Sie sind auf Seite 1von 7

KARBONISASI CANGKANG BUAH KETAPANG

(Terminalia catappa) DAN APLIKASINYA


PADA PENGOLAHAN AIR GAMBUT

Yurika Andani1, Muhdarina2, Tengku Ariful Amri2

1
Mahasiswa Program S1 Kimia FMIPA-Universitas Riau
2
Dosen Jurusan Kimia FMIPA-Universitas Riau
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau
Kampus Bina Widya, Pekanbaru, 28293, Indonesia
yuri_4n04n1@yahoo.com

ABSTRACT

Shell of ketapang (Terminalia catappa) has chemical composition of cellulose and


lignin as a carbon source, which potentially to be used as an adsorbent in the adsorption
process. This study aimed to change ketapang shells into charcoal by carbonization at
temperature of 500oC with various times (15 and 30 minutes). Charcoal of ketapang
shells were applied to the peat water treatment by measuring parameters of organic
matter and Fe content. In this experiment, organic matter and Fe content in the peat
water were determined by permanganometry and Atomic Absorption
Spectrophotometry (AAS) methods. The initial condition of organic matter and Fe
content in the peat water were 312.6504 mgL-1 and 6.7272 mgL-1. Adsorption treatment
of organic matter and Fe content by charcoal of ketapang shells were observed with
various mass (2 and 4 grams). The results of experiment showed with the mass of
adsorbent 4 grams could reduce 25.21% of organic matter content by charcoal
carbonization resulted for 15 minutes and 15.55% Fe content by charcoal carbonization
resulted for 30 minutes. Peat water treatment by using charcoal of ketapang shells can
not be able to reduce organic matter and Fe content according to the standard limits for
drinking water.
Keywords : Ketapang shells, carbonization, adsorption, peat water

ABSTRAK

Cangkang ketapang (Terminalia catappa) memiliki komposisi senyawa kimia selulosa


dan lignin sebagai sumber karbon, yang berpotensi untuk dijadikan adsorben dalam
proses adsorpsi. Penelitian ini bertujuan mengubah cangkang ketapang menjadi arang
melalui karbonisasi pada suhu 500oC dengan waktu bervariasi (15 dan 30 menit). Arang
cangkang ketapang diaplikasikan pada pengolahan air gambut dengan mengukur
parameter kandungan zat organik dan Fe. Dalam penelitian ini, kandungan zat organik
dan Fe di dalam air gambut ditentukan secara permanganometri dan Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA). Kondisi awal kandungan zat organik dan Fe di dalam air gambut
adalah 312,6504 mgL-1 dan 6,7272 mgL-1. Perlakuan adsorpsi kandungan zat organik
dan Fe oleh arang cangkang ketapang diamati dengan massa yang bervariasi

1
(2 dan 4 gram). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan massa adsorben 4 gram
dapat mengurangi masing-masing sebanyak 25,21% zat organik oleh arang hasil
karbonisasi selama 15 menit dan 15,55% Fe oleh arang hasil karbonisasi selama
30 menit. Pengolahan air gambut menggunakan arang cangkang ketapang belum
mampu menurunkan kandungan zat organik dan Fe sesuai dengan standar ambang batas
air baku air minum.

