Sie sind auf Seite 1von 8

Anjarsari, et al, Analisis Perencanaan Penyiagaan Bencana di Rumah Sakit Daerah Balung......

Perencanaan Penyiagaan Bencana di Rumah Sakit Daerah Balung Kabupaten Jem-


ber
(Disaster Alerting Plan at Balung General Hospital in Jember District)
Elista Retno Anjarsari, Abu Khoiri, Christyana Sandra
Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Jember
Jl. Kalimantan I/93 Kampus Tegal Boto Jember 68121
Email korespondensi: elistaretno@gmail.com

Abstract
Hospital was required to be faster and more precise in handling disaster victims. Based on the data
from Jember District BPBD, Balung sub district was one of the disaster-prone areas with a high
level of vulnerability to natural disasters like floods, landslides, hurricanes, earthquakes and
tsunami. Therefor, Balung General Hospital was expected to have disaster alerting plan for
hospital. Based on the results of preliminary study showed that disaster alerting plan at Balung
General Hospital was still not optimal. The goal of this study was analisys the disaster alerting
plan at Balung General Hospital. The study was a qualitative study with 7 informants which taken
by Purposive technique. The result showed that disaster alerting plan at Balung General Hospital
was good, since Balung General Hospital has formed disaster alerting team, organizational
structure as well as the duties and function of each member. It happened because the disaster
alerting team don’t do disaster mitigation also the communication, operational, funding,
coordination, dissemination, and socialization plan was not work smoothly.

Keywords: Plan, Disaster Alerting, Disaster

Abstrak
Rumah sakit dituntut harus lebih cepat dan tepat dalam menangani korban bencana. Berdasarkan
data dari BPBD Kabupaten Jember, Kecamatan Balung berada di sekitar daerah rawan bencana
seperti banjir, angin puyuh, gempa bumi dan tsunami. Oleh karena itu, RSD Balung diharapkan
memiliki perencanaan penyiagaan bencana bagi rumah sakit. Berdasarkan hasil studi
pendahuluan, didapatkan informasi bahwa perencanaan penyiagaan bencana di RSD Balung
masih belum berjalan secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji perencanaan
penyiagaan bencana di RSD Balung. Jenis penelitian kualitatif dengan 7 informan ditentukan
secara Purposive. Hasil penelitian menunjukkan perencanaan organisasi di RSD Balung sudah
baik karena sudah ada tim penyiagaan bencana, struktur organisasi serta tugas pokok dan fungsi
masing-masing anggota, tapi dalam tahap operasionalnya masih kurang optimal. Hal ini
dikarenakan tim penyiagaan bencana masih belum melakukan mitigasi bencana serta perencanaan
komunikasi, operasional, pembiayaan, koordinasi, diseminasi dan sosialisasi juga masih belum
berjalan dengan baik.

Kata kunci: Perencanaan, Penyiagaan Bencana, Bencana.

Pendahuluan
Pada saat terjadi bencana sudah pasti akan timbul
korban, dari yang ringan sampai yang berat bahkan
meninggal dunia. Dalam situasi bencana, korban yang
harus ditangani jumlahnya sangat besar, sehingga
melebihi kemampuan rumah sakit. Hal diatas
menuntut peran rumah sakit yang harus aktif sebagai
ujung tombak pelayanan medik disaat bencana, yang
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014
Anjarsari, et al, Analisis Perencanaan Penyiagaan Bencana di Rumah Sakit Daerah Balung......

