Sie sind auf Seite 1von 6

‫‪KHUTBAH PERTAMA – KHUTBAH JUM’AT SINGKAT TENTANG BERSYUKUR‬‬

‫ضللمل فددل دهاِلد د‬


‫ي‬ ‫ت أدمعدماِللدناِ‪ ُ،‬دممن يدمهلدله اه فددل هم ل‬
‫ضنل لدهه‪ ُ،‬دودممن يه م‬ ‫إنن الـدحممدد لللل دنـمحدمهدهه دوندمستدلعمينههه دوندمستدمغفلهرهه‪ ُ،‬دوندهعوُهذ لباِلل لممن هشهرولر أدمنفهلسدناِ دولممن دسييدئاِ ل‬
‫ك لدهه دوأدمشهدهد أدنن همـدحنمداا دعمبهدهه دودرهسوُهله‬
‫لدهه‪ ُ،‬دوأدمشهدهد دأن لن إللدهد إللن ا دومحددهه دل دشلرمي د‬

‫ق تهدقاِتلله دودل تدهموُتهنن إلنل دوأدمنتهمم هممسللهموُدن‬ ‫قاِل ا تعاِلى فى كتاِبه الكريم‪ ُ،‬دياِ أديَيدهاِ النلذيدن آدمهنوُا اتنهقوُا ن‬
‫اد دح ن‬

‫وقاِل تعاِلى‪ ُ،‬دياِ أديَيدهاِ النلذيدن آدمهنوُا اتنهقوُا ن‬


‫اد دوهقوُهلوُا قدموُال دسلديادا‬

‫صللمح لدهكمم أدمعدماِلدهكمم دويدمغفلمر لدهكمم هذهنوُبدهكمم دودممن يهلطلع ن‬


‫اد دودرهسوُلدهه فدقدمد دفاِدز فدموُازا دعلظياماِ‬ ‫يه م‬

‫اه دعلدميله دودسلندم ‪ ُ،‬دودشنر الههموُلر هممحدددثاِتهدهاِ ‪ ُ،‬دوهكنل هممحددثددة بلمددعةة ‪ ُ،‬دوهكنل‬
‫صنلى ن‬ ‫ال ‪ ُ،‬دوأدمحدسدن املهدمد ل‬
‫ي هدمد ه‬
‫ي همدحنمدد د‬ ‫ب ن‬ ‫ق املدحلدي ل‬
‫ث لكدتاِ ه‬ ‫أدنماِ بدمعهد‪ ُ،‬فإ لنن أد د‬
‫صدد د‬
‫ضللددة لفيِ النناِلر‬‫ضللدةة ‪ ُ،‬دوهكنل د‬ ‫بلمددعدة د‬

‫‪Ummatal Islam,‬‬

‫‪Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memuji hamba-hambaNya yang bersyukur. Namun itu sangat‬‬
‫‪sedikit dari hamba-hambaNya. Allah Ta’ala berfirman:‬‬

‫ي النشهكوُهر ﴿‪…١٣‬‬
‫﴾دوقدلليةل يممن لعدباِلد د‬

‫‪Baca Juga:‬‬

‫‪Khusus Tanya Jawab‬‬

‫)‪“…Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (QS. Saba[34]: 13‬‬

‫‪Allah juga memuji Nabi Nuh, karena ia termasuk hamba Allah yang bersyukur. Allah Subhanahu wa Ta’ala‬‬
‫‪berjanji untuk memberikan tambahan kepada orang-orang yang bersyukur. Allah berfirman:‬‬

‫﴾لدلئن دشدكمرتهمم دلدلزيددننهكمم ۖ دولدلئن دكفدمرتهمم إلنن دعدذالبيِ لددشلديةد ﴿‪…٧‬‬

‫‪“…Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu‬‬
‫)‪mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim[14]: 7‬‬
Mensyukuri nikmat Allah membutuhkan kekuatan Iman. Karena sesungguhnya nikmat-nikmat tersebut
seringkali melalaikan. Banyak orang yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala nikmat, bukan
semakin dekat kepada Allah. Akan tetapi semakin ia jauh kepada Allah.

Semakin banyak nikmat, semakin banyak harta yang Allah berikan kepada seorang hamba, bukan
menjadikan dia semakin dekat dan bertaqarrub kepada Allah. Akan tetapi semakin menjadikan dia kufur
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Bersombong, karena ia merasa memiliki harta yang banyak. Ujub dengan kekayaannya dan hartanya,
dengan pakaiannya yang mewah. Seperti si Qorun yang ia keluar kepada kaumnya dengan perhiasannya
dan ia merasa sombong dengannya. Ia menganggap bahwasannya kekayaan itu semua hasil jerih
payahnya. Tanpa sama sekali menisbatkan kepada Allah pemberi kenikmatan tersebut.

