Sie sind auf Seite 1von 10

PENURUNAN TINGKAT NYERI POST LAPARATOMI

MENGGUNAKAN PIJAT REFLEKSI TELAPAK KAKI


DI RSUD NGUDI WALUYO WLINGI

Yulione Vicky1
1
Poltekkes Kemenkes Malang, Jl. Besar Ijen No. 77 C Malang
Email: yulioneoppo77@gmail.com

“Decreasing the Level of Post Laparatomic Pain using Foot Reflection Massage in Ngudi
Waluyo Wlingi Hospital”

ABSTRACT
Introduction: Post laparotomy surgery causes pain. The purpose of the study was to
explain the influence of foot reflection massage on the level of pain in post laparotomy
surgery. Method: the study used the Quasy-pre-post test with the control group design.
The population of the study is 30 respondents in the intervation and control groups.
Analysis using the Wilcoxon Sign Ranking test, and the Mann Whitney test. Results:
There were significant differences before and after of foot reflexology massage in the
post-Laparatomy surgery on the intervention group and control group at Ngudi Waluyo
Wlingi Hospital with p-value = 0,000. There was a difference in the level of pain in the
intervention group and the level of delay in the control group with a p-value = 0.001.
Regarding the need for foot reflexology, the level of pain for patients after Laparatomy
surgery at Ngudi Waluyo Wlingi Hospital. Discussion: Reflexology performed for 10
minutes for 3 days can reduce relaxation by providing relaxation delivered by C. nerve
fibers.
Keywords: Foot Reflexologi Massage, Post Perative Pain Levels, Laparatomy
Pendahuluan: Luka post operasi laparatomi seringkali menimbulkan rasa nyeri atau rasa
sakit. Tujuan penelitian adalah menjelaskan pengaruh pijat refleksi telapak kaki terhadap
tingkat nyeri pada post operasi laparatomi. Metode: penelitian menggunakan Quasy-
experimental pre-post test with control group design. Populasi berjumlah 30 responden
dalam kelompok perlakuan dan kontrol. Analisis menggunakan Wilcoxon Sign Ranked
test, dan Mann Whitney test. Hasil: terdapat perbedaan nyeri yang signifikan sebelum
dan sesudah perlakuan pijat refleksi telapak kaki pada kelompok intervensi post operasi
Laparatomi di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi dengan p-value= 0,000. Ada perbedaan
tingkat nyeri sesudah pada kelompok intervensi dan tingkat nyeri sesudah pada kelompok
kontrol dengan nilai p-value=0,001. Artinya ada pengaruh pemberian pijat refleksi
telapak kaki terhadap tingkat nyeri pada pasien post operasi Laparatomi di RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi. Diskusi: pijat refleksi yang dilakukan selama 10 menit selama 3 hari
dapat mengurangi nyeri dengan memberikan relaksasi yang dihantarkan oleh serabut
syaraf C.
Kata kunci: Pijat refleksi telapak kaki, nyeri post operasi, Laparatomi
PENDAHULUAN
Operasi atau pembedahan sangat banyak merupakan tindakan bedah laparatomi
jenisnya, salah satu pembedahan yang banyak (DEPKES RI, 2009) (Puerwandari, 2014).
sekali ditemukan adalah pembedahan Berdasarkan data tabulasi Nasional
abdomen atau yang sering disebut dengan Departemen Kesehatan RI (2011) tindakan
Laparatomi. Laparatomi merupakan salah bedah salah satunya yaitu laparatomi
satu prosedur pembedahan mayor, dengan meningkat 20% dari 1320 kasus menjadi
melakukan penyayatan pada lapisan-lapisan 1567 kasus. Dari data tersebut dapat
dinding abdomen untuk mendapatkan bagian disimpulkan terdapat peningkatan sebanyak
organ abdomen yang mengalami masalah 247. Masalah yang muncul pasca
(hemoragi, perforasi, kanker, danobstruksi). pembedahan laparatomi adalah kerusakan
Laparatomi dilakukan pada kasus-kasus jaringan yang ditimbulkan akibat insisi pada
digestif dan kandungan (Sjamsuhidayat, abdomen.
2005). Menurut data World Health Organization
Data World Health Organization (WHO) (WHO) (2013), jumlah pasien dengan
Diperkirakan setiap tahun ada 230 juta tindakan operasi mencapai angka
operasi utama dilakukan di seluruh dunia, peningkatan yang sangat signifikan. Pada
satu untuk setiap 25 orang hidup (Haynes, et tahun 2011 terdapat 140 juta pasien di
