Sie sind auf Seite 1von 11

PERENCANAAN DAN PEMBUATAN PROTOTYPE ALAT

PENGOLAH LIMBAH PLASTIK MENJADI BAHAN BAKAR


MINYAK
Meky bima Toko1), Dimas
Prasetyo 2)
1 Teknik, Universitas 17 agustus 1945 (Meky bima
toko)
email:
meky.bima29@gmail.com
2 Teknik, Universitas 17 agustus 1945 (Dimas
prasetyo)
email:
samidsuryo1997@gmail.com

Abstract
As an increase in activity and the number of people in a tourist village will also
build upon the scum or waste in the location , it is required trash processing which good to
stay awake and comfort for in visit or in occupy primarily to the tourists .Most of of current
public to help it overcome the this garbage with in fuel to reduce plastic waste , burning
plastic will produce a compound ( h2s ) sulfina hydrogen gas that where it can into the poison
of gall for the environment
, if in plastic there are the womb a compound ( ci ) chloride that can produce dioksin (
cause of
cancer ) if sear with low temperatures .Knowledge of the nature of thermal of various types
of plastic is especially important in process of making and recycling of plastic .The properties
of thermal what is important is its melting point ( tm ) , temperature a transition ( tg )
and temperature decomposition .Some researchers have conducted a study of plastic
processing into fuels oil . And murugesan, tamilkolundu 2012, research by changing pvc
plastic waste of fuel oil.Fuel oil from a plastic pvc are density 7 % higher than
solar.Proceedings are conducted in temperature between 3500C went 9000C. From this
process will be produced, charcoal oil from the condensation, gas like paraffin isoparafin,
olefin, naphthene, and aromatic and that is not gas can be condensed.
Keywords: reduce, recycling, plastic,
conducted

1.
PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang


Dalam perkembangan dunia industri kreatif banyaknya produk produk yang di
jual secara online dimana untuk konsumsi suatu produk seperti makanan, pakaian, obat
obatan tidak langsung di pakai di lokasi tapi juga di bawa pulang, plastik merupakan
salah satu alternatif sebagai wadah atau kantong untuk membawa produk untuk di bawa
pulang, dan biagut banyaknya industri manufacture untuk memproduksi plastik seperti,
kantong kresek,
, piring plastik, botol air meneral, botol minuman soft drink,
dll.
Seiring meningkatnya suatu aktifitas dan jumlah penduduk di desa wisata juga
akan meningkatkan sampah atau limbah dalam lokasi tersebut, maka dibutuhkan
pengolahan sampah yang baik agar tetap terjaga dan nyaman untuk di kunjungi atau di
tempati utamanya untuk para wisatawan. Kebanyakan dari masyarakat saat ini untuk
mengatasi permasalahan sampah ini dengan di bakar untuk mengurangi sampah plastik,
pembakaran plastik akan menghasilkan senyawa (H2 S) gas hidrogen sulfina yang mana
dapat menjadi racun bagi lingkungan, jika dalam plastik terdapat kandungan senyawa
(CI) klorida yang dapat menghasilkan dioksin (Penyebab Kanker) apabila di bakar
dengan suhu rendah. salah satu cara lain yang di lakukan adalah dengan cara mendaur
ulang plastik dimana cari ini dapat mengatasi permsalahan sebelumnya namun cara ini
masih kurang efektif karena akan menghasilkan plastik baru dari hasil daur ulang
tersebut arttinya cara ini tidak efektif jika bicara tentang bagaiaman untuk mengurangi
sampah plastik.
1.2 Permasalahan
Dalam dunia pariwisata suatu daerah di tuntut untuk menjaga lingkunganya agar
tetap bersih dan nyaman, di desa candinegoro ini tidak mempunya tempat pembuangan
sampah sementara. Dimana proses pengolahanya dengan cara di bakar.

2. KAJIAN LITERATUR

2.1 Jenis Jenis Plastik


Plastik dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu thermoplastic dan
termosetting. Thermoplastic adalah bahan plastik yang jika dipanaskan sampai temperatur
tertentu, akan mencair dan dapat dibentuk kembali menjadi bentuk yang diinginkan.
Sedangkan thermosetting adalah plastik yang jika telah dibuat dalam bentuk padat, tidak
dapat dicairkan kembali dengan cara dipanaskan. Berdasarkan sifat kedua kelompok plastik
di atas, thermoplastik adalah jenis yang memungkinkan untuk didaur ulang.
Jenis plastik yang dapat didaur ulang diberi kode berupa nomor untuk memudahkan
dalam mengidentifikasi dan penggunaannya (lihat Gambar 1 dan Tabel 1).

