Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
STUDY GUIDE
SEMESTER VII
Rabu, 30 UJIAN SP
Oktober 2019
Kamis, 31
Oktober2019 FINAL EXAM
RAPAT
Rapat dilaksanakan untuk mengevaluasi proses dan ketercapaian blok palliative care. Rapat
diadakan pada setelah blok berakhir dengan mengisi kuesioner proses belajar mengajar untuk
mendapatkan masukan dari mahasiswa, fasilitator dan lecturer.
PLENARY SESSION
Pada plenary session, mahasiswa mendiskusikan hal-hal yang belum jelas atau belum
terjawab pada saat small group discussion (SGD). Diskusi dilakukan dengan dosen yang
memberikan lecture pada topik SGD. Dosen memberikan penjelasan dan mengarahkan
mahasiswa terkait pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa.
METODE PENILAIAN
Nilai akhir adalah nilai ujian CBT (80%), Nilai Student Project (15%) dan Nilai SGD (5%)
Tujuan dari student project pada blok ini adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa
untuk mempelajari lebih dalam mengenai aplikasi ilmu palliative care. Selain itu, juga
memberikan kesempatan bagi para mahasiswa untuk melatih mahasiswa agar mampu
melakukan analisa posisi kerja dengan keluhan muskuloskeletal yang dialami oleh para
pekerja.
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi palliative care
Mahasiswa mampu menjelaskan pembagian keilmuan palliative care
Konten Kurikulum
Definisi palliative care
Pembagian keilmuan palliative care
Abstrak
WHO menggambarkan perawatan paliatif sebagai sebuah pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka menghadapi masalah yang terkait
dengan penyakit yang dideritanya melalui pencegahan dan meringankan penderitaan melalui
pengobatan masalah meringankan rasa sakit, fisik, psikososial dan spiritual dan lainnya.
Secara umum istilah paliatif adalah perawatan yang merujuk kepada keperawatan untuk
meredakan gejala, apakah ada atau tidak ada harapan penyembuhan dengan cara lain,
demikian perawatan paliatif dapat digunakan untuk meringankan efek samping dari
perawatan kuratif, seperti meringankan mual akibat kemoterapi. Namun saat ini, pelayanan
kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit
disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya
pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi
pasien dan keluarganya. Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif
di Indonesia masih terbatas. Jumlah dokter yang mampu memberikan pelayanan perawatan
paliatif juga masih terbatas begitu juga keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di
Indonesia masih belum merata sehingga diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia
yang memberikan arah bagi sarana pelayanan kesehatan untuk menyelenggarakan pelayanan
perawatan paliatif komprehensif dan holistik.
Learning Task
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan:
a. Perawatan palliative
b. Home care
c. Asuhan paliative
2. Jelaskan mengapa perlu dilakukan perawatan palliative terhadap pasien
3. Seberapa besar manfaat palliative dalam perawatan pasien
4. Pasien dengan kategori penyakit yang bagaimana membutuhkan perawatan palliative
5. Mengapa perlu dilakukan perawatan palliative
Referensi
Cowen, Perle Slavik. (2006). Current issues In Nursing. Seventh edition. United state of
America: Mosby Elsevier Hospice and palliative care. Tgl 29 Juli 2010 Perawatan paliatif
dan hospice. Tgl 30 Juli 2010
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penanganan komprehensif pada palliative
care
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang kewenangan profesi fisioterapi pada
palliative care
Konten Kurikulum
Penanganan komprehensif palliative care
Kewenangan profesi fisioterapi palliative care
Abstrak
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup
pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang
dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan peniadaan melalui identifikasi dini dan
penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik, psikososial dan
spiritual (sumber referensi WHO, 2002). Palliative home care adalah pelayanan perawatan
paliatif yang dilakukan di rumah pasien, oleh tenaga paliatif dan atau keluarga atas
bimbingan/pengawasan tenaga paliatif. Hospise care adalah tempat dimana pasien dengan
penyakit stadium terminal yang tidak dapat dirawat di rumah namun tidak melakukan
tindakan yang harus dilakukan di rumah sakit. Pelayanan yang diberikan tidak seperti di
rumah sakit, tetapi dapat memberikan pelayanan untuk mengendalikan gejala- gejala yang
ada, dengan keadaan seperti di rumah pasien sendiri. Hospice care adalah perawatan pasien
terminal (stadium akhir) dimana pengobatan terhadap penyakitnya tidak diperlukan lagi.
