Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Sudarto
Staf Ahli Bidang Organisasi, Birokrasi dan Teknologi Informasi
sudartodwi@kemenkeu.go.id
ABSTRACT
Integrated Financial Management Information System (IFMIS) has been developed since the last decade. Apart from the
dynamics of IT development aiming at simplifying the business process to be faster, more efficient and transparent, the
development of IFMIS in Indonesia has not yet been completed. This paper investigates how far IFMIS has been developed in
Indonesia compared to the best practice and identifies the gap between the best practice and existing implementation of IFMIS
in Indonesia. Using recent literature and observation on IFMIS policy making, this paper finds that there is still a wide gap
between technology advancement and the existing status of IFMIS development. The utilization of cutting-edge technology
such as Data Warehouse (DW) needs to be considered, apart from ensuring the existing IFMIS development has been put in
practice properly. This paper contributes to the current IFMIS development in Indonesia by giving a recommendation, among
others, to complete the implementation of SAKTI, implement sustainable development all components supporting IFMIS, and
adoption of cutting-edge technology. With its specific context of developing countries, this paper also contributes to the
development of IFMIS in other developing countries and similar jurisdictions.
KATA KUNCI:
IFMIS, Kemajuan Teknologi, Perkembangan IT
ABSTRAK
Integrated Financial Management Information System (IFMIS) telah dikembangkan di Indonesia sejak satu dekade terakhir.
Pengembangan IFMIS belum usai karena adanya dinamika pengembangan IT yang bertujuan untuk mensimplifikasi proses
bisnis sehingga semakin efisien, cepat, dan transparan. Tujuan artikel ini adalah melakukan investigasi mengenai sejauh
mana IFMIS telah dikembangkan di Indonesia dan gap yang terjadi antara praktik terbaik internasional dan implementasi
IFMIS saat ini dengan menggunakan literatur terbaru terkait IFMIS dan observasi atas perumusan kebijakan IFMIS yang
saat ini telah dilakukan. Berdasarkan analisis literatur, kajian ini menemukan masih adanya kesenjangan antara kemajuan
teknologi dan kondisi pengembangan IFMIS saat ini. Penggunaan teknologi termuktahir seperti Data Warehouse (DW)
patut dipertimbangkan, disamping memastikan bahwa pengembangan IFMIS yang ada saat ini telah terlaksana dengan
baik. Artikel ini berkontribusi bagi pengembangan IFMIS di Indonesia saat ini dengan memberikan rekomendasi terkait
implementasi SAKTI, pengembangan berkesinambungan semua komponen pendukung IFMIS, adopsi berbagai elemen
teknologi termuktahir. Dengan konteks spesifik yang dimiliki Indonesia, artikel ini juga berontribusi bagi pengembangan
IFMIS di negara berkembang dan jurisdiksi serupa lainnya.
KLASIFIKASI JEL:
G39, O33
CARA MENGUTIP:
Sudarto. (2019). Pengembangan integrated financial management information system (IFMIS) di Indonesia. Indonesian
Treasury Review, 4(2), 87-103.
87
PENGEMBANGAN INTEGRATED FINANCIAL MANAGEMENT Indonesian Treasury Review Vol.4, No.2, (2019), Hal.87-103
INFORMATION SYSTEM (IFMIS) DI INDONESIA
88
1 Memahami TK-Kemenkeu, ‘digitalisasi dalam skala besar’ di 2IFMIS Kemenkeu sama dengan IFMIS Indonesia, karena IFMIS
TK-Kemenkeu tersebut berarti pula transformasi. Banyak Kemenkeu digunakan secara bersama-sama (resources sharing)
organisasi menerapkan digitalisasi, dan yang terjadi hanyalah oleh seluruh kementerian negara/lembaga (K/L) dan satker
digitalisasi. Transformasinya tidak terjadi karena digitalisasi Pemerintah Pusat.
hanya mengotomasi proses bisnis yang ada (Barsoux &
N.Anand, 2017).
PENGEMBANGAN INTEGRATED FINANCIAL MANAGEMENT Indonesian Treasury Review Vol.4, No.2, (2019), Hal.87-103
INFORMATION SYSTEM (IFMIS) DI INDONESIA
89
Kerangka konseptual (Gambar 1) yang menjadi terintegrasi dengan klasifikasi anggaran, operasi
dasar kajian diawali dengan komparasi antara best TSA yang lebih baik, kendali komitmen dan
practice IFMIS dengan kondisi implementasi di mekanisme monitoring, pembentukan fungsi
Indonesia. Komparasi tersebut akan manajemen kas, dan terkait prasyarat penting
mengidentifikasi kesenjangan (gap) yang digitalisasi lainnya seperti visi terpadu atas tujuan
selanjutnya dianalisis untuk memberikan hasil pemerintah dalam arsitektur manajemen
penelitian dan akan berujung pada keuangan publik.
rekomendasi/usulan penyempurnaan atas kondisi
Secara umum, Hashim (2014) menyatakan
di Indonesia.
bahwa pemerintah yang menerapkan IFMIS
dilatarbelakangi oleh masalah di bidang
manajemen penganggaran yaitu defisit fiskal dan
2. LANDASAN TEORI kurangnya alat pengendalian fiskal, kurang
berfungsinya manajemen kas, dan pemrosesan
2.1. IFMIS dan Prasyarat IFMIS
transaksi keuangan yang tidak menghasilkan
Dener et al (2017) mendefinisikan Financial informasi secara real time. Lebih lanjut lagi,
Management Information System (FMIS) sebagai pemerintah dalam penerapan IFMIS harus
serangkaian otomasi solusi terintegrasi yang mempertimbangkan empat hal yaitu: (1)
memampukan pemerintah untuk merencanakan, mengidentifikasi proses fungsional manajemen
mengeksekusi, dan memonitor anggaran, dengan keuangan pemerintah yang terotomasi; (2)
membantu dalam prioritasi, eksekusi dan menghasilkan informasi berbagai pemangku
pelaporan pengeluaran, serta mengawal dan kepentingan; (3) integrasi modul-modul sistem;
melaporkan pendapatan. IFMIS meliputi sejumlah dan (4) pengembangan masing-masing modul-
modul pendukung proses fungsional terkait modul sistem. IFMIS akan dapat berperan sebagai
manajemen keuangan pemerintah (Hashim, 2014). alat manajemen penganggaran yang efektif jika tiga
IFMIS di Indonesia mengelola seluruh transaksi hal terpenuhi yaitu proses pelaksanaan anggaran
APBN, yang pada tahun 2019 meliputi target terotomasi secara sistem untuk alat kendali fiskal
pendapatan sebesar Rp2.165 triliun, target belanja dan manajemen kas, pengaturan sisi perbankan
sebesar Rp2.461 triliun, dan target pembiayaan termasuk penerapan TSA atau zero balance
sebesar Rp296 triliun (Kemenkeu, 2019). accounts, dan semua pengeluaran pemerintah
terotomasi secara komprehensif, bukan parsial
Sebelum implementasi IFMIS, pemerintah
(Hashim & Piatti, 2016).
