Sie sind auf Seite 1von 12

HUBUNGAN AKTIFITAS FISIK DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI

PUSKESMAS KEPANJEN KABUPATEN MALANG


Oleh :
Dwi Ayunawati,
Program Studi S1 Ilmu keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kepanjen Pemerintahan Kabupaten Malang
Tahun Ajaran 2016 - 2017
Jl. Trunojoyo No. 16 Kepanjen-Malang 65163
e-mail : dwiayunawati@gmail.com

Abstract: Relationship of Physical Activities With Hypertension Incidence In The Elderly


At in healt center of Kepanjen in district of Malang. Hypertension has a fairly high prevalence
and becomes a serious problem. Hypertension or the silent killer does not cause real symptoms
like other diseases, so a person often does not know when he suffered from hypertension.
Hypertension is also often associated with how a person with a poor lifestyle such as lack of
physical activity. The purpose of this study was to determine the relationship of physical activity
with the incidence of hypertension in the elderly in healt center of Kepanjen in district of Malang.
The research design using Non - Experimental with cross sectional approach. This study with the
number of samples of 58 respondents and using purposive sampling technique is to determine
the sample of research with some things considered, which aims for data obtained later can be
more representative. Collecting data using Internatioal Physical Activity Questionnaire (IPAQ).
Results Show That most elderly are low activity with 29 (50%) people. Most elderly are
hypertension stage 1 and 2 with the number of 26 (44.8%) the same as stage 2. The results of
statistical tests showed no relationship between physical activity and the incidence of
hypertension in the elderly with Spearman correlation value of 0.427 with a P value of 0.001 ≤ α
( 0.05). Based on this study, the Elderly increased the activity of physical activity so that it can
reduce the risk or bertaha severity of hypertension suffered.
Keyword : Physical Activity, hypertension, Elderly

Abstrak : Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas
Kepanjen Kabupaten Malang. Hipertensi memiliki prevalensi yang cukup tinggi dan menjadi
masalah yang serius. Hipertensi atau the silent killer tidak menimbulkan gejala yang nyata
layaknya penyakit lain, sehingga seseorang sering tidak mengetahui saat ia menderita hipertensi.
Hipertensi juga sering dikaitkan dengan bagaimana seseorang dengan gaya hidupnya yang
kurang baik diantaranya adalah kurangnya aktivitas fisik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas
Kepanjen Kabupaten Malang.Desain penelitian menggunakan Non – Eksperimental dengan
pendekatan cross sectional. Penelitian ini dengan jumlah sample sebanyak 58 responden dan
menggunakan teknik purposive sampling yaitu untuk menentukan sampel penelitian dengan
beberapa hal yang dipertimbangan, yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya dapat lebih
representative. Pengumpulan data menggunakan Internatioal Physical Activity Questionaire
(IPAQ). Hasil Menunjukkan Bahwa lansia terbanyak ialah aktifitas rendah dengan jumlah 29
(50%) orang. lansia terbanyak ialah hipertensi stage 1 dan 2 dengan jumlah 26 (44,8% ) orang
sama dengan stage 2. Hasil uji statistic menunjukkan ada hubungan antara aktifitas fisik dengan
kejadia hipertensi pada lansia dengan nilai kolerasi spearman sebesar 0,427 dengan P value

14 juni 2017
0,001 ≤ α (0,05). Berdasarkan penelitian ini, Lansia lebih meningkatkan kegiatan aktifitas fisiknya
sehingga dapat mengurangi resiko atau bertamba parahnya hipertensi yang diderita.
Kata Kunci : Aktifitas Fisik, Hipertensi, Lansia
LATAR BELAKANG mengkonsumsi suatu jenis tertentu, dapat
Hipertensi merupakan penyebab mengakibatkan terjadinya hipertensi.
kematian nomor tiga setelah stroke dan Beberapa di antanya antara lain
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari mengkonsumsi lemak dan garam secara
populasi kematian pada semua umur di berlebihan, obesitas dan makan secara
Indonesia. Prevalensi hipertensi pada berlebihan, merokok, mengkonsumsi
penduduk berumur 18 tahun ke atas di minuman beralkohol, kurangnya aktivitas
Indonesia tahun 2013 berdasarkan fisik, serta stress emosional (Anis, 2006).
diagnosis tenaga kesehatan sebesar 9,4%, Aktivitas fisik yang dilakukan dengan
dan pengukuran tekanan darah sebesar teratur dan cukup merupakan salah satu
25,8%. Berdasarkan diagnosis tenaga pendekatan non farmakologis bagi penderita
kesehatan, prevalensi hipertensi di wilayah hipertensi. Aktivitas fisik yang dilakukan
jawa timur mencapai 27,0 %. Hipertensi secara teratur bermanfaat untuk mengatur
merupakan salah satu faktor risiko penyakit berat badan serta menguatkan sistem
kardiovaskuler (Kemenkes RI, 2013). jantung dan pembuluh darah. Manfaat dari
Hipertensi memiliki prevalensi yang melakukan aktifias fisik salah satunya
cukup tinggi di negara maju dan membuat kerja jantung menjadi ringan
berkembang. Individu dapat dikatakan sehingga tekanan dalam pembuluh darah
menderita hipertensi apabila saat melakukan menurun. Aktivitas fisik sedang yang
pengukuran, tekanan darah mencapai ≥140 dianjurkan bagi pendekatan hipertensi
untuk sistolik dan 90 mmHg untuk dengan melakukannya dalam kurun waktu
diastoliknya. Hipertensi atau the silent killer kurang lebih 30 – 60 menit setiap hari. Tiap
tidak menimbulkan gejala yang nyata harinya kalori yang terbakar dapat mencapai
layaknya penyakit lain, sehingga seseorang 150 kalori perharinya (Marliana dan Tantang,
sering tidak mengetahui saat ia menderita 2007).
hipertensi (Armilawaty, 2007). Hasil Riset kesehatan Dasar yang
Pada usia lanjut sering dikaitkan dilakukan oleh Kementrian kesehatan RI
dengan penyakit hipertensi. Lansia secara tentang aktivitas fisik, di Jawa Timur
fisiologis memiliki nilai tekanan darah yang proporsi penduduk yang melakukan
tinggi. Karena melalui proses manua dan aktivitas fisik aktif sebanyak 78,7 % dan
mengurangi aktivitasnya di usia senja, kurang aktif sebanyak 21,3%. Sedangkan
kondisi ini juga terjadi karena dinding arteri proporsi penduduk Jawa Timur yang
lansia telah menebal dan kaku atau tidak melakukan aktivitas sehari – hari > 3 jam
elastis karena arteriosclerosis sehingga sebanyak 22,7%, 3 – 6 jam sebanyak
kerja jantung bekerja lebih berat untuk 43,5%, dan yang melakukan aktifitas sehari
memenuhi kebutuhan darah ke seluruh hari > 6 jam sebanyak 33,9% (Riskesdas,
tubuh (Nina, 2007). 2013).
Hipertensi sering dikaitkan dengan Diketahui dari hasil penelitian yang
bagaimana seseorang dengan gaya dilakukan oleh Mayasari dkk (2015)
hidupnya. Gaya hidup modern seperti pola responden yang melakukan aktivitas fisik
makan yang tidak teratur atau hanya dengan kategori baik yang mempunyai

