Sie sind auf Seite 1von 9

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dan
atas segala limpahan berkat dan karunianya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah farmakologi dan toksiologi manusia ini sesuai waktu
yang ditetapkan.

Makalah ini adalah salah satu persyaratan untuk pemenuhan nilai agar lulus
dalam dalam mata kuliah farmakologi dan toksiologi manusia.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan laporan ini yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan yang
penyusun miliki. Sehingga pada kesempatan ini penyusun mengucapkan
terimakasih kepada semua asisten dosen dan dosen penanggung jawab yang telah
membimbing dalam penyusunan makalah ini sehinngga dapat terselesaikan
dengan baik.

Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terimakasih dan semoga


makalhn ini dapat berguna dan bermanfaat untuk kita semua.

Palu, 07 desember
2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sistem saraf merupakan salah satu bagian yang menyusun sistem


koordinasi yang bertugas menerima rangsangan, menghantarkan rangsangan ke
seluruh bagian tubuh, serta memberikan respons terhadap rangsangan tersebut.
Pengaturan penerima rangsangan dilakukan oleh alat indera, pengolah
rangsangan dilakukan oleh saraf pusat yang kemudian meneruskan untuk
menanggapi rangsangan yang datang dilakukan oleh sistem saraf dan alat
indera.

Obat-obat otonom adalah obat yang dapat memengaruhi penerusan impuls


dalam SSO dengan jalan mengganggu sintesa, penimbunan, pembebasan,atau
penguraian neurotransmitter atau memengaruhi kerjanya atas resptor khusus.
Akibatnya adalah dipengaruhinya fungsi otot polos dan organ, jantung dan
kelenjar. Ada 2 macam golongan obat otonomik yakni, Golongan
simpatomimetik (merangsang) yang kerjanya mirip dengan saraf simpatis, dan
Golongan simpatolitik (menghambat) untuk simpatis dan parasimpatolitik.
Menurut khasiatnya, obat otonom dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Zat-zat yang bekerja terhadap SP, yakni:

a. Parasimpatikomimetika (kolinergika) yang merangsang organ-organ


yang dilayani saraf parasimpatis dan meniru efek perangsangan oleh
asetilkolin, misalnya pilokarpin dan fisostigmin.

b. Parasimpatikolitika (antikolinergika) justru melawan efek-efek


kilonergika, misalnya alkaloida, belladona dan propantelin.

2. Zat-zat perintang ganglion

Yang merintangi penerusan impuls dalam sel-sel ganglion simpatis dan


parasimpatis. Efek perintangan ini dampaknya luas, antara lain vasodilatasi
karena blokade susunan simpatis, sehingga dipergunakan pada hipertensi
tertentu. Sebagai obat hipertensi zat-zat ini umumnya tidak digunakan lagi
berhubungan efek sampingnya yang menyebabkan blokade pula dari SP
(gangguan penglihatan, obstipasi dan berkurangnya sekresi berbagai kelenjar).
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Devinisi antikolinergik

Antikolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat


Antagonis kolinergik) mengikat koffloseptor tetapi tidak memicu efek
intraselular diperantarai oleh reseptor seperti lazimnya yang paling
bermanfaat dari obat golongan ini adalah menyekat sinaps muskarinik
pada saraf parasimpatis secara selektif. Oleh karena itu, efek persarafan
parasimpatis menjadi terganggu, dan kerja pacu simpatis muncul tanpa
imbangan. Kelompok kedua obat ini, penyekat ganglioník nampaknya
lebib menyekat reseptor nikotinik pada ganglia simpatis dan parasímpatis.
Keluarga ketiga senyawa ini, obat penyekat neumuscular mengganggu
transmisi impuls eferon yang menuju otot rangka.
Antikolinergik juga disebut antimuskaranik, parasimpatolitik,
kolinolitik, atroponik, dan pemblok parasimpatetik
Antikolinergik menghambat efek asetilkolin pada saraf postganglionik
kolinergik danotot polos, menghasilkan efek efek sebagai berikut:
a. Anti spasmodik, yaitu menurunkan tonus dan pergerakan sauran
cerna dan saluran urogenital.
b. Antisekresi, mengurangi sekresi air liur, keringat dan asam lambung.
c. Anti parkison, parkison adalah suatu ppenyakit yang disebabkan
oleh adanya ketidak seimbangan kadar dopain fan asetil kolin di otak.
d. Mifriatik atau dilatasi pupil mata sikloplegik atau paralisis struktur
siliari mata, yang menyebabkan paralisis akomodasi pengihatan dekat.
Efek samping antikolinergik antara lain adalah mulut kering, anhidrosis,
mata kabur. Takikardia, disuria dan retensi urin akut. Pada orag dapat
menyebabkan glau koma, konstipasi, dan kesulitan akomodasi
penglihatan.
2. Golongan obat antikolinergik
Berdasarkan efek yang ditimbulkan senyawa antikolinergik dibagi
menjadi empat kelompok yaitu:
a. Obat antispasmodik
Obat antispanmodik (spasmolitik umum) adalah senyawa yang dapat
menurunkan tonus dan pergerakan sauran cerna dan urogenial. Obat
antispasmodik digunakan sebagai penunjang pengobatan tukak lambung
da usus, serta untuk eringankan spasme viseral.
Antikolinergik yang digunakan sebagai obat anti spasmodik obat
antispasmodik dibagi enjadi tiga kelompok yaitu alkoloida salonacea dan
turunanya, senyawa amonium kuartener siteti dan senyawa amin tersier
sintetik.
b. Senyawa antisekresi
Efek antisekrsi dapat dihasilkan oleh senyawa antikolinergik dan
digunakan sebagai obat tambahan pada pengobatan tukak lambung dan
usus serta untuk meringankan spasme viseral.
Contoh: klidinium klorida, fentonium bromida, isopropamid iodida,
metalin bromida, dan propentelin bromida.
c. Obat anti parkinson
Obat anti-parkinson adalah senyawa yang digunakan untuk pengobatan
gejala penyakit parkinson. Pada individu normal ada keseimbangan antara
kadar dopamin dan asetilkolin diotak. Adanya ketidak seimbangan kadar
kedua senyawa diatas, terutama kekurangan dopamin disriatum otak dapat
menyebabkan penyakit parkinson.
Berdasarkan mekanisme kerjanya obat anti parkinson dibagi menjadi
tiga kelompok yaitu senyawa antikolinergik pusat, senyawa yang
mempengaruhi kadar dopamin diotak dan senyawa yang menurunkan
metabolisme dopamin.
d. Midriatik
Antikolinergik kuat digunakan seeccara setempat pada mata karna
menimbulkan efek midriasis (dilatasi pupil) dan siklopelgia (paralisis
akomodasi). Midriatik dan efek sikloplegik digunakan untuk membantu
pembiasan dan pemeriksaaan bagian dalam mata, membantu prosedur
diagnostik sebelum, selama dan sesudah oprasi intrakular serta untuk
untuk pengobatan glaukoma sekunder. Contoh : atropin sufat, hematropin
HBr, hisin metil bromida, dan tropikamid.

3. Hubungan Struktur Dan Aktifitas

Struktur umum CR2X-CO-O-(CH2)n- N

a. Strruktur antikolinergik sangat mirip dengan senyawa kolinergik. Perbedaan


utama adalah adanya gugus besar yang terikat pada gugus alkil yang dapat
meningkatkan kekuatan ikatan dengan permukaan resptor.

b. Pemasukan subtituen pada cincin aromatik (gugus fenil) hanya sedikit


menunjang aktivitas.
c. X dapat berupa gugus H, OH, CH3, CONH2-adanya gugus OH
meningkatkan aktivitas antikolnergik karna dapat menunjang kekuatan
intraksi obat resptor melalui ikatan hidrogen.
d. N berupa amonium kuarterner atau amin tersier yang terprotonasi pada pH
fisologis atau bio fisa, membentuk gaya tarik menari elekstrostatik.
2.3. Contoh Obat di Pasaran
Tablet, Sirup (Theophylline/Teofilin)
Nama Obat Generik : Theophylline / Teofilin
Nama Obat Bermerek : Bronsolvan
KOMPOSISI
Tiap tablet Bronsolvan mengandung Theophylline (Teofilin) 150 mg.
Tiap 15 ml sirup Bronsolvan mengandung Theophylline (Teofilin) 150 mg.