perlu membangun elemen dasar (prerequisites)
yang terdiri dari aspek fungsional, teknikal, dan 2.2. Cakupan IFMIS
sumber daya manusia (Dener et al, 2011). Aspek
Cakupan IFMIS dapat dibedakan menjadi
fungsional mencakup proses pengembangan
klasifikasi anggaran, penerapan anggaran terpadu, dua yakni Core FMIS dan IFMIS (Dener & Min,
penerapan Treasury Single Account (TSA), 2013) (Dener et al, 2011, 2018 & Hashim,
2001,2014, 2016). Gambar 2 dan Tabel 1
pengendalian dan monitoring komitmen
pembayaran, serta penerapan manajemen kas. menunjukkan Core FMIS, yang mencakup
Adapun aspek teknikal mencakup jaringan information system dan technology pada proses
penganggaran (B=Budgeting) dan pelaksanaan
komunikasi, penyiapan sistem dan data center.
Aspek sumber daya manusia mencakup anggaran (T=Treasury), plus aplikasi pendukung
penyediaan sumber daya manusia dengan keahlian lainnya (O=Others). Core FMIS (B+T+O) berbasis
real time transaction with single database,
teknologi informasi dan komunikasi.
Centralised Data Center (CDC) atau Data Recovery
Prerequisites IFMIS biasa juga disebut Center (DRC) dan jumlah user yang secara umum
sebagai enabling environment (Dener, 2011; terdiri dari ribuan user lintas kementerian/unit
Hashim, 2014). Prerequisites ini harus dipenuhi sesuai dengan cakupannya. Pada praktiknya di
sebelum pengembangan sistem IT dimulai. Hal ini banyak negara, Core FMIS dikembangkan berbasis
sejalan dengan IEG (2016) dan Hashim & Piatti ERP atau COTS seperti Systems, Applications, and
(2016) dalam Gupta et al (2017) yang Products (SAP) dan Oracle E-Business Suite (EBS),
mengidentifikasi prerequisites dari implementasi meskipun ada pula yang dikembangkan secara
proyek IFMIS seperti: klasifikasi anggaran yang mandiri (in house development) (Uña et al, 2019;
diperbaiki, bagan akun standar terpadu yang Dener et al, 2011).
PENGEMBANGAN INTEGRATED FINANCIAL MANAGEMENT Indonesian Treasury Review Vol.4, No.2, (2019), Hal.87-103
INFORMATION SYSTEM (IFMIS) DI INDONESIA
90
FMIS
Public
Audit and Investment Mgmt of Budget
Evaluation Authorization
GL & Accounting
Core Treasury System
(Budget Execution)
O
Fiscal Reports & Commitment Procurement/
Purchasing
DB
T
Budget review of Funds
Web Portal/DW
FMIS Daily
Operations
Publish/Monitor Tax and
Debt & Aid Payment Customs
Open Budget Data
Management and Receipt
O Treasury
Single
Account Asset/Inventory
Mgmt
Cash
Management
electronic transactions (less paper), IFMIS sangat Data Warehouse, yang menghasilkan kebutuhan
membantu efisiensi pengelolaan keuangan negara informasi untuk keperluan analisis (3)
yang tentunya berdampak pada simplifikasi dan Penggunaan teknologi digital seperti SMACIT dan
perampingan organisasi serta proses bisnis blockchain, dan (4) dukungan manajemen
(NASACT, 2015). perubahan seperti regulasi, proses bisnis,
timeframe, kelembagaaan, penyiapan training
Pengembangan IFMIS pada umumnya tidak
SDM, dan manajemen risiko. Keempat kelompok
hanya technology adoption, tetapi merupakan
tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang
proses transformasi proses bisnis, organisasi, dan
lain. Sebagai ilustrasi, implementasi IFMIS akan
regulasi pengelolaan keuangan negara, dan
menghadapi permasalahan jika tidak ada backup
umumnya memerlukan waktu lebih dari satu
dari institusi dalam bentuk regulasi kelembagaan
tahun (multi years) (Dener et al, 2011). Dalam
(pembagian tugas dan fungsi), dokumen proses
konteks TK-Kemenkeu, pengembangan IFMIS
bisnis (standard operating procedure/SOP),
tersebut sangat relevan untuk dijadikan bagian
program pelatihan, dan penangangan risiko,
dari benchmarking dalam rangka mewujudkan
IFMIS di Kemenkeu yang efektif. Gambar 3. Best Practice IFMIS
2.4. FMIS dan Manajemen Perubahan 1. Adanya Sistem Penganggaran (Bugdeting/B)
Kostenbaum et al (2015) berargumen 2. Adanya Sistem Perbendaharaan
bahwa modernisasi FMIS untuk mendukung (Treasury/T)
reformasi sistem manajemen keuangan 3. Adanya sistem pendukung (Other/O) yang
pemerintah perlu didukung dengan terintegrasi:
(a) Sistem Perpajakan
pengembangan program manajemen perubahan
(b) Sistem Penerimaan Bukan Pajak
untuk membantu para pemangku kepentingan
(c) Sistem Pengelolaan Utang
lebih adaptif sebagai bagian integral dari reformasi (d) Sistem Pengadaan
manajemen keuangan publik. Hal ini disebabkan (e) Sistem Aset Tetap dan Persediaan
reformasi IFMIS tidak boleh dilihat hanya sebagai (f) Sistem SDM dan Gaji
modernisasi infrastruktur teknologi informasi 4. Adanya Data Warehouse (DW)
komputer atau proyek transformasi digital, 5. Adanya interface sistem dengan sistem
melainkan bagaimana menemukan cara untuk keuangan daerah
mengubah budaya suatu organisasi untuk 6. Adanya interface sistem dengan sistem
mengimplementasikan IFMIS secara efektif dan perbankan
lancar. Beberapa program manajemen perubahan 7. Adanya interface sistem dengan sistem
yang dilakukan diberbagai negara, antara lain jaminan sosial
pengembangan visi secara jelas dan timeframe 8. Teknologi SMACIT digunakan
yang disepakati, pengembangan kapasitas dan tata 9. Teknologi blockchain digunakan
kelola kelembagaan, peningkatan kapasitas dan 10. Adanya regulasi transformasi proses bisnis
transfer pengetahuan, dan adanya pengelolaan 11. Adanya penentuan timeframe implementasi
risiko. 12. Adanya regulasi kelembagaan
13. Adanya aktivitas strategi knowledge
Argumen Kostenbaum & Dener (2015) transfer/training
didukung oleh Barsoux & Anand (2017) yang 14. Adanya manajemen risiko
menegaskan dukungan manajemen perubahan
utamanya terkait peran dan kapasitas pemimpin.