al. 2009). Penelitian di 56 negara dari 192 seluruh rumah sakit di dunia, dan pada tahun
negara anggota WHO tahun 2004 2012 diperkirakan meningkat menjadi 148
diperkirakan 234,2 juta prosedur pembedahan juta jiwa. Pada tahun 2012 di Indonesia,
dilakukan setiap tahun berpotensi komplikasi tindakan operasi mencapai 1,2 juta jiwa dan
dan kematian (Weiser, et al. 2008). (WHO, diperkirakan 32% diantaranya merupakan
2009) (Rampengan, 2014). tindakan bedah laparatomi (Kemenkes RI,
Berdasarkan Data Tabulasi Nasional 2013 dalam Ningrum, 2017).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Pasca pembedahan pasien merasakan
Tahun 2009, tindakan bedah menempati nyeri hebat dan 75% penderita mempunyai
ururan ke-11 dari 50 pertama pola penyakit di pengalaman yang kurang menyenangkan
rumah sakit se Indonesia dengan persentase akibat pengelolaan nyeri yang tidak adekuat
12,8% yang diperkirakan 32% diantaranya (Sutanto, 2004 dalam Purwandari, 2014).
Nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak dikombinasikan dengan terapi
menyenangkan berkaitan dengan kerusakan nonfarmakologi (Purwandari, 2014).
jaringan yang aktual atau potensial atau yang Pentingnya teknik nonfarmakologi dalam
dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana menurunkan skala nyeri, mengkombinasikan
terjadi kerusakan. (Perry & Potter, 2005). teknik non farmakologis dengan obat-obatan
Nyeri merupakan sesuatu yang tidak bisa mungkin cara yang paling efektif untuk
dihindarkan dalam pembedahan, dalam artian menghilangkan nyeri (Smeltzer and Bare,
seseoran pasti akan mengalami nyeri pasca 2002). (Nila, 2016). Beberapa terapi
operasi, namun semua itu tergantung dari komplementer dapat meningkatkan perlakuan
banyak faktor yan mempengaruhi individu medis dan meningkatkan kenyamanan pasien
dalam menerima nyeri yang dirasakannya. sebagai contoh terapi musik, relaksasi, teknik
Manajemen nyeri merupakan salah satu meditasi, pijat refleksi, obat herbal, hipnotis
cara yang digunakan di bidang kesehatan terapi sentuh dan pijat. (Chanif, 2012)
untuk mengatasi nyeri yang dialami oleh Sedangkan menurut Demir 2012, teknik non
pasien. Perawat memberi asuhan keperawatan farmakologis merupakan suatu tindakan
kepada klien di berbagai situasi dan keadaan mandiri perawat dalam mengurangi nyeri,
yang memberikan intervensi untuk diantaranya dengan suatu tindakan mandiri
meningkatkan kenyamanan. Kenyamanan perawat dalam mengurangi nyeri, seperti
merupakan kebutuhan dasar klien yang teknik relaksasi, distraksi, biofeedback,
merupakan tujuan pemberian asuhan Transcutan Elektric 4 Nervous Stimulating
keperawatan. Penatalaksanaan nyeri yang (TENS), guided imagery, terapi musik,
tidak adekuat dapat menimbulkan accupresur, aplikasi panas dan dingin, foot
konsekuensi terhadap pasien dan anggota massage dan hipnotis. (Nila, 2016)
keluarga. Pasien dan keluarga akan Massage efektif dalam memberikan relaksasi
merasakan ketidaknyamanan yang fisik dan mental, mengurangi nyeri dan
meningkatkan 2 respon stress sehingga meningkatkan keefektifan dalam pengobatan.
mempengaruhi kondisi psikologi, emosi, dan Massage pada daerah yang diinginkan selama
kualitas hidup (Ignatavicus & Workman, 20 menit dapat merelaksasikan otot dan
2006). Menurut Black dan Hawks (2005), memberikan istirahat yang tenang dan
penatalaksanaan nyeri akan lebih efektif jika kenyamanan (Potter & Perry, 2010 dalam
Nila, 2016).
Pijat refleksi merupakan pijat yang dilakukan (Abdelaziz, 2014). Foot massage therapy
dengan memanipulasi di titik atau area dapat dilakukan pada pasien operasi jantung,
refleksi untuk merangsang aliran dan operasi 6 lutut, gastrektomi, laparoskopi,
pergerakan energy di sepanjang aliran zona operasi abdomen atau laparatomi (Chanif,
yang membantu mengembalikan homoestatis 2012). (Nila, 2016).
(keseimbangan) energy tubuh. memanipulasi Penelitian sebelumnya yang dilakukan
energi tubuh agar tubuh memperbaiki oleh Nurmaulitasari (2018) menyatakan
gangguan, dan merangsang sistem saraf terdapat perbedaan nyeri yang signifikan