Kata kunci : Cangkang ketapang, karbonisasi, adsorpsi, air gambut

PENDAHULUAN Di lingkungan kampus Universitas


Riau, pohon ketapang tersebar hampir
Ketapang (Terminalia catappa) merata di setiap fakultas. Sejumlah
merupakan tumbuhan asli dari Asia penelitian telah dilakukan terhadap
Tenggara. Vegetasinya tersebar hampir limbah biomassa dari daun ketapang.
di seluruh kawasan Asia Tenggara, Junaidy (2015) dan Yully (2015),
termasuk Indonesia. Namun, tumbuhan masing-masing mengkarakterisasi
ini juga biasa ditanam di Australia, bioarang dari limbah daun ketapang
India, Madagaskar, Amerika Tengah dan dengan variasi suhu dan waktu
Amerika Selatan. Habitat yang disukai karbonisasi. Junaidy (2015) dan Yully
oleh ketapang adalah daerah dataran (2015) melaporkan bahwa situs asam
rendah (daerah pantai) hingga ketinggian tertinggi dari bioarang menurut metode
500 meter di atas permukaan laut titrasi Boehm adalah asam karboksilat
(Alamendah, 2011) . dengan luas permukaan terbesar masing-
Di Indonesia, pohon ketapang kerap masing 21,9171 m2/g oleh bioarang
ditanam sebagai peneduh di taman hasil karbonisasi pada suhu 400oC dan
ataupun pinggir kota yang biasa dikenal 22,2105 m2/g oleh bioarang hasil
dengan istilah ruang terbuka hijau. karbonisasi pada waktu 60 menit.
Pohon ini menggugurkan daun dan Merujuk pada jenis sampel dengan
buahnya dua kali dalam setahun serta kondisi karbonisasi Yully (2015),
mampu bertahan hidup menghadapi penelitian Sagala (2015) dan Nopitasari
musim kering (Alamendah, 2011). (2014) masing-masingnya menggunakan
Luruhan daun dan buahnya merupakan bioarang untuk penjerapan kation Pb (II)
sampah/limbah organik yang dapat dan Cr (VI) di dalam larutan berair.
mengalami pembusukan. Selain itu, jika Sagala (2015) melaporkan bahwa
dibakar akan dihasilkan asap yang dapat efisiensi penjerapan terbesar kation
mencemari lingkungan, hingga bisa Pb (II) adalah 98,81% oleh bioarang
berdampak negatif bagi kesehatan hasil karbonisasi pada waktu 60 menit.
manusia. Sedangkan, Nopitasari (2014)
Sampah organik dari tumbuh- melaporkan bahwa efisiensi penjerapan
tumbuhan merupakan sumber karbon terbesar kation Cr (VI) adalah 83,35%
karena memiliki komposisi senyawa oleh bioarang hasil karbonisasi pada
kimia selulosa, hemiselulosa dan lignin waktu 30 menit. Namun, penelitian
(Supatrini, 2009). Sampah organik dapat mengenai limbah biomassa dari
dikarbonisasi menjadi arang/karbon dan cangkang ketapang belum pernah diteliti
diaplikasikan dalam proses adsorpsi oleh mahasiswa/i Universitas Riau,
(Mulyadi dkk., 2013). khususnya FMIPA Jurusan Kimia.

2
Cangkang ketapang merupakan Bahan-bahan yang digunakan
bagian dari buah ketapang yang dalam penelitian ini di antaranya
memiliki tekstur keras dan relatif lambat cangkang ketapang (Terminalia catappa)
terdegradasi dibandingkan dengan dari pohon-pohon ketapang di
bagian buah ketapang lainnya, seperti lingkungan kampus Universitas Riau, air
kulit luar, serabut dan biji. gambut sumur Bapak Burhan Desa
Sejauh penelusuran penulis, belum Rimbo Panjang, larutan buffer pH 4, 7
dijumpai cara pengolahan air gambut dan 9, KMnO4, H2C2O4.2H2O, H2SO4
dengan menggunakan cangkang pekat dan akuades.
ketapang. Oleh karena itu, topik ini akan
dibahas dalam penelitian ini. b. Prosedur Kerja
Pemilihan air gambut sebagai bahan
uji didasarkan pada lahan gambut/rawa 1. Persiapan Sampel
sebagai lahan terluas di provinsi Riau
dengan luas ± 4,3 juta Ha. Sumber air Cangkang ketapang berasal dari
yang tersedia pada lahan tersebut limbah buah-buah ketapang yang jatuh
sebagian besar adalah air gambut dengan dari pohon-pohonnya di lingkungan
ciri-ciri yaitu berwarna merah kampus Universitas Riau. Buah ketapang
kecoklatan, kandungan garam mineral dibersihkan, dikeringkan di bawah sinar
yang tinggi, seperti ion Fe dan berasa matahari ± 1-2 hari. Kulit dan serabut
asam dengan pH 3-5 (Yusnimar dkk., buah ketapang dikupas, biji buah
2010). ketapang dikeluarkan hingga diperoleh
Pengolahan air merupakan salah cangkang ketapang yang diinginkan.
satu upaya untuk mendapatkan air yang Cangkang ketapang dicuci dan
bersih dan sehat sesuai standar mutu air dikeringkan di bawah sinar matahari
bagi kesehatan. Standar baku mutu air ± 1 hari. Kemudian ditumbuk dengan
ditetapkan berdasarkan PERMENKES martil untuk memperkecil ukurannya
RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 menjadi kepingan cangkang ketapang.
tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan
Kualitas Air (Kusnaedi, 2010). 2. Preparasi Arang Cangkang
Ketapang (ACK)

