Sie sind auf Seite 1von 5

EFEKTIVITAS PERBANDINGAN KOMPOSISI MASSA PASIR SILIKA

PADA MEDIA FILTER UNTUK MENGURANGI KANDUNGAN TOTAL


SUSPENDED SOLID (TSS) LIMBAH CAIR TEPUNG TAPIOKA

COMPARATIVE EFFECTIVENESS OF SILICA SAND MASS COMPOSITION


IN FILTER MEDIA TO REDUCE TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS)
FLAT LIQUID WASTE TAPIOCA FLOUR
Niken Tri Widayati12*), Upik Nurbaiti2), Fianti2)
1)
SMP Negeri 1 Margoyoso, Jalan Kiai Cebolang 17 Margoyoso, Pati 59154, Indonesia
12)
Pascasarjana Pendidikan Fisika, Universitas Negeri Semarang, Jalan Kelud Utara, Semarang 50237,
Indonesia
*Email: nikenwidayati2401@gmail.com

ABSTRACT

Cassava production in Pati is the largest so it has the potential to produce large amounts of liquid
waste. Pati Regency as the center of tapioca flour producer is located in Margoyoso sub-district.
Liquid waste needs to be treated first so that wastewater that is absorbed directly into the ground is
not polluted. The purpose of making filtration media is to reduce TSS content in tapioca flour liquid
waste. Research methods include the manufacture of filtration column media, adsorption tests, and
data analysis. The independent variable for research is the addition of silica sand mass as much as
150 grams, 300 grams, 450 grams, 600 grams and 750 grams in the filtration column. The results
showed a decrease in TSS content for 150-gram silica sand mass of 1312 mg / L with an absorption
percentage of 51.83%, 300-gram silica sand mass for 1,252 mg / L absorption percentage of
54.04%, 450-gram silica sand mass for 1,220 mg / L large percentage of 55.07%, mass of silica
sand 600 grams of 1,204 mg / L large percentage of 55.80, and mass of silica sand of 750 grams of
1,084 mg / L with a large percentage of 60.21%. So, based on these results, the increase in the mass
of silica sand is greater, the TSS content after the filtration method decreases and the percentage of
absorption gets smaller.
Keywords: silika sand; filter media; TSS; liquid waste tapioca flour

1. PENDAHULUAN

Sentra produksi singkong terbsesar di Provinsi Jawa Tengah, salah satunya dihasilkan di Kabupaten
Pati. Luas area tanamannya sebesat 15.200 hektar dan tingkat produksi sebesar 661.975 ton pada
tahun 2015 (BPS,2018). Produksi singkong yang besar sebanding dengan kegiatan produksi tepung
tapioca, salah satu daerah di Kabupaten Pati sebagai sentra penghasil tepung tapioca di Kecamatan
Margoyoso. Kecamatan Margoyoso memiliki 269 titik lokasi industry tepung tapioca yang tersebar
di 4 desa, yaitu Sidomukti, Ngemplak Kidul, Tanjungrejo, dan Waturoyo.

Industri tepung tapioca sebagai saah satu penghasil limbah cair domestic membawa dampak buruk
bagi lingkungan terutama badan air jika tidak diolah dengan benar (Yuliatuti and Cahyono, 2017).
Studi pendahuluan dilakukan di salah satu industri tepung tapioka di desa Ngemplak Kidul, setiap
satu kali produksi menghasilkan 600 liter limbah cair dan 6 ton limbah padat. Hasil limbah padat
dimanfaatkan untuk pakan ternak warga, sedangkan limbah cair dibuang lanssung ke selokan tanpa
adanya pengolahan terlebih dahulu. UU no. 32 tahun 2009 menjelaskan semua industri penghasil
limbah harus mengolah limbahnya. Pengolahan limbah dimaksudkan tidak membiarkan air limbah
meresap ke tanah dan perairan warga secara lanngsung karena dapat mencemari tanah. Pencemaran
tanah pada air dapat memberikan dampak gangguan kualitas air bawah tanah (Rusydi et al., 2014).

