Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Arifin Syofyan
Murtanto, SE, MSi, Ak, CA
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trisakti
ABSTRACK
This study aims to examine and analyze the relation of fraud diamond to its
independent variable that are financial stability, external pressure, personal
financial needs, financial target, nature of industry, ineffective monitoring,
organizational structure, rationalization, position, and intellegence / brains on
detecting fraudulent financial statement fraud, be measured by using Kustono index
(income smoothing/PP) as proxy of income smoothing.
This research uses secondary data that is annual report and financial
statement. The sample of this research is property, real estate, and building
construction sector companies that listed in Indonesian Stock Exchange for the
period of 2013 until 2015. Total selected sample are 159. The sampling technique
used in this research is purposive sampling method. The research is using logistic
regression for analysing data.
The result shows that the nature of industry variable that proxied by change
in receivable ratio (RECEI), the organizational structure variable that proxied by
director changes (DIRCHG), and the position variable proxied by CE0’s tenure have
positive influence on possibility of corporate’s fraudulent financial statement.
Whereas the financial stability variable proxied by change in asset ratio
(ACHANGE), the external pressure variable proxied by capital turnover
(CAPTURN), the personal financial needss variable that proxied by insiders’ stock
ownership (ISOWN) and employe stock option (ESO), the financial targets variable
that proxied by ROA, the nature of industry proxied by change in inventory (INV),
the ineffective monitoring variable that proxied by ineffective whistle blowing system
and independent commissioners ratio (BDOUT), the rationalization variable that
proxied by auditor changes (AUDCHG), and the intelegence / brains variable that
proxied by CEO’s education do not have influence on possibility of corporate’s
fraudulent financial statement.
Penelitian tentang fraud diamond sudah banyak diteliti oleh beberapa peneliti
terdahulu. Kusumaningrum (2016) melakukan penelitian pengaruh fraud diamond
dalam mendeteksi financial statement fraud dengan membandingkan dua
pengukuran income smoothing yaitu eckel index dan korelasi akrual akuntansi (AA)
dengan menggunakan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2011-2014 sebagai sampelnya. Selain itu, Kustono dan Sari (2012) melakukan
penelitian tentang pengaruh profitabilitas dan financial leverage terhadap praktik
perataan penghasilan pada bank-bank di Indonesia.
Penelitian ini merupakan kombinasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Kusumaningrum (2016), Murtanto (2016) serta Kustono dan sari (2012). Hal yang
membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya terletak pada
beberapa pengukuran yang digunakan dalam faktor-faktor fraud diamond
diantaranya, proksi external pressure menggunakan pengukuran capital turnover dan
proksi personal financial needs menambahkan cara pengukurannya menggunakan
employee stock option (ESO). Selain itu, pengukuran variabel dependen pada
penelitian ini menggunakan indeks Kustono untuk mengindentifikasi perataan
laba/penghasilan (PP). Periode pengamatan yang dilakukan yaitu tiga tahun dari
tahun 2013-2015, dengan sampel perusahaan sektor property, real estate, and
building construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sesuai dengan periode
pengamatan yang dilakukan peneliti. Peneliti memilih sampel tersebut karena belum
banyak penelitian terdahulu yang menggunakan sampel tersebut dan adanya kasus
seperti telah dijelaskan sebelumnya yang berhubungan dengan sektor property, real
estate, and building construction. Berdasarkan penjelasan dan alasan tersebut, maka
penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Analisis Dimensi
Fraud Diamond dalam Mendeteksi Fraudulent Financial Statement”.
2.2. Fraud
American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dalam
Statements on Auditing Standards No. 99 (SAS) paragraf 5 tahun 2002 menjelaskan
mengenai fraud yaitu:
Fraud is a broad legal concept and auditors do not make legal determinations of
whether fraud has occurred. Rather, the auditor’s interest specifically relates to acts
that result in a material misstatement of the financial statements. The primary factor
that distinguishes fraud from error is whether the underlying action that results in
the misstatement of the financial statements is intentional or unintentional. For
purposes of the statement, fraud is an intentional act that results in a material
misstatement in financial statements that are the subject of an audit.