Gambar 2.1 Nomer Kode


Plastik

Table 2.1 Jenis plastik, Kode dan


penggunaanya
2.2 Sifat Thermal Plastik

Pengetahuan sifat thermal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam proses
pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal yang penting adalah titik lebur
(Tm), temperatur transisi (Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur transisi adalah
temperatur di mana plastik mengalami perengganan struktur sehingga terjadi perubahan
dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik lebur, plastik mengalami pembesaran
volume sehingga molekul bergerak lebih bebas yang ditandai dengan peningkatan
kelenturannya. Temperatur lebur adalah temperatur di mana plastik mulai melunak dan
berubah menjadi cair. Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan.
Jika suhu dinaikkan di atas temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan
mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi thermal melampaui energi yang
mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu di
atas 1,5 kali dari temperatur transisinya (Budiyantoro, 2010). Data sifat termal yang penting
pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada tabel berikut:

Table 2.2 Data temperatur transisi dan temperatur lebur plastik

Jenis Bahan Tm (oC) Tg (oC) Temperature


kerja max (oC)
PP 168 5 80
HDPE 134 -110 82
LDPE 330 -115 260
PA 260 50 100
PET 250 70 100
ABS 110 85
PS 90 70
PMMA 100 85
PC 150 246
PVC 9080 71
Sumber: Budiyantoro, 2010

2.3 Pemanfaatan Plastik


Daur ulang merupakan proses pengolahan kembali barang-barang yang dianggap
sudah tidak mempunyai nilai ekonomis lagi melalui proses fisik maupun kimiawi atau kedua-
duanya sehingga diperoleh produk yang dapat dimanfaatkan atau diperjualbelikan lagi.
Daur ulang (recycle) sampah plastik dapat dibedakan menjadi empat cara yaitu daur ulang
primer, daur ulang sekunder, daur ulang tersier dan daur ulang quarter. Daur ulang primer
adalah daur ulang limbah plastik menjadi produk yang memiliki kualitas yang hampir setara
dengan produk aslinya. Daur ulang cara ini dapat dilakukan pada sampah plastik yang
bersih, tidak terkontaminasi dengan material lain dan terdiri dari satu jenis plastik saja. Daur
ulang sekunder adalah daur ulang yang menghasilkan produk yang sejenis dengan produk
aslinya tetapi dengan kualitas di bawahnya. Daur ulang tersier adalah daur ulang sampah
plastik menjadi bahan kimia atau menjadi bahan bakar. Daur ulang quarter adalah proses
untuk mendapatkan energi yang terkandung di dalam sampah plastik (Kumar dkk., 2011).
Perbandingan energi yang terkandung dalam plastik dengan sumber-sumber
energi lainnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3 Nilai kalor plastik dan bahan lainnya

Material Nilai kalor (MJ/Kg)


Polyethylene 46,3
Polypropylene 46,4
Polyvinyl chloride 18,0
Polystyrene 41,4
Coal 24,3
Petrol 44,0
Diesel 43,0
Heavy fuel oil 41,1
Light fuel oil 41,9
LPG 46,1
Kerosene 43,4
Sumber: Das dan Pande, 2007

