Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
tinggi. Terjadinya penyakit cacing sering di Kemiri Kabupaten Purworejo, bersedia un-
hubungkan dengan kondisi lingkungan tuk menjadi responden, bertempat tinggal
penderita, sosio-ekonomi penderita serta di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
tingkat pendidikan penderita.7 Penyakit Kemiri dan pada saat dilakukan pengambil-
cacing juga berhubungan dengan an sampel dimasukan dalam golongan usia
keberadaan cacing tambang pada tanah dewasa 18-64 tahun (usia produktif kerja
halaman rumah, sanitasi buruk, kebiasaan setelah lulus SLTA). Kriteria eksklusi:
bermain lama di tanah dan kebiasaan mempunyai kebiasaan mengkonsumsi
defekasi di kebun.8 Kebanyakan masyarakat sayuran mentah, akan melakukan per-
miskin di daerah tropis, orang berjalan jalanan/pindah tempat tinggal dalam waktu
bertelanjang kaki, anak-anak merangkak lama, dan tidak bersedia dijadikan res-
atau duduk telanjang di tanah, dan hewan ponden penelitian.
peliharaan sering mengalami infeksi cacing Sampel penelitian sebanyak 101 orang
tambang, sehingga prevalensi dari cacing dengan 51 orang sampel hasil studi penda-
tambang terkait larva migrans cutaneous huluan dan 50 orang sampel penelitian. Dari
menjadi tinggi.9,10 seluruh jumlah sampel diketahui proporsi
Sekelompok orang yang bekerja baik penderita infeksi cacing tambang sebanyak
wanita maupun pria, yang mengolah tanah 65 orang (64,4%).
di suatu lahan pertanian, perkebunan atau
pertambangan akan mengalami pemaparan Hasil
terus menerus terhadap kontaminasi telur
cacing. Olahan tanah dalam bentuk apapun Distribusi dan proporsi infeksi
di lahan pertanian dan perkebunan akan cacing tambang menurut jenis kelamin di
menguntungkan pertumbuhan larva. Ini kecamatan Kemiri menunjukkan laki-laki
terjadi pada para pekerja yang memakai sebanyak 31 orang (30,6%), sedangkan
tangan dan kaki telanjang tanpa pelindung.11 proporsi infeksi cacing tambang menurut
jenis kelamin perempuan sebanyak 34
orang (34%). Sehingga lebih banyak
Metode penderita infeksi cacing tambang dengan
jenis kelamin perempuan, seperti terlihat
Penelitian ini adalah penelitian pada Tabel 1.
observasional analitik dengan rancangan Proporsi infeksi cacing tambang
penelitian cross-sectional. Rancangan pene- berdasarkan umur < 35 tahu sebanyak 24
litian ini adalah bertujuan untuk menelaah orang (23,8%), sedangkan proporsi infeksi
hubungan antar variabel independent dengan cacing tambang bedasarkan umur ≥ 35
efek/variabel dependent (penyakit atau ma- tahun sebanyak 41 orang (40,7%). Sehingga
salah kesehatan) tertentu yang dinilaipada sebagian besar penderita infeksi cacing
suatu saat/serentak secara simultan pada po- tambang berumur ≥ 35 tahun, ditunjukkan
pulasi tertentu dan tidak ada kegiatan tin- pada Tabel 2.
26 Proporsi penderita infeksi cacing
dak lanjut.
tambang menurut tingkat pendidikan rendah
Cara pengambilan sampel
sebanyak 18 orang (17,8%), sedangakan
menggunakan purposive sampling. Sampel
proporsi penderita infeksi cacing tambang
penelitian di ambil dari populasi studi yang menurut tingkat pendidikan tinggi sebanyak 47
terpilih untuk menjadi subyek penelitian penderita (46,5%). Sebagian besar penderita
yang telah memenuhi kriteria inklusi dan infeksi cacing tambang mempunyai tingkat
kriteria eksklusi. Kriteria inklusi: mempun- pendidikan tinggi, ditunjukkan pada tabel 3.
yai pekerjaan sebagai petani pembibitan
albasia (albizia falcataria) di Kecamatan
Tabel 6. Hasil akhir analisis multivariat beberapa faktor risiko kejadian infeksi
cacing tambang pada petani pembibitan albasia
Faktor Risiko B OR 95%CI p
Tidak mencuci kaki setelah kerja 1,485 4,41 1,31-14,7 0,017
Tidak tersedia jamban di tempat kerja 1,329 3,77 1,16-12,25 0,027
Tidak cuci tangan sebelum makan 1,321 3,74 1,06-13,19 0,040
Tidak pakai alas kaki saat bekerja 1,271 3,56 1,16-12,25 0,027
Constant - 0,778
Kegiatan yang dilakukan petani pembi- kecacingan pada murid Sekolah Dasar di
bittan albasia Kecamatan Angola Timur Kabupaten
Tapanuli Selatan sebesar 16,6 kali.15
Petani melakukan kegiatan dalam Sehingga dalam penelitian ini tidak
pembibitan albasia diantaranya pembuatan tersedianya jamban di tempat kerja dapat
kecambah, pemilihan lokasi penyemaian, meningkatkan faktor risiko infeksi cacing
penyemaian bibit, penaburan benih, pemin- tambang yang lebih kecil dari penelitian
dahan benih ke media tanam. yang telah di lakukan oleh Juni Fitri, Zulfan
Saam, dan M.Yulis Hamidy.
