Sie sind auf Seite 1von 10

Anorital.

et al, Hospes perantara

HOSPES PERANTARA DAN HOSPES RESERVOIR


FASCIOLOPSIS BUSKI DI INDONESIA
Studi Epidemiologi F. buski di Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan
Tahun 2002 dan 2010

Oleh:
Anorital (*) dan Annida (**)

(*): Peneliti pada Pusat Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan, Badan Litbangkes.
(**): Peneliti pada Balai Litbang Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang, Tanah
Bumbu, Kalimantan Selatan.

INTERMEDIATE HOST AND RESERVOIR HOST


of Fasciolopsis buski IN INDONESIA
Epidemiologic Study of F. buski in Hulu Sungai Utara Regency, South Borneo
IN 2002 and 2010

ABSTRACT

Buski intestinal worm disease (fasciolopsiosis) is an endemic disease in some villages in the Hulu
Sungai Utara district. Since the discovery of the case in 1982 until recently, the fasciolopsiosis
prevalence has not showed a declining trend. Even in some periods it seems to rise, despite
mitigation efforts continue to be implemented through various surveys, which ended with the
drugs administration.Unidentified intermediate hosts and reservoir hosts is one constraint in the
disease control.To determine the epidemiological cycle of F. buski, two studies were conducted
by two research institutions under the Research and Development Agency in 2002 by Anorital, et
al. and 2010 by Annida.Results from both studies showed that there were 3 kinds of water plants
(second intermediate host) consumed by communities; the lily (Nymphea alba), bird lotus
(Nymphea lotus) and water spinach (Ipomea aquatica) which was positive of Metasercariae and
Cercariae. Two of four types of freshwater snails (the first intermediate host) specimens examined
were positive of redia and cercariae; kalambuai snail (Lymnea sp.) and flat snails (Indoplanorbis
sp.). One of four animal manure specimens examined was positive of F. buski egg (found in
buffalo dung). It was also found two egg specimens from chicken and alabio duck manure which
is resembled to F. buski. But in terms ofsize, it was much smaller than the egg of F. buski. Despite
these positive findings, the confirmation from experienced research institutions is needed. It is
expected that the Buski intestinal worm disease (fasciolopsiosis) control can be conducted
effectively. An in-depth study is also needed.

Key words: Fasciolopsis buski, fasciolopsiosis.

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 112


Anorital. et al, Hospes perantara

ABSTRAK

Penyakit kecacingan buski (fasciolopsiosis) merupakan penyakit yang endemis di beberapa desa
di kabupaten Hulu Sungai Utara. Sejak ditemukan kasus penyakit ini pada tahun 1982 dan sampai
saat ini, prevalensi fasciolopsiosis tidak menunjukkan kecenderungan menurun. Bahkan dalam
beberapa periode terkesan naik, meskipun upaya penanggulangannya terus dilaksanakan melalui
berbagai survei yang diakhiri dengan pemberian obat. Tidak diketahuinya dengan pasti hospes
perantara I, II dan hospes reservoir; merupakan salah satu kendala dalam pengendalian penyakit.
Untuk mengetahui siklus epidemiologi F. buski, telah dilakukan dua studi oleh dua institusi
penelitian yang berada di bawah Badan Litbangkes pada tahun 2002 oleh Anorital, dkk dan 2010
oleh Annida. Hasil dari kedua studi tersebut diketahui bahwa terdapat 3 jenis tanaman air (hospes
perantara II) yang dikonsumsi masyarakat yaitu teratai (Nymphea alba), teratai burung (Nymphea
lotus) dan kangkung (Ipomea aquatica) yang positif serkaria dan metaserkaria. Dari spesimen 4
jenis siput/keong air tawar (hospes perantara I) yang diperiksa diperoleh 2 jenis siput/keong yang
positif redia dan serkaria yaitu siput kalambuai (Lymnea sp) dan siput pipih (Indoplanorbis sp).
Dari 4 jenis spesimen kotoran hewan yang diperiksa, diperoleh 1 spesimen positif telur F. buski
yang ditemukan pada kotoran kerbau. Selain itu ditemukan juga 2 spesimen dari kotoran ayam
dan itik alabio telur yang dari segi bentuk mirip F. buski. Namun dari segi ukuran, telur parasit
yang ditemukan ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan telur F. buski yang sebenarnya. Meski
adanya temuan positif tersebut, perlu adanya konfirmasi dari institusi penelitian lainnya yang
berpengalaman dalam melakukan identifikasi F. buski.
Dengan mulai terkuaknya gambaran siklus epidemiologi F. buski ini, diharapkan upaya
penanggulangan dan pengendalian penyakit kecacingan buski (fasciolopsiosis) dapat dilakukan
dengan lebih terfokus dan efektif. Agar siklus epidemiologi F. buski dapat memberikan gambaran
yang lebih jelas lagi, diperlukan suatu studi yang lebih mendalam dengan jumlah
sampel/spesimen yang lebih banyak.

