Sie sind auf Seite 1von 6

BAB I

PENDAHULUAN

Indonesia sebagai Negara beriklim tropis dengan rata-rata cuaca yang panas dan
lembab, serta keadaan yang kering di beberapa kawasan terutama bagian timur. Keadaan
ini dapat memungkinkan berbagai jasad renik pathogen ataupun non-patogen tumbuh dan
berkembangbiak dengan baik. Situasi alam yang seperti ini, baik secara langsung atau
tidak langsung sangat mempengaruhi status kinerja kesehatan hewan begitu pula pada
masyarakat.

Pergantian cuaca yang bervariasi antar daerah dan perubahan suhu udara antar
waktu yang mencolok, sangat mempengaruhi kondisi kesehatan individu. Pengaruh
perubahan cuaca terhadap intensitas penyakit dan infektivitas jasad renik dapat meningkat
atau sebaliknya bahkan dapat menurun hingga titik terendah. Jika derajad temperature dan
kelembaban udara di suatu daerah tinggi, maka penyakit dan aktivitas agen dapat
diperkirakan akan meningkat yang dapat memengaruhi ksehatan.

Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan
bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks bermakna
"batubara" dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan
berubah hitam. Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah
dijinakkan. Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke
manusia, namun tidak dapat ditularkan antara sesama manusia. Manusia dapat terinfeksi
bila kontak dengan hewan yang terkena anthraks, dapat melalui daging, tulang, kulit,
maupun kotoran. Penularan penyakit antraks pada manusia pada umumnya karena
manusia mengonsumsi daging yang berasal dari ternak yang mengidap penyakit tersebut.
Meskipun hanya mengonsumsi dalam jumlah kecil. Terlebih pada saat pertahanan tubuh
manusia menjadi rendah akibat: kelaparan, defisiensi vitamin A, keracunan (alkohol),
kepayahan, iklim yang jelek (sangat dingin/panas) dan cekaman (stres). Disamping itu
penularan pada manusia dapat melalui luka.Meskipun begitu, hingga kini belum ada kasus
manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang yang mengidap antraks.
Anthrax umumnya menyerang hewan herbivora seperti sapi, kambing, kerbau dan
domba, namun untuk kasus di Indonesia sendiri lebih banyak menyerang sapi.
Penularannya sendiri biasanya disebabkan karena spora anthrax yang tertelan ketika ternak
sedang digembalakan. Dalam tubuh hewan terinfeksi itulah spora mengalami perbenihan
dalam bentuk vegetative dan selanjutnya akan memperbanyak diri sampai berakibat
kematian pada hewan tersebut, dan ketika menjelang mati atau saat sudah menjadi
bangkai, maka bentuk vegetative akan keluar dan menyebar di lingkungan sekitar
menunggu tertelan oleh korban berikutnya dan terulang siklus yang sama. Sayangnya
kejadian kasus anthrax masih saja berulang, karena berbagai faktor seperti tradisi peternak
kita yang masih mengumbar ternaknya untuk mencari makan sendiri dan akhirnya
memakan spora anthrax yang ada dalam tanah, apalagi di musim kemarau dimana ternak
terpaksa merumput dekat sekali dengan tanah yang telah tercemar.
BAB II
ISI

Kejadian anthrax bersifat universal dimana dapat terjadi di seluruh wilayah dunia
mulai dari negara yang beriklim dingin, subtropis dan tropis, pada negara yang miskin,
negara berkembang hingga negara maju sekalipun. Kejadian anthrax pada manusia di
Indonesia hampir selalu berhubungan dengan wabah penyakit anthrax pada hewan. Tahun
2001-2004, kasus antraks pada manusia dilaporkan terjadi setiap tahunnya.

Infeksi anthrax jarang terjadi namun hal yang sama tidak berlaku kepada
herbivora-herbivora seperti ternak, kambing dan unta. Anthrax dapat ditemukan di seluruh
dunia. Penyakit ini lebih umum terjadi di negara-negara berkembang atau negara-negara
tanpa program kesehatan umum untuk penyakit-penyakit hewan. Beberapa daerah di dunia
seperti (Amerika Selatan dan Tengah, Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan
Timur Tengah) melaporkan kejadian antraks yang lebih banyak terhadap hewan-hewan
dibandingkan manusia.