METODE PENELITIAN Cangkang ketapang dikarbonisasi


menggunakan menggunakan furnace
a. Alat dan Bahan Vulcan A-130 pada suhu 500oC variasi
waktu (15 dan 30 menit). Arang
Peralatan yang digunakan untuk cangkang ketapang dihaluskan dengan
menunjang hasil penelitian ini adalah alu dalam cawan porselen dan diayak
oven Heraeus Instrument D-63450, dengan ayakan 120 dan 200 mesh.
furnace Vulcan A-130, desikator CSN Sampel yang diambil adalah bagian yang
Simax, spektrofotometer serapan atom lolos ayakan 120 mesh dan tertahan di
(Shimadzu AA-7000), neraca Mettler atas ayakan 200 mesh, lalu disimpan
Toledo AL 204, hotplate stirrer REXIM dalam plastik sampel dan diletakkan
RSH-1DR, magnetic stirrer, sentrifuse dalam desikator.
(Centromix), ayakan ukuran 120 dan
200 mesh, botol sampling dan peralatan
gelas lainnya.

3
3. Pengambilan Sampel Air Gambut Tabel 1. Karakter air gambut sebelum
adsorpsi
Sampel air gambut diambil dari Parameter Hasil Analisis
Desa Rimbo Panjang, Kecamatan Bau Berbau
Tambang, Kabupaten Kampar Provinsi Warna (TCU) 1890
Riau. Pengambilan sampel dilakukan pH 6,8
pada tiga titik, yaitu permukaan, tengah Kekeruhan (NTU) 107
dan dasar sumur. Selanjutnya, ketiga Zat organik (mgL-1) 312,6504
sampel air tersebut dihomogenkan. Besi (mgL-1) 6,7272
Sebelum dibawa ke laboratorium, pH
insitu sampel air gambut diukur. Sampel b. Analisis Parameter Air Gambut
air disimpan dalam ice box. Sesudah Adsorpsi

4. Pengolahan Air Gambut dengan 1. Analisis Kandungan Zat Organik


Proses Adsorpsi
Hasil analisis kandungan zat
Adsorben (ACK-15 dan ACK-30) organik sampel air gambut sesudah
dicampurkan dengan air gambut, dikontakkan adsorben (ACK-15 dan
perbandingan dalam (b/v) yaitu (2:200) ACK-30) dengan massa bervariasi
dan (4:200). Proses dilakukan dengan (2 dan 4 gram) dapat dilihat pada
diaduk menggunakan pengaduk Gambar 1.
magnetik selama 30 menit, kecepatan
120 rpm. Campuran didiamkan selama
1 jam, lalu disentrifuse selama 30 menit 255 2 gram
dengan kecepatan 3000 rpm. Cairan 4 gram
di atas endapan hasil sentrifuse dipipet 250
Zat Organik (mgL-1)

untuk mengukur parameter kandungan


zat organik dan Fe. 245

240
HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Analisis Parameter Air Gambut 235


Sebelum Adsorpsi
230

Berdasarkan hasil analisis,


225
dinyatakan bahwa kandungan zat
ACK-15 ACK-30
organik dan Fe dari sampel air gambut
Adsorben
belum memenuhi standar baku untuk air
minum, seperti yang telah diatur dalam Gambar 1. Hasil analisis kandungan
zat organik air gambut
PERMENKES RI No.416/MENKES sesudah adsorpsi
/PER/IX/1990 tentang Syarat-Syarat dan (kandungan zat organik
Pengawasan Kualitas Air. awal : 312,65 mgL-1).