Kata kunci: Fasciolopsis buski, fasciolopsiosis.

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 113


Anorital. et al, Hospes perantara

PENDAHULUAN Secara endemik, penyakit kecacingan ini


Fasciolopsis buski merupakan salah satu ditemukan tersebar luas di Cina bagian
parasit trematoda terbesar – dengan Selatan dan Tengah, Korea, Taiwan,
ukuran panjang 2—7,5 cm, lebar 0,8—2 Thailand, Vietnam, Kamboja, Laos,
cm dan tebal sekitar 3 mm. Menginfeksi Malaysia, Bengal, Assam, dan Pakistan
manusia karena berada di dalam lumen (Faust et al., 1970; Neva et al., 1994;
usus. Siklus hidup cacing ini dimulai Garcia, et al., 1996; Markel et al., 1970).
dengan menghasilkan telur, selanjutnya Stoll (1947) memperkirakan sekitar 10
menetas menjadi mirasidium, keluar juta penduduk terpapar F. buski (Faust et
mencari dan menginfeksi spesies al., 1970 dan Beaver et al., 1984). Di
keong/siput (hospes perantara). Di dalam Indonesia daerah endemis fasciolopsisos
keong, mirasidium berubah bentuk ditemukan pada desa-desa di Kabupaten
menjadi sporokista, redia, dan terakhir Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan,
serkaria. Serkaria akan mengadakan dan – sampai saat ini - diketahui hanya
enkistasi pada tumbuhan air, tahan dengan pada wilayah ini saja penyakit cacing
kondisi temperatur air yang dingin (10-20º tersebut ditemukan. Meskipun pada tahun
C) namun tidak tahan terhadap 1920 pernah dilaporkan adanya kasus F.
kekeringan. buski hanya tidak begitu jelas kasus
Manusia terinfeksi cacing ini dikarenakan berasal dari daerah mana (Handoyo et al.,
memakan tumbuhan air yang mentah atau 1986).
yang tidak dimasak dengan baik yang Adanya kasus penyakit ini pertama kali
berisi metaserkaria. Metaserkaria akan diketahui dari laporan yang disampaikan
mengadakan enkistasi, melekat pada pada tahun 1982 dengan ditemukannya
mukosa duodenum atau jejunum dan penderita di desa Sei Papuyu. Angka
berkembang menjadi cacing dewasa dalam kesakitan pada saat itu sebesar 27% (dari
waktu 3 bulan. Pada infeksi ringan gejala 548 penduduk yang diperiksa positif 148
penyakit tidak begitu jelas. Cacing dewasa orang) dengan angka tertinggi pada anak
hidup dalam duodenum dan jejunum, sekolah sebesar 79,1% (Handoyo et al.
mampu hidup sampai 12 bulan dalam Sri Oemijati – 1989). Antara tahun
(Harinasuta, et al dalam Goldsmith dan 1985—1990 dari 3 kegiatan survei yang
Heyneman; 1989). Namun pada infeksi dilaksanakan di 6 desa (Sei Papuyu,
berat cacing dapat ditemukan di lambung Pajukungan Hulu, Parupukan, Teluk
dan bagian usus lainnya, jumlah tinja Limbang, Murung Kupang dan Luang
sangat banyak dan berisi banyak makanan Hilir) di Kecamatan Babirik diperoleh
yang belum dicerna dan hal ini angka prevalensi antara 5,18%--27%.
menunjukkan terjadinya proses Antara tahun 1991—2007 telah
malabsorpsi (Garcia et al., 1996). Jumlah dilaksanakan berbagai survei dan
cacing yang banyak pada penderita dapat penelitian di 20 desa di Kecamatan
mengakibatkan kematian (Sadun and Babirik, Sei Pandan dan Danau Panggang
Maiphoon, 1953; Gupta, A; 1999). yaitu Kalumpang Dalam, Sei Papuyu,