2.2.1. Jenis-Jenis Fraud
1. Korupsi
Jenis fraud ini sangat sulit terdeteksi karena menyangkut kerja sama dengan
pihak lain seperti suap-menyuap dan adanya simbiosis mutualisme antara berbagai
pihak, dimana jenis ini banyak terjadi di negara-negara berkembang.
2. Penyalahgunaan Aset
Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan atau pencurian aset atau
harta perusahaan. Ini merupakan bentuk kecurangan yang paling mudah dideteksi
karena sifatmya yang tangible atau dapat diukur atau dihitung (defined value).
3. Kecurangan Laporan Keuangan
Financial statement fraud adalah penyajian kondisi keuangan suatu
perusahaan yang disengaja salah yang dapat tercapai melalui salah saji.
Teori ini pertama kali diciptakan oleh Donald R. Cressey (1953) yang
dinamakan fraud triangle atau segitiga kecurangan. Cressey melakukan penelitian
yang berjudul “Other People’s Money: A Study in the Social Psychology of
Embezzlement”. Hipotesanya yang terakhir dalam penelitian tersebut menyatakan:
Trusted persons become trust violators when they concieve of themselves as having a
financial problem which is non-shareable, are aware this problem can be secretly
resolved by violation of the position of financial trust, and are able to apply to their
on conduct in that situation verbalizations which enable them to adjust their
conceptions of themselves as trusted persons with their conceptions of themselves as
users of the entrusted funds or property.
Fraud triangle terdiri dari tiga elemen, yaitu pressure, opportunity, dan
rationalization. Pada bagian ini akan dijelaskan komponen-komponen penting dari
setiap elemen yang mendasari fraud triangle.
1. Pressure / Incentive
Manajemen atau pegawai lain merasakan insentif atau tekanan untuk
melakukan kecurangan (Arens et al, 2014). Menurut SAS No.99 dalam Skousen et al
(2008) terdapat beberapa kondisi terkait dengan tekanan yang mengakibatkan
seseorang untuk melakukan kecurangan, yaitu financial stability, external pressure,
personal financial needs, dan financial target.
2. Opportunity
Situasi yang membuka kesempatan bagi manajemen atau pegawai untuk
melakukan kecurangan (Arens et al,2014). Peluang terjadi karena adanya kelemahan
pengendalian internal, ketidakefektifan pengawasan manajemen, atau
penyalahgunaan posisi. Menurut SAS No. 99 dalam Skousen et al (2008) terdapat
beberapa kondisi terkait dengan kesempatan yang mengakibatkan seseorang untuk
melakukan kecurangan, yaitu nature of industry, effectivity of monitoring, dan
organizational structure.
3. Rationalization
Ada sikap, karakter, atau serangkaian nilai-nilai etis yang membolehkan
manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan yang tidak jujur, atau mereka
berada dalam lingkungan yang cukup menekan yang membuat mereka
merasionalisasi tindakan yang tidak jujur (Arens et al, 2014). Menurut SAS No. 99
ada beberapa kondisi terkait dengan kesempatan yang mengakibatkan seseorang
untuk melakukan kecurangan, yaitu auditor changes dan opini audit.
Fraud diamond dikemukakan pertama kali oleh Wolfe dan Hermanson (2004)
sebagai bentuk penyempurnaan dari teori fraud triangle oleh Cressey (1953). Wolfe
dan Hermanson (2004) menambahkan satu elemen yang signifikan untuk
mempengaruhi seseorang untuk melakukan kecurangan, yakni kemampuan
(capability) sehingga menjadi empat elemen yang dikenal dengan fraud diamond.
Menurut Wolfe dan Hermanson (2004) “bahwa penipuan tidak akan terjadi tanpa
orang yang tepat dengan kemampuan yang tepat untuk melaksanakan setiap detail
dari penipuan”.
