu aspek yang negara yang menganut supremasi hukum dan
berkenaan dengan kekuasaan lembaga- bukan supremasi parlemen. Dalam negara
lembaga negara beserta hubungannya satu yang menganut sistem supremasi parlemen,
sama lain di antara lembaga-lembaga negara produk hukum yang dihasilkan tidak dapat
tersebut serta hubungan-hubungan antara diganggu gugat, karena parlemen merupakan
lembaga-lembaga negara dengan warga bentuk representasi dari kedaulatan rakyat.4
negara. Kedua aspek tersebut dapat dilihat Judicial review atau contitutional
dalam konstitusi suatu negara.1 review di dalamnya terdapat 2 (dua) cakupan
Suatu konstitusi merupakan sebuah tugas pokok yang meliputi : Pertama,
sistem hukum, tradisi, dan konvensi yang menjamin berfungsinya sistem demokrasi
kemudian membentuk suatu sistem konstitusi dalam hubungan perimbangan peran
atau ketatanegaraan suatu negara. Suatu antara kekuasaan legislatif, eksekutif, dan
sistem ketatanegaraan mencerminkan yudikatif supaya tidak terjadi pemusatan
fungsi-fungsi yang terdapat dalam hukum kekuasaan oleh satu cabang kekuasaan
ketatanegaraan. Fungsi-fungsi tersebut terhadap cabang kekuasaan lainnya; Kedua,
di antaranya adalah pembentukan fungsi melindungi setiap individu warga negara dari
lembaga, pembagian kewenangan, dan penyalahgunaan kekuasaan oleh lembaga
pengaturan batas-batas di antara jabatan negara yang merugikan hak-hak dasar yang
satu sama lain, serta hubungan antara dijamin dalam konstitusi.5
jabatan dan warga negara. Ketiga fungsi Di Indonesia, perubahan terhadap
tersebut, yakni fungsi pembentukan, Undang-Undang Dasar 1945 memberikan
pembagian, dan pengaturan merupakan warna baru dalam sistem ketatanegaraan.
fungsi-fungsi mengoperasikan sebuah sistem Salah satu perubahan mendasar dalam
ketatanegaraan berdasarkan norma-norma, Undang-Undang Dasar 1945 adalah
aturan-aturan konstitusi, serta prinsip-prinsip perubahan Pasal 1 ayat (2) yang berbunyi
konstitusionalisme dan negara hukum dalam “Kedaulatan berada di tangan rakyat dan
suatu konstitusi.2 dilaksanakan menurut Undang-Undang
Sistem ketatanegaraan yang diatur Dasar”. Ketentuan ini membawa implikasi
dalam konstitusi suatu negara dan dalam bahwa kedaulatan rakyat tidak lagi dilakukan
format politik yang demokratis serta sistem sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan
pemisahan kekuasaan negara dan checks Rakyat, tetapi dilakukan menurut ketentuan
and balances tidak terlepas dari adanya Undang-Undang Dasar.6 Selain hal tersebut
prinsip dan pelaksanaan wewenang untuk perubahan Undang-Undang Dasar 1945 telah
menguji atau pengujian peraturan perundang- melahirkan suatu lembaga negara yang
undangan (judicial review). berfungsi sebagai pengawal dan penafsir
Konsep judicial review itu konstitusi, yakni dengan hadirnya Mahkamah
sendiri sebenarnya dilihat sebagai hasil Konstitusi. Secara konseptual, gagasan
perkembangan modern tentang sistem pembentukan Mahkamah Konstitusi adalah
pemerintahan demokratis yang didasarkan
3 Herbert Hausmaninger, 2003, The Austrian Legal
atas ide-ide negara hukum (rule of law), Sistem,Wien, hlm. 139 dalam Jimly Asshiddiqie, 2010,
prinsip pemisahan kekuasaan (separation of Model-model Pengujian Konstitutional di Berbagai
power), serta perlindungan dan pemajuan hak Negara, Sinar Grafika, Jakarta, (selanjutnya disingkat
Jimly Asshiddiqie I), hlm. 8.
asasi manusia (the protection of fundamental
4 Zainal Arifin Hoesein, op.cit., hlm. 52-53.
1 Zainal Arifin Hoesein, 2009, Judicial Review di Mahkamah 5 Jimly Asshiddiqie I, loc.cit.
Agung RI, Tiga Dekade Pengujian Peraturan Perundang- 6 Jimly Asshiddiqie, 2006, Hukum Tata Negara dan Pilar-
undangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 26. pilar Demokrasi, Konstitusi Press, Jakarta, (selanjutnya
2 Ibid., hlm. 26. disingkat Jimly Asshiddiqie II), hlm. 318.