14 juni 2017
tekanan darah kategori hipertensi ringan kader posyandu lansia didapatkan data
yaitu sebanyak 25 orang (42,2%). bahwa 69 orang penduduk Kecamatan
Responden aktif melakukan berjalan kaki (20 Kepanjen yang mengikuti kegiatan posyandu
menit per 1,6 km) (45,2%) dan menyapu lansia menderita hipertensi. Melakukan
daun kering (45,0%) sehingga tekanan aktivitas fisik sehari hari pada umumnya
darah sistolik paling tinggi 150 mmHg dan dapat menurunkan tekanan darah bagi
paling rendah 110 mmHg, dengan tekanan penderita hipertensi. Oleh Karena itu, perlu
darah diastolik 90 mmHg. Responden yang dilakukan penelitian tentang “Hubungan
melakukan aktivitas fisik dengan kategori Aktivitas Fisik Dengan Kejadian Hipertensi
baik dan mempunyai tekanan darah kategori Pada Lansia”.
hipertensi ringan dikarenakan oleh faktor METODE
olahraga. Kesimpulan dari penelitian yang Penelitian ini adalah penelitian
dilakukan yakni ada hubungan aktivitas fisik survei analitik dengan rancangan cross
dengan tekanan darah pada lansia penderita sectional untuk mengetahui hubungan
hipertensi di Kelurahan Banyumanik Kota antara aktivitas fisik dengan kejadian
Semarang. hipertensi. Desain cross sectional dipilih
Hasil penelitian yang dilakukan oleh karena pengukuran variabel aktivitas fisik
Khomarun (2014) didapatkan hasil bahwa dan variable hipertensi dilakukan dalam satu
terdapat pengaruh yang signifikan dalam waktu. Dalam studi ini akan didapat
perubahan penurunan tekanan darah sistolik prevalensi atau efek suatu fenomena yaitu
pada responden setelah dilakukan intervensi variabel dependen dan dihubungkan dengan
sebanyak 40 kali dalam waktu 8 minggu. penyebab yaitu variabel independen
Faktor umur responden pada penelitian ini (Nursalam, 2013).
tidak mempunyai pengaruh terhadap tingkat Penelitian ini dilaksanakan pada
tinggi rendahnya tekanan darah dan tanggal 20 – 31 bulan Maret 2017. Penelitian
besarnya rentang perubahan tekanan darah ini dilaksanakan di Posyandu Lansia
pada post aktivitas berjalan. Faktor jenis puskesmas kepanjen dan mendatangi
pekerjaan juga tidak berpengaruh terhadap rumah responden masing – masing. Sampel
besarnya perubahan tekanan darah pre dan yang digunakan dalam penelitian ini
post aktivitas berjalan. Tekanan darah berjumlah 58 responden dengan usia 60 –
sistolik (TDS) pre aktivitas berjalan pada 90 tahun. Instrumen yang digunakan dalam
lansia wanita dengan hipertensi di Posyandu mengumpulkan data ialah kuisioner aktifitas
Lansia Desa Makamhaji Kartasura berkisar fisik (IPAQ). Uji statistic yang digunakan
antara 140 mmHg – 158 mmHg. Sedangkan ialah uji kolerasi spearman rank untuk
TDS post aktivitas berjalan berada pada mengetahui hubungan aktifitas fisik dengan
rentang 133 mmHg – 153 mmHg. Rentang kejadian hipertensi pada lansia di
angka tersebut menunjukkan terjadi Puskesmas Kepanjen Kabupaten Malang.
penurunan tekanan darah sekitar 5-10
mmHg setelah dilakukan intervensi selama 8 HASIL
minggu (40 kali intervensi). Data Umum
Berdasakan hasil studi Pendahuluan Karakteristik responden dalam penelitian ini
yang dilaksanakan pada tanggal 28 antara lain berupa usia, jenis kelamin,
November 2016 di Kecamatan Kepanjen pendidikan, dan pekerjaan.Di bawah ini
dengan hasil wawancara langsung pada merupakan hasil dari analisis karakteristik