Oleh karena itulah, berapa banyak kenikmatan-kenikmatan tersebut seringkali membuat kita lupa
kepada Allah. Cobalah kita renungkan dalam kehidupan kita. Allah memberikan kepada kita nikmat-
nikmat yang banyak. Berupa nikmat pakaian, demikian pula nikmat makanan, nikmat tempat tinggal,
demikian pula nikmat kendaraan, terutama nikmat ketika kita bisa berhubungan dengan manusia berupa
handphone. Demikian pula alat-alat komunikasi yang lainnya.

Semua itu adalah nikmat yang Allah berikan kepada kita. Tapi entah kenapa kamudian diantara kita lebih
disibukkan dengan WhatsApp, lebih disibukkan dengan Facebook, lebih disibukkan dengan alat-alat
tersebut daripada berdzikir kepada Allah, lebih disibukkan dari membaca Al-Qur’anul Karim, lebih
disibukkan daripada berdzikir kepada Allah.

Bahkan ia lebih banyak membaca WhatsApp daripada ia membaca Al-Qur’an, daripada ia membaca
kitab-kitab para ulama. Bukankah itu semua adalah nikmat Allah? Bukankah itu sesuatu yang harus
disyukuri? Sedangkan syukur itu kita gunakan untuk menaati Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bukan Untuk
kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Al-Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah menyebutkan bahwasannya syukur itu mempunyai rukun.
Rukun yang pertama, mengakui dengan hati kita bahwasannya nikmat ini adalah dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Tidak seperti sebagaimana seseorang yang sombong yang menganggap bahwasannya
kenikmatan tersebut hasil dari pada jerih payahnya, karena kecerdasannya, karena keterampilannya,
karena kemampuannya dalam berbisnis sehingga dia tidak menisbatkan itu kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

Maka seorang yang mengakui bahwasanya nikmat ini semua dari Allah dan semua itu diberi oleh Allah,
maka ia telah mensukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Rukun yang kedua, ia mengucapkan dengan lisannya puji dan syukur kepada Allah. Karena sesungguhnya
ia tahu dan yakin bahwasannya satu-satunya yang memberikan kenikmatan hanyalah Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Bukan atasannya, bukan pula siapa-siapa, dia yakin dengan seyakin-yakinnya bahwa pemberi
rezeki hanyalah Allah. Maka ia memuji Allah, ia puji Allah atas seluruh kenikmatan-kenikmatan yang Allah
berikan kepadanya.

Adapun rukun yang ketiga kata Ibnul Qayyim yaitu menggunakan nikmat-nikmat tersebut untuk mentaati
Allah. Kita gunakan HP kita untuk mentaati Allah, kita gunakan kendaraan kita untuk menaati Allah,
bahkan panca indra kita yang merupakan nikmat yang besar, kita gunakan mata kita untuk melihat apa
yang Allah ridhai, kita gunakan telinga kita untuk mendengarkan apa yang Allah cintai, kita gunakan hati
kita untuk memahami ayat-ayatNya, kita gunakan akal yang berikan untuk memahami ayat-ayat Allah
yang Allah turunkan kepada kita. Bukan untuk menentang ayat-ayatNya.

Siapa yang menggunakan seluruh kenikmatan tersebut saudaraku, sungguh ketika ia gunakan dalam
kebaikan dan ketaatan, ketika ia gunakan dalam perkara yang diridhai oleh Ar-Rahman, maka sungguh ia
telah mensyukuri nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Dahulu Salafush Shalih dengan diberikan banyak kenikmatan, mereka menjadi ketakutan. Mereka takut
sekali dengan hisab pada hari kiamat. Mereka sangat takut sekali, semua kenikmatan yang diberikan
kepada mereka akan dipertanyakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka takut dengan jawaban apa
yang harus mereka lakukan.

Maka dari itu Salafush Shalih, ketika mereka diberikan oleh kenikmatan-kenikmatan oleh Allah
Subhanahu wa Ta’ala, segera mereka infaqkan, segera mereka gunakan untuk ketaatan, bahkan semakin
mereka mencintai suatu harta semakin mereka malah menginfakkannya. Hal ini karena mereka ingin
mendapatkan keutamaan yang besar yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala:

‫… ۚ دلن تددناِهلوُا املبلنر دحتنىى هتنفلهقوُا لمنماِ تهلحيَبوُدن‬

“Kalian tidak akan sampai kepada kebajikan, sampai kalian menginfakkan apa yang kalian cintai…” (QS.
Ali-Imran[3]: 92)

Subhanallah.. Demikianlah Salafush Shalih.

Sementara kita, gembira dan senang ketika kita mendapatkan kenikmatan dunia belaka. Lalu setelah itu
kita lupa untuk mensyukurinya. Sementara Salafush Shalih ketika diberikan kenikmatan dunia, mereka
sungguh malah ketakutan. Takut itu menjadi adzab pada hari kiamat untuknya.

Maka dari itulah saudaraku sekalian, setiap kita wajib merenungi tentang harta, tentang karunia, tentang
kenikmatan yang Allah berikan kepada kita. Sudah untuk apa kita lakukan? Sebelum dihari kiamat Allah
tanya kita, tanyakanlah di dunia ini kepada diri kita sendiri.