Wolfe dan Hermanson (2004) berpendapat bahwa untuk meningkatkan
kemapuan mendeteksi dan mencegah fraud, maka perlu menambah elemen keempat
yakni kemampuan (capability).
Many frauds, especially some of the multibillion-dollar ones, would not have occured
without the right person with the right capabilities in place. Opportunity opens the
doorway to fraud, and incentive and rationalization can draw the person toward it.
But the person must have the capability to recognize the open doorway as an
opportunity and to take advantage of it by walking through, not just once, but time
and time again. Accordingly, the critical question is, “Who could turn an opportunity
for fraud into reality?”.
Wolfe dan Hermanson (2004) menjelaskan enam sifat yang berkaitan dengan
elemen capability dalam tindakan pelaku kecurangan, yaitu position/function,
intelligence and creativity, convidence / ego, coercion, deceit, stress.
Pressure:
1. Financial Stability
2. External Pressure
3. Personal Financial Needs
4. Financial Target
Opportunity Fraudulent
Opportunity:1. Nature of Industry Financial
5. Nature2. ofIneffective
IndustryMonitoring Statement
3. Organizational
6. Ineffective Monitoring Structure
7. Organizational Structure
nancial Target
Rationalization:
8. Rationalization
Capability:
9. Position
10. Brains
2. External Pressure
Operational Revenues
Capital Turnover = ---------------------------------
Total Assets
3. Personal Financial Needs
4. Financial Target
5. Natrure of Industry
6. Ineffective Monitoring
8. Rationalization
Pengukuran rasionalisasi pada penelitian ini menggunakan skala dummy
untuk menilai pergantian auditor (AUDCHG). Kode 1 diberikan pada perusahaan
yang melakukan pergantian auditor selama periode 2013 – 2015. Sedangkan kode 0
diberikan pada perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor selama periode
2013 – 2015.
9. Position
Penelitian ini menggunakan masa jabatan direksi atau CEO’s tenure sebagai
pengukuran untuk proksi positioning. Proksi tersebut diukur dengan skala dummy
dengan memberi kode 1 jika CEO menjabat selama tiga tahun atau lebih, sedangkan
kode 0 jika selain itu.
10. Brains
Tabel 4.1
Daftar Pemilihan Sampel
No Keterangan Jumlah
1. Total perusahaan property, real estate, and building 60
construction yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama
periode penelitian tahun 2013-2015.
2. Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan dan -
laporan tahunan secara lengkap selama tahun 2013 – 2015
dalam mata uang rupiah (Rp)
3. Perusahaan delisting dari BEI selama periode 2013 – 2015 (6)
4. Perusahaan yang tidak menyajikan data mengenai data- (1)
data yang berkaitan dengan variabel penelitian
5. Perusahaan yang dapat dianalisis selama periode penelitian 53
tahun 2013-2015
Jumlah sampel selama periode penelitian tahun 2013- 159
2015 (53 dikali 3 tahun)
Sumber : Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id)
4.2. Statistik Deskriptif
4.2.1. Statistik Deskriptif Variabel Matrik
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ACHANGE 159 -,1926 2,1468 ,208865 ,3218082
CAPTURN 159 ,0123 1,8496 ,333759 ,3061975
ISOWN 159 ,0000 ,5053 ,021015 ,0752147
ESO 159 -19,4395 81,0536 1,072429 7,3368741
ROA 159 -,0880 ,3161 ,062307 ,0657654
INV 159 -14,0545 3,8246 -,146915 1,7694453
RECEI 159 -3,6808 5,4070 ,002119 ,5330603
BDOUT 159 ,2500 1,0000 ,397759 ,1103606
Valid N (listwise) 159
Sumber : Data yang diolah, 2017
Berdasarkan hasil statistik deskriptif yang disajikan pada tabel 4.2 di atas
dapat diketahui bahwa jumlah sampel (N) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 159 sampel yang valid dimasukkan ke dalam data seluruhnya tanpa
missing value. Variabel yang digunakan diukur dengan menggunakan skala rasio,
dengan interpretasi sebagai berikut :
1. ACHANGE memiliki nilai minimum sebesar -0,1926 dengan nilai maksimum
sebesar 2,1468. Nilai minimum terdapat pada perusahaan Bakrieland
Development Tbk tahun 2013, nilai maksimum ada pada perusahaan
Bhuwanatala Indah Permai Tbk tahun 2013. Nilai rata-rata yang didapat dari 159
sampel yang diteliti adalah sebesar 0,208865. Standar deviasi sebesar 0,3218.