Perawatan ini bertujuan meringankan penderitaan dan rasa tidak nyaman dari pasien,
berlandaskan pada aspek bio-psiko-sosial-spiritual. Asuhan paliatif merupakan perawatan
Learning Task
1. Siapa yang boleh melakukan perawatan palliative
2. Jenis penyakit apa yang bisa dirawat dengan palliative
3. Sebutkan dan jelaskan penanganan yang dianjurkan dengan palliative
4. Dimana sebaiknya dilakukan penangan palliative dan kenapa.
5. Jelaskan perbedaan pelayanan palliative dengan non paliative
Referensi
Cowen, Perle Slavik. (2006). Current issues In Nursing. Seventh edition. United state of
America: Mosby Elsevier Hospice and palliative care. Tgl 29 Juli 2010 Perawatan
paliatif dan hospice. Tgl 30 Juli 2010
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi komunikasi
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang proses komunikasi pada palliative care
Konten Kurikulum
Definisi komunikasi
Proses komunikasi pada palliative care
Abstrak
WHO menggambarkan perawatan paliatif sebagai sebuah pendekatan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga mereka menghadapi masalah yang terkait
dengan penyakit yang dideritanya melalui pencegahan dan meringankan penderitaan melalui
pengobatan masalah meringankan rasa sakit, fisik, psikososial dan spiritual dan lainnya.
Secara umum istilah paliatif adalah perawatan yang merujuk kepada keperawatan untuk
meredakan gejala, apakah ada atau tidak ada harapan penyembuhan dengan cara lain,
demikian perawatan paliatif dapat digunakan untuk meringankan efek samping dari
perawatan kuratif, seperti meringankan mual akibat kemoterapi. Namun saat ini, pelayanan
kesehatan di Indonesia belum menyentuh kebutuhan pasien dengan penyakit yang sulit
disembuhkan tersebut, terutama pada stadium lanjut dimana prioritas pelayanan tidak hanya
pada penyembuhan tetapi juga perawatan agar mencapai kualitas hidup yang terbaik bagi
pasien dan keluarganya. Rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan perawatan paliatif
di Indonesia masih terbatas. Jumlah dokter yang mampu memberikan pelayanan perawatan
paliatif juga masih terbatas begitu juga keadaan sarana pelayanan perawatan paliatif di
Indonesia masih belum merata sehingga diperlukan kebijakan perawatan paliatif di Indonesia
Learning Task
1. Jelaskan yang dimaksud dengan komunikasi efektif
2. Jelaskan pentingnya komunikasi pada perawatan palliative
3. Jelaskan komunikasi yang sesuai dalam merawat patien palliative
4. Jelaskan dampak jika komunikasi tidak efektif
Referensi
Cowen, Perle Slavik. (2006). Current issues In Nursing. Seventh edition. United state of
America: Mosby Elsevier Hospice and palliative care. Tgl 29 Juli 2010 Perawatan
paliatif dan hospice. Tgl 30 Juli 2010
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definisi nyeri
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi nyeri pada kanker
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi nyeri visceral pada kanker
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi nyeri neuropati pada kanker
Konten Kurikulum
Definisi nyeri
Patofisiologi nyeri pada kanker
Patofisiologi nyeri visceral pada kanker
Patofisiologi nyeri neuropati pada kanker
Abstrak
Palliative care tidak bisa terlepas dari penatalaksanaan nyeri kronis pada penyakit
yang tidak bisa disembuhkan secara medis (stadium akhir) dengan tujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien dalam menghadapi setiap penyakit yang diderita dan
mempersiapkan diri menghadapi kematian dengan baik. Terapi palliative belumlah optimal,
diperlukan kerjasama interprofessional (dokter, perawat, fisioterapi, psikolog dan tenaga
kesehatan lainnya) untuk menghilangkan gejala/keluhan lain yang disebabkan oleh penyakit
itu sendiri maupun sebagai komplikasi dari terapi kuratif. Memahami patofisiologi nyeri pada
nyeri kronis khususnya kanker sangat diperlukan bagi tenaga kesehatan tidak terkecuali
seorang fisioterapi.
