Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Abstract
As an increase in activity and the number of people in a tourist village will also
build upon the scum or waste in the location , it is required trash processing which good to
stay awake and comfort for in visit or in occupy primarily to the tourists .Most of of current
public to help it overcome the this garbage with in fuel to reduce plastic waste , burning
plastic will produce a compound ( h2s ) sulfina hydrogen gas that where it can into the poison
of gall for the environment
, if in plastic there are the womb a compound ( ci ) chloride that can produce dioksin (
cause of
cancer ) if sear with low temperatures .Knowledge of the nature of thermal of various types
of plastic is especially important in process of making and recycling of plastic .The properties
of thermal what is important is its melting point ( tm ) , temperature a transition ( tg )
and temperature decomposition .Some researchers have conducted a study of plastic
processing into fuels oil . And murugesan, tamilkolundu 2012, research by changing pvc
plastic waste of fuel oil.Fuel oil from a plastic pvc are density 7 % higher than
solar.Proceedings are conducted in temperature between 3500C went 9000C. From this
process will be produced, charcoal oil from the condensation, gas like paraffin isoparafin,
olefin, naphthene, and aromatic and that is not gas can be condensed.
Keywords: reduce, recycling, plastic,
conducted
1.
PENDAHULUAN
2. KAJIAN LITERATUR
Pengetahuan sifat thermal dari berbagai jenis plastik sangat penting dalam proses
pembuatan dan daur ulang plastik. Sifat-sifat thermal yang penting adalah titik lebur
(Tm), temperatur transisi (Tg) dan temperatur dekomposisi. Temperatur transisi adalah
temperatur di mana plastik mengalami perengganan struktur sehingga terjadi perubahan
dari kondisi kaku menjadi lebih fleksibel. Di atas titik lebur, plastik mengalami pembesaran
volume sehingga molekul bergerak lebih bebas yang ditandai dengan peningkatan
kelenturannya. Temperatur lebur adalah temperatur di mana plastik mulai melunak dan
berubah menjadi cair. Temperatur dekomposisi merupakan batasan dari proses pencairan.
Jika suhu dinaikkan di atas temperatur lebur, plastik akan mudah mengalir dan struktur akan
mengalami dekomposisi. Dekomposisi terjadi karena energi thermal melampaui energi yang
mengikat rantai molekul. Secara umum polimer akan mengalami dekomposisi pada suhu di
atas 1,5 kali dari temperatur transisinya (Budiyantoro, 2010). Data sifat termal yang penting
pada proses daur ulang plastik bisa dilihat pada tabel berikut:
Batasan Metode
No. Karakteristik Satuan IF0-1 IF0-2 Uji
Min. Maks. Min. Maks. ASTM
1 Nilai Kalori MJ/kg 41.87 41.87 D 240
2 Densitas pada 15°c kg/m3 - 991 - 991 D 1298
3 Viskositas Kinematik Pada mm2/dt - 180 - 380 445
50°c
4 Kandungan sulfur %mlm - 3.5 - 4 D 1552 /
2622
5 Titik Tuang °c - 30 - 40 D 97
6 Titik Nyala °c 60 - 60 - D 93
7 Residu Karbon %m/m - 16 20 D 189
8 Kandungan Abu %m/m - 0.1 - 0.15 482
9 Sendimen Total %mlm - 0.1 - 0.1 473
10 Kandungan air % vlv - 0.75 - 1 95
11 Vanadium mg/kg - 200 - - AAS
12 Alumunium + Silicon mg/kg - 80 - - D
5184/AAS
(Sumber: SK Dirjen Minyak & Gas Bumi, ESDM, 2008)
3. METODE
Dari hasil survey lokasi yang ada bagaimana menangani permasalahan sampah di
desa candinegoro dengan adanya kerja kuliah nyata ini mampu memberikan solusi bagi warga
terkait penanganan limbah yang ada di candinegoro.
Adapun kegiatan yang akan di laksanakan selama pengabdian sebagai berikut :
1. Observasi pada lingkungan candi untuk mengetahui kondisi lingkungan yang ada
di candinegoro
2. Wawancara kepada warga untuk mendapatkan solusi yang paling di butuhkan di desa
candinegoro
3. Analisa dan pengolahan data untuk menghitung biaya perencanaan
4. Perancangan alat pengolah limbah plastik
5. Uji Alat dan penyerahan Luaran
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penilaian dan evaluasi pengunaan energy dan produksi emisi gas CO2 setiap
rantai pasok daur ulang plastik dapat dilihat pada gambar 1 dan gambar 2 dan
kemudian dibahas seperti dibawah ini.
A. Pengunaan Energi
Pengunaan energi pada setiap rantai pasok pada proses daur ulang plastik yan g
dimulai dari tahap transportasi bahan baku, tahap manufacturing (pemanasan,
pendinginan, pemotongan), pengemasan dan distribusi ke pelanggan ditunjukkan pada
gambar 1. Gambar 1 menjelaskan bahwa selama proses daur ulang palstik untuk
memproduksi 1 ton biji plastik mengunakan beberapa sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui (non renewable energy), seperti sumber energy dari fosil, nuclear,
biomas. Juga digunakan sumber energi yang dapat diperbaharui ( renewable energy)
seperti energi dari air, biomas, angin, matahari, angin dan geothermal .