Peran pemimpin menjadi sesuatu yang sangat
penting mengingat hal itu akan menentukan 3. METODOLOGI PENELITIAN
langkah transformasi yang berkelanjutan yang
tetap fokus pada tujuan semula. Di samping itu, Penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
agar terhindar dari jebakan transformasi atau Penelitian kualitatif adalah pendekatan penelitian
transformation trap, peran pemimpin diharapkan yang bertujuan untuk mengekspolarasi dan
mampu mengidentifikasi permasalahan, memiliki memahami makna individu atau kelompok dalam
cara terstruktur dalam mengevaluasi, menentukan suatu fenomena sosial (Creswell, 2011). Dalam
prioritas, dan mengomunikasikan kepada pihak pendekatan kualitatif, sejalan dengan pertanyaan
lain dengan lebih percaya diri. penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini
mengenai pemahaman akan konteks yang sangat
Berdasarkan perspektif kerangka sistem penting untuk memahami maksud dari fenomena
yang digunakan dalam penelitian ini, best practice dan mengambil kesimpulan atas hal yang sedang
IFMIS setidaknya terdiri dari 14 komponen dipelajari. Penelitian kualitatif sesuai untuk
sebagaimana Gambar 3, yang terbentuk dari empat memahami pengembangan FMIS yang sangat
kelompok substansi yaitu (1) Core FMIS, yang dipengaruhi oleh lingkungan dan konteks di
terdiri sistem budgeting (B), perbendaharaan Indonesia dimana FMIS yang dimaksud dipelajari.
(Treasury), dan sistem terintegrasi lainnya (2)
PENGEMBANGAN INTEGRATED FINANCIAL MANAGEMENT Indonesian Treasury Review Vol.4, No.2, (2019), Hal.87-103
INFORMATION SYSTEM (IFMIS) DI INDONESIA
92
Tahapan penelitian dimulai dengan studi Pembandingan antara best practice IFMIS
literatur terkait best practice pengembangan dan dengan kondisi saat ini di Indonesia dilakukan
implementasi IFMIS di luar negeri tahun 2013 dengan cara berikut ini (1) merumuskan best
sampai dengan 2017. Dengan menggunakan practice IFMIS berdasarkan kerangka Core FMIS
sintesis literatur terkini terkait IFMIS, tulisan ini (Dener & Min, 2013) yang digunakan dalam kajian
melakukan analisis gap dengan fokus pada analisis ini, (2) menyusun kondisi implementasi IFMIS di
makro dan melakukan high level analysis dengan Indonesia, (3) membandingkan best practice IFMIS
menggunakan kerangka pikir FMIS yang dan kondisi implementasi di Indonesia dengan
dikembangkan oleh Dener & Min (2013). metode analisis gap, (4) menguraikan hasil temuan
dari analisis gap, dan (5) mengusulkan
Data yang digunakan dalam penelitian ini
rekomendasi penyempurnaan.
adalah data sekunder seperti laporan, kajian dan
data yang tertuang dalam aplikasi terkait FMIS di Penelitian ini mengidentifikasi kesenjangan
Indonesia seperti data SPAN. Disamping itu, data pengembangan IFMIS sebagaimana yang
dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi tergambar dalam Matriks 1. Kesenjangan yang
penulis yang selama ini terlibat langsung dalam ditemui antara lain sistem penganggaran (B) yang
pengembangan komponen FMIS di Kemenkeu, belum terintegrasi, Core FMIS pendukung yang
seperti SPAN, OM-SPAN, SAKTI, MON-SAKTI, MPN, belum terintegrasi (O), belum tersedianya DW,
SIKP, centralised payroll, E-Rekon&LK ataupun belum terinterface-nya sistem dengan sistem
centralised DC/DRC beserta arah pengembangan. keuangan daerah dan sistem jaminan sosial serta
belum tersedianya dan terutilisasinya teknologi
Penyajian data sekunder dalam penelitian
terbaru seperti SMACIT dan blockchain.
ini menggunakan data literatur IFMIS dari berbagai
sumber, seperti literatur manajemen perubahan, Dari data kesenjangan yang dimaksud,
regulasi terkait implementasi SPAN dan SAKTI penelitian ini menemukan isu-isu penting yang
serta sistem pendukung, proses bisnis, memengaruhi pengembangan IFMIS selanjutnya,
kelembagaan, transfer knowledge/training, dan yakni: (1) belum selesainya pengembangan
manajemen risiko. Enterprise Architecture manajemen keuangan
pemerintah pada Kementerian Keuangan, (2)
Teknik penelitian yang digunakan penulis
belum terimplementasinya IFMIS secara penuh,;
dalam penelitian ini adalah gap analysis. Gap
(3) Core IFMIS di Indonesia masih memiliki
analisys digunakan untuk mengevaluasi dan
kelemahan, (4) belum adanya Data Warehouse, dan
menganalis kesenjangan antara kerangka
(5) belum dioptimalisasinya utilisasi SMACIT,; (6)
konseptual IFMIS dengan kondisi faktual IFMIS di
pengembangan IFMIS telah meningkatkan kualitas
Indonesia. Berdasarkan kesenjangan dimaksud,
pengelolaan keuangan, (7) infrastruktur SAKTI
penelitian ini memberikan rekomendasi dan
(core FMIS) belum sepenuhnya tersedia, (8)
usulan penyempurnaan.