Nyeri adalah salah satu keluhan yang sering dijumpai pada pasien keganasan
(kanker). Massa tumor yang bertambah besar akan menekan saraf , tulang dan organ lain
sehingga menimbulkan nyeri. Nyeri juga dapat terjadi oleh karena adanya metastasis, akibat
prosedur tindakan diagnostik dan komplikasi terapi. Definisi nyeri menurut the international
study of pain adalah perasaan sensorik dan emosional tidak menyenangkan yang
Learning Task
1. Buatlah bagan mekanisme nyeri pada kanker dan jelaskan mediator mediator yang
terlibat didalamnya !
2. Jelaskan perbedaan nyeri visceral dan nyeri neuropatik !
3. Apakah tipe nyeri yang biasanya terjadi pada pasien kanker ?
4. Jelaskan modalitas terapi fisioterapi yang dapat digunakan untuk terapi nyeri dan
mekanisme kerjanya ?
5. Apakah modalitas terapi fisioterapi dapat digunakan untuk mengatasi nyeri pada
kanker ?
Tujuan Pembelajaran
Mampu memahami dan menyebutkan berbagai intervensi farmakologis untuk
manajemen nyeri pasien paliatif
Mampu memahami dan menjelaskan bagaimana mekanisme intervensi farmokologis
dalam mengurangi nyeri
Konten Kurikulum
Intervensi farmakologis dalam mengurangi nyeri
Abstrak
Penatalaksanaan nyeri pada pasien yang memerlukan perawatan palliative
memerlukan kerjasama dari berbagai bidang kesehatan secara interprofessional. Multimodal
terapi diperlukan untuk penatalaksanaan nyeri kronis khususnya nyeri pada pasien kanker
terminal. Modalitas terapi untuk nyeri kanker meliputi sleep hygiene, life style management,
physical or occupational therapy, physiotherapy, complementary therapies,
pharmacotherapy, education, stress management.
Penatalaksanaan nyeri merupakan salah satu bagian dari perawatan palliative yang
penting. Prevalensi kanker yang paling nyeri adalah di bagian kepala dan leher (40%). Terapi
laksana nyeri mencakup terapi farmakologis dan non farmakologis. Pedoman WHO untuk
terapi farmakologi untuk nyeri digambarkan sebagai stepladder. Sekitar 80-90% pasien
keganasan dengan keluhan nyeri dapat diatasi dengan pemberian analgetik, terutama
morfin.
Strategi penanganan nyeri secara farmakologis yang digunakan saat ini berpedoman
pada pedoman yang dikeluarkan WHO sebagai berikut : 1) Terapi harus diberikan dengan
jadwal tertentu untuk mencegah awitan nyeri, 2) Terapi harus diberikan dengan cara mudah
dan dapat diterima oleh pasien, 3) Pemberian dosis terapi harus disesuaikan dengan kondisi
pasien. Terapi farmakologis dimulai dengan pemberian analgesik non opioid untuk nyeri
Learning Task
1. Jelaskan terapi nyeri yang dapat diberikan pada pasien keganasan yang memerlukan
perawatan palliative ?