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 114


Anorital. et al, Hospes perantara

Talaga Mas, Sarang Burung, Putat Atas, Dari sekian banyak pelaksanaan
Padang Bangkal, Pajukungan Hulu, studi/survei yang terkait dengan F. buski,
Parupukan, Teluk Limbang, Murung sebagian besar adalah pelaksanaan
Kupang, Pondok Babaris, Luang Hilir, studi/survei yang bertujuan untuk
Murung Panti Hulu, Kampung Baru, mengetahui tinggi--rendahnya prevalens
Ambahai, Murung Asam, Bitin, Rantau fasciolopsiosis. Selama kurun waktu 10
Karau Hilir, Sapala, dan Bararawa (Dinas tahun terakhir ini diketahui hanya ada 2
Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Utara, studi yang bertujuan untuk mengetahui
2001 dan 2007). Dari survei dan penelitian hospes perantara dan hospes reservoir
yang dilaksanakan baik oleh dinas fasciolopsiosis di kabupaten Hulu Sungai
kesehatan, perguruan tinggi dan lembaga Utara. Kedua studi tersebut dilaksanakan
penelitian diperoleh angka prevalensi pada tahun 2002—2003 oleh Pusat
antara 0,3% -- 27,0%. Namun catatan Biomedis dan Teknologi Dasar Kesehatan
angka prevalensi tersebut tidak disertai (saat itu masih bernama Puslitbang
catatan tentang waktu pelaksanaan Pemberantasan Penyakit) dan tahun 2010
studi/survei, apakah saat musim hujan, oleh Balai Litbang Pemberantasan
kemarau, atau pancaroba. Penyakit Bersumber Binatang, Tanah
Dari berbagai hasil studi dan survei, Bumbu—Kalsel. Kedua institusi penelitian
umumnya kelompok umur yang terkena tersebut berada di bawah Badan
adalah yang berusia di bawah 15 tahun Litbangkes. Pentingnya pelaksanaan kedua
dan usia produktif (16—35 tahun) (Tjitra, studi ini dikarenakan sampai saat ini
1994). Jumlah penderita yang terbanyak belum diketahui dengan pasti hospes
adalah anak-anak usia di bawah 10 tahun perantara dan hospes reservoir.
yaitu antara 60—70%. Usia termuda Makalah ini disajikan untuk dapat
penderita adalah 3 tahun dengan jenis memberikan sedikit gambaran tentang
kelamin laki-laki. Tingginya penderita siklus hidup cacing F. buski di desa-desa
anak-anak ini dikarenakan perilaku anak- endemis kabupaten Hulu Sungai Utara
anak yang senang makan tumbuhan air berdasarkan hasil kedua studi tersebut di
mentah. atas.

Siklus Hidup tanaman air merupakan tempat enkistasi


Seperti diketahui siklus hidup parasit yang potensial untuk menimbulkan infeksi
cacing dari golongan trematoda usus bagi manusia yang mengkonsumsi
cukup kompleks karena memerlukan tanaman tersebut secara mentah. Jika
berbagai tahap bentuk kehidupan, dalam satu tahap (fase) kehidupan kondisi
memerlukan hospes perantara yang fisik lingkungan yang tidak
spesifik yaitu keong/siput air tawar untuk memungkinkan atau tidak adanya kondisi
perkembangannya dan adanya media baik biologis yang mendukung (tersedianya
berbentuk tanaman air sebagai tempat hospes perantara), maka otomatis siklus
enkistasi. Pada cacing fasciolopsis, akan terputus.

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 115


Anorital. et al, Hospes perantara

Tahap awal kehidupan cacing buski dan berubah menjadi mirasidium yang
(Fasciolopsis buski) dimulai dalam bentuk mencari keong/siput air untuk melalui
telur tidak berembrio yang keluar dari suatu fase perubahan bentuk menjadi
usus melalui tinja dan berada di air. sporokista, redia, dan serkaria. Selanjutnya
Embrionisasi akan terjadi selama 3—7 serkaria akan mencari tanaman air untuk
minggu tergantung suhu air yang ideal mengadakan enkistasi pada
antara 18--35º C (Faust et al., 1970; batang/umbi/daun yang bersentuhan
Miyazaki, 1991; Garcia et al., 1996). dengan air. Di dalam tanaman air ini
Setelah fase ini dilalui, telur akan menetas serkaria berubah menjadi metaserkaria.

