Sie sind auf Seite 1von 7

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

HUBUNGAN LINGKUNGAN FISIK KERJA DAN BEBAN MENTAL


DENGAN KEJADIAN STRES KERJA PADA PEKERJA LAUNDRY
DI PT. SANDANG ASIA MAJU ABADI SEMARANG

Vega Auliasari Ridwan1, Ida Wahyuni2, Yuliani Setyaningsih2


1
Mahasiswa Peminatan Keselamatandan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang
2
Staff Pengajar Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang

Abstract

Advances in technology have contributed alot to the positive growth in the


industrial economy. Work stress is a condition that arises from the interaction
between man and his work and is characterized by human change that forces
them to deviate from their normal function.Each work can bring its own burdens
to workers both physically, mentally and socially. Factors that cause work stress,
include the physical state of uncomfortable working environment (noisy, dusty,
smelly, hot and humid temperatures), non-ergonomic work stations, workshifts,
long working hours, traffic jams on the way to work, high-risk and dangerous jobs,
use of new technology, overloading, and adaptation to new types of work.PT
Sandang Asia MajuAbadi is an expansive garment industry company so that the
working demands on employees are very high for a good quality products to be
marketed. This study aims to analyze the correlation of individual characteristics,
physical working environment, mental workload, and work fatigue towards the
occurrence of work stress. The study is conducted analytically with cross-
sectional approach. The samples involved in this study are 108 laundry workers
of the company. Data collected by inquiries filled by respondents, physical
working environment and work fatigue measurements. According to the result
showed by chi-square tests, the correlating variables are mental workload
(p=0,001), working climate (p=0,006), noise level (p=0,043), lighting condition
(p=0,031).

Keywords : work stress, working environment, mental workload,


Bibliography : 57 (1992 – 2017)

Korespondensi :vegaar17@yahoo.com

406
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

PENDAHULUAN Dalam beberapa kasus masalah ini


Kemajuan teknologi telah menyebabkan orang kehilangan
banyak menyumbangkan berbagai pekerjaan atau dirawat di rumah
hal positif dalam pertumbuhan sakit.(5)
ekonomi dan sosial di dunia PT. Sandang Asia Maju
perindustrian. Hal ini menyebabkan Abadi adalah sebuah perusahaan
semakin banyaknya tuntutan dalam swasta yang didirikan pada tahun
menggunakan teknologi, baik itu 1998, yang bertempat di Semarang,
teknologi canggih maupun teknologi Jawa Tengah Indonesia. PT.
sederhana.(1)Setiap pekerjaan dapat Sandang Asia Maju Abadi salah satu
memberikan beban tersendiri bagi perusahaan manufaktur garmen,
pekerjaannya baik fisik, mental ekspor kelima benua dengan
maupun sosial.(2)Jika tuntutan- fasilitas manufaktur ktur moderen di
tuntutan tugas meningkat melebihi Asia Tenggara. Produk garmen ini
dari kapasitas normal individu, maka mengkhususkan dalam produksi
akan menyebabkan dampak stres. celana dan jaket denim Pria dan
Seperti halnya suatu pekerjaan yang Wanita, pembuatan dasar tenun
membutuhkan keterampilan dan atasan kesual dari semua kelompok
kekuatan psikomotor yang lebih jenis kelamin dan usia, dengan
besar dari pada yang dimiliki pekerja kapasitas memproduksi dan
maka kecelakaan kerja akan mengekspor 200.000- 300.000
cenderung meningkat.(3). Stres kerja pakaian dalam sebulan. PT.
berpengaruh negatif terhadap Sandang Asia Maju Abadi memiliki
perilaku organisasi dan kesehatan, luas bangunan 23.000 meter
individu seseorang.(4)Berdasarkan persegi, dengan jumlah karyawan
penelitian stres tempat kerja di 2.500 yang terdiri dari 90% pekerja
Amerika yang telah dilaporkan oleh wanita dan 10% pekerja laki-laki
National Institue of Occupational memliki keterampilan dari dalam
Health and Safety (NIOSH). Pertama rumah merancang dan sampling
sebuah survei yang dilakukan oleh untuk memotong, bordir, percetakan,
Northwestern National menjahit, mencuci finishing, Ironing
Lifemelaporkan bahwa 40% sangat (setrika produk), pengepakan dan
menegangkan atau sangat stres QA Audit.
akibat pekerjaannya. Kedua sebuah
survei yang dilakukan oleh Families METODE PENELITIAN
and Work Institute melaporkan Jenis penelitian ini merupakan
bahwa 26% sering stres akibat penelitian analitik dengan
pekerjaan mereka. Dan ketiga survei pendekatan cross-sectional sectional
berdasarkan Yale University yaitu variabel yang diteliti dlihat
melaporkan 29% sedikit atau stres di sebab akibatnya dan diukur pada
tempat kerja mereka.(8) Hasil saat yang bersamaan dengan cara
penelitian lain yang diumumkan oleh peneliti melakukan pengamatan
International Labor Organization langsung kepada responden hanya
pada bulan Oktober 2000 mengenai sekali pada waktu dan saat yang
program dan kebijakan kesehatan bersamaan. Subyek penelitian ini
jiwa pada tenaga kerja di Finlandia, adalah 108 orang. Adapun variabel
Jerman, Polandia, Inggris, dan AS, yang diteliti yaitu variable bebas
menunjukan bahwa satu dari (bising, iklimkerja, penerangan, dan
sepuluh pekerja mengalami depresi beban kerja mental) dan variable
kecemasan, stres serta Burn- Out. terikat yaitu stress kerja.