dampak organisasi terhadap pengembangan
IFMIS. Berdasarkan hal-hal tersebut, penelitian ini
mengusulkan (1) high-level diagram
4. HASIL PENELITIAN pengembangan IFMIS dan (2) skenario
Hasil penelitian diperoleh dari penggabungan proses bisnis KRISNA (Budgeting)
membandingkan antara framework IFMIS sesuai ke dalam SAKTI (Treasury).
best practice dengan implementasi yang ada. 4.1. Belum selesainya pengembangan
Disamping itu penelitian ini menggunakan data Enterprise Architecture manajemen keuangan
sekunder yang diperoleh dari (1) manual aplikasi pemerintah oleh Kementerian Keuangan
Aplikasi Krisna, (2) manual aplikasi SPAN, (3)
manual Aplikasi SAKTI, (4) Peraturan Menteri Tahapan reformasi birokrasi di
Keuangan yang mengatur mengenai implementasi Kementerian Keuangan telah melalui berbagai
SPAN dan SAKTI yaitu Peraturan Menteri tahapan (Gambar 4). Transformasi digital adalah
Keuangan Nomor 154/PMK.05/2014 tentang lanjutan dari tahapan-tahapan sebelumnya, yakni
Pelaksanaan Sistem Perbendaharaan dan Tahap 1 (2002-2006) sebagai tonggak reformasi
Anggaran Negara dan Peraturan Menteri Keuangan manajemen keuangan negara dengan
Nomor 223/PMK.05/2015 tentang Pelaksanaan ditetapkannya paket UU Keuangan Negara. Tahap
Piloting Sistem Aplikasi Keuangan Tingkat 2 (2007-2012) yakni 3 pilar reformasi birokrasi,
Instansi, (5) Dokumen training SAKTI tahun 2019, yakni organisasi, proses bisnis dan sumber daya
(6) Dokumen Migrasi SAKTI Desktop to Web, (7) manusia. Tahap 3 (2013-2016) dengan
Aplikasi pendukung, (8) Regulasi transformasi ditetapkannya dan diimplementasikannya cetak
proses bisnis, kelembagaan, dan manajemen risiko, biru (blue print). Tahap selanjutnya adalah tahun
serta (9) Struktur Komisi Implementasi SPAN dan 2019 sampai dengan saat ini yakni transformasi
SAKTI. digital dalam rangka menciptakan Kementerian
Keuangan yang modern.
PENGEMBANGAN INTEGRATED FINANCIAL MANAGEMENT Indonesian Treasury Review Vol.4, No.2, (2019), Hal.87-103
INFORMATION SYSTEM (IFMIS) DI INDONESIA
93
94
sejalan dengan (Hashim & Piatti, 2016). mulai dari aplikasi penganggaran (RKA K/L),
Sebagaimana yang tertuang dalam Gambar 5, inti pembayaran (SAS), payroll (Gaji), Aset/Persediaan
dari Core FMIS Indonesia adalah SPAN, yaitu ERP (SIMAK-BMN), bendahara (Silabi), GL & Pelaporan
berbasis Oracle EBS (COTS). Sama seperti Gambar (SAIBA) dan SAKTI. Sistem lain yang ter-interfaced
5, SPAN ber-interfaced dengan berbagai sub- dengan SPAN adalah administrasi sistem
modul, seperti: MPN-G2 untuk penerimaan negara, perbankan seperti BIGeB (Bank Indonesia
DMFAS (Debt Management Financial Analysis Government Electronic Banking), bank operasional
System) untuk manajemen utang dan berbagai dan bank pemerintah.
aplikasi pengelolaan keuangan di K/L dan satker,
Gambar 5. Core FMIS Indonesia
Aplikasi Satker
Planning
KRISNA
O S
Penganggaran
Pembayaran
A Gaji
K Asset/Persediaan
T
Policy Development Budget B I
Bendahara
Akuntansi
and Review Preparation
Public
Audit and Investment Mgmt of Budget
Evaluation Authorization E-Rekon
LK+SIMAK
Core Treasury System
GL & Accounting (Budget Execution)
T
Budget review of Funds
om span span Daily
Operations
Bea & Cukai
CEISA
Pengadaan
Publish/Monitor Debt & Aid Payment Pajak
Management and Receipt
O MPN G2 E-billing
Treasury
Single
Account
Mgmt PNBP
Cash GPP Gaji SIMPONI
Management
Market Operations
/Securities
Sumber: www.span.depkeu.go.id
4.3. Core FMIS masih memiliki berbagai analytics yang memadai, ataupun reliable
kelemahan ESB/APIs sebagai interface tools dengan berbagai
sistem internal ataupun eksternal.
Kajian ini menemukan bahwa core IFMIS
belum dilengkapi DW dan data analytics yang Namun, sebelum SAKTI dan powerful DW
memadai. Bahkan walaupun SAKTI sebagai terimplementasi, telah dikembangkan berbagai
aplikasi terintegrasi sedang dikembangkan, namun aplikasi bridging seperti E-Rekon&LK untuk LKPP
SAKTI belum terimplementasi menyeluruh dan dan E-SPM untuk pengiriman SPM secara
merupakan kelemahan dari IFMIS Kemenkeu saat elektronik, ataupun OM-SPAN semacam DW hasil
ini. Jadi, kelemahan utama Core FMIS saat ini ETL database SPAN plus data dari sumber lainnya.
adalah aplikasi-aplikasi di K/L dan satker belum OM-SPAN saat ini berfungsi sebagai dasar
merupakan bagian SPAN ataupun SAKTI, dan managerial reporting bagi seluruh satker, K/L
masih berupa stand alone applications. Namun, ataupun stakeholder lainnya, dengan user aktif
pada saat ini sudah dikembangkan SAKTI (lihat lebih dari 70 ribu. OM-SPAN juga sudah dapat
Gambar 5 dan Gambar 6)—aplikasi terintegrasi, digunakan untuk pembayaran yang sifatnya
single database berbasis cloud—yang akan transactional seperti penyaluran DAK Fisik dan
menggantikan aplikasi-aplikasi tersebut. SAKTI Dana Desa di seluruh pemda/desa.
sedang diujicobakan (piloting) di sekitar 1.100
satker Kemenkeu3. Sebagaimana disebutkan di
atas, core FMIS juga belum dilengkapi DW dan data
3 Sesuai dengan UU No.1/2014, kecuali KRISNA, seluruh aplikasi di K/L dan satker lebih dari 200 ribu user, tersebar di 87 K/L
keuangan di Pemerintah Pusat disediakan oleh Kemenkeu dan sekitar 22.000 satker di seluruh Indonesia dari Sabang
sebagai BUN. Saat ini, jumlah user pengguna Aplikasi Keuangan hingga Merauke.