harus lebih cepat dan tepat dalam menangani korban Perencanaan penyiagaan bencana merupakan
bencana. rencana aksi (plan of action) untuk situasi yang tidak
Rumah sakit yang tidak siap menghadapi terencana (contingency plan) untuk rumah sakit pada
bencana, akan membayar harga yang sangat mahal keadaan bencana [4]. Rumah sakit akan menjadi
dalam bentuk tingginya mortalitas dan morbiditas, tujuan akhir dalam menangani korban sehingga
serta penggunaan sumber daya yang tidak efisien. rumah sakit harus melakukan persiapan yang cukup.
Oleh karena itu, Hospital Disaster Plan atau rencana Persiapan tersebut dapat diwujudkan diantaranya
penanggulangan bencana di rumah sakit sangat dalam bentuk menyusun perencanaan menghadapi
diperlukan oleh rumah sakit, karena dengan adanya situasi darurat atau rencana kontingensi, yang juga
perencanaan dan prosedur untuk penanganan dimaksudkan agar rumah sakit bisa berfungsi-hari
bencana, maka pada saat terjadinya bencana rumah terhadap pasien yang sudah ada sebelumnya. Rencana
sakit sudah siap dan tidak terjadi kekacauan serta tersebut umumnya disebut sebagai rencana
dalam pelaksanaannya akan lebih efisien, efektif dan penyiagaan bencana di rumah sakit [5].
rasional [1]. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji
Kabupaten Jember merupakan salah satu perencanaan penyiagaan bencana di RSD Balung.
kabupaten di bagian timur Pulau Jawa yang memiliki
tingkat kerawanan bencana yang tinggi. Awal tahun Metode Penelitian
2006 lalu, 2 Januari 2006, empat kecamatan di
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kabupaten Jember yaitu, kecamatan Panti, Tanggul,
kualitatif dengan 7 informan, yang ditentukan secara
Arjasa, dan Rambipuji ditimpa bencana alam banjir
Purposive. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah
bandang dan tanah longsor [2]. Sebanyak 18 dari 31
perancanaan organisasi dan pelaksanaan operasional.
kecamatan di Kabupaten Jember merupakan daerah
Data diperoleh melalui wawancara langsung secara
rawan bencana banjir, tanah longsor, angin puting
mendalam dengan bantuan panduan wawancara (in-
beliung, dan tsunami. Bencana yang pernah terjadi di
depth interview guide) dan alat perekam suara
Kabupaten Jember salah satunya banjir bandang yang
(handphone) serta alat tulis. Selanjutnya pernyataan
melanda Kecamatan Panti, Kabupaten Jember yang
informan dideskripsikan dalam bentuk kalimat
telah menelan korban 54 orang meninggal dunia dan
langsung. Uji validitas data yang digunakan dalam
ratusan lainnya [3].
penelitian ini adalah triangulasi sumber.
Kecamatan Balung berada di sekitar daerah yang
rawan bencana seperti banjir, tanah longsor, tsunami
dan lain-lain. Oleh karena itu, RSD Balung Hasil Penelitian
merupakan rumah sakit terdekat sebagai tempat Perencanaan yang perlu disiapkan untuk
rujukan. RSD Balung hendaknya telah memiliki penyiagaan bencana di rumah sakit menurut Pedoman
kesiapsiagaan dan tanggap darurat yang dapat Perencanaan Penyiagaan Bencana bagi Rumah Sakit
memenuhi kebutuhan masyarakat secara maksimal. antara lain organisasi dan pelaksanaan operasional.
Berdasarkan studi pendahuluan yang Hasil analisis perencanaan penyiagaan bencana di
dilaksanakan tanggal 29 Desember 2014 melalui RSD Balung adalah sebagai berikut:
wawancara dengan salah satu anggota tim 1. Organisasi
penyiagaan bencana di RSD Balung diperoleh Hal yang perlu disiapkan untuk meningkatkan
informasi bahwa di RSD Balung sudah terbentuk kesiapan organisasi, antara lain tim penyusun
Tim Penyiagaan Bencana, namun tim ini masih pedoman perencanaan penyiagaan bencana, tim
belum berjalan secara optimal. RSD Balung juga penyiagaan bencana, struktur organisasi serta tugas
membentuk tim pra rumah sakit untuk keadaan gawat pokok dan fungsi anggota tim penyiagaan bencana.
darurat yaitu tim 118. Tim tersebut masih baru dan
belum disahkan oleh RSD Balung. Hospital Disaster Tim Penyusun Pedoman Perencanaan Penyiagaan
Plan RSD Balung masih mengacu pada Hospital Bencana bagi RSD Balung
Disaster Plan Rumah Sakit dr. Soetomo. Setiap Berdasarkan hasil wawancana mendalam dengan
Rumah Sakit diwajibkan untuk memiliki Hospital informan utama didapatkan informasi bahwa tim
Disaster Plan sesuai dengan identifikasi risiko di penyusun pedoman penyiagaan bencana di RSD
daerahnya, sehingga diharapkan RSD Balung Balung sudah ada. Namun, tim ini masih belum
mempunyai Hospital Diaster Plan. Kurang siapnya berjalan secara optimal karena belum menyusun
rumah sakit dalam menangani bencana, bisa pedoman perencanaan penyiagaan bencana sesuai
mengganggu proses penanganan pasien, hal ini juga dengan karakteristik bencana dan hanya menyusun
akan diperparah apabila terjadi kekurangan logistik perencanaan penyiagaan bencana saat terjadi
dan SDM, atau kerusakan terjadi infra struktur dalam bencana.
rumah sakit itu sendiri ketika terjadi bencana.
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014
Anjarsari, et al, Analisis Perencanaan Penyiagaan Bencana di Rumah Sakit Daerah Balung......