14 juni 2017
responden yang digunakan dalam penelitian Pendidikan
Frekuensi Prosentase
ini : (f) (p)
Tidak sekolah 12 20,7%
1. Usia Responden SD 36 62,1%
Table 4.1 Ditribusi frekuensi karakteristik SMP 4 6,9%
responden berdasarkan usia di wilayah SMA 4 6,9%
Kecamatan Kepanjen Kabupaten Perguruan
2 3,4%
Tinggi
Malang Total 58 100%
Usia Frekuensi Prosentase Berdasarkan pada tabel diatas
(f) (%)
60 - 65 th 41 70,7 % karakteristik responden berdasarkan
66 - 75 th 8 13,8% Pendidikan terakhir responden paling
76 - 80 th 4 6,9% banyak lulusan SD 62,1% dengan jumlah
>80 5 8,6% 36 orang, sedangkan lulusan perguruan
Total 58 100,0%
tinggi 3,4% dengan jumlah 2 orang.
Berdasarkan pada tabel diatas
4. Pekerjaan
karakteristik responden berdasarkan
Tabel 4.4 Ditribusi frekuensi
usia Lansia menunjukkan bahwa
karakteristik responden berdasarkan
responden terbanyak yaitu usia 60 – 65
Pekerjaan yang dilakukan responden di
tahun dengan presentasi 70,7 %
wilayah Kecamatan Kepanjen
berjumlah 41 orang, kemudian
Kabupaten Malang
presentase paling sedikit usia 76 – 80
Pekerjaan Frekuensi Prosentase
tahun prosentase 6,9 % berjumlah 4 (f) (%)
orang responden. Tidak Bekerja 26 44,8%
2. Jenis kelamin Swasta 2 3,4%
Tabel 4.2 Ditribusi frekuensi Buruh 6 10,3%
PNS 1 1,7%
karakteristik responden berdasarkan Lain – lain 23 39,7%
Jenis kelamin di wilayah Kecamatan Total 58 100%
Kepanjen Kabupaten Malang Berdasarkan pada tabel diatas
Jenis Frekuensi Prosentase karakteristik responden berdasarkan
Kelamin (f) (%)
Pekerjaan yang dilakukan oleh
Laki – laki 9 15,5 %
Perempuan 49 84,5% responden terbanyak ialah tidak bekerja
Total 58 100% 44,8% dengan jumlah 26 orang,
Berdasarkan pada tabel diatas sedangkan paling sedikit PNS 1,7%,
karakteristik responden berdasarkan yaitu 1 orang.
jenis kelamin Lansia antara lain Laki - Data Khusus
laki dengan prosentase 15,5% berjumlah 1. Aktifitas Fisik Yang Dilakukan Oleh
9 orang, sedangkan lansia berjenis Lansia
kelamin perempuan dengan prosentase Tabel 4.5 Distribusi frekuensi
84,5% berjumlah 49 orang. berdasarkan aktifitas fisik yang dilakukan
3. Pendidikan oleh lansia.
Tabel 4.3 Ditribusi frekuensi Aktifitas Frekuensi Prosentasi
karakteristik responden berdasarkan Fisik (f) (p)
Rendah 29 50%
Pendidikan yang dimiliki responden di Sedang 18 31%
wilayah Kecamatan Kepanjen Tinggi 11 19%
Kabupaten Malang Total 58 100%

