Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
SOAL NO. 1
PT JAYA FARMA
CONSOLIDATED BALANCE SHEET
31-Dec-14
(Expressed in Rupiah)
ASSETS
CURRENT ASSETS
Cash 243,000,000
Accounts Receivable 405,000,000
Inventory 632,400,000
Total Current Assets 1,280,400,000
NON-CURRENT ASSET
Property, Plan & Equipment, net accumulated Depreciation of Rp
78.220.000 840,580,000
Keterangan:
Property, Plan &
Equipment 918,800,000
Accumulated
Depreciation 78,220,000
840,580,000
Kesimpulan :
Terdapat Selisih pada neraca tersebut
Total Assets & Total Liabilitues and Shareholder's Equity = Rp 121,150,000
PT JAYA FARMA
CONSOLIDATED STATEMENTSOF INCOME
31-Dec-14
(Expressed in Rupiah)
Operating Expenses
𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫
CR (Current Ratio) = 𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐋𝐚𝐧𝐜𝐚𝐫
1,280.400,000
PT. Jaya Farma = = 1,8x
708,800,000
1,035,800,000
PT. Jaya Farma = = 0.488359155 = 49%
2,120,980,000
𝐄𝐁𝐈𝐓
Rasio Laba Terhadap Biaya Bunga = 𝐁𝐞𝐛𝐚𝐧 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚
112,200,000
PT. Jaya Farma = 96,250,000
= 1.165714286
= 1.2 kali
𝐂𝐎𝐆𝐒
ITO (Inventory Turnover) = 𝐀𝐯𝐞𝐫𝐚𝐠𝐞 𝐈𝐧𝐯𝐞𝐧𝐭𝐨𝐫𝐲
2,740,400,000
PT. Jaya Farma = 632,400,000
= 4,3x
Rata-rata umur persediaan :
1 tahun = 365 hari
Maka, 365/4,3 = 84.2 hari
405,000,000
=
1,471,600,000 ∶ 365
= 100.4518891
= 100.5 hari
Average Collection Period PT. Jaya Farma lebih besar dari standar
industri, ini menunjukkan Pelanggan PT. Jaya Farma membayar
piutang usaha dalam jangka waktu yang panjang selama 100,5 hari.
𝐏𝐞𝐧𝐣𝐮𝐚𝐥𝐚𝐧
TATO (Total Aset Turnover) = 𝐀𝐤𝐭𝐢𝐯𝐚 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩
4,212,000,000
= 2,120,980,000
= 1.985874454
= 2x
ROI PT. Jaya Farma tidak bisa dihitung. Perusahaan tidak mampu
mengelola dan memanfaatkan atau memakai seluruh asset yang
ada, dengan standar induatri 7,4%.
𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡
Return On Equity = 𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬
−78,670,000
= x 100%
964,030,000
KESIMPULAN
1. Setelah dianalisa Neraca keuangan dar PT Jaya Farma, dihasilkan Total aktiva
dan pasiva tidak Balance. Dengan hasil total aktiva sebesar 2,120,980,000 dan
total pasiva sebesar 1,999,830,000. Total Assets & Total Liabilitues and
Shareholder's Equity = Rp 121,150,000.
2. Setelah dianalisis Laporan Laba Rugi PT Jaya Farma, dihasilkan bahwa telah
telah terjadi kerugian dilihat dari hasil Laba -78,670,000, yang artinya
perusahaan ini terjadi kerugian dan menuju kebangkrutan. Dengan minusnya
laba, PT Jaya Farma bahkan kedepannya sulit untuk membayar hutang-hutang
jangka pendek.
3. Dikarenakan labanya minus, maka ada 3 point Rasio yang tidak dapat dihitung,
yaitu Profit Margin, ROI dan ROE.