Tim Penyiagaan Bencana di RSD Balung RSD Balung adalah berkoordinasi dengan farmasi
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan rumah sakit, ketika bencana terjadi farmasi rumah
informan utama dan tambahan didapatkan informasi sakit yang menyediakan obat dan obat-obat tersebut
bahwa tim penyiagaan bencana di RSD Balung sudah sudah siap sebelum bencana terjadi.
ada, namun setelah tim ini dibentuk, tim ini belum Berdasarkan hasil observasi dan wawancara
melakukan kegiatan mitigasi untuk mengurangi mendalam dengan informan utama didapatkan
risiko terjadinya bencana. informasi bahwa RSD Balung tidak menyediakan
pos-pos penyiagaan bencana. Pos penyiagaan
Struktur Organisasi, Tugas dan Fungsi Anggota bencana yang disediakan hanya satu yaitu IGD.
Tim Penyiagaan Bencana di RSD Balung Berdasarkan hasil obsevasi dan wawancara
Berdasarkan hasil observasi didapatkan mendalam dengan informan utama didapatkan
informasi bahwa struktur organisasi, tugas dan fungsi informasi bahwa RSD Balung sudah menyediakan
anggota tim penyiagaan bencana sudah ada. Hal ini daerah triage di ruang IGD sesuai dengan tingkat
juga diperkuat dengan pernyataan informan utama kegawatdaruratan.
bahwa untuk struktur organisasi, tugas dan fungsi Selanjutnya untuk mekanisme kerja tim
anggota tim penyiagaan bencana di RSD Balung penyiagaan bencana, berdasarkan hasil wawancara
sudah dibuat, namun masih kurang disosialisasikan dengan informan utama, didapatkan bagan alur
kepada anggota maupun karyawan rumah sakit. mekanisme penyiagaan ketika terjadi bencana sebagai
berikut:
2. Pelaksanaan Operasional
Dalam tahap operasional, digunakan beberapa
tahap kerja, yang terdiri dari tahap kesiagaan awal, bencana
tahap aksi awal, tahap operasional dan tahap
konsolidasi.

internal eksternal
Tahap Kesiagaan Awal
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan
utama dan tambahan serta observasi didapatkan
Pengiriman Tim 118
informasi bahwa di RSD Balung masih belum ada
alarm yang dipasang ditiap ruangan yang digunakan
untuk peringatan adanya bahaya.
Evakuasi Korban
Tahap Aksi Awal
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan
informan utama didapatkan informasi bahwa di RSD
Balung masih belum ada tim reaksi cepat, tim RHA Triage IDG
dan tim bantuan kesehatan. Di RSD Balung ada tim
118 yang diprioritaskan untuk kegiatan pra hospital
yaitu pertolongan pertama pada korban bencana.

Tahap Operasional Rawat Ruang Kamar Kamar Rujuk


Perencanaan yang perlu dipersiapkan dalam Jalan Intensif Operasi Jenazah
tahap operasional antara lain perencanaan logistik,
evakuasi dan transportasi serta mekanisme kerja.
Hal yang perlu disiapkan untuk meningkatkan
kesiapan logistik antara lain obat, pos penyiagaan Kasir/ Pembayaran
bencana dan daerah triage. Berdasarkan hasil
wawancara mendalam dengan informan utama
didapatkan informasi bahwa untuk external disaster,
Pulang
obat-obatan dan semua peralatan maupun peralatan
habis pakai sudah disediakan oleh Dinas Kesehatan.
Tim bantuan dari RSD Balung hanya membawa obat- Perencanaan operasional yang perlu disiapkan
obat emergency seperti betadine, obat anti nyeri, selanjutnya adalah perencanaan evakuasi dan
perban untuk jaga-jaga jika ada kekurangan di tempat transportasi. Berdasarkan observasi dan hasil
kejadian. Perencanaan obat untuk internal disaster wawancara mendalam dengan informan utama dan
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014
Anjarsari, et al, Analisis Perencanaan Penyiagaan Bencana di Rumah Sakit Daerah Balung......