Pengolahan air limbah digunakan untuk menguraikan kandungan bahan pencemar di dalam air,
terutama pada senyawa organic, padatan tersuspensi, mikroba patogen serta senyawa organic yang
tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang ditemukan di alam (Naidoo and Olaniran, 2014).
Limbah cair berdasarkan karakteristik fisikanya tertinggi mengandung padatan yang terlarut dalam
air, atau sering disebut TSS (Al-shannag et al., 2012)

Proses pengolahan limbah cair dibagi menjadi tiga, yaitu pengolahan primer, sekunder dan tersier.
Pengolahan primer digunakan untuk menghilangkan benda-benda terapung atau padatan
tersuspensi terendapkan, pengolahan sekunder digunakan untuk menghilangkan kandungan polutan
tersuspensi terlarut dengan proses biologis (aerobic atau anaerobic) (Direktorat Jenderal Industri
Keceil Menengah Departemen Perindustrian, 2007). Syarat limbah untuk dapat dibuang ke
lingkungan yaitu limbah cair harus memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan. Beberapa
parameter harus terpenuhi baku mutunya yaitu: biological oxygen demand (BOD), chemical oxygen
demand (COD), TSS, minyak dan lemak, sulfida, pH, serta kuantitas volume limbah cair yang
diproduksi (Munawaroh, Sutisna and Pharmawati, 2013). Nilai TSS tinggi dapat mengakibatkan
menurunnya aktivitas fotosintesis tumbuhan laut baik mikro atau makro sehingga oksigen yang
dilepaskan tumbuhan menjadi berkurang (Helfinalis, Sultan and Rubiman, 2012) Keberadaan TSS
mengurangi ketersediaan oksigen karena dapat mengganggu penetrasi cahaya yang masuk ke dalam
peairan (Shah et al., 2014).

Baku mutu air limbah bagi usaha dan kegiatan indutri tapioca kadar paling tinggi TSS yang
terkandung dalam limbah cair sebesar 100 mg/L (Kementrian Lingkungan Hidup, 2009). Studi
pendahuluan mengenai kandungan TSS pada limbah cair tepung tapioca menghasilkan 2474 mg/L,
hasil tersebut jauh dari ambang batas normal untuk memenuhi kriteria yang diberikan.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektifitas variasi massa pasir silika pada media filtrasi
terhadap penyerapan TSS limbah cair tepung tapioka. Pembuatan media filtrasi dapat mengurangi
kandungan TSS limbah cair tepung tapioca sehingga limbah tidak mencemari lingkungan ketika
dibuang ke badan sungai. Hasil penelitian diharapkan dapat sebagai solusi sebagai penanganan dan
penanggulangan masalah dalam pengolahan limbah cair tepung tapioca dengan biaya yang
minimum.
2. METODOLOGI

2.1 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dibutuhkan dalam penelitian, yaitu: neraca O’hauss, kolom filtrasi, dan selang plastik.
Bahan dibutuhkan dalam penenelitian antara lain: pasir silica komersial, asir zeolite, kabon aktif
tempurung kelapa, dan kimbah cair tepung tapioka.

2.2 Proses Pembuatan Kolom Filtrasi

Alat filtrasi dirancang secara manual dan sederhana menggunakan tabung bening berdiameter
6 cm dengan tinggi 15 cm. Selang bening berdiameter 1 cm, dipasang kurang lebih 2 cm dari
permukaan bawah tabung. Bahan yang telah disiapkan disusun menjadi alat filter sederhana seperti
pada Gambar 1 dengan susunan dari bawah yaitu: pasir zeolite, karbon aktif, pasir zeolite, dan pasir
silica (Mugiyantoro et al., 2017). Kolom filtrasi disusun demikian bertujuan untuk dapat menyaring
kotoran, mengikat unsur logam, dan menjernihkan serta menghilangkan bau dalam air.