407
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Instrumen penelitian ini Stres kerja dapat diartikan sebagai


menggunakan angket untuk sumber atau stressor kerja yang
mengukur persepsi bising, iklim dapat menyebabkan reaksi individu
kerja, penerangan, dan beban kerja berupa reaksi fisiologis, psikologis
mental. Selain itu, Questamp untuk dan perilaku. 3Lingkungan pekerjaan
mengukur ISBB lingkungan, Sound berpotensi sebagai stressor kerja
Level Meter untuk mengukur Penelitian ini menggunakan angket
kebisingan, Luxmeter untuk berdasarkan Teori Terry Beehrdan
mengukur pencahayaan. Newman dengan tujuan melihat
Data yang digunakan dalam gejala stress kerja yang dialami oleh
analisa univariat ini adalah responden. Menurut hasil penelitian
penjabaran desktiptif mengenai menunjukan bahwa sebesar 42%
karakteristik setiap variable responden dengan kategori
penelitian yang disajikan melalui mengalami gejala stress kerja di
table distribusi frekuensi serta narasi tempat kerjanya sejumlah 45 orang
sebagai bahan informasi. Analisa dan sebesar 58% responden dengan
bivariat digunakan untuk mengetahui kategori tidak mengalami gejala
hubungan antara dua variabel. stress kerja di tempat kerjanya
Analisa yang digunakan adalah sejumlah 63 orang.
dengan uji bivariat Chi-Square (x2) 1.BebanKeja Mental
dengan tingkat kepercayaan 95%. Beban kerja mental dapat
dilihat dari seberapa besar
aktivitas mental yang dibutuhkan
HASIL DAN PEMBAHASAN untuk meningkatkan hal-hal yang
AnalisisUnivariat diperlukan konsentrasi
mendeteksi permasalahan,
No Variabel f % mengatasi kejadian yang tak
terduga dan membuat keputusan
StresKerja dengan cepat yang berkaitan
- Stres 45 42 dengan pekerjaan. Dari hasil
- Tidakstres 63 58 penelitian menujukan bahwa
1. Kebisingan sebesar 58% responden memiliki
beban kerja mental sedang
- Mengganggu 43 40 dengan jumlah responden 63
- Tidakmengga 65 60 orang, sebesar 30% responden
nggu memilki beban kerja mental berat/
2. IklimKerja tinggi dengan jumlah responden
32 orang dan sebesar 12%
- Mengganggu 60 56 responden memiliki beban kerja
- Tidakmengga 48 44 menta ringan/rendah dengan
nggu jumlah responden 13 orang.
3. Pencahayaan Pengukuran beban kerja mental
- Mengganggu 31 29 ini menggunakan kuesioner
NASA TLX.
- Tidakmengga 77 71 Melihat dari hasil penelitian
nggu perbandingan beban kerja
4. BebanKerja Mental mental sedang dan tinggi tidak
- Berat(≥80) 32 30 jauh berbeda namun hasil dari
beban kerja mental sedang lebih
- Sedang(50- 80) 63 58
tinggi dikarenakan responden
- Rendah (≤50) 13 12