2.4 Konversi Plastik menjadi Bahan Bakar


Mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar minyak termasuk daur ulang
tersier. Merubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak dapat dilakukan dengan proses
cracking (perekahan). Cracking adalah proses memecah rantai polimer menjadi senyawa
dengan berat molekul yang lebih rendah. Hasil dari proses cracking plastik ini dapat diguna
sebagai bahan kimia atau bahan bakar. Ada tiga macam proses cracking yaitu hidro cracking,
thermal cracking dan catalytic cracking (Panda, 2011). Thermal cracking adalah termasuk
proses pyrolisis, yaitu dengan cara memanaskan bahan polimer tanpa oksigen. Proses ini
biasanya dilakukan pada temperatur antara 350 °C sampai 900 °C. Dari proses ini akan
dihasilkan arang, minyak dari kondensasi gas seperti parafin, isoparafin, olefin, naphthene dan
aromatik, serta gas yang memang tidak bisa terkondensasi.
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengolahan plastik menjadi
bahan bakar minyak. Tamilkolundu dan Murugesan, 2012, melakukan penelitian dengan
mengubah sampah plastik jenis PVC menjadi bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak dari
plastik PVC ini mempunyai densitas 7% lebih tinggi dari solar. Demikian juga dengan
viskositasnya, lebih tinggi
300% dibanding solar. Selanjutnya bahan bakar minyak yang berasal dari sampah plastik
tersebut
dicampur dengan solar. Campuran bahan bakar ini diuji coba pada mesin diesel satu silinder.
Unjuk kerja yang diamati antara lain konsumsi bahan bakar, konsumsi bahan bakar spesifik dan
efisiensi termal. Solar yang dicampur dengan minyak dari plastik menghasilkan unjuk
kerja konsumsi bahan bakar yang lebih rendah dan efisiensi termal yang lebih tinggi.
Bajus dan Hájeková, 2010, melakukan penelitian tentang pengolahan campuran 7 jenis
plastik menjadi minyak dengan metode thermal cracking. Tujuh jenis plastik yang digunakan
dalam penelitian ini dan komposisinya dalam persen berat adalah HDPE (34,6%) , LDPE
(17,3%), LLPE (17,3%), PP (9,6%), PS (9,6%), PET (10,6%), dan PVC (1,1%). Penelitian
ini menggunakan batch reactor dengan temperatur dari 350 sampai 500 °C. Dari penelitian ini
diketahui bahwa thermal cracking pada campuran 7 jenis plastik akan menghasilkan produk
yang berupa gas, minyak dan sisa yang berupa padatan. Adanya plastik jenis PS, PVC dan
PET dalam campuran plastik yang diproses akan meningkatkan terbentuknya karbon
monoksida dan karbon dioksida di dalam produk gasnya dan menambah kadar benzene,
toluene, xylenes, styrene di dalam produk minyaknya. Penelitian dengan jenis plastik yang
lain dilakukan oleh Tubnonghee dkk. pada tahun 2010. Plastik yang diteliti untuk dijadikan
bahan bakar minyak adalah jenis polyethylene (PE) dan polyprophelene (PP). Pembuatan
bahan bakar minyak dari plastik menggunakan proses thermo cracking (pyrolisis).
Pyrolisis dilakukan pada temperatur 450 °C selama 2 jam. Gas yang terbentuk selanjutnya
dikondensasikan menjadi minyak di dalam kondenser yang bertemperatur 21 °C. Osueke
dan Ofundu, 2011, melakukan penelitian konversi plastik low density polyethilene (LDPE)
menjadi minyak. Proses konversi dilakukan dengan dua metode, yaitu dengan thermal
cracking dan catalyst cracking. Pyrolisis dilakukan didalam tabung stainless stell yang
dipanaskan dengan elemen pemanas listrik. Kondenser dengan temperatur 30 – 35 °C,
digunakan untuk mengembunkan gas yang terbentuk setelah plastik dipanaskan menjadi
minyak. Katalis yang digunakan pada penelitian ini adalah silica alumina. Dari penelitian ini
diketahui bahwa dengan temperatur pyrolisis 550°C dan perbandingan katalis/sampah plastik
1 : 4 dihasilkan minyak dengan jumlah paling banyak. Agus Sapriyanto (2011) telah
melakukan pengujian terhadap mesin pengubah sampah plastik menjadi BBM. Proses
pengujian dilakukan pada 1 kg sampah plastik dengan suhu pemanasan 530 0C. Jenis
plastik yang dimasukkan ialah semua jenis plastik. Kemudian dalam waktu 2 jam
sehingga menghasilkan bahan bakar cair sebanyak 300 ml. Berdasarkan hasil pengujian
didapat nilai kalor bahan bakar tersebut sampah plastik sebesar
10.519 Cal/g atau 44.040,95 J/g, setara dengan nilai kalor premium yaitu 10.285 Cal/g
atau
43061,24 J/g. Di tahun yang sama, Aprian dkk (2011) juga meneliti minyak yang diperoleh
dari proses pirolisis pengolahan sampah plastik. Penelitian ini menggunakan dua jenis plastik
sebagai variabel tetap yaitu High Density Polyethylene (HDPE) dan Low Density Polyethylene
(LDPE) dan menggunakan reaktor dengan diameter 20 cm dan tinggi 40 cm. Pirolisis
dilangsungkan pada temperatur 250 - 420 0C dan waktu reaksi selama 0 - 60 menit. Minyak
yang dihasilkan pada proses pirolisis dapat dibandingkan dengan minyak tanah dan minyak
ini merupakan sumber dari bahan kimia yang berharga misalnya alkohol, asam organik, eter,
keton, alipatik dan hidrokarbon aromatik. Dan gas yang dihasilkan berupa Cox, NOx, H2 dan
Alkana (Damanhuri, 2009).
Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Minyak dan Gas Bumi tahun 2008, Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Standar dan mutu (spesifikasi) bahan
bakar minyak jenis minyak bakar yang dipasarkan di dalam negeri adalah sebagai berikut
(ESDM,
2008).
Tabel 2.4 Spesifikasi bahan bakar minyak