Gambar 1
Siklus Hidup Cacing Fasciolopsis buski

Siklus Hidup Cacing Fasciolopsis buski


Penularan dimulai dari kotoran
manusia atau hewan yang
mengandung telur cacing Fasciolopsis
buski mencemari perairan

Telur berubah menjadi mirasidium.


Selanjutnya mirasidium masuk ke
siput/keong air dan berubah menjadi
serkaria
Cacing buski akan mengisap darah
dan seekor cacing dapat bertelur
dalam jumlah puluhan ribu telur.
Serkaria akan menempel tanaman air dan berubah menjadi metaserkaria
Telur akan keluar bersama tinja.

Tanaman air yang mengandung metaserkaria dimakan mentah dan akan


masuk ke saluran pencernaan dan berubah menjadi cacing buski.

Gambar 1: Siklus hidup cacing Fasciolopsis buski. (Reproduksi dari buku ‖Komik Buski‖ oleh Anorital
dkk, 2003).

Manusia dapat terinfeksi cacing ini bila dan jejunum, mampu hidup antara 6—12
memakan tumbuhan air yang berisi bulan (Garcia et al., 1996, Harinasuta, et
metaserkaria secara mentah atau tidak al dalam Goldsmith dan Heyneman;
dimasak dengan baik. Metaserkaria akan 1989). Pada infeksi berat cacing dapat
mengadakan enkistasi, melekat pada ditemukan di lambung dan bagian usus
mukosa duodenum atau jejunum dan lainnya. Selain itu cacing dapat
berkembang menjadi cacing dewasa dalam menimbulkan obstruksi usus, ileus akut,
waktu 3 bulan. Pada infeksi ringan gejala dan absorbsi dari metabolit cacing
penyakit tidak terlihat dan tidak dirasakan. menimbulkan edema umum dan asites.
Cacing dewasa hidup dalam duodenum Jumlah cacing yang banyak pada

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 116


Anorital. et al, Hospes perantara

penderita dapat mengakibatkan kematian yang belum dicerna. Hal ini menunjukkan
dengan tersumbatnya usus halus (Sadun terjadinya proses malabsorpsi (Garcia et
and Maiphoon, 1953; Gupta, A; 1999). al., 1996). Diagnosis ditegakkan dengan
Demikian juga pada infeksi berat jumlah pemeriksaan tinja dan pada kasus infeksi
tinja sangat banyak, berwarna kuning berat dapat ditemukan cacing dewasa pada
kehijauan dan berisi banyak makanan muntahan penderita.

METODOLOGI dan Putat Atas di kecamatan Sei Pandan,


Studi yang dilakukan oleh Anorital, dkk dan desa Talaga Mas, Sarang Burung serta
pada tahun 2002 dalam melakukan Sapala Bararawa di kecamatan Danau
identifikasi parasit pada hospes reservoir, Panggang.
hospes perantara I (siput/keong) dan Sedangkan studi yang dilakukan oleh
hospes perantara II (tanaman air) adalah Annida pada tahun 2010 dalam melakukan
dengan menggunakan cara: identifikasi parasit pada hospes reservoir,
1. Pemeriksaan tinja pada hospes hospes perantara I (siput/keong) dan
reservoir dilaksanakan dengan cara hospes perantara II (tanaman air) adalah
fiksasi menggunakan formalin 10% dengan menggunakan cara:
dan selanjutnya dibuat preparat 1. Pemeriksaan tinja pada hospes
langsung dengan larutan lugol. Jika reservoir dilaksanakan dengan cara
konsistensi tinja masih dalam bentuk centrifugation method (kombinasi
kasar, tinja diblender dan diambil floatation method dan sedimentation
sedimen yang halus untuk dibuat method). Preparat diperiksa dengan
preparatnya. Preparat diperiksa dengan binoculair microscope. Spesimen
binoculair microscope. diambil pada kandang hewan
2. Untuk mengetahui mirasidium dan peliharaan (ayam dan itik alabio).
serkaria pada hospes perantara I dan Setiap kandang diambil 1 spesimen.
metaserkaria pada hospes perantara II 2. Untuk mengetahui mirasidium dan
dilakukan dengan cara bahan diblender serkaria pada hospes perantara I ,
sampai halus dan sedimen yang dilakukan dengan crushing method.
dihasilkan dibuat preparat untuk Preparat diperiksa dengan dissecting
diperiksa secara langsung microscope. Proses pembuatan
(sedimentation method). Preparat spesimen pada hospes perantara I yaitu
diperiksa dengan dissecting dengan cara seluruh spesimen
microscope. (diperkirakan ada sebanyak 50
Lokasi studi yang dilaksanakan oleh keong/siput dari 4 jenis) disatukan dan
Anorital dkk (2002) adalah pada 7 desa di pemeriksaan dilakukan dalam satu
3 kecamatan kabupaten Hulu Sungai kesatuan.
Utara. Ke 7 desa tersebut adalah desa Sei 3. Untuk mengetahui metaserkaria pada
Papuyu dan Kalumpang Dalam di hospes perantara II, dilakukan dengan
kecamatan Babirik, desa Padang Bangkal sedimentation method. Preparat