PENGEMBANGAN INTEGRATED FINANCIAL MANAGEMENT Indonesian Treasury Review Vol.4, No.2, (2019), Hal.87-103
INFORMATION SYSTEM (IFMIS) DI INDONESIA
95
FEBRUARI (Live)
Triwulan II (Live)
Modul
INTERFACE
Auto Update UI. Web Based
Modul
Multiple Java version Aplication.
USER
Penganggaran Desktop
Pembayaran Compatibility.
Java Version 6.45 Java Version 6.45 Java Version 8
Modul Modul
MIDDLEWARE
Aset Bendahara No SOA Platform. Jboss Enterprise SOAP 5.3.1
Est. Oktober
sakti
SISTEM APLIKASI KEUANGAN TINGKAT INSTANSI
Jboss AS 7.1
Community.
Multiple Standalone
Jboss EAP 7.1
Java Aplication Container
(Openshift)
Modul Modul Instances.
Java Version 8 Java Version 8
Persediaan Pelaporan
Modul
DATABASE
Oracle Database Machine
Juli (live)
IBM Service.
Administrasi Oracle 11g.
Exadata
Oracle 12c.
RAC / Data Guard. RAC and Active Data Guard.
4.4. FMIS di Indonesia belum memiliki Data pimpinan. Proses OLAP saat ini belum dapat
Warehouse dilaksanakan dengan baik (agile) dikarenakan
aplikasi untuk memproses OLAP tersebut masih
Pengembangan FMIS di Indonesia baru
terus dikembangkan
sebatas pada pengembangan database FMIS dan
belum sampai pada pengembangan DW. Proses Pada OLTP, data termuktahirkan (updated)
OLTP di SPAN melibatkan operator KPPN (Kantor setiap kali sebuah transaksi terjadi, dengan kata
Pelayanan Perbendaharaan Negara) untuk lain update pada OLTP hampir terjadi setiap
memproses SPM Satker menjadi SP2D, dan aplikasi transaksi terjadi. Pada SPAN, semua transaksi
untuk memproses rekonsiliasi antara data satker SP2D, penatausahaan data penerimaan, dan
(satuan kerja) Kementerian/Lembaga dan KPPN. rekonsiliasi dilakukan setiap saat. Pada OLAP,
Sementara OLAP akan melibatkan pihak-pihak update data dilakukan secara periodik atau pada
yang memiliki kepentingan dalam pengambilan saat dibutuhkan.
sebuah keputusan strategis seperti manajer dan
Gambar 7. Aplikasi SAKTI
Sumber http://www.span.depkeu.go.id
Sebagaimana pada SPAN, pada OLTP, (Customer Relationship Management). Sementara
aplikasi yang biasa digunakan adalah yang terkait pada OLAP, aplikasi yang biasa digunakan adalah
dengan ERP (Enterprise Resource Planning) seperti berbagai data collections and analytics untuk
SAP atau Oracle EBS, maupun yang terkait dengan menghasilkan indikator-indikator dalam
SCM (Supply Chain Management) dan CRM pengambilan keputusan seperti halnya pada
PENGEMBANGAN INTEGRATED FINANCIAL MANAGEMENT Indonesian Treasury Review Vol.4, No.2, (2019), Hal.87-103
INFORMATION SYSTEM (IFMIS) DI INDONESIA
96
Decision Support System. Selain itu, pada OLTP, 4.6. Pengembangan FMIS di Indonesia
keterkaitan antara data yang satu dengan data meningkatkan kualitas pengelolaan
yang lain adalah berupa relasi antartabel yang keuangan
masih relatif sederhana. Contoh pada SPAN:
Penelitian ini membuktikan bahwa
nomor SPM pada tabel SPM dihubungkan dengan
pengembangan Core FMIS di Indonesia telah
unit kantor pada tabel kantor (mengikuti CoA).
bermuara pada perbaikan kualitas pengelolaan
Sementara pada OLAP, keterkaitan antara data
keuangan negara sehingga meraih opini WTP tiga
yang satu dengan data yang lain lebih kompleks,
tahun berturut-turut dari BPK. Penerapan SPAN
dengan berbagai data analytics dengan melakukan
juga dapat menjadi contoh nyata, bahwa
relasi antar tabel yang snagat kompleks.
digitalisasi tidak hanya technological adoption
4.5. Pengembangan IFMIS di Indonesia tetapi collaborative works transformasi
belum menggunakan teknologi digital kelembagaan. Dalam hal ini, semua stakeholders
secara optimal khususnya SMACIT secara bersama-sama melakukan simplifikasi dan
otomasi proses bisnis dan pengorganisasiannya,
SPAN saat ini belum mengadopsi teknologi
sharing penggunaan IT system, yang mengarah
SMACIT secara luas, namun terbatas pada lima
pada peningkatan akuntabilitas dan efisiensi
komponen berikut ini:
secara keseluruhan. Penelitian ini mengkonfirmasi
1. COTS (Commercial-Off-The-Shelf), perangkat penelitian IFMIS seperti di negara-negara maju
keras dan lunak sistem utama yang yang menunjukkan bahwa teknologi digital adalah
menyediakan fasilitas perencanaan dan pendorong strategis untuk menciptakan sektor
pelaksanaan anggaran. publik yang terbuka, partisipatif dan terpercaya
2. Collaboration Environment, perangkat keras (OECD, 2016). Berdasarkan hal-hal tersebut di
dan lunak yang diperlukan untuk pengguna atas, penelitian ini mengusulkan high level diagram
menggunakan SPAN secara efektif. berupa langkah-langkah sebagai roadmap untuk
3. Wide Area Network (WAN), jaringan pengembangan IFMIS di masa yang akan datang,
komunikasi eksternal yang menghubungkan dan langkah-langkah penyelesaian SAKTI atau
ke COTS. SAKTI Prerequisites.