Gambar 1. Sketsa Kolom Filtrasi


2.3 Uji Adsorpsi

Limbah cair tepung tapioka diuji adsorbsinya dengan memasukkan limbah cair ke kolom
filtrasi, sehingga dihasilkan limbah cair hasil filtrasi. Sampel hasil filtrasi limbah cair tepung
tapioka diambil sebanyak 1 liter untuk masing-masing variasi massa pasir silica yang berbeda.
Sampel hasil filtrasi diuji kandungan TSS dengan pembanding limbah cair tepung tapioka sebelum
diberikan perlakuan filtrasi, maka didipatkan besar penyerapan TSSnya.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian menggunankan prinsip filtrasi sebagai metode penjernihan atau penyaringan air
limbah melalui media (penelitian menggunakan variable pasir silica dengan massa yang berbeda,
perbandingan massa sama untuk pasir zeolite dan karbon aktif), melalui media filtrasi dimaksudkan
untuk memperbaiki kualitas TSS yang terkandung pada limbah cair tepung tapioka.

Pecobaan filtrasi dengan mengganti massa pasir silika bertujuan sebagai pemisahan senyawa
kimia padat dan cair. Limbah cair dapat melewati media porous sehingga padatan tersuspensi halus
dapat dipindahkan (Ronny and Syam, 2018). Pemilihan pasir silika memiliki tujuan untuk
mengurangi kadar TSS pada limbah cair tepung tapioka. Variasi massa pasir silica dimaksudkan
untuk mengetahui kandungaan akhir dan penyerapan TSS oleh media filtrasi, hasil penyerapan
dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1 menunjukkan pembuatan media filtrasi merupakan salah
satu cara pengolahan limbah yang baik untuk upaya mengurangi kandungan TSS.

Pengaruh Massa Pasir Silika terhadap


Kandungan Akhir dan Penyerapan TSS
Limbah Cair Tepung Tapioka
1320 62
1280
60
Penyerapan TSS (%)
TSS Akhir (mg/L)

1240
58
1200
1160 56
1120
54
1080
52
1040
1000 50
150 300 450 600 750

TSS akhir (mg/L) Penyerapan TSS (%)

Gambar 2. Pengaruh Massa Pasir Silika terhadap Kandungan Akhir

dan Penyerapan TSS Limbah Cair Tepung Tapioka

Hasil penelitian menunjukkan massa pasir silika 750 gram memiliki kandungan TSS akhir
paling sedikit sebesar 1.084 mg/L. Penambahan massa silika sebanyak 150 gram menghasilkan
kandungan TSS paling besar sebanyak 1.312 mg/L. Sehingga, grafik mengalami penurunan
sebanding dengan penambahan massa pasir silika pada media filtrasinya.
Sedangkan, untuk persentase penyerapan kandungan TSS untuk variasi massa pasir silika
750 gram sebesar 60,21 %. Penambahan massa pasir silika pada media filtrasi sebanyak 150 gram
akan menghasilkan persentase penyerapan kandungan TSS sebesar 51,83 %. Berdasarkan data
tersebut, grafik mengalami kenaikan sebanding dengan penambahan massa pasir silika pada media
filtrasi.

Gambar 1 menunjukkan perbandingan antara kandungan akhir dan persentase penyerapan


TSS. Berdasarkan grafik, untuk kandungan TSS akhir akan mengalami kenaikan yang berarti
semakin banyak penambahan massa pasir silika maka kandungan TSS setelah metode filtrasi
berkurang. Hal ini berkebalikan dengan penyerapan kandungan TSS senakin besar sebanding
dengan penambahan massa pasir silikanya. Hasil penelitian sepaham dengan penelitian Purwoto,
Purwanto dan Hakim (2015) bahwa penyerapan TSS pada massa pasir silika terbesar dikarenakan
memiliki kemampuan untuk mengabsorbsi dan meukar ion bersamaan sehingga dapat menurunkan
bahan organic pada limbah cair tepung tapioka.