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015 259
untuk menyelenggarakan peradilan guna masalah sebagai berikut:
menegakkan hukum dan keadilan. Mengadili 1. Bagaimanakah sejarah pembentukan
tingkat pertama dan terakhir yang putusannya Mahkamah Konstitusi di Indonesia?
bersifat final dalam hal menguji undang- 2. Bagaimanakah kedudukan dan wewenang
undang terhadap Undang-Undang Dasar Mahkamah Konstitusi dalam sistem
1945, dan kewenangan lain yang dimilikinya.7 ketatanegaraan?
Selain hal tersebut diatas, Mahkamah
Konstitusi juga belum memiliki pengawasan B. METODE PENELITIAN
internal yang baik dalam menjalankan metode penelitian yang dipakai dalam
kewenangannya. Mahkamah Konstitusi penelitian ini menggunakan metode yuridis
belum memiliki pengawasan internal normatif9. dengan pendekatan yuridis normatif
yang mampu untuk mendeteksi terjadinya ini akan meneliti tentang hubungannya
pelanggaran maupun kelemahan organisasi, dengan sejarah pembentukan Mahkamah
yang ada hanya mekanisme pengawasan Konstitusi dan dasar filosofis, yuridis, maupun
yang bersifat hierarkis struktural dan tidak sosiologis tentang kedudukan dan wewenang
melibatkan seluruh komponen organisasi Mahkamah Konstitusi dalam sistem hukum
sehingga pengawasan tidak partisipatoris dan ketatanegaraan Indonesia.
efektif. Keadaan itu juga diperkuat dengan Spesifikasi penelitian ini bersifat
gencarnya pemberitaan di media tentang deskriptif analisis, karena diharapkan mampu
praktik suap terhadap hakim konstitusi yang memberi gambaran secara rinci, sistematis,
diduga mampu mempengaruhi putusannya dan menyeluruh dengan obyek yang akan
dan menurunkan kewibawaan peradilan diteliti, yakni kaitannya dengan kedudukan
di Mahkamah Konstitusi. Sebagaimana dan wewenang Mahkamah Konstitusi
dikemukakan oleh Alexander Hamilton
bahwa diperlukan ketabahan yang luar biasa C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
bagi para hakim dalam menjalankan tugas 1. Sejarah Pembentukan Mahkamah
mereka sebagai pelindung setia konstitusi, Konstitusi di Indonesia
sementara pelanggaran legislatif terhadap Judicial review yang juga disebut
konstitusi diawali dengan suara masyarakat sebagai constitutional review yang
mayoritas.8 memberikan wewenang kepada Supreme
Selain hal tersebut di atas, Mahkamah Court atau Mahkamah Agung untuk
Konstitusi juga belum memiliki pengawasan membatalkan sebuah undang-undang
internal yang baik dalam menjalankan karena isinya bertentangan dengan
kewenangannya. Mahkamah Konstitusi belum konstitusi pertama kali terjadi di Amerika
memiliki pengawasan internal yang mampu Serikat, yakni yang dilakukan oleh Chief
untuk mendeteksi terjadinya pelanggaran Justice John Marshall pada tahun 1803.
maupun kelemahan organisasi, yang ada Sebelum itu, memang ada kebiasaan
hanya mekanisme pengawasan yang bersifat tradisional yang memungkinkan hakim
hierarkis struktural dan tidak melibatkan menyimpang atau tidak memberlakukan
seluruh komponen organisasi sehingga isi suatu undang-undang yang dianggap
pengawasan tidak partisipatoris dan efektif. bertentangan dengan konstitusi.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, Kebiasaan ini bukan dalam konteks
maka penulis tertarik untuk merumuskan membatalkan suatu undang-undang
7 Ahmad Syahrizal, 2006, Peradilan Konstitusi, Suatu Studi melainkan sekadar menyimpang dan
tentang Adjudikasi Konstitusional Sebagai Mekanisme tidak menerapkan isinya dalam memutus
Penyelesaian Sengketa Normatif, Pradnya Paramita, kasus konkret.
Jakarta, hlm. 263.
8 Leonard W. Levy, 2005, Judicial Review, Sejarah 9 Soeryono Soekanto dan Sri Mamudji, 1995, Penelitian
Kelahiran, Wewenang, dan Fungsinya dalam Negara Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, Rajawali
Demokrasi, Nuansa, Bandung, hlm. 98. Pers, Jakarta, hlm.13.