2. Jelaskan terapi farmakologis yang dapat diberikan berdasarkan standar WHO?
3. Jelaskan mekanisme obat NSAID dapat mengurangi rasa nyeri ?
4. Jelaskan modalitas terapi apa saja yang diperlukan pada perawatan pasien palliative ?
5. Terapi non farmakogis apa saja yang dapat diberikan pada perawatan pasien
palliative?
Referensi
Kumar, S.P., 2011. Cancer pain: a critical review of mechanism-based classification and
physical therapy management in palliative care. Indian journal of palliative care, 17(2),
p.116.
Kumar, S.P. and Jim, A., 2010. Physical therapy in palliative care: from symptom control to
quality of life: a critical review. Indian journal of palliative care, 16(3), p.138.
MArie, B.S., 2013. Pain management in patients receiving palliative care. Oncology nurse
advisor, 2013, p.e1.
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan perawatan psikososial dalam
perawatan paliatif
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan mengenai dinamika psikologis
individu dengan penyakit progresif dan menghadapi kematian
Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan, dan berlatih keterampilan komunikasi
dalam perawatan paliatif
Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan ketentuan perawatan psikososial dam
perawatan paliatif
Konten Kurikulum
Definisi perawatan psikososial dalam perawatan paliatif, definisi tritmen psikososial
Pendekatan psikososial dalam perawatan, respon-respon psikologis individu dengan
penyakit terminal/penyakit progresif,
Teori Kubler-Ross (penyesuaian psikologis terhadap kematian)
Keterampilan komunikasi dalam perawatan paliatif: dampak dari komunikasi yang
baik, tipe komunikasi fasilitatif, strategi komunikasi dalam perawatan paliatif, latihan
(role play)
Abstrak
Pada awalnya (berdasarkan perjalanan sejarahnya) perawatan rumah sakit
dikembangkan karena adanya ketidakpuasan terhadap perawatan pada pasien dalam kondisi
kritis (dying) dan keluarganya. Selanjutnya, prinsip-prinsip perawatan rumah sakit dapat
dikembangkan, diharapkan dan dapat diterapkan dalam berbagai pengaturan (setting), oleh
pencetusnya yaitu Christopher Hospice yang diawali pada tahun 1967. Adanya konsep “total
pain” yang menekankan bahwa rasa sakit yang dialami oleh pasien/individu yang sakit tidak
Skenario
Saudara bersedia membantu perawatan seorang perempuan inisial J usia 55 tahun
yang mengalami arthritis sejak 1 tahun lalu, yang kini memilih untuk dirawat di rumah
pribadinya. J tinggal bersama anak, menantu serta 2 cucu usia remaja di rumah tersebut.
Sudah 3 kali Saudara mengunjunginya, J selalu menolak untuk bertemu karena J merasa
dirinya tidak sakit apapun. Meskipun anggota keluarga lainya berupaya membujuk J untuk
bertemu Saudara, J masih menolak.
Learning Task
1. Berdasarkan ilustrasi di atas, jelaskan kondisi psikologis yang dialami oleh J!
2. Jelaskan pendekatan psikososial apa yang dapat Saudara lakukan jika berada dalam
kondisi seperti ilustrasi di atas.
3. Berikan contoh kalimat-kalimat komunikasi yang efektif terhadap pasien yang
memasuki usia lanjut dalam perawatan paliatif.
4. Jelaskan pendapat Saudara mengenai peran keluarga pasien dalam perawatan paliatif!
Apa saja yang dapat Saudara lakukan agar terjadi kolaborasi antara Saudara
(berdasarkan keilmuan Saudara), professional lainnya, serta keluarga pasien, dalam
rangka meningkatkan kualitas hidup pasien dalam perawatan paliatif?
Self Assessment
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan perawatan psikososial dalam perawatan paliatif!
Serta jelaskan pentingnya perawatan psikososial tersebut!
2. Jelaskan respon-respon psikologis individu dalam penyesuaian terjadap kematian dan
masing-masing contohnya (teori Kubler Ross)!