Penyebab anthrax adalah sejenis bakteri, yaitu Bacillus anthracis.Bakteri ini


memiliki bentuk batang besar. Sifat yang unik dari bakteri anthrax adalah bila berada di
luar tubuh hewan cenderung melindungi diri dengan membentuk spora. Apabila di
lingkungan sekitar pemeliharaan hewan atau aktivitas masyarakat telah tercemar
spora Bacillus anthracis, maka keadaan hawa yang dingin, kekurangan makanan pada
hewan dan kondisi adanya cekaman karena keletihan spora trsebut dapat berperan selaku
pemicu terjadinya infeksi oleh jasad renik tersebut.

Sumber infeksi yang utama adalah setiap bahan yang berasal dari hewan yang mati
karena anthrax. Penyebaran spora anthrax dapat melalui berbagai macam cara baik secara
biologic mauoun mekanik, antara lain melalui hewan pemakan bangkai tercemar, makanan
atau minuman tercemar dan air mengalir yang tercemar. Anthrax biasa ditularkan kepada
manusia disebabkan pengeksposan kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti
kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular anthrax. Selain itu, penularan
juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk hewan yang sakit misalnya
kulit atau bulu yang dikeringkan.

Anthrax dapat memasuki tubuh manusia melalui usus, paru-paru (dihirup), atau
kulit (melalui luka). Anthrax tidak mungkin tersebar melalui manusia kepada
manusia.Bakteri B. anthracis ini termasuk bakteri gram positif, berbentuk basil, dan dapat
membentuk spora. Endospora yang dibentuk oleh B. anthracisakan bertahan dan akan
terus berdormansi hingga beberapa tahun di tanah. Di dalam tubuh hewan yang saat ini
menjadi inangnya tersebut, spora akan bergerminasi menjadi sel vegatatif dan akan terus
membelah di dalam tubuh. Setelah itu, sel vegetatif akan masuk ke dalam peredaran darah
inangnya. Proses masuknya spora anthrax dapat dengan tiga cara, yaitu :
1. Inhaled anthrax, dimana spora anthrax terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan,
namun kejadian ini sangat jarang terjadi. Dari ketiga jenis tipe anthrax, memang tipe
pernafasan adalah yang paling berbahaya karena case fatality rate nya yang mencapai
100%.
2. Cutaneous anthrax, dimana spora anthrax masuk melalui kulit yang terluka. Proses
masukkanya spora ke dalam manusia sebagian besar merupakan cutaneous anthrax (95%
kasus). Bisa terjadi jika bakteri atau spora masuk kedalam jaringan kulit yang lecet atau
luka, dan menyebabkan lepuh kemudian secara cepat berubah menjadi bisul bernanah dan
akhirnya menjadi koreng berwarna hitam. Anthraxjenis ini biasa terjadi di tempat
penjagalan hewan.
3. Gastrointestinal anthrax, dimana daging dari hewan yang dikonsumsi tidak dimasak
dengan baik, sehingga masih megandung bakteri atau spora tertelan lewat mulut, biasanya
terjadi karena makan daging terinfeksi yang tidak dimasak sampai matang sempurna.
4. AnthraxMeningitis (Meningitis Anthrax). Terjadi karena komplikasi bentuk anthrax yang
lain, dimulai dengan adanya lesi primer yang berkembang menjadi meningitis hemoragik
dan kematian dapat terjadi antara 1-6 hari. Gambaran klinisnya mirip dengan meningitis
purulenta akut yaitu demam, nyeri kepala hebat, kejang-kejang umum, penurunan
kesadaran dan kaku kuduk.

Beberapa gejala-gejala anthrax tipe pencernaan adalah mual, pusing, muntah, tidak
nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah berwarna coklat atau hitam, buang air besar
berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit). Sedangkan, gejala antraks tipe
kulit ialah bisul merah kecil yang nyeri. Kemudian lesi tadi membesar, menjadi borok,
pecah dan menjadi sebuah luka. Jaringan di sekitarnya membengkak, dan lesi gatal tetapi
agak terasa sakit. Anthraxterjadi setelah mengomsumsi daging yang terkena antraks.
Daging yang terkena antraks mempunyai berwarna hitam, berlendir, dan berbau.