408
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

terkadang memiliki peningkatan responden. Berdasarkan uji


beban kerja mental jika dalam statistic menggunakan uji rank
pekerjaan banyak tuntutan spearmen di peroleh p-value
pekerjaan yang harus sebesar 0,035 yang dapat
diselesaikan, berbeda dengan disimpulkan bahwa ada
responden yang memiliki beban hubungan signifikan antara
mental ringan/rendah kebisingan dengan stress kerja.
dikarenakan responden sudah Selain itu penelitian ini juga
terbiasa dengan pekerjaan yang sejalan dengan penelitian yang
mereka hadapi terutama dalam dilakukan pada pekerja di bagian
menyikapi pekerjaannya. tenun ”AgungSaputra Tex”
2. Kebisingan Piyungan Bantul Yogyakarta.
Gangguan fisiologis yaitu Hasil nilai hitung statistic
gangguan yang mula-mula timbul menyatakan bahwa terdapat nilai
akibat bising dengan kata lain p-value sebesar 0,039 (<0,05).
fungsi pendengaran secara Lingkungan pekerjaan yang
fisiologis dapat terganggu. bising terkadang menggangu
Pembicaraan atau insruksi dalam tingkat produktivitas pekerja hal
pekerjaan tidak dapat didengar tersebut dirasakan oleh sebagian
secara jelas sehingga dapat pekerja laundry di PT Sandang
menimbulkan gangguan lain Maju Abadi Semarang. Penelitian
misalnya kecelakaan, ini didukung dengan pengukuran
pembicaraan terpaksa berteriak, menggunakan alat Sound Level
selain memerlukan ekstra tenaga Meter yang bertujuan untuk
juga dapat menambah mengetahui berapa bising tempat
kebisingan. Berdasarkan hasil kerja. Berdasarkan hasil
penelitian didapat hasil uji korelasi pengukuran didapat sebesar
chie square dengan hasil p-value 75,4dB. Menurut
0,043 yang dapat disimpulkan Permenakertrans No 13 Tahun
bahwa ada hubungan antara 2011 mengenai Nilai Ambang
kebisingan dengan stress kerja Batas Faktor Fisik dan Kimia di
pada pekerja laundry. Responden Lingkungan Kerja, NAB
yang mengalami stress kerja kebisingan kerja untuk lama
akibat terganggu dengan paparan delapan jam kerja adalah
kebisingan sebesar 54% dan 85dB. Sehingga hasil pengukuran
yang tidak mengalami stress kebisingan di bagian laundry
sebesar 46%. Hal ini disebabkan masih di bawah NAB.
ada beberapa responden yang 3. IklimKerja
tidak merasa terganggu dengan Pekerja yang berada pada
kebisingan yang bersumber dari lingkungan pekerjaan yang panas
mesin laundry karena merasa dapat mengalami tekanan panas.
terbiasa dengan lingkungan kerja Tekanan panas berdampak
yang bising. negative pada respon fisiologi
Peneliian ini sejalan dengan pekerja yang berakibat pada
penelitian yang berjudul stress kerja. Beradarkan hasil
Hubungan Paparan Kebisiangan penelitian p-value sebesar 0,006
Terhadap Stres Kerja pada Porter (<0,05) yang dapat disimpulkan
Ground Handling di Koka Pura bahwa terdapat hubungan antara
Ahmad Yani Semarang, dengan iklim kerja dengan stress kerja.
total respondensejumlah 41 orang Hasil penelitian menunjukan