14 juni 2017
Berdasarkan dari data pada tabel aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi
diatas karakteristik aktifitas fisik yang pada lansia.
dilakukan oleh lansia terbanyak ialah
aktifitas rendah 50% dengan jumlah 29 PEMBAHASAN
orang, sedangkan paling sedikit ialah Identifikasi Aktifitas Fisik pada Lansia
aktifitas fisik tinggi 19% dengan jumlah Dengan Hipertensi di Puskesmas
11 orang. Kepanjen
2. Hipertensi Yang Diderita Oleh Lansia Hasil dari penelitian ini menunjukkan
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi aktifitas fisik yang dilakukan oleh 29
berdasarkan aktifitas fisik yang dilakukan responden (50%) dari 58 lansia yang
oleh lansia. menjadi responden diperoleh data bahwa
Hipertensi Frekuensi Prosentase lansia melakukan aktifitas fisik rendah.
(f) (p) Aktivitas fisik rendah secara independen
Stage 1 26 44,8%
mempengaruhi terjadinya hipertensi.
Stage 2 26 44,8%
Stage 3 6 10,3% Semakin rendah aktivitas fisik semakin
Total 58 100% meningkatkan risiko terjadinya hipertensi.
Berdasarkan dari data pada tabel Hal ini didukung oleh penelitian yang
diatas karakteristik hipertensi yang dilakukan oleh Anggraini pada tahun 2014, di
dimiliki oleh lansia terbanyak ialah Kalimantan. Dari hasil penelitiannya
hipertensi stage 1 dan 2 memiliki menjelaskan bahwa persentase responden
prosentase sebesar 44,8% dengan yang termasuk dalam kategori aktifitas fisik
jumlah 26 orang sama dengan stage 2, rendah memiliki persentase hipertensi lebih
sedangkan paling sedikit stage 3 10,3% tinggi dibandingkan responden yang
dengan jumlah 6 orang. memiliki aktivitas fisik cukup yaitu dari total
3. Analisis Hubungan Aktifitas Fisik Dengan 2240 responden yang kurang aktivitas fisik
Kejadian Hipertensi Pada Lansia (< 150 menit/minggu) sebanyak 57.5%
Analisa hubungan aktifitas fisik responden menderita hipertensi.
dengan kejadian hipertensi pada lansia Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan
menggunakan uji statistik Spearman bahwa aktivitas fisik rendah merupakan
Rank dengan signifikansi P value ≤ α faktor risiko terjadinya hipertensi. Hasil
0,05. Cara tersebut digunakan untuk penelitian sebelumnya yang telah dilakukan
mengetahui hubungan aktifitas fisik di Makasar yang dilakukan oleh
dengan kejadian hipertensi pada lansia. Wahududdin, dkk (2013) dan di Yogyakarta
Table 4.7 Hasil Analisis Uji Spearman oleh Elvyrah Faisal, dkk (2011) juga
Rank menunjukkan bahwa aktivitas fisik ringan
Skor hipertensi merupakan faktor risiko yang mempengaruhi
Skor r = 0,427** terjadinya hipertensi. Aktivitas fisik dapat
aktifitas p = 0,001 menyebabkan aliran darah meningkat
fisik n = 58
sehingga dapat diproduksinya nitrit oksida
Pada tabel di atas,menunjukkan
(NO). Nitrit oksida akan merangsang
bahwa nilai kolerasi spearman sebesar
pembentukan endothelial derive relaxing
0,427 dengan P value 0,001 ≤ α (0,05).
factor (EDRF) yang berfungsi vasodilatasi
Dengan demikian Ho ditolak atau H1
atau melebarkan arteri (Sutanto, 2010;
diterima dengan kata lain ada hubungan
Sharman, dkk., 2014).

14 juni 2017
Aktivitas fisik yang dilakukan secara serta sama pada hipertensi stage 1 dan
aktif dan teratur akan menyebabkan stage 2 sebesar 44,8% dengan jumlah yang
pembuluh darah cenderung lebih elastis sama pula yaitu 26 orang dari 58 responden.
sehingga akan mengurangi tahanan perifer Hal ini di dukung oleh data dari profil
(Suiraoka, 2012). Aktivitas fisik yang teratur kesehatan kota malang (2014) Dari 43.885
pada gilirannya juga akan menyebabkan orang yang dilakukan pengukuran tekanan
kerja jantung menjadi lebih efisien sehingga darah di pelayanan kesehatan, didapat
curah jantung akan berkurang dan akan 35,92% atau 15.765 orang dikategorikan
menyebabkan penurunan tekanan darah dalam hipertensi/ tekanan darah tinggi.
(Sutanto, 2010; Wahiduddin. dkk., 2013). Penyakit ini menjadi salah satu masalah
Aktivitas fisik secara teori utama dalam kesehatan masyarakat di
mempengaruhi tekanan darah seseorang, Indonesia maupun dunia. Diperkirakan
semakin sering seseorang melakukan sekitar 80% kenaikkan kasus hipertensi
aktivitas fisik maka semakin kecil resiko terutama terjadi di negara berkembang pada
terkena penyakit hipertensi atau tekanan tahun 2025 dari jumlah total 639 juta kasus
darah tinggi. Seseorang dengan aktivitas di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan
fisik ringan, memiliki kecenderungan sekitar meningkat menjadi 1.15 miliar kasus di tahun
30%-50% terkena hipertensi dibandingkan 2025. Prediksi ini didasarkan pada angka
seseorang dengan aktivitas sedang atau penderita hipertensi dan pertambahan
berat. Orang yang sering berjalan kaki dapat penduduk saat ini (Ardiansyah, 2012).
menurunkan tekanan darah sekitar 2 % Gaya hidup merupakan faktor
dan orang yang suka melakukan aktivitas terpenting yang sangat mempengaruhi
aerobik akan mengalami penurunan tekanan kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang
darah rata-rata 4 mmHg TDS dan 2 mmHg tidak sehat, dapat menyebabkan terjadinya
TDD baik yang mengalami hipertensi penyakit hipertensi, misalnya; Makanan,
maupun yang tidak mengalami hipertensi aktifitas fisik, stres, dan merokok
(Paruntu, 2015). Hal ini kemungkinan karena (Puspitorini, 2009).
sebagian besar responden telah berusia Terdapat faktor yang tidak dapat di
lanjut, sehingga sudah tidak mampu kontrol sebagai pemicu terjadinya hipertensi,
melakukan aktifitas fisik yang berat. Hasil antara lain usia, jenis kelamin dan genetic.
penelitian sejalan dengan pernyataan Distribusi responden berdasarkan
Junaedi dkk. (2013) mengatakan bahwa karakteristik usia presentasi paling banyak
seseorang yang tidak aktif memiliki frekuensi yaitu usia 60 – 65 tahun 70,7 % dengan
denyut jantung lebih tinggi sehingga otot jumlah 41 orang dan paling sedikit pada usia
jantung harus bekerja lebih keras pada saat 76 – 80 tahun yaitu 6,9% dengan jumlah 4
kontraksi sehingga menyebabkan kenaikan orang dari 58 responden. Penelitian
tekanan darah. Hasurungan (2002) pada lansia menemukan
bahwa dibanding umur 55-59 tahun, pada
Identifikasi kejadian hipertensi pada umur 60-64 tahun terjadi peningkatan risiko
lansia di Puskesmas Kepanjen hipertesi sebesar 2,18 kali, umur 65-69
Hasil dari penelitian ini menunjukkan tahun 2,45 kali dan umur >70 tahun 2,97 kali.
bahwa mayoritas lansia yang tinggal di Tingginya hipertensi sejalan dengan
Kecamatan Kepanjen mengalami kejadian bertambahnya umur, disebabkan oleh
hipertensi dengan prosentase terbanyak perubahan struktur pada pembuluh darah