Ternak yang mati mendadak juga masih disembelih dan selanjutnya dagingnya
dijual kembali atau dikonsumsi, karena jamak diketahui bahwa ternak merupakan aset
berharga terutama bagi peternak kecil, sehingga mereka tidak mau rugi. Ada beberapa ciri
daging yang terkena antraks yaitu berwarna kehitaman, berbau dan berlendir. Selain itu
adanya faktor ketidaktahuan dari sebagian peternak, bahwa bangkai ternak yang mati
akibat penyakit anthrax harus diperlakukan “sedemikian rupa” yaitu bangkai sama sekali
haram untuk dibuka, karena oksigen akan masuk ke dalam tubuh yang sudah terpotong
dan terbentuklah spora, sehingga langkah mutlak yang mesti dilakukan adalah ternak yang
mati dibakar, diberi desinfektan kemudian dikubur untuk membantu pemutusan siklus
penularan antraks.

Penularan dan penyebaran anthrax ada 5, penularan dari hewan ke hewan atau ke
manusia, penularan melalui spora, penularan melalui hewan dan pakan ternak, dan
penularan melalui konsentrat atau bahan pakan dari hewan.
a. Penularan dari hewan ke hewan atau ke manusia
Anthrax tidak bisa ditularkan oleh hewan yang satu ke hewan yang lainnya atau dari
manusia ke manusia secara langsung. Penularan dapat terjadi bila hewan atau manusia
lewat cairan tubuh yang mengandung kuman anthrax atau oleh spora yang ada
disekelilingnya.
b. Penularan melalui spora
Basil anthrax berada dan berkerumun di dalam berbagai jaringan hewan sakit,
keadaan seperti ini kuman akan dikeluarkan dari tubuh melalui sekresi dan ekskresi selama
sakit atau menjelang kematiannya. Spora dengan cepat akan terbentuk dan lebih lanjut
mencemari tanah atau objek lain di sekitarnya. Bila terjadi hal yang demikian, maka akan
menjadi sulit untuk memusnahkan sporayang sudah terlanjur terbentuk sehingga tersebar
mencemari lingkungan.
c Penularan melalui hewan dan pakan ternak
Rumput yang dipangkas untuk pakan ternak sangat potensial sebagai pembawa spora
dan berisiko menularkan anthrax dari satu daerah ke daerah lain. Ketika rumput untuk
pakan ternak semakin kritis, pemotongan rumput biasanya cenderung semakin ke pangkal
batang yang berdekatan dengan tanah.Dengan demikian, ada tanah yang terbawa pada
rumput tersebut. Bila tanah tersebut mengandung spora anthrax, maka akan menjadi
sumber pencemaran di daerah tempat tinggal peternak tersebut.
d. Penularan melalui konsentrat atau bahan pakan dari hewan
Infeksi terjadi karena telah digunakan imbuhan pakan hewan yang terdiri atas tepung
tulang mentah yang berasal dari hewan yang tertular anthrax. Sebelum pakan diberikan ke
ternak harus dilakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan dilakukan pada suhu 130°
C agar kuman anthrax bisa mati.

Ada beberapa bentuk penyakit antraks pada ternak yaitu :


1. Bentuk per akut ditandai dengan kematian mendadak dengan gejala sesak napas, gemetar
dan kejang atau bahkan tanpa adanya gejala.
2. Bentuk akut biasanya dikenali dengan demam (sampai dengan 41°C), produksi susu
menurun drastis dan keguguran bagi hewan bunting, depresi, sukar bernapas, kejang dan
diikuti kematian yang disertai dengan keluarnya darah kental berwana merah kehitaman
dari lubang kumlah.
3. Bentuk kronis lebih umum ditemukan pada babi, ditandai dengan lepuh di sekitar lidah
dan kerongkongan.