FARMAKOLOGI (CARA KERJA OBAT)


Teofilin merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek antara lain
merangsang susunan saraf pusat dan melemaskan otot polos, terutama bronkus.
Dosis Obat BRONSOLVAN Tablet, Sirup (Theophylline/Teofilin)
Dosis Obat BRONSOLVAN Tablet, Sirup (Theophylline/Teofilin)

Baca Juga Dosis Obat Lainnya :


1. Dosis Obat BUSCOPAN Tablet (Hyoscine-N-butylbromide)
2. Dosis Obat BURNAZIN Krim (Silver Suphadiazine)
3. DOSIS OBAT CALOMA PLUS
4. Dosis Obat CANDISTIN (Nystatin)
5. Dosis Obat CAPTOPRIL (Captopril)
6. Dosis Obat CATAFLAM (Diclofenac Potassium)

INDIKASI
Indikasi Bronsolvan adalah untuk meringankan dan mengatasi serangan asma
bronkial.
KONTRAINDIKASI
· Hipersensitivitas atau alergi terhadap komponen obat.
· Penderita tukak lambung.
PERINGATAN DAN PERHATIAN
· Hati-hati pemberian Bronsolvan pada hipoksemia, hipertensi, atau penderita
yang mempunyai riwayat tukak lambung.
· Bronsolvan dapat mengiritasi saluran gastrointestinal.
· Hati-hati pemberian Bronsolvan pada wanita hamil, menyusui, dan anak-anak.
· Pemberian Bronsolvan jangan melampaui dosis yang dianjurkan dan bila dalam
1 jam gejala-gejalanya masih tetap atau bertambah buruk, agar menghubungi
puskesmas atau rumah sakit terdekat.
· Hati-hati pemberian Bronsolvan pada penderita kerusakan fungsi hati, penderita
di atas 55 tahun terutama pria dan pada penyakit paru-paru kronik.
EFEK SAMPING
Efek samping Bronsolvan yang dapat timbul adalah sebagai berikut :
· Gastrointestinal : mual, muntah, diare.
· Susunan saraf pusat : sakit kepala, insomnia.
· Kardiovaskular : palpitasi, takikardia, aritmia ventrikuler.
· Pernapasan : takipnea
· Ruam kulit, hiperglikemia
INTERAKSI OBAT
· Bronsolvan jangan diberikan bersamaan dengan preparat xantin yang lain.
· Simetidin, eritromisin, troleandomisin dan kontrasepsi oral dapat meningkatkan
kadar teofilin serum.
· Rifampisin menurunkan kadar teofilin serum.
DOSIS DAN CARA PEMBERIAN
Dewasa : 1 tablet Bronsolvan atau 15 ml sirup Bronsolvan, 3 kali sehari.
Anak-anak 6-12 tahun : ½ tablet atau 7,5 ml sirup Bronsolvan, 3 kali sehari.
Atau sesuai petunjuk dokter.

KEMASAN
Tablet, Dus, Isi 10 Strip x 10 tablet.
Sirup, Botol, isi 100 ml.

KETERANGAN
Kocok terlebih dahulu.
Simpan di bawah suhu 30 C. Simpan dalam keadaan tertutup rapat.
BAB III
PENUTUP

Antikolinergik (disebut juga obat penyekat kolinergik atau obat


Antagonis kolinergik) mengikat koffloseptor tetapi tidak memicu efek
intraselular diperantarai oleh reseptor seperti lazimnya yang paling
bermanfaat dari obat golongan ini adalah menyekat sinaps muskarinik
pada saraf parasimpatis secara selektif.
Antikolinergik juga disebut antimuskaranik, parasimpatolitik,
kolinolitik, atroponik, dan pemblok parasimpatetik
Antikolinergik menghambat efek asetilkolin pada saraf postganglionik
kolinergik danotot polos, menghasilkan efek efek sebagai berikut:
a. Anti spasmodik, yaitu menurunkan tonus dan pergerakan sauran cerna
dan saluran urogenital.
b. Antisekresi, mengurangi sekresi air liur, keringat dan asam lambung.

c. Anti parkison, parkison adalah suatu ppenyakit yang disebabkan oleh


adanya ketidak seimbangan kadar dopain fan asetil kolin di otak.

d. Mifriatik atau dilatasi pupil mata sikloplegik atau paralisis struktur


siliari mata.
Berdasarkan efek yang ditimbulkan senyawa antikolinergik dibagi
menjadi empat kelompok yaitu:
a. Obat antispasmodik
b. Senyawa antisekresi
c. Obat anti parkinson
d. Midriatik

Das könnte Ihnen auch gefallen