untuk melepas ketegangan. sebelum dan sesudah perlakuan pijat refleksi
Penelitian yang dilakukan oleh Luan Tsay telapak kaki pada kelompok intervensi post
(2009) terdapat pengaruh pemberian foot operasi Sectio Caessarea di Rumah Sakit
massage terhadap intensitas nyeri pada paska Islam Masyitoh Bangil dengan p-value=
operasi abdomen di Medikal Center Taipei, 0,000. Ada perbedaan tingkat nyeri sesudah
Taiwan dengan nilai p-value < 0,5. Hal ini pada kelompok intervensi dan tingkat nyeri
terbukti bahwa foot massage bermanfaat sesudah pada kelompok kontrol dengan nilai
dalam penurunan intensitas nyeri akibat luka p-value=0,001. Artinya ada pengaruh
insisi post operasi abdomen atau laparatomi pemberian pijat refleksi telapak kaki terhadap
(Chanif, 2013). Foot massage dilakukan tingkat nyeri pada pasien post operasi Sectio
secara teratur, 1 kali pelaksanaan hari mulai Caesarea di Rumah Sakit Islam Masyitoh
hari kedua post operasi selama 20 menit 5-7 Bangil.
jam setelah diberikan ketorolac (Chanif, Sudah diketahui bahwa nyeri pada pasien
2013). Foot massage sangat dianjurkan post operasi laparatomi dapat dimimalkan
sebagai salah satu intervensi keperawatan dengan berbagai cara, cara farmakologis dan
yang dapat meningkatkan peran perawat non farmakologis, pijat refleksi merupakan
dalam manajemen nyeri, karena sebagai salah satu teknik non-farmakologis yang
metode penghilang nyeri yang aman, tidak banyak membantu pasien dalam merasakan
membutuhkan peralatan yang spesial, mudah relaksasi, dengan demikian penulis ingin
dilakukan dan mempunyai efekktifitas yang mengetahui bagaimanakah pengaruh pijat
tinggi. Foot massage therapy dapat dilakukan refleksi terhadap tingkat nyeri pada pasien
pada pasien kanker, seperti kanker payudara, laparatomi.
laparatomi, dan operasi akut lainnya
METODE PENELITIAN laparatomi sementara veariabel bebas dalam
Desain penelitian menggunakan
penelitian adalah pijat refleksi telapak kaki.
rancangan quasy experimental pre-post test
Indtrument penelitian yang digunakan untuk
control group design. Populasi yang akan
variabel bebas adalah pedoman atau SOP
digunakan dalam penelitian ini adalah
untuk pelaksanaan pijat refleksi telapak kaki,
pasien post operasi Laparatomi di RSUD
dan instrument yang digunakan untuk
Ngudi Waluyo Wlingi dengan sampel 30
variabel terikat adalah NRS (Numeric Rating
orang yang dibagi dalam kelompok
Scale). Data yang terkumpul kemudian
perlakuan dan kelompok kontrol. Teknik
dianalisis memakai uji Mann Whitney untuk
sampling yang digunakan adalah dengan
2 kelompok yang tidak berpasangan yaitu
menggunakan purposive sampling.
menguji hasil pre test antara kelompok
Kriteria inklusi dalam penelitian ini
perlakuan dan kotrol, dan menguji hasil post
adalah Pasien post operasi laparatomi yang
test antara kelompok perlakuan dan control.
mengalami nyeri (24 jam post-op), Pasien
Pengujian Wilcoxon Sign Ranked untuk uji 2
post operasi laparatomi yang bersedia untuk
kelompok berpasangan yaitu menguji hasil
berpartisipasi, Kesadaran pasien compos
pre-post test pada kelompok perlakuan, dan
mentis dan kooperatif, Berusia 17-50 tahun,
menguji hasil pre-post test pada kelompok
Mendapatkan analgesik yang sama dengan
control. Nilai signifikan yang digunakan
Spinal anastesi, Pasien post operasi yang
dalam pengujian adalah 0,05.
menjalani perawatan di RSUD Ngudi
Waluyo Wlingi.
Sementara kriteria ekslusi atau
kriteria yang tidak layak untuk diteliti adalah
pasien post operasi yang mempunyai
penyakit lain yang tidak memungkinkan
dilakukan pijat refleksi, pasien dengan
komplikasi yang menimbulkan nyeri, serta
pasien yang kontraindikasi dilakukan pijatan
pada telapak kaki, misalkan memar dan luka.
Variabel terikat dalam penelitian
adalah tingkat nyeri pada pasien post operasi
HASIL PENELITIAN
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Umum Responden
Karakteristik Kelompok Kelompok
Perlakuan Kontrol
∑ % ∑ %
Usia 17-26 4 26,7 3 20
27-36 5 33,3 7 46,7
37-46 5 33,3 2 13,3
47-50 1 6,7 3 20
Jenis Kelamin Perempuan 10 66,7 12 80
Laki-laki 5 33,3 3 20