SARAN
Sebelum dimoderenisasi :
Dengan data diatas, jumlah barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai
break even adalah :
Biaya tetap sebesar : Rp 12,000,000
Biaya variable/unit : Rp 40,000
Harga jual /unit : Rp 70,000
Dasar sales (dalam rupiah)
a. BEP = (Rp 12,000,000)/((1-(Rp 40,000)/(Rp 70,000)) = Rp 28,000,000
Dalam unit
BEP (Q) = FC/P-V
= Rp 12,000,000/70,000-40,000 = 400 unit
Setelah dimodernisasi :
Biaya tetap sebesar : Rp 30,500,000 + 2,500,000 + 2,000,000 = Rp 35,000,000
Biaya variable /unit : Rp 30,000
Harga jual /unit : Rp 80,000
Dasar sales (dalam rupiah)
BEP = (Rp 35,000,000)/((1-(Rp 30,000)/(Rp 80,000)) = Rp 56,000,000
Dalam unit
BEP (Q) = Rp 35,000,000/80,000-30,000 = 700 unit
b. Grafik
Sebelum dimodernisasi
30000
25000
20000
FC
15000
TC
10000 TR
5000
0
0 100 200 300 400 500
Setelah dimodernisasi
70000
60000
50000
40000 FC
30000 TC
TR
20000
10000
0
0 200 400 600 800
c. Moderenisasi peralatan mesin-mesin tersebut,
Sebelum dimoderenisasi Setelah dimodernisasi
Biaya Tetap Rp 12,000,000 Rp 35,000,000
Biaya Variable Rp 8,000,000 Rp 6,000,000
Harga Jual Rp 70,000 Rp 80,000
BEP Rp 28,000,000 Rp 56,000,000
BEP (Q) 400 unit 700 unit
Break Even Point (BEP) merupakan titik impas di mana keadaan jumlah
pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan
ataupun kerugian.
BEP digunakan untuk menganalisis proyeksi berapa banyaknya jumlah unit
yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima untuk mendapatkan
titik impas atau kembali modal.
Dalam modernisasi ini dengan meningkatkan biaya “overhead dan produksi”
terdapat penurunan biaya variable sebesar 25% untuk peningkatan efisiensi pabrik
dan penjualan, serta harga jual rata-rata per produk ditingkatkan, BEP tercapai bila
: Nilai penjualan Rp 56,000,000, jumlah barang terjual : 700 unit, harga jual satuan
: Rp 80,000.
Diketahui untuk penggunaan analisis biaya-volume-laba, akuntan dapat
menentukan bagaimana perubahan-perubahan harga, volume penjualan, biaya
variabel, atau biaya tetap mempengaruhi laba operasi perusahaan.
1. Dampak Perubahan Harga Jual. Kenaikan harga jual per unit akan menurunkan
titik impas penjualan, sedangkan penurunan harga jual per unit akan menaikkan
titik impas penjualan.
2. Dampak Perubahan Biaya Variabel. Kenaikan biaya variabel akan menaikkan
titik impas.
3. Dampak Perubahan Biaya Tetap. Biaya tetap biasanya diharapkan tidak
berubah sepanjang tahun, atau paling tidak sepanjang kisaran relevan. Setiap
kenaikan atau penurunan biaya tetap akan mengubah titik impas dan volume
penjualan yang diperlukan untuk meraih laba sasaran. Kenaikan biaya tetap
akan mengatrol titik impas penjualan.
4. Dampak Perubahan Simultan Harga dan Biaya. Dalam praktik di lapangan,
harga dan biaya kerap berubah secara simultan. Biaya variabel sering berubah
dan perusahaan bereaksi dengan mengganti harga-harga produknya.
Moderenisasi baik untuk persaingan dengan perusahaan lain dalam era
globalisasi, dilihat dari BEP yang secara signifikan bergeser kesebelah kanan ,
sehingga usaha modernisasi perlu dipertimbangkan kembali atau merubah
sistem planning.
SOAL NO. 3
Harga sebuah mesin pencetak obat adalah Rp24 juta tunai. Mesin tersebut dapat
dibeli dengan membayar Rp2,27 juta tiap akhir bulan selama 1 tahun (pembayaran
dimulai 30 hari setelah penerimaan mesin). Berapa bunga yang diminta oleh penjual
mesin?
Jawaban :
Rp2,27 juta x 12 = Rp27,24 juta – Rp24 juta = Rp3,24 juta (bunga).
Rp3.24 juta/ Rp24 juta x 100% = 13,5% (bunga yang diminta).
Jika ada bank yang menawarkan pinjaman sebesar 24 juta dengan bunga 15%,
tertarikah anda pada tawaran ini, atau sebaiknya membeli mesin tersebut secara
kredit?
Jawaban :
Pinjaman bank Rp24 juta, bunga 15% = Rp3,6 juta.
Jika dibandingkan dengan membayar setiap akhir bulan dengan bunga 13,5%,
maka lebih rugi penawaran bank dengan bunga sebesar 15%. Sehingga tidak
tertarik, karena bunga yang dibayarkan lebih mahal dari pada membayar kredit.
BASIC FINANCE
Dibuat untuk memenuhi ujian tengah semester (UTS) take home mata kuliah
Basic Finance
Dosen :
Dr. Ir. Tedy Herdiana, MBA
Disusun oleh :