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 117


Anorital. et al, Hospes perantara

diperiksa dengan dissecting pemeriksaan dilakukan dalam satu


microscope. Proses pembuatan kesatuan.
spesimen pada hospes perantara II Lokasi studi yang dilaksanakan oleh
yaitu dengan cara seluruh spesimen Annida (2010) adalah desa Kalumpang
(diperkirakan ada sebanyak 30 Dalam di kecamatan Babirik.
tanaman air dari 9 jenis) disatukan dan

HASIL DAN PEMBAHASAN Sarang Burung, Kalumpang Dalam, Sei


Dalam upaya mencari jenis tanaman air Papuyu dan Sapala-Bararawa), tahun
tempat enkistasi metaserkaria, hospes 2002; dan desa Kalumpang Dalam pada
perantara tempat perkembangan serkaria tahun 2010.
dan hospes reservoir telah dilakukan Hasil pemeriksaan dapat dilihat pada tabel
pengumpulan spesimen pada 7 desa (Putat di bawah ini
Atas, Padang Bangkal, Talaga Mas,

Tabel 1. Pemeriksaan Sampel Tanaman Air dan Hewan Yang Ada Di Sekitar Penduduk Pada 7 Desa
(tahun 2002) dan 1 Desa (tahun 2010) di Kabupaten Hulu Sungai Utara

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 118


Anorital. et al, Hospes perantara

Dari Tabel 1, diperoleh hasil sbb: ayam/Gallus domesticus dan itik


1. Dari spesimen 15 jenis tumbuhan alabio/Anas platyrinchos borneo)
air (hospes perantara II) yang positif berbagai macam parasit,
diperiksa (studi Anorital dkk dan hanya spesimen kotoran belibis
Annida) terdapat 5 jenis tanaman yang negatif. Dari 5 spesimen
air yang positif serkaria dan kotoran kerbau yang positif
metaserkaria (Studi Anorital, dkk). Fasciola sp., spesimen yang positif
Namun ke 5 jenis tanaman air belum dapat dinyatakan dari telur
tersebut hanya 3 jenis yang F. buski. Perlu dilakukan
dikonsumsi masyarakat yaitu konfirmasi dari institusi penelitian
teratai (Nymphea alba), teratai lainnya yang berpengalaman dalam
burung (Nymphea lotus) dan melakukan identifikasi F. buski..
kangkung (Ipomea aquatica). Seperti diketahui, besarnya telur
Umumnya umbi teratai dan teratai F. buski adalah rata-rata 143μ x
burung yang dikonsumsi mentah. 80μ, meski ternyata ada 1
Meski positif serkaria dan spesimen ditemukan telur yang
metaserkaria, perlu adanya besarnya mendekati telur F. buski
konfirmasi dari institusi penelitian dengan ukuran 142μ x 79μ. Hal
lainnya yang berpengalaman dalam lain yang cukup menarik adalah
melakukan identifikasi F. buski. dari studi Annida diketahui bahwa
2. Dari spesimen 4 jenis siput/keong dari 2 spesimen kotoran ayam dan
air tawar (hospes perantara I) yang itik alabio positif diduga (mirip)
diperiksa (studi Anorital dkk dan telur F. buski meski dari segi
Annida) diperoleh 2 jenis ukuran lebih kecil dari ukuran telur
siput/keong yang positif redia dan F. buski yang sebenarnya. Ukuran
serkaria (Studi Annida). Kedua telur mirip F. buski tersebut
jenis siput tersebut adalah siput berukuran 93—100μ x 58—70μ
kalambuai (Lymnea sp) dan siput (kotoran itik alabio) dan 90—140μ
pipih (Indoplanorbis sp). Meski x 60—85μ (kotoran ayam).
positif redia dan serkaria, perlu 4. Dari spesimen 6 air yang diperiksa
adanya konfirmasi dari institusi (studi Anorital dkk), 1 spesimen
penelitian lainnya yang positif serkaria.
berpengalaman dalam melakukan
identifikasi F. buski. Dari berbagai penelitian yang dilakukan di
3. Dari spesimen 4 jenis kotoran berbagai negara endemis F. buski
hewan (hospes reservoir) yang ditemukan serkaria pada siput/keong air
diperiksa (studi Anorital dkk dan tawar dari genus Gyraulus, Anisus,
Annida), 3 jenis kotoran hewan Hippeutis (Helicorbis), Segmentina
tersebut (kerbau/Bubalus bubalus, (Trochorbis), Planorbis, dan