Penyerapan paling efektif menghasilkan kandungan akhir TSS yang paling kecil dan
persentase penyerapan terbesar pada penambahan massa pasir silika sebanyak 750 gram
dibandingkan dengan komposisi perbandingan massa yang lainnya. Hasil penelitian merujuk
pada prinsip pasir silika memiliki kemampunan sebagai media mengurangi kandungan TSS,
karena sifatnya sebagai pelindung fisik seperti kekeruhan, lumpur dan bau (Dewi and Runtika,
2016).

Media filtrasi dibuat dengan susunan atas ke bawah yaitu: pasir zeolite, karbon aktif, pasir
zeolite, dan pasir silica (Mugiyantoro et al., 2017). Penelitian menghasilkan kandungan TSS akhir
setelah difiltrasi yang mana sesuai dengan tujuan filtrasi untuk memisahkan partikel-partikel
tersuspensi dan koloid, reduksu bakteri dan organisme lain serta penukaran konsisten kimia yang
terkandung dalam limbah cair (Dewi and Runtika, 2016). Sehingga, media filtrasi mampu
mengurangi kandungan TSS yang terkandung pada limbah cair tepung tapioka.

Penelitian menambahkan pasir zeolite bertujuan untuk mengurangi padatan yang terlarut
pada limbah cair tepung tapioka. Padatan tersebut mengandung ion, senyawa, dan koloid yang
berada di dalam air. Kelebihan kandungan padatan pada limbah cair menyebabkan perubahan
salinitas, komposisi ion-ion dan toksitas pada masing-masing ion, sehingga berdampak
mengggangu keseimbahan biota air, biodiversitas, dan penyebab toksitas yang tinggi pada
tahapan organisme (Dwitaningsih, Triwuri and Handayani, 2018).

Penggunaan karbon aktif memiliki tujuan pada mekanisme adsorpsi ion logam berat yang
disebabkan oleh beberapa factor adanya adsorpsi fisik, tarikan elektrostatis, pengendapan dan
interaksi kimia antara ion logam berat dan gugus fungsi permukaan (Legrouri et al., 2017).
Penelitian menggunakan bahan pasir silika, pasir zeolite, dan karbon aktif komersial yang mudah
ditemukan di pasaran dan biaya minimum.

Pembuatan media filtrasi bertujuan untuk dapat mengurangi kandungan TSS pada limbah
cair tepung tapioka sebelum dibuang ke badan sungai. TSS meneybabkan kekeruhan dan cahaya
yang masuk ke dalam air berkurang. Hasil penelitian memberikan solusi penanganan dan
penanggulangan masalah dalam pengolahan limbah cair tepung tapioka dengan biaya yang
minimum.
4. SIMPULAN DAN SARAN

Media filtrasi dapat mengurangi kandungan TSS pada limbah cair tepung tapioka dipengaruhi oleh
massa pasir silika. Massa pasir silika paling besar dapat menyerap kandunga TSS limbah cair
tepung tapioka paling besar juga. Hasil penelitian menunjukkan penurunan kandungan TSS untuk
massa pasir silika 150 gram sebesar 1312 mg/L dengan persentase penyerapan 51,83 %, massa pasir
silika 300 gram sebesar 1.252 mg/L persentase penyerapan 54,04 %, massa pasir silika 450 gram
sebesar 1.220 mg/L besar persentase 55,07 %, massa pasir silika 600 gram sebesar 1.204 mg/L
besar persentase 55,80, dan massa pasir silika 750 gram sebesar 1.084 mg/L dengan besar
persentase 60,21 %. Penambahan massa pasir silika semakin besar, maka kandungan TSS setelah
metode filtrasi semakin berkurang dan persentase penyerapan semakin kecil.