Kandungan zat organik sesudah


adsorpsi dengan adsorben (ACK-15 dan

4
ACK-30) mengalami penurunan dari bervariasi (2 dan 4 gram) dapat dilihat
kondisi awal. Efisiensi penurunan pada Gambar 2. Kandungan Fe sesudah
kandungan zat organik tertinggi, yaitu adsorpsi dengan adsorben (ACK-15 dan
25,21% oleh arang hasil karbonisasi
ACK-30) mengalami penurunan dari
selama 15 menit dengan massa adsorben
4 gram. kondisi awal. Efisiensi penurunan
Hal ini menyatakan bahwa kandungan Fe tertinggi, yaitu 15,55%
senyawa organik di dalam air gambut oleh arang hasil karbonisasi selama
dapat terikat dan terakumulasi pada 30 menit dengan massa 4 gram.
permukaan adsorben sehingga
kandungan zat organik di dalam air
gambut menurun (Cahaya, 2009). 5,95 2 gram
Zat organik disebabkan oleh 4 gram
5,9

Kandungan Besi (mgL-1)


adanya berbagai senyawa organik yang
ada di dalam air (air permukaan atau air 5,85
tanah). Zat organik dapat menjadi 5,8
masalah utama ketika terkonversi
menjadi senyawa samping pada tahap 5,75
klorinasi pada pengolahan air. Salah satu
5,7
senyawa yang dapat terbentuk adalah
trihalometan yang bersifat karsinogenik 5,65
(Parson dkk., 2004). Senyawa utama di
5,6
dalam air gambut adalah asam humat,
asam fulvat dan humin yang merupakan 5,55
zat warna pada air gambut. Kandungan ACK-15 ACK-30
zat organik yang tinggi dapat menjadi
Adsorben
sumber makanan bagi mikroorganisme
dalam air, yang akan menimbulkan bau Gambar 2. Hasil analisis kandungan Fe
ketika terurai secara biologis (Suherman, air gambut sesudah
2013). adsorpsi (kandungan Fe
Pada penelitian ini, ternyata waktu awal : 6,7272 mgL-1).
karbonisasi dan massa adsorben sangat
mempengaruhi hasil analisis parameter Semakin lama waktu karbonisasi,
kandungan zat organik. Penambahan material organik dan senyawa non
adsorben cenderung meningkatkan daya karbon akan banyak terdekomposisi
serap zat organik pada air gambut. (Fauziah, 2009). Sehingga semakin
Semakin banyak partikel adsorben, maka banyak situs aktif dari pori-pori adsorben
jumlah zat organik yang terserap akan yang dihasilkan. Selain itu, penambahan
meningkat, disebabkan oleh semakin adsorben cenderung meningkatkan daya
banyaknya situs aktif dari adsorben serap/laju adsorpsi. Semakin banyak
(Sukardjo, 2002). partikel adsorben, maka jumlah logam
Fe yang terserap akan meningkat,
2. Analisis Kandungan Fe disebabkan oleh semakin banyaknya
situs aktif dari adsorben (Sukardjo,
2002).
Hasil analisis kandungan Fe air
gambut sesudah dikontakkan adsorben
(ACK-15 dan ACK-30) dengan massa
5
KESIMPULAN Fakultas Kehutanan, Institut
Pertanian Bogor.
Waktu karbonisasi dan massa
adsorben mempengaruhi daya adsorpsi Junaidy. 2015. Karakterisasi Bioarang
zat organik dan Fe di dalam air gambut. Dari Limbah Daun Ketapang
Hasil penelitian juga menunjukkan (Terminalia catappa) : Pengaruh
bahwa dengan massa 4 gram dapat Suhu Karbonisasi. Skripsi. Jurusan