‫أقوُل قوُليِ هذا واستغفر ا ليِ ولكم‬

KHUTBAH KEDUA – KHUTBAH JUM’AT SINGKAT TENTANG BERSYUKUR

‫ُ وأشهد أنن محلمداا‬،‫ُ وأشهد أن ل إله إل ا وحده ل شريك له‬،‫ُ نبيناِ محمد و آله وصحبه ومن واله‬،‫الحمد ل والصلةا والسلما على رسوُل ا‬
‫عبده ورسوُلهه‬
Ummatal Islam,

Orang yang bersyukur tak akan tertipu dengan banyaknya amal. Banyak diantara kita ketika kita merasa
telah banyak beramal, kita merasa sudah menjadi orang yang bersyukur. Sementara kita melihat
bagaimana Rasulullah dan para Sahabatnya, diberikan oleh Allah kenikmatan-kenikmatan yang luar biasa
dalam perkara dunia maupun agama. Terutama urusan akhiratnya.

Ini dia Rasulullah, semalam suntuk beliau shalat dan beliau perpanjang shalatnya sampai-sampai kakinya
bengkak. Kemudian ditanya oleh istrinya, “kenapa engkau lakukan itu ya Rasulullah? Sementara Allah
mengampuni dosamu yang telah lalu maupun yang akan datang” Maka Rasulullah bersabda:

‫ياِ عاِئشةه ! أفل أكوُهن عبادا شكوُارا‬

“Wahai Aisyah, bukankah semestinya aku menjadi hamba yang bersyukur?” (HR. Bukhari dan Muslim)

Subhanallah..

Rasulullah tidak tertipu dengan janji Allah kepadanya berupa telah diampuni dosanya yang lalu maupun
yang akan datang. Bahkan Rasulullah tidak tertipu dengan janji surga Allah untuknya. Justru semua itu
menjadikan beliau semakin dekat kepada Allah.

Lihatlah para Sahabat yang telah dijamin masuk surga, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Rasulullah telah
menyatakan bahwa mereka semua di surga. Apakah mereka tertipu dengan janji-janji itu semuanya?
Ataukah mereka semakin bertaqarrub kepada Allah sebagai rasa syukur kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala.

Maka orang yang bersyukur tak akan tertipu dengan banyaknya amal. Karena ia tidak tahu berapa amal
yang akan diterima disisi Allah. Dia tidak tahu dan bahkan khawatir kalau ternyata Allah jadikan hatinya
berpaling dari amalan shalih. Ia dipalingkan karena cintanya kepada dunia, karena ternyata harapannya
kepada dunia naudzubillah.
‫ك دحلمميةد دملجميةد‪ ٌ.‬دودباِلرمك دعدلى همدحنمدد دودعدلى آلل همدحنمدد دكدماِ‬ ‫صلنمي د‬
‫ت دعدلى إلمبدرالهميدم دودعدلى آلل إلمبدرالهميدم‪ ُ،‬إلنن د‬ ‫داللنههنم د‬
‫صيل دعدلى همدحنمدد دودعدلى آلل همدحنمدد دكدماِ د‬
‫ك دحلمميةد دملجميةد‬ ‫ن‬ ‫د‬ ‫د‬ ‫م‬
‫دباِدرك د‬
‫ت دعلى إلمبدرالهميدم دودعلى آلل إلمبدرالهميدم‪ ُ،‬إلن د‬

‫ت الدمحدياِلء لممنههمم دوالدممدوُا ل‬


‫ت‬ ‫اللههنم امغفلمر للملهممسلللمميدن دوالممسللدماِ ل‬
‫ت دوالممؤلمنلميدن دوالممؤلمدناِ ل‬

‫اللههنم امجدعلدناِ لمن التننوُالبين‬

‫اللههنم امجدعلدناِ لمن المتنلقين‬

‫ب النرلحيم‬ ‫ك ادمن د‬
‫ت النتوُا ه‬ ‫ب دعلدميدناِ النن د‬
‫اللههنم دوته م‬

‫اللههنم آتلدناِ لفيِ اليَدمندياِ دحدسندةا دولفيِ اللخدرلةا دحدسندةا دوقلدناِ دعدذا د‬
‫ب النناِلر‬

‫‪:‬عباِد ا‬

‫﴾إلنن النلـهد يدأمهمهر لباِملدعمدلل دوا م للمحدساِلن دولإيدتاِلء لذي املقهمربدىى دويدمنهدىى دعلن املفدمحدشاِلء دواملهمندكلر دواملبدمغليِ ۚ يدلعظههكمم لددعلنهكمم تددذنكهرودن ﴿‪٩٠‬‬

‫‪.‬دفاِمذهكهروا ا الدعلظميدم يدمذهكمرهكم‪ ُ،‬دوامشهكهروهه دعدلى نلدعلمله يدلزمدهكم‪ ُ،‬وللذكهر ا أكدبر‬

Das könnte Ihnen auch gefallen