Saran untuk penelitian ini adalah perlu adanya penambahan bahan kimia lain dan massa pasir silika
alam media filtrasi supaya daya adsorpsi TSS lebih efektif untuk disesuaikan dengan peraturan pada
kementrian lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Al-shannag, M. et al. (2012) ‘Reduction of COD and TSS from Paper Industries Wastewater using
Electro- Separation Science and Technology Reduction of COD and TSS from Paper Industries
Wastewater using Electro-Coagulation and Chemical Coagulation’, Separation Science and
Technology, 47, pp. 700–708. doi: 10.1080/01496395.2011.634474.
Dewi, Y. S. and Runtika, I. (2016) ‘Penurunan COD, TSS pada PEnyaringan Air Limbah Produksi
Tempe di Dusun Wates Desa Pancawati Kecamatan Klari Kabupaten Karawang’, Jurnal
Ilmiah Satya Negara Indonesia, 9(2), pp. 76–79.
Direktorat Jenderal Industri Keceil Menengah Departemen Perindustrian (2007) Pengolahan
Limbah Industri Pangan. Indonesia.
Dwitaningsih, R., Triwuri, N. A. and Handayani, M. (2018) ‘Analisa Dampak Aktivitas
Penambangan Pasir terhadap Kualitas Fisik Air Sungai Serayu di Kabupaten Cilacap’, Jurnal
Akrab Juara, 3(3), pp. 1–8.
Helfinalis, Sultan and Rubiman (2012) ‘Padatan Tersuspensi Total di Perairan Selat Flores Boleng
Alor dan Selatan Pulau Adonara Lembata Pantar’, Indonesian Journal of Marine Sciences,
17(3), pp. 148–153. doi: https://doi.org/10.14710/ik.ijms.17.3.148-153.
Kementrian Lingkungan Hidup (2009) Perlindungan dan Pengelolaan Lingkugan Hidup.
Indonesia: Undang-Undang Republik Indonesia.
Legrouri, K. et al. (2017) ‘Activated carbon from molasses efficiency for Cr ( VI ), Pb ( II ) and Cu
( II ) adsorption : A mechanistic study’, Journal Chemistry International, 3(3), pp. 301–310.
Mugiyantoro, A. et al. (2017) ‘Penggunaan Bahan Alam Zeolit, Pasir Silika, dan Arang Aktif
dengan Kombinasi Teknik Shower Filterasi Fe, Mn, dan Mg pada Air Tanah di UPN “Veteran”
Yogyakarta’, Proceeding Seminar Nasional Kebumian, (492), pp. 1127–1137.
Munawaroh, U., Sutisna, M. and Pharmawati, K. (2013) ‘Penyisihan Parameter Pencemar
Lingkungan pada Limbah Cair Industri Tahu menggunakan serta Pemanfaatannya’, Jurnal
Institut Teknologi Nasional, 1(2), pp. 1–12.
Naidoo, S. and Olaniran, A. O. (2014) ‘Treated Wastewater Effluent as a Source of Microbial
Pollution of Surface Water Resources’, International Journal of Enviromental Research and
Public Health, 11, pp. 249–270. doi: 10.3390/ijerph110100249.
Ronny and Syam, D. M. (2018) ‘Aplikasi Teknologi Saringan Pasir Silika dan Karbon Aktif dalam
Menurunkan Kadar BOD dan COD Limbah Cair Rumah Sakit Mitra Husada Makassar’, Jurnal
Kesehatan Lingkungan Higiene, 4(2), pp. 1–5.
Rusydi, A. F. et al. (2014) ‘Pencemaran Air Tanah Bebas akibat Industri Pencelupan di Kampung
Banaran, Sukoharjo, Jawa Tengah’, in Prosiding Pemaparan Hasil Penelitian Pusat Penelitian
(Bioteknologi LIPI), pp. 547–553.
Shah, S. M. H. et al. (2014) ‘Concentration of Total Suspended Solids ( TSS ) Influenced by the
Simulated Rainfall Event on Highway Embankment’, IACSIT International Journal of
Engineering and Technology, 6(6), pp. 493–496. doi: 10.7763/IJET.2014.V6.747.
Yuliatuti, R. and Cahyono, H. B. (2017) ‘Efektifitas Pengolahan Limbah Cair Industri Asbes’,
Jurnal Teknologi Proses dan Inovasi Industri, 2(2), pp. 77–83.

Das könnte Ihnen auch gefallen