Batasan Metode
No. Karakteristik Satuan IF0-1 IF0-2 Uji
Min. Maks. Min. Maks. ASTM
1 Nilai Kalori MJ/kg 41.87 41.87 D 240
2 Densitas pada 15°c kg/m3 - 991 - 991 D 1298
3 Viskositas Kinematik Pada mm2/dt - 180 - 380 445
50°c
4 Kandungan sulfur %mlm - 3.5 - 4 D 1552 /
2622
5 Titik Tuang °c - 30 - 40 D 97
6 Titik Nyala °c 60 - 60 - D 93
7 Residu Karbon %m/m - 16 20 D 189
8 Kandungan Abu %m/m - 0.1 - 0.15 482
9 Sendimen Total %mlm - 0.1 - 0.1 473
10 Kandungan air % vlv - 0.75 - 1 95
11 Vanadium mg/kg - 200 - - AAS
12 Alumunium + Silicon mg/kg - 80 - - D
5184/AAS
(Sumber: SK Dirjen Minyak & Gas Bumi, ESDM, 2008)
3. METODE
Dari hasil survey lokasi yang ada bagaimana menangani permasalahan sampah di
desa candinegoro dengan adanya kerja kuliah nyata ini mampu memberikan solusi bagi warga
terkait penanganan limbah yang ada di candinegoro.
Adapun kegiatan yang akan di laksanakan selama pengabdian sebagai berikut :
1. Observasi pada lingkungan candi untuk mengetahui kondisi lingkungan yang ada
di candinegoro
2. Wawancara kepada warga untuk mendapatkan solusi yang paling di butuhkan di desa
candinegoro
3. Analisa dan pengolahan data untuk menghitung biaya perencanaan
4. Perancangan alat pengolah limbah plastik
5. Uji Alat dan penyerahan Luaran
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penilaian dan evaluasi pengunaan energy dan produksi emisi gas CO2 setiap
rantai pasok daur ulang plastik dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2 dan
kemudian dibahas seperti dibawah ini.

A. Pengunaan Energi
Pengunaan energi pada setiap rantai pasok pada proses daur ulang plastik yan g
dimulai dari tahap transportasi bahan baku, tahap manufacturing (pemanasan,
pendinginan, pemotongan), pengemasan dan distribusi ke pelanggan ditunjukkan pada
gambar 1. Gambar 1 menjelaskan bahwa selama proses daur ulang palstik untuk
memproduksi 1 ton biji plastik mengunakan beberapa sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui (non renewable energy), seperti sumber energy dari fosil, nuclear,
biomas. Juga digunakan sumber energi yang dapat diperbaharui ( renewable energy)
seperti energi dari air, biomas, angin, matahari, angin dan geothermal .
Hasil penilaian mununjukkan jumlah energy yang dibutuhkan untuk semua tahapan
rantai pasok daur ulang plastik untuk memproduksi 1 ton biji plastik adalah sebesar
33540.5 MJ dengan proses manufacturing memiliki kontribusi paling besar dengan
kontribusi sebesar 25552 MJ dengan kontribusi masing-masing proses adalah sebagai
berikut, proses pemanasan 22000 MJ, pendinginan 2960 MJ dan pemotongan 592 MJ)
, proses distribusi 6710 MJ, proses pengemasan 662.4 MJdan proses transportasi
bahan baku dari supplier sebesar 616 MJ. Pegunaan energi, terutama energi listrik
selama proses produksi biji plastik mengakibatkan pengunaan energi pada tahap ini
menjadi pengguna energi yang paling besar. Sebaliknya pada tahap pengiriman bahan
baku sampah plastik memiliki kontribusi paling kecil, karena pengunaan energy
(bensin dan solar) paling sedikit disbanding dengan siklus yang lain.