Pendidikan Tidak Sekolah 0 0 0 0


SD 1 6,67 3 20
SMP 1 6,67 2 13,33
SMA 12 80 10 66,67
Sarjana/Diploma 1 6,67 0 0

Karakteristik usia kelompok perlakuan jumalah 12 orang (80%), sebagaiamana dengan


yaitu untuk usia mayoritas kelompok perlakuan kelompok kontrol yang juga mayoritas adalah
adalah usia 27-36 tahun dan 37-50 tahun yaitu SMA dengan jumlah 10 orang (66,67%).
sebanyak 5 orang (33,3%). Sementara kelompok
kontrol mayoritas usia adalah pada usia 27-36
tahun yaitu sebanyak 7 orang (46,7%).
Karakteristik jenis kelamin responden
laki-laki pada kelompok perlakuan adalah 5
orang (33,3%), sementara pada kelompok
kontrol sebanyak 3 orang (20%). Karakteristik
jenis kelamin responden perempuan pada
kelompok perlakuan adalah 10 orang (66,7%)
sementara pada kelompok kontrol sebanyak 12
orang (80%).
Karakteristik mayoritas pendidikan pada
kelompok perlakuan adalah SMA dengan
Tabel 2 Karakteristik Khusus Tingkat Nyeri pada Responden
Kelompok Variabel Pre test Hasil Post test hasil Analisis

Perlakuan tingkat nyeri tidaknyeri 0 tidak nyeri 0 wilcoxon pre


nyeri ringan 0 nyeri ringan 7 dan post kelom-
nyeri sedang 9 nyeri sedang 8 pok perlakuan
nyeri hebat 6 nyeri hebat 0 p=0.002
Kontrol tingkat nyeri tidaknyeri 0 tidaknyeri 0 Wilcoxon pre
nyeri ringan 0 nyeri ringan 0 post kelompok
nyeri sedang 9 nyeri sedang 11 kontrol p=0.059
nyeri hebat 6 nyeri hebat 4

Analisis Mann Whitney Pre test kelompok perlakuan dan kontrol adalah p=0.713. Mann Whitney
Post test kelompok perlakuan dan kontrol p=0.000