4. Cabling, koneksi fisik di dalam setiap lokasi.
Gambar 9. Aplikasi IFMIS Lainnya
5. Data Center dan Disaster Recovery Center,
dimana Data Center adalah bangunan fisik
tempat COTS sementara Disaster Recovery RKAKL
DIPA
SAS
Modul
Center adalah tempat sistem backup COTS di Komitmen
Modul Modul
Surabaya. Penganggaran Pembayaran
SIMAK
SILABI
OM-SPAN sebenarnya sudah semakin BMN
Modul Modul
dikembangkan untuk mengadopsi berbagai Aset Bendahara
Gambar 10. Topologi Infrastuktur SAKTI 4.8. Pengembangan IFMIS telah berdampak
pada Organisasi dan SDM
Pengembangan SPAN berdampak pada
organisasi dan SDM, dengan demikian
pengembangan aplikasi dimaksudkan juga untuk
diikuti dengan transformasi berbagai proses
bisnis, regulasi dan organisasi, serta change
management and communication yang masif.
Sebagai contoh, dengan SPAN, diterapkan pula
Performance-based Budgeting/PBB, accrual
accounting, Treasury Single Account, elektronic
Memperhatikan topologi jaringan transaction, ataupun centralised revenue system
infrastruktur tersebut di atas, maka tentunya (MPN G2) yang sebelumnya belum ada.
diperlukan standarisasi network dan perangkat IT Streamlining dan otomasi proses bisnis dan
infrastruktur lainnya. Disamping itu, stabilisasi layanan telah berdampak pada organisasi dan
dan availability network, serta security menjadi isu SDM. Sebagai contoh: untuk kasus DJPb, terjadi
yang sangat penting. Selanjutnya sejalan dengan penghapusan fungsi: 1 seksi di 178 KPPN, 2 bidang
tema less paper dalam penerapan SAKTI, di 30 Kanwil DJPb dan satu direktorat di Kantor
diharapkan akan terjadi peningkatan efisiensi, Pusat DJPb dengan lebih dari 2,000 pegawai.
akurasi dan transparansi yang sangat besar pada Implikasinya, pada unit-unit tersebut diciptakan
pengelolaan keuangan negara. Namun demikian, pekerjaan baru, atau unit-unit tersebut difungsikan
sebagaimana telah dijelaskan di atas, untuk untuk mengerjakan tugas dari Eselon I lain,
mencapai hal tersebut diperlukan persyaratan misalnya DAK Fisik dan Dana Desa yang
(prerequisite) yang tidak mudah. sebelumnya merupakan fungsi DJPK. Namun,
perampingan jumlah pegawai terus dilakukan dari
Salah satu yang terpenting adalah
sekitar 12.000 pegawai pada tahun 2011 menjadi
ketersediaan dan kualitas network di seluruh K/L
sekitar 7.700 pegawai pada tahun 2018. Saat ini
dan satker. Tentunya hal ini berkejaran dengan
pun, perlu dilakukan peninjauan fungsi dua seksi di
waktu, karena hingga saat ini belum semua satker
179 KPPN biasa yaitu Seksi Bank dan Seksi Vera,
mempunyai akses internet yang memadai. Oleh
karena sebagian besar fungsinya sudah
karena itu, beberapa pilihan kebijakan
tergantikan oleh SPAN.
implementasi yang dapat dilakukan diantaranya
adalah: Penelitian ini selanjutnya memberikan dua
usulan yaitu (1) usulan high level diagram IFMIS
1. Untuk tahun 2019, dipilih K/L yang tidak
dan langkah-langkah mewujudkan IFMIS serta (2)
mempunyai kantor daerah atau K/L yang
usulan penggabungan KRISNA dalam SAKTI.
mempunyai kantor daerah dengan jaringan
intranet yang memadai. (1) Usulan High Level Diagram IFMIS dan
2. Mengubah client server-based ke internet- Langkah-langkah untuk mewujudkan
based. Perubahan ini dilakukan setidaknya IFMIS
untuk modul penganggaran (apalagi kalau
Melihat kelemahan-kelemahan Core FMIS di
nantinya KRISNA digabungkan dengan SAKTI).
atas, sejalan dengan Dener (2018) dan Hashim
Namun, apapun pilihannya, perbaikan (2014), usulan high level diagram IFMIS Indonesia
kualitas internet untuk seluruh satker sangat di masa yang akan datang fokus pada usulan
diperlukan. Untuk itu, harus terus diupayakan agar perbaikan berupa (lihat Gambar 11):
SAKTI menjadi program nasional, tidak hanya bagi
1. Menyelesaikan implementasi SAKTI dan
Kementerian Keuangan (apalagi hanya DJPb),
mengembangkan modul baru sesuai
tetapi merupakan program seluruh K/L dan
kebutuhan. Sebagaimana terlihat dalam
prioritas nasional. Dengan demikian, bersamaan
Gambar 9 dan Gambar 10, jika SAKTI sudah
dengan penerapan e-government di Indonesia,
selesai terimplementasi, seluruh pengelolaan
maka perlu didorong untuk penyediaan jaringan
keuangan negara akan berbasis real time-
intranet/internet secara nasional. Terkait hal ini,
single database SPAN dan cloud-based system
jika diperlukan pemerintah menugaskan salah
SAKTI (OLTP untuk B+T+O). SAKTI akan
satu lembaga pemerintah (Kementerian Kominfo)
diakses setidaknya oleh 22.000 satker, 87 K/L
untuk bertanggung jawab atas penyediaan intranet
dengan user lebih dari 200 ribu sesuai dengan
nasional bagi seluruhan K/L dan satker.
