Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Disusun oleh :
Saiful Afandi
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan masalah makalah tentang reformasi birokrasi pada
administrasi publik dengan tepat waktu.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang telah kami susun
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap para pembaca.
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Sejarah birokrasi.................................................................................7
A. Permasalahan....................................................................................19
B. Pembahasan......................................................................................19
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................24
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
pemerintah sering kali dipandang secara dikotomis, selain dibutuhkan
untuk melaksanakan urusan pemerintah sehari-hari, birokrasi juga sering
kali dianggap sebagai sistem yang menyebabkan jalannya pemerintahan
dan layanan publik tersendat dan bertele-tele. Gejala penyakit birokrasi
seperti ini , tampak pula dalam sistem birokrasi pemerintahan di
Indonesia. Berbagai kritik tentang in-efisiensi dalam sistem birokrasi
Indonesia, kuantitasnya yang terlalu besar dan kaku sudan sering
dinyatakan terbuka (Thoha, 1987; Dwiyanto, 2002). Sistem pencaloan
yang merajalela, nepotisme serta terjadinya berbagai patologi birokrasi
menyiratkan bahwa reformasi birokrasi pemerintah harus dilakukan.
3
penulisan makalah Pengantar Ilmu Administrasi Negara/Publik. Ruang
lingkup yang dibahas dalam makalah ini yaitu mengenai reformasi
birokrasi pada administrasi publik (sejarah birokrasi publik di Indonesia) .
KAJIAN TEORITIK
5
program-program pembangunan akan berjalan lebih lancar. Pada
tataran ini, birokrasi menjadi salah satu prasyarat prasyarat penting
keberhasilan pembangunan.
B. Sejarah Birokrasi
7
4. “Gaji” dari raja kepada bawahan pada hakikatnya adalah anugerah
yang juga dapat ditarik sewaktu- waktu sekehendak raja.
9
tempo beberapa bulan. Seringnya terjadi pergantian kabinaet
menyebabkan birokrasi sangat terfragmentasi secara politik. Di dalam
birokrasi tejadi tarik-menarik antar berbagai kepentingan partai politik
yang kuat pada masa itu. Banyak kebijakan atau program birokrasi
pemerintah yang lebih kental nuansa kepentingan politik dari partai yang
sedang berkuasa atau berpengaruh dalam suatu departemen. Program-
program departemen yang tidak sesuai dengan garis kebijakan partai
yang berkuasa dengan mudah dihapuskan oleh menteri baru yang
menduduki suatu departemen. Birokrasi pada masa itu benar- benar
mengalami politisasi sebagai instrument politik yang berkuasa atau
berpengaruh. Dampak dari sistem pemerintahan parlementer telah
memunculkan persaingan dan sistem kerja yang tidak sehat di dalam
birokrasi. Birokrasi menjadi tidak professional dalam menjalankan tugas-
tugasnya, birokrasi tidak pernah dapat melaksanakan kebijakan atau
program-programnya karena sering terjadi pergantian pejabat dari partai
politik yang memenangkan pemilu. Setiap pejabat atau menteri baru
selalu menerapkan kebijakan yang berbeda dari pendahulunya yang
berasal dari partai politik yang berbeda. Pengangkatan dan penempatan
pegawai tidak berdasarkan merit system, tetapi lebih pada pertimbangan
loyalitas politik terhadap partainya.
11
pengaruh kepentingan politik partisan, sistem Patron-client yang menjadi
norma birokrasi sehingga pola perekrutan lebih banyak berdasarkan
hubungan personal daripada faktor kapabilitas, serta birokrasi pemerintah
yang digunakan oleh masyarakat sebagai tempat favorit untuk mencari
lapangan pekerjaan merupakan sebagian fenomena birokrasi yang
terdapat di banyak Negara berkembang, termasuk di Indonesia.