409
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

bahwa responden dengan Lingkungan kerja pada


kategori merasa terganggu bagian laundry di PT. Sandang
dengan iklim kerja yang Asia Maju memang memiliki iklim
mengalami stress kerja sebesar kerja yang panas yang
56% dan yang tidak mengalami disebabkan iklim kerja yang
stress kerja sebesar 46%. Hal ini panas disebabkan oleh factor
dengan lingkungan kerja yang pekerjaanya itu kegiatan mensin
memiliki tekanan panas dapat laundry dan oven
menggangu ketidaknyamanan (pengeringpakaian) yang
pekerja saat berada ditempat beroprasi selama jam kerja yang
kerja dan saat melakukan membuat terdapat tekanan
pekerjaan. tambahan untuk pekerja. Pekerja
Penelitian ini sejalan dengan laundry sering merasakan
penelitian pada pekerja bagian kepanasan jika berada di ruang
Small Packagings 2 di PT X kerja, tetapi adapun beberapa
Klaten, dengan menggunakan pekerja yang sudah merasa
pendekatan cross sectional dan terganggu dengan kondisi iklim
jumlah responden sejumlah 56 kerja tersebut hal ini menunjukan
orang responden. Hasil dari uji bahwa respon individu terhadap
korelasi rank spearman dengan p- kondisi suhu di lingkungan kerja
value 0,003 yang dapat berbeda-beda. Penelitian ini juga
disimpulkan bahwa ada di dukung dengan pengukuran
hubungan sigifikan antara iklim tekanan panas dengan parameter
kerja dengan stress kerja pada Indek Suhu Bola Basah (ISBB)
pekerja bagian small packagings yang mendapatkan hasil sebesar
2. Penelitian ini juga sejalan 29,8OC. Hasil dengan
dengan penelitian pekerja pada pengukuran iklim kerja
tekanan panas dibeberapa menggunakan ISBB untuk jenis
perusahaan yang terpilih di India pekerja laundry yang termasuk
dengan jumlah pekerja 422 yang dalam kerja fisik kategori sedang
dilaporkan, dengan uji statistik nilai ambang batas yang cukup
chi-square didapatkan nilai p- adalah 28◦C hal ini terdapat pada
value 0,001 dengan hasil Permenakertrans No 13 Tahun
pengukuran tekanan panas 2011 mengenai Nilai Ambang
menggunakan ISBB dengan Batas Faktor Fisik dan Kimia di
sebesar 27 OC pekerja dengan Lingkungan Kerja.
kategori beban kerja berat sudah 4. Pencahayaan
mengalami dehidrasi ringan.(6) Berdasarkan hasil penelitian
Temuan ini dapat disimpulkan responden merasa terganggu
bahwa industri di India, yang dengan penerangan yang ada di
mengindikasikan bahwa tekanan tempat kerja yang mengalami
panas masih ada, karena dengan stress kerja sebanyak 30 orang
pertumbuhan ekonomi yang atau 48% mengalami stress kerja.
semakin pesat sehingga Sedangkan pekerja dengan. Hasil
kemajuan teknologi pun semakin dari uji statistic menggunakan chi
meningkat dengan tekonologi squear diperoleh p-value sebesar
yang semakin canggih dampak 0,369 (<0,05) yang dapat
buruk dilingkungan kerjapun disimpulkan bahwa tidak ada
semakin meningkat.(6) hubungan antara penerangan
dengan stress kerja.

410
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

Pengukuran intensitas mengganggu 29%.