2. CAPTURN memiliki nilai minimum sebesar 0,0123 dengan nilai maksimum
sebesar 1,8496. Nilai minimum terdapat pada perusahaan Greenwood Sejahtera
Tbk. tahun 2015. Nilai maksimum ada pada perusahaan Nusa Raya Cipta Tbk.
tahun 2013. Nilai rata-rata yang didapat dari 159 sampel yang diteliti adalah
sebesar 0,333759 dan standar deviasi sebesar 0,3061975.
3. Insiders’ Stock Ownership (ISOWN) memiliki nilai minimum sebesar 0,0000
dengan nilai maksimum sebesar 0,5053. Nilai minimum terdapat pada banyak
perusahaan, salah satunya perusahaan Alam Sutera Realty Tbk. tahun 2013
hingga 2015, nilai maksimum ada pada perusahaan Ristia Bintang Mahkotasejati
Tbk. tahun 2015. Nilai rata-rata yang didapat dari 159 sampel yang diteliti
adalah sebesar 0,021015 dan standar deviasi sebesar 0,0752147.
4. Employee Stock Option (ESO) memiliki nilai minimum sebesar -19,4395 dengan
nilai maksimum sebesar 81,0536. Nilai minimum terdapat pada perusahaan
Summarecon Agung Tbk. tahun 2015. Nilai maksimum ada pada perusahaan
Summarecon Agung Tbk. tahun 2014. Nilai rata-rata yang didapat dari 159
sampel yang diteliti adalah sebesar 1,072429 dan standar deviasi sebesar
7,3368741.
5. Return on Assets (ROA) memiliki nilai minimum sebesar -0,0880 dengan nilai
maksimum sebesar 0,3161. Nilai minimum terdapat pada perusahaan Ristia
Bintang Mahkotasejati Tbk. tahun 2013. Nilai maksimum ada pada perusahaan
Danayasa SCBD Arthatama Tbk. tahun 2013. Nilai rata-rata yang didapat dari
159 sampel yang diteliti adalah sebesar 0,062307, standar deviasi sebesar
0,0657.
6. Inventory (INV) memiliki nilai minimum sebesar -14,0545 dengan nilai
maksimum sebesar 3,8246. Nilai minimum terdapat pada perusahaan Bukit
Darmo Property Tbk. tahun 2014, nilai maksimum ada pada perusahaan
Greenwood Sejahtera Tbk. tahun 2013. Nilai rata-rata yang didapat dari 159
sampel yang diteliti adalah sebesar -0,146915 dan standar deviasi sebesar
1,7694453.
7. Receivable (RECEI) memiliki nilai minimum sebesar -3,6808 dengan nilai
maksimum sebesar 5,4070. Nilai minimum terdapat pada perusahaan Bukit
Darmo Property Tbk. tahun 2014, nilai maksimum ada pada perusahaan Waskita
Karya (Persero) Tbk. tahun 2015. Nilai rata-rata yang didapat dari 159 sampel
yang diteliti adalah sebesar 0,002119 dan standar deviasi sebesar 0,5330603.
8. Rasio Jumlah Komisaris Independen (BDOUT) memiliki nilai minimum sebesar
0,25 dengan nilai maksimum sebesar 1,00. Nilai minimum terdapat pada
perusahaan Plaza Indonesia Realty Tbk. tahun 2015. Nilai maksimum ada pada
perusahaan Gading Development Tbk. tahun 2014 dan 2015. Nilai rata-rata yang
didapat dari 159 sampel yang diteliti adalah sebesar 0,397759 dan standar
deviasi sebesar 0,1103606.