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 119


Anorital. et al, Hospes perantara

Indoplanorbis. Di Cina, Taiwan, dan Hospes reservoir F. buski yang telah


Vietnam hospes perantara I (keong/siput) diketahui adalah anjing, babi, dan kelinci
yang telah diketahui adalah Segmentina (Faust et al., 1970; Garcia et al., 1996).
hemisphaerula, Polypylis hemisphaerula, Di Canton, anjing merupakan hospes
Gyraulus chinensis dan Hippeutis cantori. reservoir dan pada beberapa daerah
Di Assam, India Segmentina trochoideus diketahui kelinci sebagai hospes reservoir
(Faust et al., 1970; Miyazaki, 1991; yang potensial (Faust et al., 1970). Namun
Garcia, et al., 1996). Di Thailand, studi untuk desa-desa endemis di kabupaten
Manning & Ratanarat (1970) Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan,
menyebutkan bahwa ada 2 spesies ketiga hewan tersebut (anjing, babi dan
keong/siput Segmentina hemisphaerula kelinci) kecil kemungkinan merupakan
dan Segmentina trochoideus yang hewan yang berperan sebagai hospes
merupakan hospes perantara I, sedangkan reservoir, karena anjing dan babi bukan
Gilman, et.al (1982) menemukan di merupakan hewan peliharaan masyarakat
Dacca, Bangladesh; 2 spesies keong/siput dan kelinci tidak ditemukan hidup di
Segmentina trochoideus dan Hippeutis hutan-hutan setempat.
umbilicalis sebagai hospes perantara I. Kemungkinan lain hospes reservoir adalah
Sedangkan tumbuhan air yang menjadi berasal dari babi hutan (Sus verrucosus)
tempat enkistasi serkaria (hospes yang hanya dapat ditemukan pada saat
perantara II) adalah spesies Trapa musim kemarau. Saat musim hujan, babi
natans (di Cina), Trapa bicornis (di hutan berada di hutan yang jauh dari area
Thailand dan Bengal), Eleocharis desa penelitian. Pada studi yang dilakukan
tuberosa, Salvinia natans, Lemna Anorital dkk tidak dapat diperoleh
polyrhiza, dan Valisneria sp (Faust et al., spesimen kotoran babi hutan sehingga
1970; Beaver et al., 1984; Miyazaki; tidak diketahui positif tidaknya kotoran
1991). Adanya kecenderungan serkaria tersebut mengandung telur cacing buski.
tidak memilih jenis tumbuhan air tertentu Untuk itu sampai saat ini hospes reservoir
untuk ber-enkistasi menjadi metaserkaria, yang diduga kerbau rawa adalah satu-
maka semua jenis tumbuhan yang satunya hewan ternak yang dicurigai
dikonsumsi manusia atau pun hewan potensial sebagai hospes reservoir.
ternak layak dicurigai sebagai tumbuhan
yang mengandung metaserkaria.