Jurnal Pembaharuan Hukum


260 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
Chief Justice John Marshall adalah Undang-Undang Dasar 1945 menjadi
orang pertama dalam sepanjang sejarah catatan sejarah ketatanegaraan Indonesia,
konsti­tusi dan ketatanegaraan yang karena fondasi sistem ketatanegaraan
melakukan pengujian dan pembatalan mengalami perubahan drastis, hampir
suatu undang-undang dalam bentuk meliputi berbagai bidang kehidupan.
judicial review atau constitutional review. Perdebatan tentang judicial review
Dimulai dari kekalahan Presiden John di Indonesia telah dimulai sejak awal
Adams dari Thomas Jefferson pada berdirinya negara Republik Indonesia
pemilihan Presiden Amerika Serikat ketika Soepomo dan Mohammad Yamin
pada tahun 1800. Sebelum secara memperbincangkan rancangan konstitusi
resmi menyerahkan jabatannya kepada Republik Indonesia.10 Perdebatan judicial
presiden baru, John Adams mengangkat review terus berkembang sebagai wacana
pejabat-pejabat penting yang oleh lawan- di masyarakat hingga akhir masa orde
lawan politiknya dianggap sebagai upaya baru. Pada masa orde baru, konsep judicial
menyelamatkan kedudukan teman­ review dicoba dirintis dan diakomodasi
temannya agar mereka tetap menduduki dalam berbagai peraturan perundang­
jabatan penting. undangan seperti dalam Undang-undang
John Marshall adalah Secretary Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-
of State dari Presiden John Adams yang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman,
segera diangkat menjadi Ketua Mahkamah Ketetapan MPR Nomor: III/MPR/1978
Agung atau Chief Justice. Bahkan, sampai Tentang Kedudukan dan Hubungan
tengah malam di hari terakhir sebelum Tata Kerja Lembaga Tertinggi Negara
meninggalkan jabatannya (3 Maret 1801), dengan atau Antar Lembaga-lembaga
John Adams masih mengangkat sahabat- Tinggi Negara, Undang-undang Nomor 14
sahabatnya dalam jabatan penting seperti Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.11
menjadi duta besar dan hakim. Termasuk Namun kesemuanya masih jauh dari
dalam rombongan yang diangkat pada memadai karena hanya mengatur tentang
detik-detik terakhir masa jabatan John uji materi peraturan perundang-undangan
Adams itu adalah beberapa sahabatnya di bawah undang-undang.12
untuk jabatan hakim perdamaian (justices Ide pembentukan Mahkamah
of peaces), yakni William Marbury, Konstitusi pada era reformasi mulai
Robert Townsend Hooe, dan William dikemukakan pada masa sidang kedua
Harper. Karena mendesaknya waktu, Panitia Ad Hoc I Badan Pekerja Majelis
maka surat-surat pengang­katan untuk Permusyawaratan Rakyat Republik
pejabat-pejabat yang disebut sebagai Indonesia (PAH I BP MPR), yaitu setelah
“the midnight judges” itu tak sempat seluruh anggota Badan Pekerja Majelis
diserahkan kepada yang bersangkutan Permusyawaratan Rakyat Republik
sampai Adams melepaskan jabatannya Indonesia melakukan studi banding di
secara resmi. 21 (dua puluh satu) negara mengenai
Pelaksanaan judicial review konstitusi pada bulan Maret-April Tahun
yang dipelopori oleh John Marshall 2000. Ide ini belum muncul pada saat
memberikan pengaruh yang sangat perubahan pertama Undang-Undang
penting bagi negara lain di dunia, termasuk Dasar 1945, bahkan belum ada satupun
Indonesia dengan berdirinya Mahkamah 10 Sri Sumantri, 1997, Hukum Uji Matriel, Alumni, Bandung,
Konstitusi Indonesia. Alhasil, kehidupan hlm. 71-72.
ketatanegaraan Indonesia mengalami 11 Sudikno Mertokusumo, 1998, Mengenal Hukum Suatu
perubahan mendasar, yakni ketika Pengantar, Liberty, Yogyakarta, hlm. 24-25.
dimulainya perubahan Undang-Undang 12 Ulin Najihah, 2008, Penerapan Sistem Pembuktian
Di Mahkamah Konstitusi, Fakultas Hukum Universitas
Dasar 1945 pada tahun 1999. Perubahan Islam Indonesia, Yogyakarta, hlm. 22.