tambahan didapatkan informasi bahwa untuk keperluan akreditasi rumah sakit, dan setelah tim ini
evakuasi internal disaster, untuk jalur evakuasinya dibentuk, tim penyusun pedoman perencanaan
sudah luas dan tidak terhalang oleh apapun, akan penyiagaan bencana di RSD Balung hanya membuat
tetapi belum ada denah arah evakuasi dan arah tanda perencanaan penyiagaan bencana secara umum dan
evakuasinya. Posisi bangunan di RSD Balung dibuat belum spesifik atau belum disesuaikan dengan
luas dan hanya satu bangunan yang tingkat, hal ini karekteristik bencana di RSD Balung dan sekitarnya.
lebih memudahkan untuk proses evakuasi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa tim
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara penyiagaan bencana di RSD Balung sudah ada, tetapi
mendalam dengan informan utama dan tambahan tim ini belum berjalan sesuai dengan yang diharapkan
untuk evakuasi external disaster yaitu dengan dan dibentuk hanya untuk memenuhi kebutuhan
mengirim tim ke tempat kejadian bencana dan akreditasi pada saat itu, belum dirasakan manfaat bagi
memberikan pertolongan pertama kepada korban penanganan bencana yang sebenarnya. Hal ini tidak
bencana dan selanjutnya memindahkan korban ke sesuai dengan pedoman perencanaan penyiagaan
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang bencana bagi rumah sakit. Sebuah rumah sakit
lebih intensif. dituntut untuk memiliki tim penyiagaan bencana,
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara karena ketika terjadi bencana, rumah sakit harus lebih
mendalam dengan informan utama juga didapatkan cepat dan tepat dalam menangani korban. Rumah
informasi bahwa RSD Balung sudah menyediakan sakit yang tidak memiliki tim penyiagaan bencana
transportasi untuk kejadian bencana yaitu dengan maka ketika bencana terjadi kekacauan akan sulit
ambulan 118 yang digunakan untuk melakukan untuk ditangani. Hal ini dapat mengakibatkan
perawatan di tempat kejadian dan 3 ambulan kecil tingginya mortalitas dan morbiditas, serta
untuk mobilisasi tim dan evakuasi korban dari tempat penggunaan sumber daya yang tidak efisien [5]. Hal
kejadian bencana ke rumah sakit untuk mendapatkan tersebut dapat terjadi dikarenakan sejak dibentuk
perawata lebih lanjut. pada tahun 2010 tim penyiagaan bencana di RSD
Balung hanya satu kali melakukan sosialisasi tentang
Tahap Konsolidasi arah evakuasi dan alur bencana jika bencana terjadi di
Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan rumah sakit, setelah itu belum ada kegiatan atau
informan utama didapatkan informasi bahwa tahap mitigasi lainnya. Pedoman perencanaan penyiagaan
konsolidasi di RSD Balung sudah dilakukan dengan yang dibuat oleh tim penyusun seharusnya dilakukan
cara evaluasi yang dilakukan setelah bencana terjadi pelatihan pada tim penyiagaan bencana dan pada
atau setelah pengiriman tim ke tempat bencana. karyawan rumah sakit agar mereka terbiasa dengan
rencana yang dibuat hingga perencanaan tersebut bisa
Pembahasan diterapkan. Selama ini di RSD Balung belum ada
upaya untuk meningkatkan kesiapan tim penyiagaan
Hasil penelitian menyebutkan bahwa tim bencana, hal ini disebabkan oleh belum adanya
penyusun pedoman perencanaan penyiagaan bencana rencana yang dibuat dari pihak struktural untuk
di RSD Balung sudah ada. Namun, tim ini masih melakukan pelatihan atau sosialisasi baik kepada tim
belum berjalan secara optimal karena belum maupun kepada seluruh karyawan, pasien dan
menyusun pedoman perencanaan penyiagaan pengunjung rumah sakit.
bencana sesuai dengan karakteristik bencana di RSD Hasil penelitian menyebutkan bahwa struktur
Balung dan belum membuat perencanaan penyiagaan oganisasi tim penyiagaan bencana sudah dibentuk.
bencana mulai dari pra bencana, saat bencana dan Struktur organisasi tim penyiagaan bencana
paska bencana. Tim penyusun pedoman perencanaan sebaiknya disesuaikan dengan struktur organisasi
penyiagaan bencana di RSD Balung hanya yang sudah ada di rumah sakit, karena perubahan
menyusun rencana penyiagaan bencana saat terjadi yang terlalu besar akan berpotensi gagal [5]. Struktur
bencana. Hal ini tidak sesuai dengan pedoman organisasi tim penyiagaan bencana di RSD Balung
perencanaan penyiagaan bencana bagi rumah sakit, sudah sesuai dengan pedoman perencanaan
seharusnya tugas tim penyusun antara lain menyusun penyiagaan bencana bagi rumah sakit. Akan tetapi,
pedoman perencanaan penyiagaan bencana rumah meskipun struktur organisasi tim penyiagaan bencana
sakit, mengkoordinir penyusunan petunjuk sudah dibentuk, masih kurang disosialisasikan kepada
operasional setiap unit kerja, merencanakan dan anggota tim secara berkala sehingga ada anggota tim
menyelenggarakan pelatihan dan simulasi penyiagaan bencana yang lupa kalau mereka adalah
penanganan bencana serta merencanakan anggaran anggota tim penyiagaan bencana. Struktur organisasi
[6]. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan RSD juga perlu diperbaharui secara berkala karena
Balung membentuk tim penyusun pedoman kemungkinan ada anggota yang mengundurkan diri
perencanaan penyiagaan bencana hanya untuk atau naik jabatan.
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014
Anjarsari, et al, Analisis Perencanaan Penyiagaan Bencana di Rumah Sakit Daerah Balung......