14 juni 2017
besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit pendidikan. Hubungan ini tidak semata-mata
dan dinding pembuluh darah menjadi kaku, diakibatkan perbedaan tingkat pendidikan,
sebagai akibat adalah meningkatnya tetapi tingkat pendidikan berpengaruh
tekanan darah sistolik (Rahajeng, dkk 2009). terhadap gaya hidup sehat dengan tidak
Sedangkan pada penelitian ini, merokok, tidak minum alkohol, dan lebih
distribusi karakteristik responden sering berolahraga (Yuliarti,2007). Tingginya
berdasarkan jenis kelamin jumlah responden risiko terkena hipertensi pada pendidikan
berjenis kelamin perempuan memiliki yang rendah, kemungkinan disebabkan
presentasi yang tinggi 84,5% yaitu 49 orang karena kurangnya pengetahuan pada pasien
sedang paling sedikit dimiliki responden yang berpendidikan rendah terhadap
berjenis kelamin laki –laki 15,5 % dengan kesehatan dan sulit atau lambat menerima
jumlah 9 orang. Berdasarkan hasil penelitian informasi (penyuluhan) yang diberikan oleh
sebelumnya oleh Chobanian et al (2003), petugas sehingga berdampak pada
Jenis kelamin memiliki pengaruh penting prilaku/pola hidup sehat.
dalam regulasi tekanan darah dimana Selain itu, pekerjaan yang dimiliki oleh
secara umum tekanan darah pada laki-laki responden juga berpengaruh terhadap
lebih tinggi daripada perempuan. Namun resiko hipertensi. Distribusi karakteristik
setelah perempuan mengalami menopause responden berdasarkan pekerjaan
maka resiko hipertensi pada perempuan menunjukkan bahwa hasil paling banyak
akan meningkat. Pada usia 65 tahun, responden yang tidak memiliki pekerjaan
perempuan yang beresiko lebih tinggi yaitu 44,8% dengan jumlah 6 orang dan
hipertensi dibandingkan laki-laki karena paling sedikit yang bekerja sebagai PNS
pengaruh hormon. 1,7% dengan jumlah 1 orang dari 58
Selain itu, pendidikan merupakan faktor responden. pada umumnya orang yang tidak
resiko terjadinya hipertensi. Pada tabel 4.3 memiliki pekerjaan maka akan rendah pula
pendidikan responden menunjukkan bahwa aktifitas yang dilakukan, sehingga dapat
hasil paling banyak dimiliki oleh lulusan SD menjadi faktor resiko terjadinya hipertensi.
dengan prosentase sebesar 62,1% dengan Hal ini didukung oleh penelitian yang
jumlah 36 orang dan paling sedikit dengan dilakukan Anggara, dkk (2012) di Puskemas
prosesentase 3,4% dengan jumlah 2 orang Telaga Murni Cikarang barat mendapatkan
yaitu lulusan perguruan tinggi. Tingkat hasil bahwa hubungan antara pekerjaan
pendidikan yang dimiliki oleh responden dengan tekanan darah pada penelitian ini
dapat mempengaruhi terhadap gaya hidup ada hubungan yang bermakna ( p= 0,000) ,
sehat yang dimiliki responden. Hal ini sejalan dengan jumlah responden yang tidak bekerja
dengan penelitian yang dilakukan oleh dan menderita hipertensi 62,5% , sedangkan
Anggara,dkk (2012) di Puskesmas Telaga responden yang bekerja dan menderita
Murni Cikarang barat dengan hasil hipertensi sebesar 15,7%. Orang yang tidak
Hubungan antara pendidikan dengan bekerja aktifitasnya tidak banyak sehingga
tekanan darah pada penelitiannya terdapat dapat meningkatkan kejadian hipertensi.
hubungan yang bermakna (p = 0,042). Orang yang tidak bekerja memiliki resiko
Berdasarkan hasil Riskesdas (2013) yang hipertensi yang lebih tinggi, dimana
menyatakan bahwa penyakit hipertensi pekerjaan berkaitan dengan aktivitas fisik
cenderung tinggi pada pendidikan rendah sehari-hari. Orang yang tidak bekerja
dan menurun sesuai dengan peningkatan karena sudah berusia lanjut sehingga