jenjang kewenangannya dari seluruh wilayah
Indonesia
2. Melakukan enhancement aplikasi pendukung
IFMIS lainnya (O) sejalan dengan tren
teknologi terkini, seperti (i) kemungkinan
PENGEMBANGAN INTEGRATED FINANCIAL MANAGEMENT Indonesian Treasury Review Vol.4, No.2, (2019), Hal.87-103
INFORMATION SYSTEM (IFMIS) DI INDONESIA
98
M&E Execute
G2G
SPAN+
DB ETL SAKTI+
G2E
OTHERS
FMIS Audit Account
APIs
Report
OLTP E
T Interfaces Social Media, Mobile Apps, Data
OLAP L Analytics, and Clouds
Other e-Gov E system
BI BI
user dengan tingkat IT literacy yang sangat yang telah dikerjakan tahun sebelumnya.
beragam, hal ini tentu menjadi tantangan Satker hanya melakukan perubahan yang tidak
tersendiri untuk menghadapi masalah security banyak, seperti kalau terdapat new president
tersebut. Selanjutnya, kapasitas dan directions, new initiatives, new activities karena
pengorganisasian infrastruktur utama seperti fiscal space ataupun lainnya, tetapi tetap harus
DC/DRC, jaringan ataupun kemampuan service menambahkan KPJM tahun ketiga (karena
desk untuk melayani ratusan ribu user perlu tahun ketiga pada KPJM tahun lalu telah
ditingkatkan. Konsekuensinya, reorganisasi unit IT menjadi tahun kedua saat ini).
dan SDM pendukung sangat perlu dilakukan di 3. Jika data perencanaan/penganggaran sudah
masa yang akan datang, sejalan dengan lengkap sebagaimana yang diutarakan di atas
pengembangan IFMIS di Indonesia tersebut. maka secara langsung pagu indikatif sudah
dihasilkan dengan relatif lebih cepat.
Secara keseluruhan, dengan inovasi-inovasi
Perubahan-perubahan, baik pada saat tripartit
tersebut di atas, pengembangan IFMIS tersebut
maupun pada saat pembahasan dengan DPR,
akan sangat sejalan dengan pencapaian TK-
langsung dilakukan di data satker terkait
Kemenkeu. Namun, melihat perkembangan terkini,
sehingga setiap saat pagu anggaran dan data
tetaplah perlu penjadwalan yang baik atas inisiatif-
RKA K/L langsung termutakhirkan (updated).
inisiatif tersebut sehingga implementasinya
4. Dengan demikian, penyelesaian penyusunan
manageable dan lebih efektif.
data perencanaan/penganggaran (atau bisa
(2) Usulan Skenario Proses Bisnis disebutkan Renja K/L menjadi satu dengan
Penggabungan Planning (KRISNA) dalam RKA K/L) sehingga DIPA secara langsung
SAKTI sudah terselesaikan.
Dalam rangka mengakselerasi pemenuhan Skenario di atas tentunya dapat terlaksana
IFMIS, maka aplikasi terkait penganggaran (B) dengan asumsi sistem informasi perencanaan dan
perlu diintegrasikan dalam aplikasi terkait penganggaran sudah terintegrasi dengan tidak
perbendaharaan (T) yakni SAKTI. Dalam PP mempertimbangkan ketentuan perundangan yang
No.17/2017 tentang Sinkronisasi Perencanaan dan berlaku saat ini. Selanjutnya, dengan lebih
Penganggaran Program Pembangunan Nasional disederhanakannya proses perencanaan dan
disebutkan bahwa Menteri Keuangan dan Kepala penganggaran maka fokus menjadi ke arah
Bappenas harus menyelenggarakan sistem mereview content termasuk feasibility study dan
informasi perencanaan dan penganggaran yang monitoring and evaluation yang semakin
terintegrasi. Disamping itu, hampir seluruh berkualitas, sehingga value for money dari belanja
kegiatan terkait dengan perencanaan dan negara dapat terus ditingkatkan. Tentunya, perlu
penganggaran termasuk penyusunan asumsi digarisbawahi juga bahwa pilihan tersebut akan
makro, penerimaan negara, belanja BUN, dan berdampak pada kewenangan/eksistensi DJA
bahkan termasuk revisi DIPA dilaksanakan ataupun Kementerian Keuangan dalam proses
bersamaan antara Kementerian Keuangan dan penganggaran termasuk revisi DIPA nantinya.
Bappenas.
Hal tersebut tentunya memberikan
tantangan dan sekaligus keharusan untuk 5. KESIMPULAN DAN SARAN
melakukan simplifikasi dan integrasi antara proses Beberapa konstribusi utama dan
bisnis dan aplikasi yang digunakan untuk kesimpulan dari artikel ini adalah sebagai berikut:
melaksanakan perencanaan dan penganggaran.
Jika skenario yang ditetapkan adalah a. Sesuai dengan best practice, pengelolaan
menggunakan SAKTI, maka beberapa pilihan dan keuangan negara didukung IFMIS
konsekuensi proses bisnis adalah sebagai berikut: (B+T+O+DW), sebagai IT operational
backbone. Tren IFMIS saat ini juga sudah
1. Dari awal penyusunan perencanaan dan melibatkan disruptive digital technology dan
penganggaran, satker sudah menggunakan technology terkini lainnya sesuai
SAKTI sehingga data yang diinput sudah perkembangan Era Industry 4.0.
selengkap RKA K/L. Satker memulainya pada b. Indonesia sudah mulai mengembangkan Core
saat penyusunan Kerangka Pengeluaran FMIS, dengan SPAN sebagai core-nya. Namun
Jangka Menengah/KPJM (Medium Term masih perlu banyak pengembangan untuk
Expenditure Framework/MTEF), sehingga menjadi IFMIS yang andal dan sesuai tren
MTEF sudah sangat detil (selengkap RKA K/L terkini, meliputi: (i) penyelesaian
untuk tiga tahun ke depan) dan dapat implementasi SAKTI ke seluruh K/L, termasuk
digunakan untuk baseline pada tahun pengembangan modul baru sesuai kebutuhan;
berikutnya. (ii) pengembangan secara berkesinambungan
2. Oleh karena itu, setiap tahun satker tidak komponen pendukung IFMIS, seperti
memulainya dari zero, tetapi atas dasar KPJM centralised payroll system dan database
PENGEMBANGAN INTEGRATED FINANCIAL MANAGEMENT Indonesian Treasury Review Vol.4, No.2, (2019), Hal.87-103
INFORMATION SYSTEM (IFMIS) DI INDONESIA
100
bantuan sosial (berbasis SIKP), serta utama untuk integrasi tersebut, segera
pengembangan ESB/APIs dan adopsi mobile dilakukan perubahan dari client server-based
apps dan disruptive-digital technology lainnya, ke internet based application khususnya untuk
serta penambahan channel payment/revenue modul penganggaran. Namun demikian, tidak
collections selain banking sectors; (iii) DW plus menutup kemungkinan untuk tetap
data analytics, yang dapat mengintegrasikan mempertahankan masing-masing aplikasi
berbagai pelaporan, data simulations, dan sepanjang interoperability antar aplikasi
basis untuk mendorong citizen engagements; terjaga meskipun kurang optimal.