Dummy Dummy
Total Std.
Variabel =1 =0 Mean
Deviation
N % N % N %
PP 65 40,9 94 59,1 159 100 ,41 ,493
IWBS 79 49,7 80 50,3 159 100 ,50 ,502
DIRCHG 85 53,5 74 46,5 159 100 ,53 ,500
AUDCHG 76 47,8 83 52,2 159 100 ,48 ,501
CEOTENURE 114 71,7 45 28,3 159 100 ,72 ,452
CEOEDU 50 31,4 109 68,6 159 100 ,31 ,466
Sumber : Data yang diolah, 2017
Berdasarkan hasil statistik deskriptif yang disajikan pada tabel 4.3 di atas
dapat diketahui bahwa jumlah sampel (N) yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebanyak 159 sampel yang valid dimasukkan ke dalam data seluruhnya tanpa
missing value. Variabel yang digunakan diukur dengan menggunakan skala nominal
berbentuk dummy skor 0-1, dengan interpretasi sebagai berikut :
1. Income Smoothing dengan Indeks Kustono atau Perataan Penghasilan (PP),
dimana 1 adalah perusahaan dengan tipe industri yang melakukan perataan
penghasilan dan 0 adalah perusahaan dengan tipe industri yang tidak
melakukan perataaan penghasilan. Dalam penelitian ini terdapat 65 sampel
yang tergolong ke dalam perusahaan dengan tipe industri yang melakukan
perataan penghasilan atau 40,9% dari total sampel penelitian dan 94 sampel
lainnya tergolong dalam perusahaan dengan tipe industri yang tidak
melakukan perataan penghasilan atau 59,1% dari total sampel penelitian.
Rata-rata yang diperoleh sebesar 0,41 atau 41%.
2. Variabel Ineffective Whistle Blowing System (INWBS), dimana 1 adalah
perusahaan yang tidak mengimplementasikan whistleblowing system dan 0
adalah perusahaan yang mengimplementasikan whistleblowing system. Dalam
penelitian ini terdapat 79 sampel yang tergolong ke dalam perusahaan yang
tidak mengimplementasikan whistleblowing system atau 49,7% dari total
sampel penelitian dan 80 sampel lainnya tergolong dalam perusahaan yang
mengimplementasikan whistlenlowing system atau 50,3% dari total sampel
penelitian. Rata-rata yang diperoleh sebesar 0,5 atau 50%.
3. Variabel Director Changes (DIRCHG), dimana 1 adalah perusahaan yang
melakukan pergantian dewan direksi selama periode penelitian dan 0 adalah
perusahaan yang tidak melakukan pergantian dewan direksi selama periode
penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 85 sampel yang tergolong ke dalam
perusahaan yang melakukan pergantian dewan direksi selama periode
penelitian atau 53,5% dari total sampel penelitian dan 74 sampel lainnya
tergolong dalam perusahaan yang tidak melakukan pergantian dewan direksi
selama periode penelitian atau 46,5% dari total sampel penelitian. Rata-rata
yang diperoleh sebesar 0,53 atau 53%.
4. Variabel Auditor Changes (AUDCHG), dimana 1 adalah perusahaan yang
melakukan pergantian auditor selama periode penelitian dan 0 adalah
perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor selama periode
penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 76 sampel yang tergolong ke dalam
perusahaan yang melakukan pergantian auditor selama periode penelitian
atau 47,8% dari total sampel penelitian dan 83 sampel lainnya tergolong
dalam perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor selama periode
penelitian atau 52,2% dari total sampel penelitian. Rata-rata yang diperoleh
sebesar 0,48 atau 48%.