Kurangnya sosialisasi struktur organisasi untuk mengevakusi korban serta mengidentifikasi


penyiagaan bencana juga mengakibatkan masih besarnya bencana serta kebutuhan tenaga kesehatan
banyaknya anggota tim yang masih belum jelas tugas maupun obat, dan Tim bantuan kesehatan
pokok dan fungsinya. Berdasarkan hasil penelitian diberangkatkan berdasarkan kebutuhan setelah tim
dapat diketahui bahwa di RSD Balung sudah ada gerak cepat dan tim RHA kembeli dengan laporan
tugas pokok dan fungsi untuk tim penyiagaan hasil kegiatan di lapangan [8]. Selama ini, ketika
bencana, akan tetapi tugas pokok dan fungsi tersebut terjadi external disaster, tim pertama yang datang
masih kurang disosialisasikan dan dilakukan adalah tim reaksi cepat dari BPBD Jember dan juga
pelatihan, sehingga ada anggota tim masih belum ada Tim RHA dari BPBD yang mengidentifikasi
jelas tugas pokok dan fungsinya. Selama ini di RSD besarnya bencana dan kebutuhan tenaga kesehatan
Balung bekerja secara struktural, jadi tugas pokok maupun obat. BPBD berkoordinasi dengan Dinas
dan fungsinya berdasarkan tugas pokok dan fungsi Kesehatan, lalu Dinas Kesehatan yang memberikan
manajemennya. Hal ini tidak sesuai dengan pedoman perintah tertulis kepada rumah sakit maupun
perencanaan bencana bagi rumah sakit, yang puskesmas untuk permintaan bantuan sumber daya
menyebutkan bahwa struktur organisasi harus diikuti manusia, dan Dinas Kesehatan juga menyediakan
dengan tugas pokok dan fungsi yang jelas [6]. Hal obat serta alat–alat yang dibutuhkan. Hal tersebut
tersebut dapat terjadi dikarenakan sejak tim dikarenakan RSD Balung merupakan SKPD Dinas
penyiagaan bencana dibentuk, tim ini tidak Kesehatan, jadi ketika terjadi bencana RSD Balung
melakukan kegiatan atau mitigasi lagi, seharusnya menunggu instruksi dari Dinas Kesehatan.
walaupun tidak terjadi bencana, anggota tim tetap Hasil penelitian menyebutkan bahwa untuk
harus melakukan mitigasi berkala untuk perencanaan obat, RSD Balung sudah baik. Untuk
mengingatkan kembali tugas dan fungsi masing- internal disaster, RSD Balung sudah siap sebelum
masing anggota tim penyiagaan bencana. Apabila tim bencana terjadi. Hal ini sudah sesuai dengan pedoman
penyiagaan bencana tidak jelas tentang tugas dan perencanaan penyiagaan bencana bagi rumah sakit.
fungsinya maka tim ini tidak akan dapat bekerja Penyediaan obat dalam situasi bencana merupakan
secara optimal untuk melakukan mitigasi bencana, salah satu unsur penunjang yang sangat penting
apalagi untuk melakukan penanganan saat bencana dalam pelayanan kesehatan pada saat bencana. Oleh
terjadi. Dengan pembagian tugas dan fungsi yang karena itu diperlukan adanya persediaan obat atau
baik, kekacauan memang akan tetap terjadi, tetapi perbekalan kesehatan sebagai penyangga bila terjadi
diusahakan agar waktunya sesingkat mungkin bencana. Prinsip dasar dari pengelolaan obat dan
sehingga pelayanan tetap dilakukan sesuai standar perbekalan kesehatan pada situasi bencana adalah
yang ditetapkan, sehingga mortalitas dan morbiditas harus cepat, tepat dan sesuai kebutuhan [9]. Hal
dapat ditekan seminimal mungkin. tersebut dapat terjadi dikarenakan untuk
Hasil penelitian menyebutkan bahwa di RSD pembelanjaan obat di RSD Balung dilakukan
Balung masih belum ada sistem peringatan dini perbulan bukan stok pertahun dan sudah ada
(alarm system) untuk peringatan ketika terjadi perencanaan obat untuk kejadian bencana. Untuk
bencana pertama kali. Hal ini tidak sesuai dengan external disaster, obat-obatan sudah disediakan dari
pedoman perencanaan penyiagaan bencana bagi Dinas Kesehatan, jadi RSD Balung ketika diminta
rumah sakit yang menyebutkan bahwa rumah sakit bantuan kesehatan hanya membawa obat-obat
harus memiliki alarm system. Penyediaan alarm emergency saja seperti betadine, obat nyeri, infuse,
system diperlukan untuk memberi peringatan kepada perban dan lain-lain utuk berjaga-jaga bila terjadi
masyarakat sebelum bencana terjadi yang kekurangan.
dimaksudkan untuk mengantisipasi agar dampak Hasil penelitian menyebutkan bahwa RSD
yang ditimbulkan dapat dikurangi [7]. Rumah sakit Balung masih belum disediakan pos penanganan
seharusnya menyediakan alarm system agar ketika bencana, pos bencana hanya satu yaitu IGD, jadi di
bencana terjadi semua karyawan, pasien serta IGD sudah disediakan semua mulai dari alat dan obat.
pengunjung cepat mengetahui dan segera melakukan Hal ini tidak sesuai dengan pedoman perencanaan
evakuasi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah penyiagaan bencana bagi rumah sakit, karena ketika
korban yang ditimbulkan akibat bencana. hanya ada satu pos saja maka dapat menghambat
Hasil penelitian menyebutkan bahwa di RSD penanganan korban bencana, sehingga dalam
Balung belum ada tim reaksi cepat, Tim RHA dan perencanaan penyiagaan bencana diperlukan
tim bantuan kesehatan. Hal ini tidak sesuai dengan perencanaan tentang pengadaan pos penanganan
pedoman perencanaan penyiagaan bencana bagi bencana [9]. Pengadaan pos penanganan bencana
rumah sakit yang menyebutkan pada saat awal terjadi diperlukan untuk mengelola maupun menampung
bencana perlu adanya mobilisasi SDM kesehatan beberapa kegiatan dalam mendukung penanganan
yang terdiri dari Tim reaksi cepat dan Tim RHA korban bencana sehingga penanganan dan
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014
Anjarsari, et al, Analisis Perencanaan Penyiagaan Bencana di Rumah Sakit Daerah Balung......