Referensi
Buckley, J. 2008. Palliative care: an integrated approach. United Kingdom: Wiley-
Blackwell.
Taylor, S. E. 2015. Health psychology. Ninth Edition. New York. McGraw-Hill Education.
Williams, M. L. 2003. Psychosocial issues in palliative care. New York: Oxford University
Press).
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang definsi aerobic capacity
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang intervensi aerobic capacity pada palliative
care
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang mekanisme kerja aerobic capacity pada
palliative care
Konten Kurikulum
Definisi aerobic capacity
Intervensi aerobic capacity
Mekanisme kerja aerobic capacity
Abstrak
Latihan dan fase rehabilitasi untuk pasien paliatif akan lebih banyak membahas
tentang fungsi fisik, kekuatan otot, emosional, gejala psikologis, kapasitas fungsional,
kualitas hidup, mortalitas dan morbiditas yang positif. Berdasarkan data penelitian,
menyebutkan bahwa pasien paliatif harus tetap menjaga kapasitas aerobiknya untuk dapat
memenuhi kebutuhan tersebut. Tidak ada standar pendekatan mengenai kapasitas aerobik
tersebut, namun, kapasitas aerobik pada pasien paliatif harus tetap terjaga dan ditingkatkan
kemampuannya dari hari ke hari. Latihan aerobik diketahui dapat meningkatkan kemampuan
biopsikososial pada pasien paliatif, dan saat ini latihan aerobik tidak hanya digunakan sebagai
intervensi, namun lebih digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup. Latihan aerobik pada
pasien paliatif juga tetap menggunakan ketentuan intensitas, durasi, dan frekuensi yang
disesuaikan dengan kondisi pasien, dengan catatan tidak sampai menyebabkan pasien
kehilangan energi, mengalami kelelahan dan gangguan pada performa fisik.
Referensi
Kumar, S.P. and Jim, A., 2010. Physical therapy in palliative care: from symptom control to
quality of life: a critical review. Indian journal of palliative care, 16(3), p.138.
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu menjelaskan efek dari imobilisasi
Mahasiswa mampu menjelaskan upaya preventif dari efek imobilisasi
Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip penanganan pasien imobilisasi
Mahasiswa mampu menjelaskan edukasi dan exercise aktif / pasif pada pasien
imobilisasi lama
Konten Kurikulum
Definisi imobilisasi
Upaya preventif dari efek imobilisasi
Prinsip penanganan pasien imobilisasi
Edukasi dan exercise aktif / pasif pada pasien imobilisasi lama
Abstrak
Stroke merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler nonprogresif akibat adanya
ischemic jaringan pada otak baik yang diakibatkan oleh penekanan ( Stroke hemoragic)
ataupun kurangnya asupan nutrisi / oksigen pada jaringan otak (stroke nonheamoragic).
Penyembuhan dari pasien stroke sangat ditentukan oleh luas ischemic jaringan otak, recall
memori dari latihan fasilitasi dan exercise yang sesuai dengan kemampuan optimal pasien.
Setiap tahunnya kejadian stroke mencapai 267 dari 100.000 populasi dengan prevalensi 6,2%
pada perempuan dan 36% pada laki-laki dimana penderita umumnya usia 40-60 tahun.
Hamper semua kejadian dari kasus stroke sendiri sering kali menyebabkan pasien berada
dalam kondisi tirah baring (bed rest) dalam waktu mulai dari hitungan hari, minggu, bahkan
tahun sehingga mempengaruhi kondisi anatomi dan fisiologis dari pasien. Dalam penanganan
kasus stroke dimana kondisi pasien bed rest dalam waktu lama harus memperhatikan efek
jangka panjang yang dapat terjadi akibat bed rest dan melakukan intervensi dan edukasi pada
pasien dan keluarga.
Learning Task
1. Jelaskan dan sebutkan permasalahan apa saja yang telah terjadi dan kemungkinan
akan terjadi jika kondisi imobilisasi pasien dipertahankan !