5. Variabel CEO’s Tenure (CEOTENURE), dimana 1 adalah CEO perusahaan
yang menjabat selama 3 tahun atau lebih dan 0 adalah CEO perusahaan yang
menjabat kurang dari 3 tahun. Dalam penelitian ini terdapat 114 sampel yang
tergolong ke dalam perusahaan yang CEO nya menjabat selama 3 tahun/lebih
atau 71,7% dari total sampel penelitian dan 45 sampel lainnya tergolong
dalam perusahaan yang CEO nya menjabat kurang dari 3 tahun atau 28,3%
dari total sampel penelitian. Rata-rata yang diperoleh sebesar 0,72 atau 72%.
6. Variabel CEO’s Education (CEOEDU), dimana 1 adalah CEO perusahaan
yang berlatar belakang pendidikan magister atau diatasnya dan 0 adalah CEO
perusahaan yang berlatar belakang pendidikan sarjana atau kebawahnya.
Dalam penelitian ini terdapat 50 sampel yang tergolong ke dalam perusahaan
yang CEO nya berlatar belakang pendidikan minimal magister atau 31,4%
dari total sampel penelitian dan109 sampel lainnya tergolong dalam
perusahaan yang CEO nya berlatar belakang pendidikan maksimal sarjana
atau 68,6% dari total sampel penelitian. Rata-rata yang diperoleh sebesar 0,31
atau 31%.
Tabel 4.4
Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit Test)
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 1,643 8 ,990
Berdasarkan hasil uji kelayakan model (goodness of fit test) yang dilakukan
dengan Hosmer and Lemeshow Test pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa nilai
Chi-square sebesar 1,643 dengan signifikansi sebesar 0,990. Dengan tingkat
signifikansi lebih besar daripada tingkat alpha (α) yaitu 0,05. Dengan demikian
keputusan hipotesisnya adalah Ho diterima dan menunjukkan bahwa model dapat
diterima karena cocok dengan data observasinya sehingga dapat dilakukan pengujian
selanjutnya.
4.4. Uji Kelayakan Keseluruhan Model (Overall Fit Model Test)
Tabel 4.5
Uji Kelayakan Keseluruhan Model (Overall Fit Model Test)
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 22,762 13 ,045
Block 22,762 13 ,045
Model 22,762 13 ,045
Berdasarkan hasil uji kelayakan keseluruhan yang disajikan pada tabel 4.5 di
atas diperoleh nilai Chi-square sebesar 22,762 dengan degree of freedom sebesar 13
dan tingkat signifikansi sebesar 0,045. Nilai signifikansi yang dihasilkan lebih kecil
daripada tingkat alpha (α) yaitu 0,05 sehingga keputusan yang dapat ditentukan
adalah Ho ditolak (Ha diterima). Dengan demikian dapat diartikan bahwa dari 13
proksi variabel independen dalam penelitian ini, sekurang-kurangnya terdapat satu
variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu income
smoothing dan diperlukan pengujian selanjutnya melalui uji Wald untuk mengetahui
tingkat dan jumlah variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel
dependennya.
4.5. Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Tabel 4.6
Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)
Model Summary
-2 Log Cox & Snell Nagelkerke
Step likelihood R Square R Square
1 192,340a ,133 ,180
a. Estimation terminated at iteration number 5
because parameter estimates changed by less than
,001.
Berdasarkan tabel 4.6 di atas nilai koefisien determinasi yang dilihat dari nilai
Nagelkerke R2 adalah 0,180. Artinya bahwa kombinasi 13 proksi dari variabel
independen fraud diamond dalam penelitian ini, mampu menjelaskan variasi dari
variabel dependen yaitu income smoothing sebesar 18%. Sedangkan sisanya sebesar
82% dapat dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model.
Pengujian hipotesis ini menggunakan pengujian satu arah atau one tailed
maka nilai signifikansi yang digunakan adalah sig/2. Berdasarkan uji hipotesis yang
disajikan pada tabel 4.7 di atas, interpretasi dari hasil tersebut dianalisis secara
ringkas:
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Pressure yang diproksikan dengan financial stability dan diukur
menggunakan ACHANGE tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pendeteksian fraudulent financial statement.
2. Pressure yang diproksikan dengan external pressure dan diukur
menggunakan capital turnover tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pendeteksian fraudulent financial statement.