Tabel 2 menunjukkan hasil tabulasi bahwa Wilcoxon Signed ranked nilai p = 0.059
pada kelompok perlakuan mayoritas yang berarti tidak ada perbedaan antara 2
mengalami penurunan tingkat nyeri kelompok berpasangan.
sebanyak 14 orang. Sedangkan pada PEMBAHASAN PENELITIAN
kelompok kontrol hanya sebagian kecil yaitu Hasil analisis bivariat kelompok
2 orang yang mengalami penurunan nyeri. tidak berpasangan antara kelompok
Tabel 2 menunjukkan hasil uji Pre test perlakuan dengan kelompok kontrol pada
Mann-Whitney test nilai p = 0.713 yang tabel 1.2 menunjukkan p-value 0,000 hal ini
berarti tidak ada perbedaan antara 2 menunjukkan ada perbedaan siginifikan
kelompok bebas, sedangkan uji Post test tingkat nyeri post test antara kelompok
MannWhitney nilai p = 0.000 yang berarti perlakuan dengan kelompok kontrol.
ada perbedaan antara 2 kelompok bebas. Laparatomy adalah suatu potongan pada
Hasil uji pre-post test kelompok perlakuan dinding abdomen sampai membuka selaput
menggunakan Wilcoxon Signed ranked nilai perut (Jitowiyono, 2010).
p = 0.002 yang berarti ada perbedaan antara Nyeri sendiri merupakan perasaan
2 kelompok berpasangan, sedangkan uji pre- yang tidak nyaman yang dapat mengganggu
post test kelompok kontrol menggunakan kualitas hidup seseorang dan bila dibiarkan
dapat menimbulkan rasa frustasi yang dapat hasil penelitian ini peneliti berpendapat
memperparah dan memperlambat bahwa foot Reflexology massage sangat
kesembuhan dari pasien dan hal ini dapat efektif untuk mengatasi nyeri post
menambah biaya tinggi dalam perawatan laparatomi dengan foot massage dapat
(Hawthorn dan Redmond, 1998). Upaya dari memperlancar peredarah darah serta
penatalaksanaan nyeri adalah bisa menimbulkan efek relaksasi yang
menggunakan metode farmakologis dan non menstimulus dalam pengeluaran hormone
farmakologis 74 (Potter&Perry,2005), endorphin enkafalain yang mengurangi nyeri.
menurut Copp (1990) metode untuk Salah satu manfaat pijat refleksi
mengurangi nyeri dengan non farmakologis adalah untuk melancarkan peredaran darah
bisa dengan cara berdoa, mengutuk, melatih sehingga membuat tubuh lebih cepat
konsentrasi dan Charney 1983 menyebutkan berelaksasi, sehingga mempercepat
tehnik relakssai dapat menurunkan nyeri penurunan nyeri post operasi laparatomi.
hingga lima puluh persen. Tindakan SIMPULAN
relaksasi sendiri salah satunya dapat Intervensi yang diberikan yaitu pijat
menggunakan foot Reflexology massage refleksi telapak kaki dapat mempercepat
yaitu suatu tindakan massage atau pemijatan penurunan tingkat nyeri post operasi
pada titik refleksi, Massage dapat diartikan laparatomi.
sebagai pijat yang telah disempurnakan SARAN
dengan ilmu-ilmu tentang tubuh manusia Saran yang bisa diberikan pada penelitian
atau gerakangerakan tangan yang mekanis ini adalah : 1. Bagi tenaga kesehatan
terhadap tubuh manuusia dengan khususnya paramedis hasil penelitian ini
mempergunakan bermacam-macam bentuk dapat digunakan untuk bahan pertimbangan
pegangan atau tehnik (Trisnowiyanto B, pengembangan intervensi Keperawatan
2012) Menurut Stillwell S. B massage untuk tindakan non farmakologis dalam
disebut juga sebagai refleksologi Foot hand mendukung penyembuhan dan pelengkap
massage adalah bentuk massage pada kaki tindakan farmakologis 2. Bagi peneliti
atau tangan yang didasarkan pada premis selanjutnya untuk subyek penelitian untuk
bahwa ketidaknyamanan atau nyeri diarea lebih memperhatikan homogenitas kasus
spesifik kaki atau tangan berhubungan dari pasien.
dengan bagian tubuh atau gangguan. Dari DAFTAR PUSTAKA
Arif, T. (2018). Pengaruh Senam Kaki Diabetes e1a39228b68fdedac2e123b339c9a1b9.pdf
terhadap Capilary Refill Time Perifer
Klien Diabetes Mellitus di Puskesmas Purwandari, F., HD, S. R., & Sabrian, F. (2014).
Dinoyo Malang. 4(2), 74–82. Retrieved Efektifitas Terapi Aroma Lemon Terhadap
from ojs.poltekkes-malang.ac.id Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Post
Laparatomi. Jurnal Online Mahasiswa
Sulistyowati, R. (2014). Pengaruh Konseling (JOM) Bidang Ilmu Keperawatan, 1(1), 1–
dan Foot hand massage terhadap 6. Retrieved from
Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Pasien https://jom.unri.ac.id/index.php/JOMPSIK/
post Sectio Caesarea. 561–565. article/view/4145