2. Desain intervensi yang akan diberikan pada pasien! (terapi latihan, manual terapi, atau
modalitas elektroterapi)
3. Apa saja edukasi yang dapat disarankan untuk keluarga pasien tersebut?
Self Assessment
1. Jelaskan mengenai definisi imobilisasi!
2. Jelaskan mengenai Upaya preventif fisioterapi dari efek imobilisasi
Referensi
Kisner, C. dan Colby, LA. 2012. Therapeutic Exercise Foundations and Techniques Sixth
Edition. Philadelphia: F.A. Davis Company
Martin, ST. dan Kessler, M. 2007. Neurologic Interventions for Physical Therapy. Missouri:
Saunders Elsevier
Tujuan Pembelajaran:
Konten Kurikulum:
Pengertian nyeri
Gambaran nyeri pada berbagai kasus paliatif
Peran fisioterapis dalam perawatan paliatif
Intervensi-intervensi non-farmakologis dalam perawatan paliatif
Mekanisme intervensi-intervensi non-farmakologis dalam mengurangi nyeri pada
kasus paliatif
Evidence for physiotherapy treatments in pain relief
Abstrak
Secara umum nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman, baik ringan maupun berat. Nyeri
adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak menyenangkan akibat terjadinya
kerusakan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Referensi
Kumar, S.P., 2011. Cancer pain: a critical review of mechanism-based classification and
physical therapy management in palliative care. Indian journal of palliative care, 17(2),
p.116.
Kumar, S.P. and Jim, A., 2010. Physical therapy in palliative care: from symptom control to
quality of life: a critical review. Indian journal of palliative care, 16(3), p.138.
MArie, B.S., 2013. Pain management in patients receiving palliative care. Oncology nurse
advisor, 2013, p.e1.
Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa mampu mengenal macam-macam kasus pediatric yang memerlukan
perawatan paliatif
Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip penanganan management fisioterapi pada
kasus pediatric dengan perawatan paliatif
Mahasiswa mampu menjelaskan edukasi dan program latihan pada pasien pediatric
dengan perawatan paliatif
Konten Kurikulum
Kasus Pediatric dengan perawatan paliatif
Peran Fisioterapis dalam perawatan paliatif anak
Prinsip penanganan fisioterapi pada kasus pediatric dengan perawatan paliatif
Edukasi dan program latihan pada pasien paliatif
Abstrak
World Health Organization (WHO) mendefinisikan paliatif sebagai perawatan terpadu oleh
dokter, perawat, psikolog dan ahli spiritual yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien dan keluarga dalam menghadapi masalah yang terkait dengan penyakit mengancam
jiwa. Pengobatan ini berfungsi meringankan nyeri dan penderitaan lainnya, serta memberikan
dukungan spiritual dan psikososial sejak penyakitnya sudah diagnosis hingga akhir hayatnya.
kualitas hidup pasien adalah keadaan pasien yang dipersepsikan terhadap keadaan pasien
sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan
niatnya. Dimensi dari kualitas hidup. Dimensi dari kualitas hidup yaitu Gejala fisik,
Kemampuan fungsional (aktivitas), Kesejahteraan keluarga, Spiritual, Fungsi sosial,
Kepuasan terhadap pengobatan (termasuk masalah keuangan), Orientasi masa depan,
Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri, Fungsi dalam bekerja.
Skenario
Seorang anak berjenis kelamin laki-laki berusia 6 tahun didiagnosa mengalami kanker
kolon di fase terminal. Orang tua serta keluarga pasien merasa sangat terpukul melihat
kondisi pasien yang hanya terbaring dan seringkali mengeluh ingin bermain lagi bersama
temannya. Keluhan yang dialami pasien adalah rasa nyeri yang tidak tertahankan, sesak
nafas, dan nafsu makan yang menurun sehingga tubuh pasien tampak kekurangan gizi.
Learning Task
Self Assessment
Refrensi