14 juni 2017
aktivitas fisiknya sehari-hari juga berkurang (α = 0,05) dan QR = 18,308. Pada penelitian
(Hermawan dkk, 2014). yang dilakukan olehnya yang dikategorikan
Pada usia lanjut sering dikaitkan menjadi 3 kategori yaitu aktifitas olahraga,
dengan penyakit hipertensi. Lansia secara aktifitas dalam pekerjaan, dan aktifitas sehari
fisiologis memiliki nilai tekanan darah yang – hari. Kurangnya aktifitas fisik
tinggi. Karena melalui proses manua dan meningkatkan risiko menderita hipertensi
mengurangi aktivitasnya di usia senja, karena meningkatkan risiko kelebihan berat
kondisi ini juga terjadi karena dinding arteri badan.Orang yang tidak aktif juga cenderung
lansia telah menebal dan kaku atau tidak mempunyai frekuensi denyut jantung yang
elastis karena arteriosclerosis sehingga lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus
kerja jantung bekerja lebih berat untuk bekerja lebih keras pada setiap kontraksi.
memenuhi kebutuhan darah ke seluruh Makin keras dan sering otot jantung harus
tubuh (Nina, 2007). memompa, makin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri (Aris 2007).
Analisis Hubungan Aktifitas Fisik Dengan Aktivitas fisik yang dilakukan secara
Kejadian Hipertensi Pada Lansia tepat dan teratur, serta frekuensi dan
Teknik yang digunakan dalam lamanya waktu yang digunakan dengan baik
menganalisa data ialah uji Spearman Rank dan benar dapat membantu menurunkan
dengan bantuan perhitungan statistika tekanan darah.aktifitas fisik dilakukan
program SPSS versi 16. Teknik tersebut minimal 30 menit olahraga sedang untuk
digunakan untuk mengetahui adanya kesehatan jantung, 60 menit untuk
hubungan antara dua variabel dengan skala mencegah kenaikan berat badan dan 90
data ordinal dengan ordinal. Hasil menit untuk menurunkan berat badan (
menunjukkan nilai kolerasi spearman Nurmalina, 2011). Aktivitas fisik yang cukup
sebesar 0,427 dengan P value 0,001 ≤ α dapat membantu menguatkan jantung.
(0,05) yang menunjukka adanya hubungan Jantung yang lebih kuat tentu dapat
signifikan antara aktifitas fisik dengan memompa lebih banyak darah meskipun
kejadian hipertensi pada lansia. Hal ini dapat hanya menggunakan sedikit usaha. Semakin
diartikan bahwa aktifitas fisik yang rendah ringan kerja jantung, maka semakin sedikit
mengakibatkan terjadinya hipertensi lansia. tekanan pada pembuluh darah arteri
Kolerasi ini menunjukkan tingkat kolerasi sehingga mengakibatkan tekanan darah
yang sedang karena nila terletak antara 0,26 menjadi turun. Kebanyakan olahraga
-0,50 (Sugiyono, 2007). dilakukan pada pagi hari setelah subuh
Aktifitas fisik pada lansia di Kecamatan karena udaranya masih bersih. Beberapa
Kepanjen digambarkan dari 58 responden, studi menunjukkan bahwa olahraga yang
29 responden (50%) memiliki aktifitas fisik dilakukan secara rutin dan teratur dapat
rendah, 18 responden (31%) memiliki mengurangi faktor risiko terhadap penyakit
aktifitas fisik sedang, dan 11 responden hipertensi (Simamora, 2012).
(19%) memiliki aktifitas tinggi. Hal ini sejalan Dapat disimpulkan bahwa semakin
dengan penelitian yang dilakukan oleh rendah aktivitas fisik subjek maka semakin
Anggraini (2014) di Kelurahan Tlogosari meningkatkan risiko terjadinya hipertensi
Kulon Semarang mendapatkan hasil yang dibandingkan aktivitas berat untuk kategori
signifikan hubungan aktifitas fisik dengan aktivitas fisik sedang (yang memenuhi 3
kejadian hipertensi dengan p< α (p=0,0001), kriteria kategori ) (Aripin, 2015). Dari