pengelolaannya lebih terkoordinasi dan terarah. yang tingkat mempermudah untuk evakuasi, jadi
Misalnya pengadaan pos komando, pos pengolahan pasien, pengunjung ataupun karyawan bisa langsung
data, pos informasi, pos logistik dan donasi, serta pos keluar gedung untuk evakuasi. Sedangkan untuk
penanganan jenazah. gedung yang bertingkat jalur evakuasinya masih
Hasil penelitian menyebutkan bahwa untuk kurang baik, karena masih belum adanya tanda arah
daerah triage di RSD Balung sudah ada di ruangan evakuasi serta tangga untuk jalur evakuasi licin, yang
IGD dan sudah jelas pembagian serta sudah ada dikhawatirkan dapat menyebabkan cidera ketika
tandanya. Hal ini sudah sesuai dengan pedoman proses evakuasi. Jalur evakuasi di ruang rawat inap
perencanaan penyiagaan bencana bagi rumah sakit sudah cukup baik, jalannya cukup lebar dan tidak
yang menyebutkan bahwa rumah sakit harus terhalang, sedangkan untuk jalur evakuasi di gedung
menyediakan daerah triage. Triage bertujuan untuk kantor jalur evakuasinya hanya ada satu dan itu masih
melakukan seleksi korban berdasarkan tingkat sempit dan sulit aksesnya. Setelah proses evakuasi
kegawatdaruratan. Penentuan daerah triage diperlukan tempat berkumpul aman.
didasarkan pada tingkat keparahan serta Berdasarkan hasil penelitian menyebutkan bahwa
kemungkinan hidup [8]. Penyediaan daerah triage di RSD Balung sudah ada tempat berkumpul aman
penting dilakukan karena merupakan upaya yang yaitu di depan halaman rumah sakit dan di halaman
dilakukan dalam penanganan korban yaitu untuk depan dekat poli rawat jalan. Tempat berkumpul
menyelamatkan korban sebanyak-banyaknya aman dipastikan cukup luas dan mampu menampung
sehingga angka morbiditas dan mortalitas rendah. korban dan digunakan untuk evakuasi lebih lanjut
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mekanisme [11]. Tempat tersebut luas dan cukup untuk
kerja tim penyiagaan bencana ketika internal menampung pasien serta karyawan di rumah sakit
disaster, ketika terjadi bencana kepala ruangan lapor tanpa mengganggu jalur lalu lintas.
kepada Direktur dan Kabid Pelayanan, lalu Kabid Hasil penelitian menyebutkan bahwa ketika
Pelayanan memberikan instruksi pada unit yang lain terjadi external disaster, RSD Balung berkoordinasi
seperti farmasi, penyediaan SDM cadangan, dan lain- dengan BPBD dan Dinas Kesehatan, lalu melakukan
lain untuk siaga untuk penanggulangan bencana. pengiriman tim ke posko bencana, lalu ada tim yang
Sedangkan untuk external disaster rumah sakit, diterjunkan langsung ke tempat kejadian untuk
menunggu permintaan bantuan tenaga kesehatan dari melalukan evakuasi korban dari tempat bencana ke
Dinas Kesehatan. Prosedurnya Dinas Kesehatan posko bencana, dan apabila korban membutuhkan
secara tertulis meminta bantuan tenaga medis pada perawatan yang lebih intensif bisa dirujuk ke rumah
rumah sakit, kemudian Direktur mengeluarkan surat sakit terdekat. Hal ini sudah sesuai dengan pedoman
tugas pemberangkatan tim, melalui kabid pelayanan perencanaan penyiagaan bencana yang menyebutkan
memberikan instruksi untuk memberangkatkan tim bahwa untuk evakuasi external disaster rumah sakit
siaga bencana di IGD. Berdasarkan pedoman melakukan mobilisasi tim ke tempat kejadian bencana
perencanaan penyiagaan bencana bagi rumah sakit, untuk melakukan evakuasi [6]. Hal tersebut dapat
mekanisme kerja tim penyiagaan bencana ketika terjadi dikarenakan RSD Balung merupakan SKPD
bencana terjadi, informasi bencana dilaporkan Dinas Kesehatan, jadi ketika bencana terjadi bencana
kepada komandan bencana yaitu Kabid pelayanan RSD Balung menunggu instruksi dari Dinas
yang kemudian komandan bencana menginstruksikan Kesehatan.
tim penyiagaan bencana untuk menangani bencana Hasil penelitian menunjukkan bahwa di RSD
yang terjadi [6]. Hal ini sudah sesuai dengan Balung tersedia alat transportasi yaitu satu ambulan
pedoman perencanaan penyiagaan bencana bagi 118, dan 3 ambulan kecil. Hal ini sudah sesuai
rumah sakit yaitu dengan melaporkan setiap kejadian dengan pedoman perencanaan penyiagaan bencana
bencana kepada Kabid pelayanan dan Kabid bagi rumah sakit yang menyebutkan bahwa rumah
Pelayanan yang mengkoordinasikan tim penyiagaan sakit harus menyediakan alat transportasi untuk
bencana untuk melakukan penanganan. mobilisasi SDM. Ambulan 118 didesain besar, agar
Hasil penelitian menyebutkan bahwa untuk peralatan bisa masuk dan mampu menampung hingga
evakuasi internal rumah sakit, rute evakuasi di RSD 7 orang, sehingga ambulan bisa digunakan untuk
Balung sudah baik, dan juga sudah tersedia rute tindakan di tempat kejadian. Tiga ambulan kecil bisa
evakuasi alternatif tetapi masih belum ada tanda digunakan untuk mobilisasi tim dan pengiriman
untuk menunjukkan arah evakuasi. Untuk evakuasi pasien dari tempat kejadian ke rumah sakit.
internal perlu menentukan rute evakuasi primer dan Transportasi juga diperlukan untuk mentransfer
sekunder, memiliki tanda yang jelas dan penerangan pasien ke rumah sakit lain jika fasilitas di rumah sakit
yang cukup, memastikan bahwa rute evakuasi cukup yang dimaksud tidak dapat melakukan fungsinya
luas dan tidak terhalang sama sekali [11]. Tata letak karena kerusakan intern [3]. Pada setiap ambulan
bangunan RSD Balung yang luas dan hanya beberapa
Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014
Anjarsari, et al, Analisis Perencanaan Penyiagaan Bencana di Rumah Sakit Daerah Balung......