mengurangi masing-masing sebanyak Kimia FMIPA, UR, Pekanbaru.
25,21% kandungan zat organik oleh
arang hasil karbonisasi selama 15 menit Kusnaedi. 1995. Mengolah Air Kotor
dan 15,55% kandungan Fe oleh arang Untuk Air Minum. Penebar
hasil karbonisasi selama 30 menit. Swadaya, Jakarta.
Mulyadi, A.F., Dewi, I.A dan Dodo, P.
UCAPAN TERIMA KASIH
2013. Pemanfaatan Kulit buah
Penulis mengucapkan terima kasih Nipah Untuk Pembuatan Briket
banyak kepada bapak Buran yang telah Bioarang Sebagai Sumber Energi
bersedia memberikan izin kepada Alternatif. Jurnal Teknologi
penulis untuk mengambil sampel air Pertanian. 14 (1) : 65-72.
gambut dari sumur pribadi miliknya.
Nopitasari, N., Linggawati, A.,
Selain itu, penulis juga mengucapkan
Muhdarina. 2014. Karbonisasi
terima kasih kepada Laboratorium
Limbah Daun Ketapang Untuk
Jurusan Kimia FMIPA UR,
Biosorpsi Cr (VI) Dalam Air.
Laboratorium Air dan Lingkungan UPT
Jurnal ICA (Indonesia Chemia
Dinas Pekerjaan Umum atas bantuannya
Acta). 5 (1) : 30-35.
dalam pengumpulan data penelitian serta
rekan-rekan yang telah memberikan Parsons, S.A., Jefferson, B., Gosian,
masukan dan dukungan kepada penulis E.H., Jarvis, P.R dan Fearing, D.A.
hingga dapat menyelesaikan penelitian 2004. Natural Organic Matter The
ini. Relationship Between Character
DAFTAR PUSTAKA and Treatibility. Water Science
and Technology : Water Supply. 5
Alamendah. 2011. Pohon Ketapang. (4) : 43-48.
http://alamendah.org/2011/04/15/p
ohon-ketapang-atau terminalia- Sagala, R.E.H. 2015. Bioarang Limbah
catappa/. Diakses 18 Januari 2016. Daun Ketapang (Terminalia
catappa) Sebagai Biosorben Untuk
Cahyana, Gedehace. 2009. Adsorpsi Penjerapan Kation Pb (II) Dalam
Karbon Aktif. Air : Kinetika dan Isotermis
http://gedehace.blogspot.com/20 Adsorpsi. Skripsi. Jurusan Kimia
09/03/adsorpsi-karbon- FMIPA, UR, Pekanbaru.
aktif.html. Akses 20 Juli 2016.
Suherman, D dan Sumawijaya, N. 2013.
Fauziah, N. 2009. Pembuatan Arang Menghilangkan Warna dan Zat
Aktif Secara Langsung Dari Kulit Organik Air Gambut dengan
Acacia mangium Wild dengan Metode Koagulasi-Flokulasi
Aktivasi Fisika dan Aplikasinya
Sebagai Adsorben. Skripsi.
6
Suasana Basa. Riset Geologi dan Yully, A. 2015. Karakterisasi Bioarang
Pertambangan. 23 (2) : 125-137. Limbah Daun Ketapang
(Terminalia catappa Linn) :
Sukardjo. 2002. Kimia Fisika. Rineka Pengaruh Waktu Karbonisasi.
Cipta, Jakarta. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA,
UR, Pekanbaru.
Supatrini. 2009. Komponen Kimia Kayu
Meranti Kuning (Shorea Yusnimar, A., Yelmida, Y.E., Edward,
macrobalanos). Jurnal Penelitian H.S., Drastinawati. 2010.
Depterokapra. 3 (1) : 43-50. Pengolahan Air Gambut Dengan
Bentonit. Jurnal Sains dan
Surest, A.H., Permana, I dan Wibisono,
Teknologi. 9 (2) : 77-81.
R.G. 2009. Pembuatan Karbon
Aktif Dari Cangkang Biji
Ketapang. Jurnal Teknik Kimia. 1 :
1-11.

Das könnte Ihnen auch gefallen