14 juni 2017
penelitian ini dapat dibuktikan bahwa kejadian hipertensi pada lansia. variabel
terdapat hubungan antara aktifitas fisik independen aktifitas fisik mempengaruhi
dengan kejadian hipertensi pada lansia. terjadinya hipertensi pada lansia di
Aktivitas fisik yang dilakukan teratur dapat Puskesmas Kepanjen Kabupaten
bermanfaat bagi kinerja jantung sehingga Malang.
lebih efisien yang mengakibatkan curah SARAN
jantung akan berkurang dan akan Bagi responden
menyebabkan penurunan tekanan darah. Diharapkan responden dapat melakukan
KETERBATASAN PENELITIAN aktivitas fisik secara rutin, tidak hanya
Dalam penelitian ini, peneliti memiliki berupa aktivitas sehari hari, namun juga
beberapa keterbatasan, antara lain : aktivitas olahraga. Karena aktivitas fisik
1. Terdapat kesulitan memberi penjelasan dapat digunakan sebagai pendekatan
pada beberapa item kuisioner yaitu jenis non farmakologis pada penyakit
aktivitas fisik yang dilakukan, sehingga hipertensi yang dideritanya.
peneliti bertanya kepada anaknya Bagi Institusi
tentang jenis aktifitas yang biasanya Dapat memberikan masukan bagi
dilakukan oleh responden. mahasiswa prodi S1 Keperawatan
2. Pada usia diatas 80 tahun, peneliti STIKES PEMKAB MALANG tentang
membutuhkan dampingan dari anak hipertensi untuk memperkaya
responden sehingga peneliti pengetahuan dan sebagai dokumentasi
mendapatkan data yang diinginkan. di perpustakaan.
KESIMPULAN Bagi Peneliti Selanjutnya
Pada bab ini di uraikan kesimpulan dari Diharapkan peneliti selanjutnya dapat
penelitian yang sudah di bahas dalam bab mengembangkan penelitian lebih lanjut
sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat tentang faktor resiko lain mengenai
diambil dari penelitian ini ialah hipertensi, seperti obat – oatan,
1. Frekuensi karakteristik aktifitas fisik yang makanan, gaya hidup,dll.
dilakukan oleh lansia terbanyak ialah Bagi Profesi
aktifitas rendah 50% dengan jumlah 29 Diharapkan sebagai acuan untuk
orang, sedangkan pali sedikit ialah meningkatkan kesadaran untuk
aktifitas fisik tinggi 19% dengan jumlah membantu masyarakat dalam
11 orang. meningkatkan kesehatan bagi
2. Frekuensi karakteristik hipertensi yang masyarakat.
dimiliki oleh lansia terbanyak ialah DAFTAR PUSTAKA
hipertensi stage 1 dan 2 memiliki Anggara F, Dwi H, Prayitno N (2012). Faktor-
prosentase sebesar 44,8% dengan faktor yang Berhubungan dengan
jumlah 26 orang sama dengan stage 2, Tekanan Darah di Puskesmas Telaga
sedangkan paling sedikit stage 3 10,3% Murni Cikarang Barat Tahun
dengan jumlah 6 orang. 2012.Jurnal Ilmiah Kesehatan.5(1) :
3. Berdasarkan dari hasil uji spearman rank 20-25.
didapatkan hasil ,menunjukkan bahwa r http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/artikel
=0,427 dengan P value 0,001 ≤ α (0,05). %204.%20vol%205%20no%201_fe
Dengan demikian terdapat hubungan by.pdf. Diakses 18 Maret 2017.
signifikan antara aktifitas fisik dengan

14 juni 2017
Amalia H Armilawaty, R Amirudin, 2007, Hasurungan, 2002. Faktor-faktor yang
Hipertensi dan faktor risikonya dalam berhubungan dengan hipertensi pada
kajian epidemiologi, Fakultas lansia di Kota Depok tahun 2002
Kesehatan Masyarakat, universitas [Tesis]. Jakarta: Fakultas Kesehatan
Hasanudin, Ujung Pandang. Masyarakat Universitas Indonesia;
Anies, 2006. Waspada penyakit tidak 2002
menular, Jakarta : PT Elex Media
Komputindo. Hermawan, H .2014. Hubungan Tingkat
Anggraeni Rini, 2013. Faktor risiko aktivitas Pengetahuan Pasien Tentang
fisik, merokok, dan konsumsi alkohol Hipertensi Dengan Sikap Kepatuhan
terhadap kejadian hipertensi pada Dalam Menjalankan Diit Hipertensi di
lansia di wilayah kerja Puskesmas Wilayah Pukesmas Andong Kabupaten
Pattingalloang Kota Makasar. Boyolali. Skripsi. Tidak diterbitkan. FIK
http://respiratory.unhas.ac.id Universitas Muhammadiyah Surakarta.
(Diakses: 11 April 2014). Kementrian Kesehatan RI, 2013. Riset
Ardiansyah, Muhamad. (2012). Medikal Kesehatan Dasar 2013 Badan
bedah. Yogyakarta: Diva Press. Penelitian dan Pengembangan
Aris, S. 2007. Mayo Clinic Hipertensi, Kesehatan Kementrian Kesehatan.
Mengatasi Tekanan Darah Tinggi. (http://dinkes.bantenprov.go.id/upload/
Jakarta: PT Intisari Mediatama. article_doc/Hasil_Riskesdas_2013.pdf
Bandiara, 2008, An Update Management , diakses dan diperoleh pada tanggal
Concept In Hipertensi, FK UNPAD, 12 november 2016)
Bandung. Khomarun, Nugroho M.A, Wahyuni E.S,
Chobanian, et al.2003. The seventh report 2014, Pengaruh Aktivitas Fisik Jalan
od the joint national committee (JNC). Pagi Terhadap Penurunan Tekanan
Vol 289. Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi
Dalimartha, S. 2008. Care Your Self Stadium I Di Posyandu Lansia Desa
Hipertensi. Jakarta: Penebar Plus. Makamhaji, Kementerian Kesehatan
Dewi. 2014, Buku Ajar Keperawatan Politeknik Kesehatan Surakarta
Gerontik, Deepublish, Yogyakarta. Jurusan Okupasi Terapi, Surakarta
Departemen Kesehatan RI, 2006, Promosi (http://jurnal.poltekkes-
Kesehatan di derah bermasalah solo.ac.id/index.php/Int/article/view/97
kesehatan, , Diakses pada tangga 08 Desember
http://www.depkes.go.id/resources/do 2016)
wnload/promosi-kesehatan/panduan- Muchid, 2006, Pharmatical Care Untuk
promkes-dbk.pdf diakses pada tanggal Penyakit Hypertensi, Direktorat Bina
29 januari 2017 Farmasi Departemen Kesehatan,
Elvyrah Faisal, Bambang D., & Berty M., Jakarta.
2011. Faktor risiko hipertensi pada Maryam, R.S., et al., 2008, Mengenal Usia
wanita pekerja dengan peran ganda di Lanjut dan Perawatannya, Jakarta:
Kabupaten Bantul. http://portal Salemba Medika.
garuda.org/article/php (Diakses Muttaqin. Asuhan Keperawatan Klien
pada tanggal 11 April 2017) Gangguan Sistem Kardiovaskuler,
Salemba Medika, Jakarta.