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015 261
fraksi di MPR yang mengajukan usul 2003 melantik hakim konstitusi untuk
itu. Nampaknya para anggota Majelis pertama kalinya yang dilanjutkan dengan
Permusyawaratan Rakyat sangat pengucapan sumpah jabatan para hakim
terpengaruh atas temuannya dalam konstitusi di Istana Negara pada tanggal
studi banding tersebut. Walaupun 16 Agustus 2003.
demikian, pada sidang tahunan Majelis Lembaran perjalanan Mahkamah
Permusyawaratan Rakyat MPR bulan Konstitusi selanjutnya adalah pelimpahan
Agustus tahun 2000, rancangan rumusan perkara dari Mahkamah Agung ke
mengenai Mahkamah Konstitusi masih Mahkamah Konstitusi, pada tanggal
berupa beberapa alternatif dan belum 15 Oktober 2003 yang menandai mulai
final. beroperasinya kegiatan Mahkamah
Sejarah berdirinya lembaga Konstitusi sebagai salah satu cabang
Mahkamah Konstitusi di Indonesia diawali kekuasaan kehakiman menurut ketentuan
dengan diadopsinya ide Mahkamah Undang-Undang Dasar 1945.
Konstitusi (Constitutional Court) dalam Undang-Undang Dasar Negara
amandemen konstitusi yang dilakukan Republik Indonesia Tahun 1945
oleh MPR pada tahun 2001 sebagaimana menegaskan, bahwa kedaulatan berada
dirumuskan dalam ketentuan Pasal 24 di tangan rakyat dan dilaksanakan
ayat (2), Pasal 24C, dan Pasal 7B Undang- menurut Undang-Undang Dasar. Di
Undang Dasar 1945 hasil Perubahan samping itu ditegaskan pula, bahwa
Ketiga yang disahkan pada 9 November negara Indonesia adalah negara hukum,
2001. yang menghendaki segala tindakan atau
Setelah disahkannya Perubahan perbuatan penguasa mempunyai dasar
Ketiga UUD 1945 maka dalam rangka hukum yang jelas atau ada legalitasnya
menunggu pembentukan Mahkamah baik berdasarkan hukum tertulis maupun
Konstitusi, MPR menetapkan Mahkamah hukum tidak tertulis.14
Agung melaksanakan fungsi dari Sejalan dengan prinsip
Mahkamah Konstitusi untuk sementara ketatanegaraan tersebut, maka salah
sebagaimana diatur dalam Pasal III Aturan satu substansi penting perubahan
Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang Dasar Negara Republik
hasil Perubahan Keempat.13 Indonesia Tahun 1945 adalah keberadaan
Dewan Perwakilan Rakyat dan Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga
pemerintah kemudian membuat rancangan negara yang berfungsi menangani perkara
undang-undang mengenai Mahkamah tertentu di bidang ketatanegaraan,
Konstitusi. Setelah melalui pembahasan dalam rangka menjaga konstitusi agar
mendalam, Dewan Perwakilan Rakyat dan dilaksanakan secara bertanggung
pemerintah menyetujui secara bersama jawab sesuai dengan kehendak rakyat
Undang-undang Nomor 24 Tahun 2003 dan cita-­cita demokrasi. Keberadaan
Tentang Mahkamah Konstitusi pada 13 Mahkamah Konstitusi sekaligus untuk
Agustus 2003 dan disahkan oleh presiden menjaga terselenggaranya pemerintahan
pada hari itu (Lembaran Negara Nomor negara yang stabil, dan juga merupakan
98 dan Tambahan Lembaran Negara koreksi terhadap pengalaman kehidupan
Nomor 4316). Dua hari kemudian, pada ketatanegaraan di masa lalu yang
tanggal 15 Agustus 2003, presiden melalui ditimbulkan oleh tafsir ganda terhadap
Keputusan Presiden Nomor 147/M Tahun konstitusi.15
13 Bambang Sutiyoso, Desember 2010, Pembentukan Pembentukan Mahkamah
Mahkamah Konstitusi Sebagai Pelaku Kekuasaan Konstitusi dalam pandangan para ahli
Kehakiman di Indonesia, dalam Jurnal Konstitusi Volume
7 Nomor 6, Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan 14 Ibid., hlm. 28-29.
Mahkamah Konstitusi, Jakarta, hlm. 27-28. 15 Ibid., hlm. 29.

Jurnal Pembaharuan Hukum


262 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
hukum dilatarbelakangi oleh beberapa untuk menangani berbagai soal
faktor yaitu : 16 ketatanegaraan lainnya di luar
1) Pada tingkat internasional, Mahkamah Agung.
perkembangan politik di negara Faktor ketiadaan mekanisme
yang tengah mengalami proses yang mengatur hak uji materiil undang-
transisi politik pada periode 1990- undang terhadap konstitusi dan faktor
an. Korea Selatan, Afrika Selatan keberadaan Mahkamah Agung yang
dan Ceko merupakan contoh negara belum sepenuhnya menjalankan
yang telah mengakomodasi pem­ kewenangannya menjadi dasar kuat
bentukan Mahkamah Konstitusi membentuk Mahkamah Konstitusi
dalam konstitusinya dan pada dalam sistem ketata­negaraan Indonesia.
sistem kekuasaannya. Alasan utama Ketiadaan mekanisme yang mengatur
berbagai negara itu membentuk hak uji materiil undang-undang terhadap
Mahkamah Konstitusi adalah agar konstitusi dalam negara hukum ini patut
nilai-nilai dasar konstitusi dapat dipersoalkan karena hal ini berkaitan
dijamin konsistennya dan adanya dengan konsekuensi yang timbul jika
mekanisme yang memungkinkan ditemukan materi muatan undang-undang
terjadinya kontrol terhadap kekuasaan yang bertentangan dengan konstitusi
agar tidak mengingkari nilai dasar (Undang-Undang Dasar 1945).18
yang diatur dalam konstitusi; Ketiadaan mekanisme ini
2) Pada aras nasional, setidaknya ada membuat inisiatif, gagasan-gagasan dan
tiga hal panting yang menjadi dasar upaya riil untuk mencegah perundang-
pembentukan Mahkamah Konstitusi, undangan yang bertentangan dengan
yaitu : 17 perundang-undangan yang lebih tinggi
a) Ada lack of authority, karena derajatnya (Undang-Undang Dasar 1945)
dalam sistem hukum di Indonesia tidak pernah terealisasi.
belum ada mekanisme yang Beberapa pertimbangan
mengatur limitatif soal hak uji dibentuknya Mahkamah Konstitusi
materiil (undang-undang terhadap sebagaimana ditegaskan dalam Undang-
konstitusi). Oleh karena itu, undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang
berbagai undang-undang yang Mahkamah Konstitusi adalah :
berten­tangan dengan konstitusi 1) Bahwa Negara Kesatuan Republik
tidak pernah bisa dipersoalkan; Indonesia merupakan negara hukum
b) Ada fakta politik terjadinya yang berdasarkan Pancasila dan
konflik kelembagaan antara Undang-­ Undang Dasar Negara
lembaga kepresidenan dan Republik Indonesia Tahun 1945,
Dewan Perwakilan Rakyat, yaitu bertujuan untuk mewujudkan tata
pemberhentian dan pengangkatan kehidupan bangsa dan negara
kepala kepolisian Republik yang tertib, bersih, makmur, dan
Indonesia dan pengangkatan berkeadilan;
ketua Mahkamah Agung; 2) Bahwa Mahkamah Konstitusi sebagai
c) Adanya pandangan bahwa salah satu pelaku kekuasaan
Mahkamah Agung tidak kehakiman mempunyai peranan
sepenuhnya mampu menjalankan penting dalam usaha menegakkan
berbagai kewenangan yang konstitusi dan prinsip negara
melekat pada dirinya, sehingga hukum sesuai dengan tugas dan
diperlukan lembaga lainnya wewenangnya sebagaimana
16 Iriyanto A. Baso, Ence, op.cit., hlm. 112. ditentukan dalam Undang-Undang
17 Ibid., hlm. 113. 18 Ibid., hlm. 133.