minimal terdiri dari 2 orang paramedik dan satu Balung; untuk memudahkan proses evakuasi, RSD
pengemudi (bila memungkinkan ada 1 dokter) [9]. Balung diharapkan membuat denah evakuasi dan arah
Hasil penelitian menyebutkan bahwa untuk tanda evakuasi yang tidak mudah rusak. RSD Balung
tahap konsolidasi sudah sesuai dengan pedoman perlu melakukan pelatihan tentang manajemen
perencanaan penyiagaan bencana yaitu terdiri dari bencana untuk anggota tim penyiagaan bencana dan
melaksanakan debriefing, menyusun laporan anggota tim penyiagaan bencana perlu melakukan
pelaksanaan, melakukan evaluasi dan penyiagaan mitigasi atau pelatihan berkala minimal satu tahun
kembali [6]. Evaluasi dan pelaporan kegiatan sekali tentang perencanaan penyiagaan yang telah
bencana dilaporkan kepada kabid Pelayanan setelah dibuat untuk meningkatkan kesiapan tim dalam
kejadian bencana. Dengan adanya konsolidasi tim menangani bencana. Perencanaan penyiagaan
penyiagaan bencana bisa mengetahui apa yang harus bencana yang telah dibuat juga sebaiknya
diperbaiki maupun yang harus ditambah untuk disosialisasikan serta dilakukan pelatihan proses
penyiagaan bencana selanjutnya. evakuasi untuk karyawan, pasien, serta pengunjung
rumah sakit minimal satu tahun sekali, agar ketika
Simpulan dan saran bencana benar-benar terjadi, semua pihak bisa lebih
siap.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari
penelitian perencanaan penyiagaan bencana di RSD Daftar Pustaka
Balung Kabupaten Jember, dapat diambil kesimpulan
bahwa perencanaan organisasi RSD Balung dalam [1] Donna B. Hospital Disaster Plan; 2011
penyiagaan bencana sudah ada. RSD Balung sudah [update 2014 November 4]. Available from
membentuk tim penyusun pedoman penyiagaan http://bencana-kesehatan.net/index.php/17-
bencana bagi rumah sakit, tim penyiagaan bencana di hospital-disaster-plan/training-rsud-
rumah sakit dan sudah ada struktur organisasi serta sidoarjo/360-hospital-disaster-plan-hari-ketiga.
tugas pokok dan fungsinya. Namun, sejak [2] Muhammad AN. Analisis Kebijakan Tata
pembentukan belum ada mitigasi atau kegiatan yang Ruang Kawasan Bencana Kecamatan Panti
dilakukan sehingga sebagian anggota sudah ada yang Kabupaten Jember Kaitannya dengan Konsep
lupa tugas pokok dan fungsi masing-masing sebagai Tata Ruang Tanggap Bencana. UNEJ : tidak
anggota tim penyiagaan bencana. diterbitkan; 2007
Perencanaan pelaksanaan operasional RSD [3] Solicha Z. BPBD Jember Pantau Lima Titik
Balung masih kurang baik karena di RSD Balung Rawan Bencana; 2013 [update 2014
masih belum ada pos bencana, alarm system, Tim September 30]. Available from
Reaksi Cepat, Tim RHA dan Tim Bantuan http://www.antarajatim.com/lihat/berita/10411