3. Pressure yang diproksikan dengan personal financial needs dan diukur
menggunakan ISOWN tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pendeteksian fraudulent financial statement.
4. Pressure yang diproksikan dengan personal financial needs dan diukur
menggunakan ESO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pendeteksian fraudulent financial statement.
5. Pressure yang diproksikan dengan financial target dan diukur menggunakan
ROA tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian fraudulent
financial statement.
6. Opportunity yang diproksikan dengan nature of industry dan diukur
menggunakan inventory berpengaruh negatif secara signifikan terhadap
pendeteksian fraudulent financial statement, namun arah nya bertolak
belakang dengan hasil hipotesis.
7. Opportunity yang diproksikan dengan nature of industry dan diukur
menggunakan receivable berpengaruh positif secara signifikan terhadap
pendeteksian fraudulent financial statement.
8. Opportunity yang diproksikan dengan ineffective monitoring dan diukur
menggunakan ineffective whistleblowing system tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pendeteksian fraudulent financial statement.
9. Opportunity yang diproksikan dengan ineffective monitoring dan diukur
menggunakan ineffective whistleblowing system tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pendeteksian fraudulent financial statement.
10. Opportunity yang diproksikan dengan organizational structure dan diukur
menggunakan DIRCHG berpengaruh positif secara signifikan terhadap
pendeteksian fraudulent financial statement.
11. Rationalization yang diproksikan dengan rationalization dan diukur
menggunakan AUDCHG tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pendeteksian fraudulent financial statement.
12. Capability yang diproksikan dengan positioning dan diukur menggunakan
CEO’s tenure berpengaruh positif secara signifikan terhadap pendeteksian
fraudulent financial statement.
13. Capability yang diproksikan dengan intelegence dan diukur menggunakan
CEO’s education tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendeteksian
fraudulent financial statement.
5.2. Implikasi
1. Pengembangan Teori
Penelitian ini diharapkan mampu untuk menjelaskan teori yang sebelumnya
ada mengenai fraud, faktornya dan fraudulent financial statement guna untuk dikaji
ulang maupun dilakukan pengembangan lebih lanjut.
2. Praktik
Penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi OJK (Otoritas jasa
Keuangan) dan pemerintah untuk lebih memperketat pengawasan akan kecurangan
terhadap laporan keuangan di perusahaan. Selain itu, bagi perusahaan terutama
perusahaan property, real estate, and building construction dalam membuat suatu
kebijakan terkait dengan struktural organisasi perusahaan, pergantian direksi,
pergantian auditor, jumlah dewan komisaris independen, masa jabatan CEO,
perekrutan atau pengangkatan CEO, serta program pelatihan dan pendidikan bagi
CEO. Sedangkan bagi investor dapat memperhatikan laporan keuangan secara
seksama, melihat track record perusahaan dalam beberapa tahun terakhir dan
senantiasa melakukan pengawasan terhadap perusahaan terutama untuk kondisi laba
yang diperoleh sebelum melakukan investasi.
5.3. Keterbatasan
1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahan sektor property, real estate, and
building construction sebagai sampel penelitian sehingga tidak dapat
digeneralisir untuk diaplikasikan pada industri lain.
2. Variabel dari dimensi capability (kapabalitas) yang merupakan dimensi yang
keempat belum dimasukkan seluruhnya dalam penelitian ini, yaitu
confidence/ego (kepercayaan diri), coercion skills (kemampuan untuk
memaksa), effective lying (keefektifan berbohong) dan immunity to stress.
5.4. Saran
1. Memperluas sampel penelitian sehingga tidak hanya sebatas perusahaan
property, real estate, and building construction saja.
2. Menambah variabel dari dimensi capability lainnya dalam variavel penelitian
yaitu confidence/ego (kepercayaan diri), coercion skills (kemampuan untuk
memaksa), effective lying (keefektifan berbohong) dan immunity to stress.
DAFTAR PUSTAKA