penerangan dilakukan dengan 4. Terdapat hubungan antara
menggunakan alat yang bernama beban kerja mental
Luxmeter, pengukuran ini dengan stres kerja pada
dilakukan dengan luas ruangan pekerja laundry PT
antara 10 meter persegi sampai Sandang Asia Maju Abadi
100 meter persegi: titik potong Semarang (p= 0,001)
garis horizontal panjang dan lebar 5. Terdapat hubungan antara
ruangan adalah pada jarak setiap persepsi iklim kerja
3(tiga) meter. Dengan hasil (p=0,006),persepsi
pengukuran dengan rerata 697 kebisingan (p=0,043) dan
lux. Menurut Permenakertrans No tidak terdapat hubungan
13 Tahun 2011 mengenai Nilai persepsipenerangan
Ambang Batas Faktor Fisik dan (p=0,369) dengan stres
Kimia di Lingkungan Kerja, NAB kerja pada pekerja laundry
intensitas penerangan yang PT Sandang Asia Maju
cukup untuk pekerjaan yang Abadi Semarang
membedakan atau memindahkan Saran
barang-barang kecil secara 1. Bagi Perusahaan
sepintas yang memeperlukan a. Paparan iklim kerja
kekuatan 100 lux. Sehingga hasil panas, penambahan
pengukuran intensitas kipas angin disekitar
penerangan di bagian laundry area kerja dan
sudah memenuhi NAB. pemberian
fanjenisindustrial
ventilating
KESIMPULAN DAN SARAN 2. Bagi Pekerja
Kesimpulan a. Gunakan waktu
1. Stres kerja pekerja istirahat semaksimal
laundry PT. Sandang Asia mungkin dan lakukan
Maju Abadi yang pergangan sederhana
mengalami stres b. Mengkonsumsi air
sebanyak 42% dan tidak minum saat bekerja,
stres sebanyak 58% karena pekerjaan
2. Beban kerja mental bagian laundry
pekerja laundry di PT. merupakan pekerjaan
Sandang Asia Maju Abadi dengan tekanan
Semarang sedang panas yang tinggi
sebesar 58% maka konsumsi
3. Persepsi lingkungan fisik cairan minimal 4L
kerja pekerja laundry di 3. Bagi Peneliti Lain
PT. Sandang Asia Maju Peneliti selanjutnya
Abadi Semarang iklim diharapkan dapat
kerja dengan kategori menganalisis faktor-faktor
menggangu sebanyak lain seperti
56%, kebisingan hubungandalampekerjaa
dengankategori n dan pengembangan
mengganggu sebesar karir yang mungkin
40% dan penerangan mempengaruhi stres
dengan kategori kerja.

411
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 5, Oktober 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm

DaftarPustaka 10. Andri Satriadi Firmana WH.


1. Tarwaka. Ergonomi Industri. Hubungan Shift Kerja Dengan
Surakarta: Harapan Press; Stres Kerja Pada Karyawan
2011. Bagian Operation PT .
2. Siagian, Sondang P. Newmont Nusa. 2010;45–8.
Manajemen Sumber Daya 11. Sulistyorini M. Hubungan
Manusia. edisi pert. Jakarta: Tekanan Panas Dengan
cetakan kedua Bumi Aksara; Kelelahan Kerja dan Stres
2008. Kerja Pada Pekerja Bagian
3. Winarsunu T. Psikologis Small Packagings 2 di PT.X.
Keselamatan Kerja. Malang: 2014;
UMM Press; 2008.
4. Wibowo. Manajemen Kinerja.
Jakarta: Raja Grafindo
Persada; 2007
5. Fedianti K. Hubungan Antara
Beban Kerja Dengan Stres
Kerja Pada Karyawan
Pelayanan Teknik (YANTEK)
PT. PLN (Persero) Rayon
Madiun Kota.Fakultas
Kesehatan Masyarakat,
Universitas Diponegoro. 2015;
6. Venugopal V, Chinnadurai JS,
Lucas RAI, Kjellstrom T.
Occupational Heat Stress
Profiles in Selected
Workplaces in India.
2015;(December):1–13.
7. Suska YY. Hubungan Beban
Kerja, Umur dan Masa Kerja
dengan Stres Kerja Perawat
Shift Malam di Ruang Rawat
Inap Kelas III Rsup. Dr
Soeradji Tirtonegoro Klaten,.
Thesis [Internet]. 2011;
Univertitas Dipnegoro
8. Murni Kurnia Kasmarani.
Pengaruh Beban Kerja Fisik
dan Mental Terhadap Stre s
Kerja pada Perawat di
Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSUD Cianjur. 2012;2012.
9. Fadiah Eryuda. Hubungan
Shift Kerja Dan Kelelahan
Kerja Dengan Stres Kerja
Perawat Di Instalasi Rawat
Inap RSUD Dr. H. Abdul
Moeloek Bandar Lampung.
2017; UniversitasLampung

412

Das könnte Ihnen auch gefallen