ataupun (iv) penambahan modul lainnya f. Benchmarking dengan negara lain atau melalui
seperti penyatuan KPJM dan KRISNA ke dalam lembaga internasional seperti World Bank,
SAKTI. OECD, Prospera Australia, ataupun KSP-Korea
c. Bersamaan hal di atas, perlu transformasi Selatan, sangat penting. IFMIS adalah sesuatu
proses bisnis, regulasi, organisasi dan SDM yang jamak dibanyak negara, sehingga dengan
karena dengan IT operasional backbone yang benchmarking, kita bisa cepat belajar mengejar
tersedia, misalnya, proses bisnis sudah ketertinggalan ataupun tidak mengulangi
berbasis electronik (less paper) sehingga kesalahan yang sama.
organisasi dapat semakin ramping dan efektif.
d. Dengan demikian, pengembangan IFMIS di
Kemenkeu adalah sangat sesuai dengan visi 6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
TK-Kemenkeu, sebagai fondasi utama digital
transformasi di Era Industri 4.0 ini. 6.1. Implikasi
e. Disamping itu, terdapat dua hal yang Implikasi praktis dari penelitian ini adalah
mendapat perhatian khusus pula dalam paper dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
ini: (i) perlunya ketersediaan jaringan yang IFMIS di Indonesia melalui akselerasi
berkualitas dalam rangka implementasi implementasi DW, integrasi aplikasi terkait
SAKTI; dan (ii) penggunaan sistem informasi penganggaran, pemenuhan infrastruktur serta
yang terintegrasi untuk perencanaan dan penggunaan teknologi digital. Akselerasi terhadap
penganggaran adalah suatu keharusan, hal-hal tersebut dapat secara eksponensial
dimana hal tersebut akan berdampak terhadap mempercepat pengembangan IFMIS yang optimal
banyak hal, khususnya terhadap proses bisnis di Indonesia.
perencaan dan penganggaran di Indonesia.
Implikasi teoritis penelitian ini adalah
dapat memberikan pandangan atau perspektif
Saran baru dalam pengembangan IFMIS di negara-negara
a. Guna merealisasikan IFMIS, EA Kementerian berkembang atau yang memiliki konteks serupa
Keuangan perlu segera diselesaikan, yang dengan Indonesia. Hasil penelitian ini melengkapi
disusun berbasis Cetak Biru TK-Kemenkeu kesenjangan literatur pengembangan IFMIS terkini
beserta berbagai refinement-nya dengan turut di Indonesia secara khusus dan negara
mempertimbangkan disrupsi teknologi digital berkembang secara umum.
dan IFMIS, serta dampaknya terhadap jadwal 6.2. Keterbatasan Penelitian
capaian targetnya.
b. Pengembangan IFMIS memerlukan waktu Penelitian ini adalah penelitian kualitatif
lama (multi year), sehingga pendanaan IFMIS yang berpotensi bias tanpa adanya triangulasi data
perlu dimasukkan sebagai Program Prioritas yang memadai. Penelitian ini telah menerapkan
Nasional untuk menjamin kesinambungannya. triangulasi data melalui pengumpulan data dari
c. Pengembangan IFMIS selalu merupakan sumber yang berbeda (data sekunder dan
collaborative works banyak pihak (termasuk observasi). Penelitian selanjutnya perlu
beberapa Eselon I Kemenkeu). Dalam hal ini, mempertimbangkan proses triangulasi data yang
peran CTO dan Staf Ahli Menteri Keuangan lebih luas termasuk pada triangulasi metode
Bidang OBTI sangat kritikal sebagai analisis.
koordinator dari collaborative works tersebut.
d. Perlunya kerja sama dan dukungan dari
Kominfo ataupan institusi lainnya untuk REFERENSI
menjamin ketersediaan jaringan
intranet/internet ke seluruh K/L dan satker Barsoux, J. L., & Anand, N. (2017). What everyone
dalam rangka implmentasi SAKTI. gets wrong about change management.
e. Perlu dilakukan koordinasi dengan Bappenas Harvard Business Review, 78-85.
untuk mengembangkan sistem informasi Creswell, J. (2011). Research design: Quantitative,
perencanaan dan penganggaran yang qualitative, and mixed method approach. Sage:
terintegrasi. Agar SAKTI dapat menjadi sistem Los Angeles.
PENGEMBANGAN INTEGRATED FINANCIAL MANAGEMENT Indonesian Treasury Review Vol.4, No.2, (2019), Hal.87-103
INFORMATION SYSTEM (IFMIS) DI INDONESIA
101
Kanbur, R. (2017). The digital revolution and NASACT. (2015). How are Digital Trends Reshaping
targeting public expenditure for poverty government financial organization Finding
reduction. In S. Gupta, M. Keen, A. Shah, & G. from Deloitte NASACT 2015 Digital
Verdier, Digital Revolutions in Public Finance. Government Transformation Survey 2015.
Washington: IMF. OECD. (2016). Digital Government Strategis for
Kasali, R. (2017). Disruption. Jakarta: PT.Gramedia Transforming Public Services in the Welfare
Pustaka Utama. Area, OECD.
Kasali, R. (2018). The great shifting. Jakarta: Ramesh, R. (2016, Feb 4). A blueprint for digital
PT.Gramedia Pustaka Utama. transformation. Diakses 19 Februari 2018
PENGEMBANGAN INTEGRATED FINANCIAL MANAGEMENT Indonesian Treasury Review Vol.4, No.2, (2019), Hal.87-103
INFORMATION SYSTEM (IFMIS) DI INDONESIA
102
103