Kecenderungan birokrasi untuk bermain politik pada masa reformasi,
tampaknya belum sepenuhnya dapat dihilangkan dari kultur birokrasi di
Indonesia. Perkembangan birokrasi kontemporer memperlihatkan bahwa
arogansi birokrasi sering kali masih terjadi. Kasus Brunei Gate dan Bulog
Gate setidak-tidaknya memperlihatkan bahwa pucuk pimpinan birokrasi
masih tetap mempraktikkan berbagai tindakan yang tidak transparan
dalam proses pengambilan keputusan. Birokrasi yang seharusnya bersifat
apolitis, dalam kenyataannya masih saja dijadikan alat politik yang efektif
bagi kepentingan-kepentingan golongan atau partai politik tertentu.
Terdapat pula kecenderungan dari aparat yang kebetulan memperoleh
kedudukan atau jabatan strategis dalam birokrasi, terdorong untuk
bermain dalam kekuasaan dengan melakukan tindak KKN. Mentalitas dan
budaya kekuasaan ternyata masih melingkupi sebagian besar aparat
birokrasi pada masa reformasi. Kultur kekuasaan yang telah terbentuk
semenjak masa birokrasi kerajaan dan kolonial ternyata masih sulit untuk
dilepaskan dari perilaku aparat atau pejabat birokrasi. Masih kuatnya
kultur birokrasi yang menempatkan pejabat birokrasi sebagai penguasa
dan masyarakat sebagai pengguna jasa sebagai pihak yang dikuasai,
bukannya sebagai pengguna jasa yang seharusnya dilayani dengan baik,
telah menyebabkan perilaku pejabat birokrasi menjadi bersikap acuh dan
arogan terhadap masyarakat
12
sebenarnya berbagai praktik penyelewengan yang dilakukan oleh
birokrasi terjadi tanpa dapat dicegah secara efektif. Penyelewengan yang
dilakukan birokrasi terhadap masyarakat pengguna jasa menjadikan
masyarakat sebagai objek pelayanan yang dapat dieksploitasi untuk
kepentingan pribadi pejabat ataupun aparat birokrasi. Inefisiensi kinerja
birokrasi dalam penyelengaraan kegiatan pemerintahan dan pelayanan
publik masih tetap terjadi pada masa reformasi. Birokrasi sipil termasuk
salah satu sumber terjadinya inefisiensi pemerintahan. Inefisiensi kegiatan
pemerintahan dan pelayanan publik terlihat dari masih sering terjadinya
kelambanan dan kebocoran anggaran pemerintah. Jumlah aparat
birokrasi sipil yang terlampau besar merupakan salah satu faktor yang
memberikan kontribusi terhadap inefisiensi pelayanan birokrasi.
Lambannya kinerja pelayanan birokrasi dimanifestasikan pada lamanya
penyelesaian urusan dari masyarakat yang membutuhkan prosedur
perizinan birokrasi seperti pengurusan sertifikasi tanah, IMB, HO dan
sebagainya.
14
1999 tentang Perubahan atas UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian. Walaupun demikian terdapat lembaga pemerintah
seperti Kementerian PPN/Bappenas yang sudah memelopori penerapan
sebagian model NPM sejak tahun 2004 melalui penghapusan dan
pengalihan jabatan eselon IV di kedeputian-kedeputian ke jabatan
fungsional perencana (JFP). Unit kerja eselon IV kini hanya ditemui di
Sekretariat Kementerian PPN/Sekretariat Utama Bappenas, Tata Usaha
Kedeputian, dan Inspektorat. Melalui pengalihan ke jabatan fungsional
tersebut Bappenas menargetkan terjadi peningkatan kemampuan
profesional dan peningkatan kinerja khususnya para fungsional perencana
di bidang perencanaan baik perencanaan makro, sektoral, dan regional
pembangunan nasional. Upaya Bappenas tersebut selaras dengan
wacana pengalihan jabatan eselon III dan IV ke jabatan fungsional yang
telah disuarakan dalam berbagai kesempatan oleh Kemenpan-RB, dan
juga UU ASN yang secara filosofis hanya mengenal eselonisasi hingga
eselon II – eselonisasi yang diistilahkan sebagai jabatan pimpinan tinggi.