Gejala infeksi anthrax pada hewan antara lain hewan yang terinfeksi menjadi
lemah, panas tubuh tidak merata, paha gemetar, seolah-olah ada rasa nyeri meliputi
pinggang, perut atau seluruh tubuh. Periode inkubasi pada hewan herbivora yang rentan
bervariasi dari sekitar 36 jam sampai 72 jam, melanjut ke fase sistemik hiper-akut,
biasanya tanpa dikenali sebelum ada gejala. Gejala pertama adalah kematian mendadak
satu atau dua ekor dalam populasi terserang. Nafsu makan sangat berkurang atau tidak ada.
Sekresi susu dan ruminasi berhenti, perut menjaadi kembung. Daerah leher, dada, sisi
lambung, pinggang, dan alat kelamin luar menjadi bengkak. Pembengkakan ini menjadi
cepat berkembang dan meluas. Bila bagian tubuh tersebut diraba terasa panas, konsitensi
lembek atau keras. Kulit terlihat normal utuh atau terdapat luka yang mengeluarkan
eksudat cair berwarna kuning muda.

Gejala awal pada sapi yang terserang anthrax sering kurang jelas untuk dikenali,
kecuali adanya demam tinggi sampai 42oC. Bengkak pada leher sering melanjut menjadi
faringitis dan terdapat reaksi busung di daerah glottis, sehingga menyebabkan sesak napas
yang makin memperparah penyakit. Sapi yang terinfeksi anthrax kesulitan buang air
kencing dan bila air kencing tersebut keluar dapat bercampur dengan darah. Tinja
bercampur darah berwarna merah hitam dan disertai oleh jaringan nekrotik yang
mengelupas.

Sejak dikenal bahwa Bacillus anthracis adalah penyebab anthrax pada hewan dan
manusia, maka banyak usaha yang dilakukan ilmuan untuk memproduksi suatu agen
pembentuk zat kebal yang aman untuk digunakan dalam memberikan perlindungan bagi
hospes target yang terserang.

Keberhasilan dalam pengendalian anthrax antara lain dipengaruhi oleh tipe


peternakan, kondisi iklim, pemahaman masyarakat, keadaan lingkungan, dan kebijakan
pemerintah. Karenanya program pengendalian anthrax antara satu negera dengan negara
lainnya berbeda. Ada 3 macam cara untuk menanggulangi anthrax yaitu dengan vaksin,
serum anti anthrax, dan kemoterapi.

Dalam sejarahnya vaksin anthrax juga mengalami beberapa perkembangan,


awalnya vaksin dibuat oleh Pasteur dengan menggunakan metode untuk melemahkan
organisme penyebab penyakit fowl cholera, akan tetapi tidak bias melemahkan Bacillus
antrhacis. Penelitian selanjutnya Bacillus antrhacis menjadi lemah bila diinkubasi dalam
kultur bakteri dengan pemanasan 42oC – 43oC yang berdampak pada penghambatan
sporulasi.

Di balik keberhasilan penggunaan vaksin untuk mencegah anthrax, ternyata masih


dijumpai kesulitan lapangan yang menjadi kendala untuk memperoleh reaksi kekebalan
optimal dan meminimalkan reaksi pasca vaksinasi. Hewan adakalanya tidak memperoleh
perlindungan yang cukup dan pada kasus tertentu vaksin dibuktikan memicu reaksi tubuh
yang terlalu kuat sehingga hewan menjadi shock.

Penggunaan vaksin anthrax harus dilakukan dengan hati-hati dan pemilik ternak
harus diberitahu bahwa vaksin anthrax da kalanya dapat menjadi sebab munculnya
kejadian anthrax, karenanya vaksin anthrax tidak boleh digunakan pada daerah yang tidak
endemis, kecuali bila diagnosis anthrax sudah diketahui secara pasti ada di daerah tersebut.
BAB III
KESIMPULAN

1. Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri
Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas.
2. Antraks sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan. Penyakit
ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun tidak
dapat ditularkan antara sesama manusia.
3. Proses masuknya spora anthrax dapat dengan empat cara yaitu: inhaled anthrax,
cutaneous anthrax, gastrointestinal anthrax dan meningitis anthrax.

Das könnte Ihnen auch gefallen