Faktor risiko yang terbukti berpengaruh
terhadap infeksi cacing tambang tidak Tidak mencuci tangan setelah bekerja
mencuci kaki setelah bekerja
Tidak mencuci tangan dapat
Pekerjaan yang di lakukan petani menyebabkan menempelnya larva cacing
berhubungan dengan tanah yang merupakan tambang setelah kontak dengan tanah.
tempat perkembangan bentuk larva yang Tangan yang kotor harus dibersihkan
dapat masuk melalui permukaan kulit kaki menggunakan sabun terlebih dahulu agar
yang terinfeksi. Kaki yang tidak di cuci parasit yang menempel dapat dihilangkan
bersih setelah bekerja memungkinkan ada- dari permukaan kulit. Dalam penelitian ini
nya larva cacing tambang yang masuk kebiasaan tidak mencuci tangan setelah
melalui pori-pori kulit dan dapat bekerja terbukti dapat meningkatkan risiko
menginfeksi manusia. Menurut penelitian infeksi cacing tambang sebesar 3,74 kali.
ini kebiasaan petani tidak mencuci kaki Hasil penelitian ini sesuai dengan
setelah bekerja terbukti dapat meningkatkan penelitian yang telah di lakukan Palgunadi
risiko infeksi cacing tambang sebesar 4,41 yang menyatakan bahwa terjadi penurunan
kali. prevalensi Ascariasis dan Trichurias
sebesar 64,4% pada responden pemukim
Tidak tersedia jamban/WC di tempat LPA Lakasantri Surabaya yang mempunyai
kerja kebiasaan mencuci tangan sebelum makan.8
Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian yang di lakuakan oleh Juni Fitri,
Ketersedian jamban/WC di perlukan
Zulfan Saam dan M.Yulis Hamidy yang
di lahan pertanian tempat bekerja sebagai
menyatakan bahwa kebiasaan mencuci
sarana tempat pembuangan tinja yang
tangan sebelum makan mempunyai risiko
memenuhi syarat agar hospes parasit
menyebabkan infeksi kecacingan paling
tertentu tidak berkebang biak di tanah dan
besar sebanyak 31 kali pada murid Sekolah
di tularkan ke manusia yang ada di
Dasar di Kecamatan Angola Timur kabupa-
sekitarnya.24 Menurut penelitian ini tidak
ten Tapanuli Selatan.15
tersedianya jamban/WC di tempat kerja
terbukti dapat meningkatkan risiko infeksi Hasil penelitian ini bertolak belakang
dengan penelitian yang telah dilakukan
cacing tambang sebesar 3,77 kali.
oleh Antonius Wibowo yang menyatakan
Hasil penelitian ini sesuai dengan
bahwa tidak ada hubungan antara perilaku
penelitian yang di lakukan oleh Juni Fitri,
cuci tangan dengan sabun sebelum makan
Zulfan Saam dan M.Yulis Hamidy yang
dan cuci tangan dengan sabun setelah buang
menyatakan bahwa ketersediaan jamban
air besar terhadap infeksi STH di SDN Budi
berpengaruh sebagai faktor risiko infeksi
Mulya 3 Cipageran Cimahi.18 Sehingga da-
Transmitted Helminth Infections. Adv. 16. I Ottay, Ronald. 2010. Hubungan antara
Parasitol.pp. 221-261. Perilaku Pemulung dengan Kejadian
6. Awasthi, S., Bundy, D.A., Savioli, L. Penyakit Cacingan di Tempat
2003. Helminth infections. Br. Med.. J. Pembuangan Akhir sampah Sumopo
327.pp.431-433. Kota Manado.