Dalam UU ASN, jabatan yang berorientasi pada administrasi dimasukkan
ke dalam jabatan administrasi, sedangkan jabatan yang berorientasi pada
fungsi dimasukkan ke dalam jabatan fungsional.(Setiawan, 2015)
15
pelaksanaan suatu kegiatan sebelumnya. Model ini menekankan
pentingnya kendali terhadap input dan proses pengambilan kebijakan.
Keberadaan aturan yang terdokumentasi dengan baik memungkinkan
mutasi pegawai tidak akan mengganggu roda administrasi pemerintahan,
sehingga membuat struktur birokrasi lebih permanen dan stabil.
16
3. Skema remunerasi.
17
reformasi administrasi secara bertahap dan sebagai rantai yang
berurutan, karena reformasi dianggap sebagai suatu proses.(Fisip &
Jakarta, 2014)
A. Permasalahan
B. Pembahasan
19
Masyarakat yang modern, birokrasi telah menjadi suatu organisasi
atau institusi yang penting. Pada masa sebelumnya ukuran negara
pada umumnya sangat kecil, namun pada masa kini negara-
negara modern memiliki luas wilayah, ruang lingkup organisasi,
dan administrasi yang cukup besar dengan berjuta-juta penduduk.
Reformasi adalah mengubah atau membuat sesuatu menjadi lebih
baik daripada yang sudah ada. Reformasi ini diarahkan pada
perubahan masyarakat yang termasuk didalamnya masyarakat
birokrasi, dalam pengertian perubahan ke arah kemajuan.
Reformasi birokrasi adalah sebuah harapan masyarakat pada
pemerentah agar mampu memerangi KKN dan membentuk
pemerintahan yang bersih serta keinginan masyarakat untuk
menikmati pelayanan public yang efisien,responsip dan akuntabel.
Maka dari itu masyarakat perlu mengetahui reformasi birokrasi
yang dilakukan saat ini agar kehidupan bernegara berjalan dengan
baik,msyarakat juga berposisi sebagai penilai dan pihak yang
dilayani pemerintah.
21
3. Bagaimana mekanisme pelaksanaan reformasi birokrasi yang
seharusnya dilakukan oleh pemerintah guna mengatasi patologi?
22
ditingkatkan sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi. Ditambah
pemberian hadiah berupa kenaikan gaji, pangkat jabatan, bagi
pegawai yang bekerja di instansi-instansi yang memiliki tingkat
integritas baik dalam pengelolaan birokrasi, supaya mereka dapat
termotivasi untuk selalu menjaga amanah atas tugas yang
diberikan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
24
pemerintah di pusat dan daerah untuk menghindari tumpang tindih
pelaksanaan tugas dan fungsinya. Penyusunan organisasi yang
didasarkan pada analisis jabatan ini harus terus diupayakan. Oleh karena
adanya tuntutan yang mendesak dan harus dilakukan untuk mendorong
proses percepatan reformasi birokrasi, upaya-upaya khusus di bidang
kelembagaan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan redefenisi kelembagaan birokrasi termasuk melakukan
penataan kelembagaan sesuai dengan standard operating procedure atau
SOP.
2. Melakukan penerapan audit institusi.
25
Dan yang terakhir, untuk mendorong perwujudan pemerintahan yang
bersih dan bebas dari KKN dapat pula diupayakan kepada peningkatan
pengawasan terhadap aparatur negara. Pengawasan ini dapat dilakukan
melalui audit internal maupun audit eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
http://blochafauros.blogspot.com/2012/08/contoh-makalah-
reformasi-birokrasi-dan.html
http://makalahme02.blogspot.com/2013/05/contoh-makalah-
reformasi-birokrasi-di.html
https://www.google.co.id/search?
q=permasalahan+dan+solusi+dalam+reformasi+birokrasi&oq=permasalah
an+dan+solusi+dalam+reformasi+birokrasi&aqs=chrome..69i57j35i39j0l4.
21806j0j7&sourceid=chrome&ie=UTF-8
http://pemerintah.net/hambatan-dan-tantangan-reformasi-birokrasi/
26