Kesehatan. Saat bencana terjadi di luar rumah sakit, 9/bpbd-jember-pantau-lima-titik-rawan-
obat dan peralatan sudah disediakan oleh Dinas bencana
Kesehatan, untuk SDM juga masih kurang pelatihan [4] Anonim. Wajah Sistem Kesehatan Nasional;
mengenai manajemen bencana. Untuk jalur evakuasi 2010 [update 2014 Oktober 18]. Available
saat terjadi bencana belum ada tanda arah evakuasi from
dan sudah ada tempat berkumpul aman setelah http://sistemuntukkitasemua/2010/11/rumah-
evakuasi. Untuk transportasi saat terjadi bencana, sait-pun-punya-rencana-saat.html?m=1
RSD Balung menggunakan ambulan 118 yang bisa [5] Wartatmo H. Prinsip Hospital Disaster Plan;
digunakan untuk melakukan tindakan medis di 2011. [update 2014 October 18]. Available
tempat kejadian, dan 3 ambulan kecil yang from http://bencana-
digunakan untuk transportasi serta evakuasi korban. kesehatan.net/index.php/16-hospital-disaster-
Adapun saran yang diajukan dalam penelitian ini plan/pelatihan-hdp/330-hari-ke-1-selasa-5-juli-
yakni untuk perencanaan organisasi, RSD Balung 2011
disarankan untuk memperbarui anggota tim [6] Indonesia. Pedoman Perencanaan Penyiagaan
penyiagaan bencana dan selanjutnya membuat Bencana bagi Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat
perencanaan penyiagaan bencana bagi RSD Balung Jenderal Bina Pelayanan Medik; 2009
yang disesuaikan dengan karakteristik bencana di [7] Ramli S. Pedoman Praktis Manajemen
daerah Balung dan sekitarnya. Untuk perencanaan Bencana (Disaster manajemen). Jakarta : Dian
pelaksana operasional, RSD Balung disarankan untuk Rakyat; 2010
memasang alarm system ditiap ruangan; membuat [8] Indonesia. Pedoman Teknis Penanggulangan
perencaaan obat untuk kejadian bencana; membuat Krisis Kesehatan Akibat Bencana, Edisi
pos-pos bencana yang disesuaikan dengan RSD Revisi. Jakarta: Pusat Penanggulangan Krisis

Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014


Anjarsari, et al, Analisis Perencanaan Penyiagaan Bencana di Rumah Sakit Daerah Balung......

Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Penanggulangan Kegawat Daruratan dan


Indonesia; 2011 Bencana di Rumah Sakit. [update 2014 october
[9] Indonesia. Pedoman Penanggulangan 18]. Available from
Masalah Kesehatan Akibat Kedaruratan
http.//hpeq.dikti.go.id/streaming/files/Semiloka
Kompleks. Jakarta: Pusat Penanggulangan
Masalah Kesehatan; 2001. rsp_20Mrt2014_Materi.
[10] Murni TW. Peran Tenaga Teknis [11] Federal Emergency Management Agency /
Perumahsakitan Dibidang Manajemen FEMA 141. Emergency Management Guide
Fasilitas dan Keselamatan dalam for Business and Industry. FEMA Publication;
1993.

Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014

Das könnte Ihnen auch gefallen