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015 263
Dasar Negara Republik Indonesia Mahkamah Konstitusi sebagai
Tahun 1945; lembaga kekuasaan kehakiman
3) Bahwa berdasarkan ketentuan sudah menjelma dalam sistem hukum
Pasal 24C ayat (6) Undang-Undang ketatanegaraan Indonesia. Kehadiran
Dasar Negara Republik Indonesia Mahkamah Konstitusi secara teoretis atau
Tahun 1945 perlu mengatur tentang praktis melengkapi badan peradilan yang
pengangkatan dan pemberhentian telah ada sebelum Undang-Undang Dasar
hakim konstitusi, hukum acara, dan 1945 diamandemen, yaitu Mahkamah
ketentuan lainnya tentang Mahkamah Agung.
Konstitusi; Mahkamah Agung dan Mahkamah
4) Bahwa berdasarkan pertimbangan Konstitusi, meski memiliki kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam huruf yang berbeda menurut Undang-Undang
a, huruf b, dan huruf c serta untuk Dasar 1945, tetapi secara institusional
melaksanakan ketentuan Pasal III Mahkamah Konstitusi tetap dibutuhkan
Aturan Peralihan Undang-Undang untuk mendukung kelangsungan aktivitas
Dasar Negara Republik Indonesia negara hukum Indonesia, khususnya
Tahun 1945, perlu membentuk di bidang peradilan atau tepatnya hak
undang-undang tentang Mahkamah uji materiil undang-undang terhadap
Konstitusi. Undang-Undang Dasar 1945.
Selain hal tersebut di atas, gagasan a. Kedudukan Mahkamah Konstitusi
penguatan checks and balances di dalam Secara filosofis ide dasar
Perubahan Undang-Undang Dasar 1945 pembentukan Mahkamah Konstitusi
juga merupakan faktor lahirnya Mahkamah adalah untuk menciptakan sebuah
Konstitusi. Lahirnya Mahkamah Konstitusi sistem ketatanegaraan di Indonesia
merupakan jawaban atas keinginan yang menganut asas pemisahan
agar lembaga yudisial dapat melakukan kekuasaan (separation of power)
pengujian atas undang-undang terhadap secara fungsional dan menerapkan
undang-undang dasar yang sebelumnya check and balances untuk
sama sekali tidak dapat dilakukan.19 menggantikan secara bertahap
2.
Kedudukan Dan Wewenang penggunaan asas pendistribusian
Mahkamah Konstitusi Dalam Sistem kekuasaan (distri­bution of power)
Ketatanegaraan. dan paham integralisme dari lembaga
Indonesia sebagai sebuah negara tinggi negara, dengan alasan bahwa :
hukum, secara konstitusional diatur dalam 1) Negara Indonesia merupakan
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar negara hukum yang
1945 bahwa: “Negara Indonesia adalah berdasarkan Pancasila dan
negara hukum”. Landasan konstitusi ini Undang-Undang Dasar 1945,
menjadi prinsip dasar penyelenggaraan bertujuan untuk mewujudkan
negara, sehingga berkomitmen pada tata kehidupan bangsa dan
persoalan-persoalan urgen kenegaraan, negara yang tertib, bersih,
sehingga perlu adanya lembaga makmur, dan ber­keadilan;
kekuasaan kehakiman yang mempunyai 2) Mahkamah Konstitusi sebagai
kewenangan menyelenggarakan peradilan salah satu pelaku kekuasaan
sebagai upaya menegakkan hukum dan kehakiman mempunyai
keadilan dalam kehidupan bermasyarakat peranan penting dalam
dan bernegara. usaha menegakkan konstitusi
dan prinsip negara hukum
19 Mohlm.Mahfud MD, 2010, Perdebatan Hukum Tata
Negara Pasca Amandemen Konstitusi, Raja Grafindo sesuai dengan tugas dan
Persada, Jakarta, hlm. 73 dan 74. wewenangnya sebagaimana