Ditjen PAUD-DIKMAS. (2015). Bahan Ajar H, A.Aziz Alimul.2009.Pengantar Kebutuhan


Kursus dan Pelatihan Pengobatan Pijat Dasar Manusia.Jakarta: Salemba Medika
Refleksi Level II : Ilmu Pijat Pengobatan
Refleksi Relaksasi. Retrieved from Jitowiyono, S., & Kristiyanasari, W. 2012.
http://infokursus.net/download/180316142 Asuhan Keperawatan Post Operasi
808_PIJAT REFLEKSI_B5.pdf Pendekatan Nanda, NIC, NOC.
Yogyakarta: Nuhamedika.
Dwi, I., Dan, P., & Probandari, A. (2003).
Rancangan Penelitian Eksperimental K Nila.2016. PENGARUH FOOT MASSAGE
Murni Dan Kuasi-Eksperimental. 164–168. THERAPY TERHADAP PENURUNAN
Retrieved from SKALA NYERI PADA PASIEN POST
https://id.scribd.com/document/395605433 OPERASI LAPARATOMI DIRUANG
/Materi-21a-Penelitian-Kuasi- RAWAT INAP BEDAH RSUP Dr. M.
Eksperimental-dan-Eksperimental-pdf DJAMIL PADANG. Diploma thesis,
Universitas Andalas. (daring),
Febriani, S., & Ph, Y. M. (2015). Kesehatan. http://scholar.unand.ac.id/5577/ diakses 19
Januari 2019
Suryana. (2012). Metodologi Penelitian :
Metodologi Penelitian Model Prakatis Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Universitas Pendidikan Indonesia, 243.
https://doi.org/10.1007/s13398-014-0173- Nurmaulitasari, P.2018.PENGARUH
7.2 PEMBERIAN PIJAT REFLEKSI
TELAPAK KAKI TERHADAP TINGKAT
Andarmoyo, S. (2013). Konsep & Proses NYERI PADA PASIEN POST OPERASI
Keperawatan Nyeri. Jogjakarta: Ar-Ruzz SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT
Media ISLAM MASYITOH BANGIL.Program
studi D-IV Keperawatan Malang
Baradero, M, Dayrit, M, & Siswandi, Y, 2008. Politeknik Kesehatan Kemenkes
Prinsip dan praktik Keperawatan Malang.Skripsi:dipublikasikan.
perioperatif, EGC. Jakarta (baradero,2008)
Nur’aeni, A. (2017). Terapi murottal (al-qur’an) Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental
mampu menurunkan tingkat kecemasan. E- Keperawatan Volume 2. Jakarta: EGC.
Journal, 6, 63–70.
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses
Ocitti, E. F., & Adwok, J. A. (2000). Keperawatan Nyeri.Yogyakarta: Graha
MMed(Surg) Nbi, General Surgeon. EAST Ilmu.
AFRICAN MEDICAL JOURNAL 299 East
Rampengan, Stania F.2014. PENGARUH TEKNIK
African Medical Journal, 77(6), 299–302. RELAKSASI DAN TEKNIK DISTRAKSI TERHADAP
Retrieved from PERUBAHAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN
https://pdfs.semanticscholar.org/71be/ac68 POST OPERASI DI RUANG IRINA A ATAS RSUP
PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO.Program
Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi. (daring),
https://media.neliti.com/media/publications/113009-
ID-none.pdf, diakses 19 januari 2019

Rasjidi, Imam.2009.Manual Sectio


Sesarea&Laparatomi Kelainan Adneksa.Jakarta:
CV. Sagung Seto

Saryono., Widianti, A.2014.Catatan Kuliah


Kebutuhan Dasar Manusia.Yogyakarta:NucMed
Setiadi. (2013). Konsep dan Pratik Penulisan
Riset Keperawtan. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Sjamsuhidajat, De jong.2005.Buku Ajar Ilmu


Bedah.Jakarta: EGC

Das könnte Ihnen auch gefallen