Gambar 4.1 penggunaan energy pada rantai pasok daur ulang plastik

Hasil penilaian dampak lingkungan berupa emisi gas CO2 pada setiap rantai pasok untuk
mendaur ulang plastik untuk menghasilkan 1 ton biji plastik ditinjukkan pada gambar 1
dibawah ini. Emisi gas CO2 eqivalen didapatkan dari penjumlahan produksi CO2 fosil, CO2
Biogenik, CO2 from land Transformation dan CO2 Uptake.
Gambar 4.2 Produksi emisi gas Co2 pada rantai pasok daur ulang plastik

Dari hasil penilaian dengan Software Simparo 18, menunjukkan bahwa total emisi
CO2 yang dihasilakan selama siklus hidup produk untuk menghasilkan 1 ton biji plastik
adalah sebesar 2099 KgCO2eq, dimana penyumbang terbesar adalah pada proses
manufacturing sebesar 1486 KgCO2eq dengan kontribusi tiap proses sebagai berikut,
yaitu proses pemanasan kontribusi 1279 KgCO2eq, pendinginan dengan kontribusi 171
KgCO2eq, dan kontribusi proses pemotongan sebesar 35 KgCO2eq), disusul proses
distribusi biji plastik sebesar 442 KgCO2eq, kontribusi pengemasan sebesar 126
KgCO2eq dan transportasi bahan baku sebesar 45 KgCO2eq. Produksi terbesar polusi
emisi gas CO2 terdapat pada proses siklus proses manufaktur. Hal ini disebabkan
pengunaan energi yag cukup besar selama proses pembentukan biji plastik. Disisi lain
Proses transportasi bahan baku dari supplier mempunyai kontribusi paling kecil dari total
jumlah emisi gas CO2 selama siklus hidup daur ulang plastik disebabkan tahap ini
mengunakan energi paling kecil dibanding dengan tahap lainnya. Sebagai tambahan
peningkatan jumlah emisi gas CO2 berbanding lurus dengan pengunaan energi. Dengan
kata lain, semakin tinggi pengunaan energi maka emisi gas CO2 juga akan meningkat.
Sehingga untuk mengurangi emisi gas CO2 adalah dengan cara mengurangi penggunaan
energi secara efisien dan efektif. Pengurangan emisi gas CO2 perlu diperhatikan karena
emisi gas CO2 merupaka gas utama pembentuk gas rumah kaca yang menyebabkan
pemanasan global dan perubahan iklim di dunia.

5. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. :
1. Proses daur ulang plastik melibatkan beberapa rantai pasok, mulai dari proses
pengiriman bahan baku, proses produksi, proses pengepakan dan proses pendistribusian
produk jadi berupa biji plastik tipe PE.
2. Penilain dampak lingkungan yang fokus pada pengunaan energy dan polusi udara
berupa emisi gas CO2 mengunakan metode LCA untuk menilai dampak lingkungan
daur ulang plastik untuk sebesar untuk menghasilkan 1 ton biji
6. REFERENSI
Ismanto, S. U. dan. (2016). Jurnal Mekanika dan Sistem Termal (JMST). Syamsiro Jurnal
Mekanika Dan Sistem Termal, 1(1), 7–13.
Mustofa, D., & Zainuri, F. (2014). Pirolisis Sampah Plastik Hingga Suhu 900oC Sebagai
Upaya Menghasilkan Bahan Bakar Ramah Lingkungan. Simposium Nasional RAPI XIII, 98–
102. Prasetyo, H., Rudhiyanto, Eka, I., & Fitriyanto. (2010). Mesin Pengolah Limbah
Sampah Plastik
Menjadi Bahan Bakar Alternatif. E-Journal Dikti, 10, 1–5.
Purwaningrum, P. (2016). Upaya Mengurangi Timbulan Sampah Plastik Di Lingkungan.
Indonesian Journal of Urban and Environmental Technology, 8(2),
141. https://doi.org/10.25105/urbanenvirotech.v8i2.1421
Surono, U. B., Teknik, J., Universitas, M., & Yogyakarta, J. (2005). BERBAGAI METODE
KONVERSI SAMPAH PLASTIK. 32–40.

Penilain dampak lingkungan yang fokus pada pengunaan energy dan polusi udara berupa
emisi gas CO2 mengunakan metode LCA untuk menilai dampak lingkungan daur ulang plastik untuk
sebesar untuk menghasilkan 1 ton bii

Das könnte Ihnen auch gefallen