Jurnal Pembaharuan Hukum


264 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
ditentukan oleh Undang- akibat terhadap kekuasaan lain dalam
Undang Dasar 1945; kedudukan berhadap-hadapan,
3) Berdasarkan ketentuan yang terutama terhadap lembaga legislatif
termuat dalam Undang- di mana produknya direview.
Undang Dasar 1945 Keberadaan Mahkamah
(Pasal 24C) pengaturan Konstitusi merupakan fenomena baru
tentang pengangkatan dan dalam dunia ketatanegaraan, dan
pemberhentian hakim kon­ kedudukan Mahkamah Konstitusi ini
stitusi, hukum acara, dan sejajar atau sederajat dengan lembaga
ketentuan lainnya diatur negara lain, yang mana Mahkamah
dalam undang-­undang. Konstitusi ini merupakan lembaga
Mahkamah Konstitusi negara yang baru dibentuk. Pasca
merupakan pelaku kekuasaan perubahan Undang-Undang Dasar
kehakiman yang merdeka untuk 1945 tidak ada lembaga tertinggi di
menyelenggarakan peradilan guna atas lembaga lainnya sebagaimana
menegakkan hukum dan keadilan dahulu Majelis Permusyawaratan
di samping Mahkamah Agung dan Rakyat membawahkan lembaga
peradilan di bawahnya. tinggi negara lainnya. Sistem
Mahkamah Konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 pra
dibentuk untuk menjamin konstitusi amandemen menganut pembagian
sebagai hukum tertinggi agar dapat kekuasaan (division of power) di
ditegakkan, sehingga Mahkamah mana kekuasaan yang dipegang oleh
Konstitusi disebut dengan the pelaksana kedaulatan rakyat (Majelis
guardian of the constitution. Permusyawaratan Rakyat) dibagikan
Produk legislatif seburuk apapun kepada lembaga tinggi negara, yakni
sebelumnya tetap berlaku tanpa presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,
sama sekali terdapat lembaga yang Dewan Pertimbangan Agung, Badan
bisa mengkoreksi, kecuali kesadaran Pemeriksa Keuangan, dan Mahkamah
pembentuknya sendiri yang merevisi Agung.
atau mencabutnya, karena buruknya Pasca amandemen Undang-
produk legislatif bisa dipengaruhi Undang Dasar 1945, pada dasarnya
adanya kepentingan tertentu dari menganut pemisahan kekuasaan
pembentuk untuk menyimpang secara horizontal, di mana kekuasaan
dari undang-undang dasar bahkan yang satu tidak membawahkan
undang-undang yang lain. kekuasaan lainnya. Kekuasaan satu
Kedudukan Mahkamah mengimbangi kekuasaan lainnya
Konstitusi ini setingkat atau sederajat dengan kewenangan masing-masing
dengan Mahkamah Agung dalam sesuai dengan sistem Undang-
sistem ketatanegaraan Indonesia. Undang Dasar 1945.
Dalam menjalankan kewenangannya, Kedudukan Mahkamah
termasuk di dalamnya adalah menguji Konstitusi dalam sistem
undang-undang terhadap undang- ketatanegaraan Indonesia adalah
undang dasar, Mahkamah Konstitusi sebagai lembaga negara yang
juga melakukan penafsiran konstitusi, menjalankan fungsi yudisial
sehingga Mahkamah Konstitusi juga dengan kompetensi obyek perkara
disebut the Sole Interpreter of the ketatanegaraan.
Constitution. Sebagai lembaga Keberadaan Mahkamah
penafsir tunggal konstitusi, banyak Konstitusi dipahami sebagai pengawal
hal dalam mengadili menimbulkan konstitusi untuk memperkuat