Hasil penilaian mununjukkan jumlah energy yang dibutuhkan untuk semua tahapan
rantai pasok daur ulang plastik untuk memproduksi 1 ton biji plastik adalah sebesar
33540.5 MJ dengan proses manufacturing memiliki kontribusi paling besar dengan
kontribusi sebesar 25552 MJ dengan kontribusi masing-masing proses adalah sebagai
berikut, proses pemanasan 22000 MJ, pendinginan 2960 MJ dan pemotongan 592 MJ)
, proses distribusi 6710 MJ, proses pengemasan 662.4 MJdan proses transportasi
bahan baku dari supplier sebesar 616 MJ. Pegunaan energi, terutama energi listrik
selama proses produksi biji plastik mengakibatkan pengunaan energi pada tahap ini
menjadi pengguna energi yang paling besar. Sebaliknya pada tahap pengiriman bahan
baku sampah plastik memiliki kontribusi paling kecil, karena pengunaan energy
(bensin dan solar) paling sedikit disbanding dengan siklus yang lain.
Gambar 4.1 penggunaan energy pada rantai pasok daur ulang plastik
Hasil penilaian dampak lingkungan berupa emisi gas CO2 pada setiap rantai pasok untuk
mendaur ulang plastik untuk menghasilkan 1 ton biji plastik ditinjukkan pada gambar 1
dibawah ini. Emisi gas CO2 eqivalen didapatkan dari penjumlahan produksi CO2 fosil, CO2
Biogenik, CO2 from land Transformation dan CO2 Uptake.
Gambar 4.2 Produksi emisi gas Co2 pada rantai pasok daur ulang plastik
Dari hasil penilaian dengan Software Simparo 18, menunjukkan bahwa total emisi
CO2 yang dihasilakan selama siklus hidup produk untuk menghasilkan 1 ton biji plastik
adalah sebesar 2099 KgCO2eq, dimana penyumbang terbesar adalah pada proses
manufacturing sebesar 1486 KgCO2eq dengan kontribusi tiap proses sebagai berikut,
yaitu proses pemanasan kontribusi 1279 KgCO2eq, pendinginan dengan kontribusi 171
KgCO2eq, dan kontribusi proses pemotongan sebesar 35 KgCO2eq), disusul proses
distribusi biji plastik sebesar 442 KgCO2eq, kontribusi pengemasan sebesar 126
KgCO2eq dan transportasi bahan baku sebesar 45 KgCO2eq. Produksi terbesar polusi
emisi gas CO2 terdapat pada proses siklus proses manufaktur. Hal ini disebabkan
pengunaan energi yag cukup besar selama proses pembentukan biji plastik. Disisi lain
Proses transportasi bahan baku dari supplier mempunyai kontribusi paling kecil dari total
jumlah emisi gas CO2 selama siklus hidup daur ulang plastik disebabkan tahap ini
mengunakan energi paling kecil dibanding dengan tahap lainnya. Sebagai tambahan
peningkatan jumlah emisi gas CO2 berbanding lurus dengan pengunaan energi. Dengan
kata lain, semakin tinggi pengunaan energi maka emisi gas CO2 juga akan meningkat.
Sehingga untuk mengurangi emisi gas CO2 adalah dengan cara mengurangi penggunaan
energi secara efisien dan efektif. Pengurangan emisi gas CO2 perlu diperhatikan karena
emisi gas CO2 merupaka gas utama pembentuk gas rumah kaca yang menyebabkan
pemanasan global dan perubahan iklim di dunia.
5. KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. :
1. Proses daur ulang plastik melibatkan beberapa rantai pasok, mulai dari proses
pengiriman bahan baku, proses produksi, proses pengepakan dan proses pendistribusian
produk jadi berupa biji plastik tipe PE.
2. Penilain dampak lingkungan yang fokus pada pengunaan energy dan polusi udara
berupa emisi gas CO2 mengunakan metode LCA untuk menilai dampak lingkungan
daur ulang plastik untuk sebesar untuk menghasilkan 1 ton biji
6. REFERENSI
Ismanto, S. U. dan. (2016). Jurnal Mekanika dan Sistem Termal (JMST). Syamsiro Jurnal
Mekanika Dan Sistem Termal, 1(1), 7–13.
Mustofa, D., & Zainuri, F. (2014). Pirolisis Sampah Plastik Hingga Suhu 900oC Sebagai
Upaya Menghasilkan Bahan Bakar Ramah Lingkungan. Simposium Nasional RAPI XIII, 98–
102. Prasetyo, H., Rudhiyanto, Eka, I., & Fitriyanto. (2010). Mesin Pengolah Limbah
Sampah Plastik
Menjadi Bahan Bakar Alternatif. E-Journal Dikti, 10, 1–5.
Purwaningrum, P. (2016). Upaya Mengurangi Timbulan Sampah Plastik Di Lingkungan.
Indonesian Journal of Urban and Environmental Technology, 8(2),
141. https://doi.org/10.25105/urbanenvirotech.v8i2.1421
Surono, U. B., Teknik, J., Universitas, M., & Yogyakarta, J. (2005). BERBAGAI METODE
KONVERSI SAMPAH PLASTIK. 32–40.
Penilain dampak lingkungan yang fokus pada pengunaan energy dan polusi udara berupa
emisi gas CO2 mengunakan metode LCA untuk menilai dampak lingkungan daur ulang plastik untuk
sebesar untuk menghasilkan 1 ton bii