KESIMPULAN DAN SARAN berkompeten terkait dengan penyakit


Siklus epidemiologi F. buski di kabupaten kecacingan buski (fasciolopsiosis). Dari
Hulu Sungai Utara mulai sedikit gambaran yang ada ini, diharapkan upaya
tersingkap. Hospes perantara I, II dan penanggulangan fasciolopsiosis sudah
hospes reservoir telah diketahui, meskipun dapat lebih terfokus dan efektif. Namun
demikian diperlukan konfirmasi dari jika ditinjau dari aspek ilmiah, diperlukan
institusi/lembaga penelitian yang penelitian yang lebih mendalam lagi untuk

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 120


Anorital. et al, Hospes perantara

mengetahui gambaran yang lebih jelas tentang siklus epidemiologi F. buski.

DAFTAR PUSTAKA Subdistrict, Hulu Sungai Utara


Beaver, Paul Chester and Rodney Clifton Regency, South Kalimantan
Jung.‖Clinical Parasitology‖. 9th Province‖. Tropical Biomedicine
edition. Philadelphia. 1984. 3: 1986. pp. 113-118.
Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Harinasuta, Khunying and Danai Bunag.
Utara. ―Kajian Tentang Infeksi ―Intestinal Fluke Diseases‖. Dalam
Kecacingan Fasciolopsis buski di Robert Goldsmith and Donald
Kabupaten Hulu Sungai Utara‖ . Heyneman pada ―Tropical
Amuntai. 2001. Medicine and Parasitology‖.
Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Appleton & Lange. 1989. pp. 477-
Utara. ‖Laporan Tahun 2006 – 479.
Seksi P2P Dinas Kesehatan Manning, George S., and Ratanarat,
Kabupaten Hulu Sungai Utara‖. Chariya. 1970. Fasciolopsis buski
Amuntai. 2007. (Lankester, 1857) in Thailand. The
Faust, Ernest Caroll, Russel P.F, & Jung, American Journal of Tropical
R.C. ―Craig and Faust’s Clinical Medicine and Hygiene. 19 (4):
Parasitology‖. 8th edition. Lea & 613—619.
Febiger. 1970. p.p 465-469. http://www.ajtmh.org/cgi.
Gilman, RH., Mondal, G., Maksud, M., Markel, Edward K,. et al., ―Medical
Alam, K., Rutherford, E., Gilman, Parasitology‖. 1992. p.p 185—188.
J.B., and Khan, M.U. 1982. Miyazaki, Ichoro. ―Helminthic Zoonoses‖.
Endemic Focus of Fasciolopsis International Medical Foundation
buski Infection in Bangladesh.. The of Japan. Tokyo. 1991. pp. 60—65.
American Journal of Tropical Neva, Franklin A and Harold W. Brown.
Medicine and Hygiene. 31 (4): ―Basic Clinical Parasitology‖. 6th
796—802. edition. Appleton & Lange,
http://www.ajtmh.org.cgi. Conecticut. 1994. pp. 226—229.
Garcia, Lynne S & David A. Bruckner. Sadun EH and Maiphoon C. ―Studies on
―Diagnostic Medical the epidemiology of the human
Parasitology‖. 1996. intestinal fluke, F. buski, in central
Gupta, A, Xess A., Sharma H.P., Dayal Thailand‖. Am. J. Trop. Med. Hyg.
V.M., Prasad K.K. and Shahi S.K., 2; 1070—1084. 1953.
―Fascioloposis buski (Giant Sri Oemijati. ― The Current Situation of
Intestinal Fluke) – a Case Report‖. Parasitic Infection in Indonesia‖.
1999. Indian Journal of Pathology Buletin Penelitian Kesehatan Vol.
and Microbiology.July 1999. 42 17 No. 2/1989.
(3). pp 359—360. Tjitra, Emiliana. ―Penelitian-penelitian
Handoyo, Iman; Bambang Ismuljowono; Fasciolopsiasis di Indonesia‖.
Fauzi Darwis dan Rudiansyah. ―A Cermin Dunia Kedokteran, No.
Survey of Fasciolopsiasis in Sei 97/1994. h. 22—25.
Papuyu Village of Babirik

JURNAL VEKTORA VOL. III NO. 2 121

Das könnte Ihnen auch gefallen