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015 265
dasar-dasar konstitusionalisme diberikan oleh Undang-
dalam Undang-Undang Dasar Undang Dasar 1945;
1945. Oleh karena itu, Mahkamah c) Obyek permohonan adalah
Konstitusi mempunyai kewenangan konstitusionalitas sebuah
dengan batasan yang jelas sebagai undang-undang yang meliputi
bentuk penghormatan atas pengujian secara formil, yaitu
konstitusionalisme. pengujian mengenai apakah
b. Wewenang Mahkamah Konstitusi pembentukan dan bentuk
Wewenang Mahkamah undang-undang sesuai
Konstitusi berasal dari Undang- atau tidak dengan ketentuan
Undang Dasar 1945 yang diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945,
Pasal 7A, Pasal 78, dan Pasal 24C dan pe­ngujian secara materiil,
Undang-Undang Dasar 1945 dan yaitu pengujian mengenai
dijabarkan dengan Undang-Undang apakah materi muatan dalam
Nomor 24 Tahun 2003. ayat, pasal, dan/atau bagian
Untuk mengawal konstitusi, undang-undang bertentangan
Mahkamah Konstitusi mempunyai dengan Undang-Undang
kewena­ngan menangani perkara- Dasar 1945.
perkara konstitusi/ketatanegaraan 2) Memutus sengketa kewenangan
tertentu sebagaimana tercantum konstitusional lembaga negara;
dalam Pasal 24C ayat (1) dan ayat a) Diatur dalam Pasal 61
(2) Undang-Undang Dasar 1945 sampai dengan Pasal 67
sebagai berikut : Undang-undang Mahkamah
1) Menguji undang-undang terhadap Konstitusi;
Undang-Undang Dasar 1945; b) Pemohonnya adalah lembaga
a) Diatur dalam Pasal 50 sampai negara yang kewenangannya
dengan Pasal 60 Undang- diberikan oleh Undang-
undang Mahkamah Konstitusi Undang Dasar 1945, seda­
dan telah dilengkapi dengan ngkan termohonnya adalah
PMK Nomor : 06/PMK/2005; lembaga negara yang
b) Subyek hukum yang dapat mengambil kewenangan
menjadi pemohon adalah lembaga negara lain­nya;
: i) perorangan warga c) Obyek sengketa adalah
negara Indonesia, termasuk kewenangan yang diberikan
kelompok orang yang oleh Undang-Undang Dasar
mempunyai kepentingan 1945.
sama; ii) kesatuan masyarakat 3) Memutus pembubaran partai
hukum adat sepanjang masih politik;
hidup dan sesuai dengan a) Diatur dalam Pasal 68
perkembangan masyarakat sampai dengan Pasal 73
dan prinsip Negara Kesatuan Undang-undang Mahkamah
Republik Indonesia yang Konstitusi;
diatur dalam undang-undang; b) Pemohonnya adalah
iii) badan hukum publik atau pemerintah, sedangkan
privat; atau iv) lembaga ter­mohonnya adalah partai
negara, yang menganggap politik yang dimohonkan untuk
hak dan/atau kewenangan dibubarkan;
konstitusionalnya diru­gikan, c) Alasan pembubaran adalah
yaitu hak/kewenangan yang ideologi, asas, tujuan,

Jurnal Pembaharuan Hukum


266 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
program, dan kegiatan parpol berat lainnya, dan melakukan
yang dianggap ber­tentangan perbuatan tercela, dan ii)
dengan Undang-Undang presiden dan/atau wakil
Dasar 1945; oresiden tidak lagi memenuhi
d) Jika permohonan dikabulkan, syarat berdasarkan Undang-
parpol yang bersang­kutan Undang Dasar 1945;
dibatalkan pendaftarannya d) Putusan menyatakan
sebagai badan hukum pada pendapat Dewan Perwakilan
pemerintah. Rakyat terbukti atau tidak
4) Memutus perselisihan hasil terbukti.
pemilihan umum;
a) Diatur dalam Pasal 74 sampai D. PENUTUP
dengan Pasal 79 Undang- 1. Kesimpulan
undang Mahkamah Konstitusi Berdasarkan hasil penelitian
dan dileng­kapi dengan PMK yang telah dilakukan, penulis menarik
Nomor : 04/PMK/2004 dan kesimpulan bahwa:
PMK Nomor : 05/ PMK/2004; 1. Sejarah pembentukan Mahkamah
b) Pemohonnya adalah Konstitusi di Indonesia tidak dapat
perorangan peserta pemilu terlepas dari perkembangan
Dewan Perwakilan Daerah, judicial review yang terjadi di
partai politik peserta pemilu, beberapa negara di dunia.
dan Pasangan calon Pemikiran mengenai pentingnya
presiden/calon wakil presiden suatu Mahkamah Konstitusi
peserta pemilu presiden dan telah muncul dalam sejarah
wakil presiden, sedangan ketatanegaraan Indonesia pada
termohonnya adalah Komisi saat sebelum merdeka. Eksistensi
Pemilihan Umum; Mahkamah Konstitusi terwujud
c) Obyek perselisihan adalah dalam pelaksanaan tugas dan
penetapan hasil pemilu oleh kewenangannya setelah DPR
Komisi Pemilihan Umum ; dan pemerintah menyetujui
5) Memutus pendapat Dewan diundangkannya Undang-undang
Perwakilan Rakyat mengenai Nomor 24 Tahun 2003 Tentang
dugaan pelanggaran oleh Mahkamah Konstitusi sebagai
presiden dan/atau wakil presiden. dasar pijak Mahkamah Konstitusi
a) Diatur dalam Pasal 80 sampai dalam penyelenggaraan pengujian
dengan 85 Undang-undang konstusionalitas sesuai amanat
Mahkamah Konstitusi; Undang-Undang Dasar 1945.
b) Pemohon adalah Dewan 2. Kedudukan Mahkamah Konstitusi
Perwakilan Rakyat yang dalam sistem ketatanegaraan
disetujui oleh 2/3 dari minimal Indonesia adalah sebagai lembaga
2
/3 anggota Dewan Perwakilan negara yang menjalankan fungsi
Rakyat yang hadir dalam yudisial dengan kompetensi
sidang paripurna; obyek perkara ketatanegaraan.
c) Alasan impeachment adalah Sedangkan wewenang dari
i) presiden dan/atau wakil Mahkamah Konstitusi berasal
presiden melanggar hukum dari Undang-Undang Dasar
karena pengkhianatan 1945 yang diatur dalam Pasal
terhadap negara, korupsi, 7A, Pasal 78, dan Pasal 24C
penyuapan, tindak pidana Undang-Undang Dasar 1945