14 juni 2017
Mayasari. 2015. Hubungan Aktivitas Fisik Soedibjo, Arovah, Intan, 2013. Tingkat
Dengan Tekanan Darah Pada Lansia Pemahaman Dan Survei Level
Penderita Hipertensi Di Kelurahan Aktivitas Fisik, Status Kecukupan
Banyumanik Kota Semarang. Energi Dan Status Antropometrik
(http://perpusnwu.web.id/karyailmiah/d Mahasiswa Program Studi Pendidikan
ocuments/4780.pdf, diakses dan Kepelatihan Olahraga, FIK Universitas
diperoleh pada tanggal 17 november Negeri
2016) Yogyakarta.(http://journal.uny.ac.id/ind
Nurmalina, Rina. 2011. Pencegahan & ex.php/medikora/article/view/2816/234
Manajemen Obesitas. Bandung :Elex 2, Diakses dan diperoleh pada tanggal
Media Komputindo. 17 November 2016)
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Simamora, J. P., (2012), Pengaruh
Keperwatan,Pendekatan Praktis. Edisi Karakteristik dan Gaya Hidup
3,Jakarta : Salemba Medika. Kelompok Dewasa Madya Terhadap
Nuraini. 2012. Risk Factors Of Hypertension, Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja
J Mayority Vol 4, University of Puskesmas Matiti Kabupaten
Lampung, Lampung Humbang Hasundutan, Tesis
Paruntu, Olga lieke , Rumagit, Fred A., & Universitas Sumatera Utara., [online],
Kures, Griche S. 2015. Hubungan http://repository.usu.ac.id/handle/1234
Aktivitas Fisik, Status Gizi Dan 56789/35690 , [diakses 11 April 2017].
Hipertensi Pada Pegawai Di Wilayah Sutanto, 2010. Cekal (Cegah dan Tangkal)
Kecamatan Tomohon Utara. Jurusan Penyakit Modern   : Hipertensi, Stroke,
Poltekkes Manado. Dinas Kesehatasn Jantung, Kolesterol, dan Diabetes
dan Kesehatan Sosial Kota Tomohon. (gejala-gejala, Pencegahan dan
Manado Pengendalian), Yogyakarta: ANDI
Puspitorini, Myra. (2009). Hipertensi Cara Yogyakarta.
Mudah Mengatasi Tekanan Darah Sugiyono, 2011. STATISTIKA UNTUK
Tinggi. (Cetakan 3). Yogyakarta: Image PENELITIAN. Alfabeta. Bandung
Press. Suiraoka, 2012. Penyakit Degeneratif,
Rahajeng, 2009. Prevalensi Hipertensi dan Mengenal, Mencegah dan Mengurangi
Determinannya di Indonesia, Pusat Faktor Risiko 9 Penyakit Degeneratif,
Penelitian Biomedis dan Farmasi Yogyakarta: Nuha Medika.
Badan Penelitian Kesehatan Vera H., Naomi T.M, 2012, Aktivitas Fisik
Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Dan Pola Makan Dengan Obesitas
Setiadi, 2013. Konsep Dan Praktik Penulisan Sentral Pada Tokoh Agama. Manado
Riset Keperawatan, Graha Ilmu : Edisi Wahdah, Nurul. 2011. Menaklukan
kedua, Yogyakarta. Hipertensi dan Diabetes. Yogyakarta:
Setiawan, Zamhir. Karakteristik Multipress
sosiodemografi sebagai faktor resiko Wahiduddin, Hasrin Mannan & Rismayanti,
hipertensi studi ekologi di pulau Jawa 2013. Faktor Risiko Kejadian
tahun 2004 [Tesis]. Jakarta: Program Hipertensi di Kecamatan Bangkala
Studi Epidemiologi Program Pasca Kabupaten Jeneponto Sulawesi
Sarjana FKM-UI; 2006. Selatan.

14 juni 2017
http://respiratory.unhas.ac.id
(Diakses : 11 April 2017).
Wahyuni, Rochmawati, 2009, Melalui Masa
Tua Dengan Bahagia :Majalah Ilmiah
Sultan Agung, Universitas Sultan
Agung, Semarang. Wahiduddin, Hasrin
Mannan & Rismayanti, 2013. Faktor
Risiko Kejadian Hipertensi di
Kecamatan Bangkala Kabupaten
Jeneponto Sulawesi Selatan.
http://respiratory.unhas.ac.id (Diakses
: 11 April 2017).
Yuliarti, Nurheti., 2007. Awas Bahaya di
Balik Lezatnya Makanan, Yogyakarta :
Penerbit Andi.

14 juni 2017

Das könnte Ihnen auch gefallen