7. Kemenkes. 2006.Pedoman Pengendalian 17. Fitri, Juni, Saam, Zulfan, Yulis Hamidy.
Cacingan. Jakarta: Kemenkes RI. pp.11. 2012. Analisis Faktor- Faktor Risiko In-
8. World Health Organization. 2013.Week- feksi Kecacingan Murid Sekolah Dasar
ly Epidemiology Record.pp.257-268. di Kecamatan Angkolam Timur Kabu-
9. Palgunadi, BU.1998. Pencemaran Tanah paten Tapanuli Selatan.
Oleh Telur Cacing Usus Dalam 18. Wibowo, A. 2007. Hubungan Perilaku
Hubungannya dengan Kejadian Infeksi Siswa Kelas III dan IV dengan Hasil
Cacing Usus. Tesis. Program Pasca Pemeriksaan Feses dan Keadaan Tanah
Sarjana Universitas Airlangga. terhadap Infeksi “Soil Transmitted
10. Heukelbach J, Wilcke T, Meier A, Helminths” di SDN Budi Mulya 3
Saboia Moura RC, Feldmeier H. A Cipageran Cimahi
Longitudinal Study on Cutaneous Larva 19. Nur Febriani. 2011. Prevalensi Infeksi
Migrans in an Impoverished Brazilian Soil Transmitted Helminth Pada Murid
Township. Travel Med Infect Dis 2003; Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah di Desa
1.pp.213-218. Simbang Wetan Kecamatan Buaran
11. Heukelbach J, Jackson A, Ariza L, Kota Pekalongan
Feldmeier H. 2008. Prevalence and Risk 20. Garcia, Lynne. S and Bruckner,
Factorsof HookwormRelated Cutaneous David.A.1996. Diagnostik Parasitologi
Larva Migrans in a Rural Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku
Community in Brazil. Ann Trop Med Kedokteran EGC.pp.137-161.
21.Zaman,Viqar.1989.Atlas Parasitologi
Parasitol 2008; 102.pp.53-61. Kedokteran: Protozoa, Cacing, dan
12. Joe, Lie Kian dan staf pengajar bagian Arthropoda. Edisi II. Jakarta: Penerbit
Parasitologi FKUI. 1998. Parasitologi Buku Hipocrates.pp.174-237.
Kedokteran, edisi ketiga. Jakarta: Balai 22.Doerr, W. and Seifert, G.1995.Tro-
Penerbit FKUI.pp.7-34. pical Pathology. 2nd edition. Vol.8.
13. Noerhayati, S. 1978. Beberapa Segi Springer Verlag Berlin Heidelberg.
Infeksi Cacing Tambang. Jogyakarta: pp.868-918.
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah 23. W.B. Saunders Company/Philadelphia
Mada. London. 1996. A Manual of Tropical
14. Sumanto,D. 2010. Faktor Resiko Infeksi Medicine, 1996.pp.415-452.
Cacing Tambang pada Anak Sekolah 24. Onggowaluyo, JS. 2001. Parasitologi
(Studi Kasus-Kontrol di Desa Rejosari, Medik I (Helmintologi): Pendekatan
Karangawen, Demak). Semarang: Aspek Indentifikasi, Diagnosis dan
Universitas Diponegoro. Klinik. Jakarta: EGC.pp.11-31.
15. Mochammad Taufiq. 2008. Hubungan 25. Greenwood, D, Slack, R., Barer, M.,
antara Pengetahuan dengan Kejadian Irving,W. 2007. Medical Microbiology.
Kecacingan Soil Transmitted Helminths 17th edition. Churchill Livingstone.pp.
(STH) pada Pekerja Genteng di Desa 634-636.
Kedawung, Kabupaten Kebumen, Jawa
Tengah.
26. Depkes RI. 2004. Profil Kesehatan 31. Lameshow, S., Hosmers, WH., Applied
Indonesia 2002: Menuju Indonesia Logistic Regression, John Wiley and
Sehat 2010. Jakarta. Son, New York. 1989. Kleinbaum D, G
27. Analisis Lanskap Kajian Negara
KM. Logistic Regression, A Self
Indonesia: Perawatan Cacingan untuk
Learning Text. New York Springer
Kaum Ibu dan Anak dari Keluarga
Verlag New York Inc.pp.2-3.
Miskin. (Laporan Final 6 September
2010).pp.21-22 . 32.Maulidiyah, S. 2013. Faktor-Faktor
28. Sastroasmoro, S., & Ismael, S. 2010. yang Berhubungan Dengan Positif Telur
Dasar-Dasar Metode Penelitian Klinis. Cacing Soil Transmitted Helminths
Ketiga ed. Jakarta : CV Sagung Seto. (STH) pada Petani Pengguna Pupuk
29. Hulley, SB., Cummings, SR., Browner, Kandang di Desa Rasau Jaya Umum.
WS., Grady, D., W Newman, TB. 33. Gandahusada, S., H, Herry D. Ilahude,
2007. Designing Clinical Research An Wita Pribadi. 2003. Parasitologi Kedok-
Epide- miology Approch.2Ed. Philadel- teran. Jakarta: Gaya Baru.
phia: Lippincott Williams & Wilkins.
. Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika:
30.
untuk Kedokteran dan Kesehatan Ma-
syarakat. Jakarta: EGC.pp.27.