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015 267
dan dijabarkan dengan Undang- didalam masyarakat terhadap
Undang Nomor 24 Tahun 2003 perundang-undangan yang dinilai
serta dalam rangka untuk warga bertentangan dengan
mengawal konstitusi, Mahkamah konstitusi;
Konstitusi mempunyai kewena­ 2. Keputusan Mahkamah Konstitusi
ngan menangani perkara-perkara adalah keputusan final dan
konstitusi tertentu sebagaimana mengikat yang harus dihormati.
tercantum dalam Pasal 24C Namun, tentu hakim Mahkamah
ayat (1) dan ayat (2) Undang- Konstitusi tidak selalu sempurna.
Undang Dasar 1945 antara lain: Sudah pasti ada sejumlah hal
Menguji undang-undang terhadap yang membuat seorang hakim
Undang-Undang Dasar 1945; Mahkamah Konstitusi menjadi
Memutus sengketa kewenangan kurang teliti dalam mengambil
konstitusional lembaga negara; keputusan. Selain itu, tidak ada
Memutus pembubaran partai jaminan seratus persen hakim
politik; Memutus perselisihan Mahkamah Konstitusi selalu
hasil pemilihan umum;Memutus bersih dan kuat menghadapi
pendapat Dewan Perwakilan cobaan suap. Oleh karena itu,
Rakyat mengenai dugaan untuk mengawasi serta menindak
pelanggaran oleh presiden dan/ hakim Mahkamah Konstitusi yang
atau wakil presiden. diduga memberikan keputusan
yang dinilai tidak obyektif atau
2. Saran melanggar kode etik, perlu segera
1. Keberadaan Mahkamah Konstitusi dibentuk Badan Kehormatan
dalam sistem ketatanegaraan Hakim untuk menindaklanjuti
sangat penting dalam melindungi kasus pelanggaran kode etik.
dan mengemban suara rakyat. Dengan demikian, putusan hakim
Dengan putusan-putusannya, Mahkamah Konstitusi dapat diuji
Mahkamah Konstitusi merupakan keobyektifitasannya dan tidak
jawaban konkrit atas segenap merugikan pihak tertentu.
permasalahan yang terjadi

DAFTAR PUSTAKA

• Buku-Buku:
Ahmad Syahrizal, 2006, Peradilan Konstitusi, Suatu Studi tentang Adjudikasi Konstitusional
Sebagai Mekanisme Penyelesaian Sengketa Normatif, Pradnya Paramita, Jakarta;
Bambang Sutiyoso, Desember 2010, Pembentukan Mahkamah Konstitusi Sebagai Pelaku
Kekuasaan Kehakiman di Indonesia, dalam Jurnal Konstitusi Volume 7 Nomor 6,
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta
Jimly Asshiddiqie, 2006, Hukum Tata Negara dan Pilar-pilar Demokrasi, Konstitusi Press,
Jakarta
______________, 2010, Model-model Pengujian Konstitutional di Berbagai Negara, Sinar
Grafika, Jakarta;
Leonard W. Levy, 2005, Judicial Review, Sejarah Kelahiran, Wewenang, dan Fungsinya
dalam Negara Demokrasi, Nuansa, Bandung;
Moh.Mahfud MD, 2010, Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi,
Raja Grafindo Persada, Jakarta;

Jurnal Pembaharuan Hukum


268 Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015
Soeryono Soekanto dan Sri Mamudji, 1995, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Pers, Jakarta;
Sri Sumantri, 1997, Hukum Uji Matriel, Alumni, Bandung;
Sudikno Mertokusumo, 1998, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta;
Ulin Najihah, 2008, Penerapan Sistem Pembuktian Di Mahkamah Konstitusi, Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Zainal Arifin Hoesein, 2009, Judicial Review di Mahkamah Agung RI, Tiga Dekade Pengujian
Peraturan Perundang-undangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta

• Peraturan perundang-undangan:
Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi.

Jurnal Pembaharuan Hukum


Volume II No. 2 Mei - Agustus 2015 269

Das könnte Ihnen auch gefallen