Sie sind auf Seite 1von 11

Hanafi, Transformasi Kurikulum Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum ...

27

Transformasi Kurikulum Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan


Tinggi Umum: Dari Paradigma Normatif-Doktriner
Menuju Paradigma Historis-Kontekstual

Yusuf Hanafi
Universitas Negeri Malang
sufi_rmi@yahoo.com

Abstract: Since the Reformation Era, the curriculum of Islamic Education in public universities has
gone through three modifications known as Islamic Education Curriculum of 2000, 2002, and 2013.
The objective of this research is to analyze the construction of the three curriculum as well as the
paradigmatic change related to them comparatively. The paradigm of Islamic Education Curriculum
2000 was the continuity of the curriculum in the New Order era which was purely oriented to normative
Islamic concepts (aqidah, syari’at, akhlak), while Curriculum 2002 indicated a radical change in its
paradigm and material. Religion was not only a set of norms, but it also existed in reality and it was
dynamic in responding to the development of human being. Meanwhile, Curriculum 2013 tried to
emphasize the scientific learning approach by activating the students in building their knowledge. In
other words, the orientation of the learning process is activity-based, not content-based.

Keywords: changing of paradigm, islamic education curriculum in public universities, curriculum


2013.

Abstrak: Kurikulum mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) di perguruan tinggi umum (PTU) sejak
era reformasi hingga saat ini telah mengalami perubahan sebanyak tiga kali. Tulisan ini bermaksud
membedah konstruksi Kurikulum PAI Tahun 2000, 2002, dan 2013, sekaligus menganalisis secara
komparatif pergeseran paradigmanya. Paradigma Kurikulum PAI Tahun 2000 merupakan kelanjutan
dari paradigma kurikulum era Orde Baru, yang berorientasi murni pada akidah, syariah, dan akhlak.
Adapun Kurikulum PAI Tahun 2002 mengindikasikan pergeseran paradigma dan perubahan materi
secara radikal—di mana agama diletakkan dalam konteks realitas yang selalu dinamis. Sedangkan
Kurikulum PAI Tahun 2013 itu lebih menonjolkan pendekatan pembelajaran berbasis proses keilmuan
(scientific approach) dan aktivitas (activity base).

Kata kunci: pergeseran paradigma, kurikulum PAI di PTU, kurikulum tahun 2013

Pelaksanaan pembelajaran mata kuliah pendidikan biro ke jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)
agama di perguruan tinggi umum (PTU) mengalami di bawah fakultas yang paling dekat rumpun dan
pasang surut. Pada awal tahun 1960-an, pendidikan bidang keilmuannya. Penamaan MKDU ini memiliki
agama merupakan mata kuliah umum yang tidak dasar filosofis yang jelas, karena mata kuliah yang
mengikat karena hanya sebagai mata kuliah tergabung di dalamnya merupakan fondasi yang
“anjuran”. Pada masa Orde Baru, pendidikan memberikan landasan spiritual keagamaan, moral,
agama mengalami “penguatan” posisi. Pada saat itu, kebangsaan, nasionalisme, dan sosial budaya dalam
matakuliah pendidikan agama ditetapkan menjadi pengembangan bidang ilmu dan keahlian peserta
mata kuliah wajib yang diberikan kepada setiap didik masing-masing.
mahasiswa dan dikelola bersama mata kuliah wajib Pada tahun 1990, nama MKDU berubah lagi
lainnya, yakni: Pendidikan Pancasila, Pendidikan menjadi Mata Kuliah Umum (MKU), dan pada
Kewiraan, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan tahun 2000 berubah lagi menjadi Mata Kuliah
Bahasa Indonesia, dan lainnya oleh sebuah biro Pengembangan Kepribadian (MPK). Perubahan
khusus. nama kelompok mata kuliah wajib ini diikuti
Sesuai dengan amanat kurikulum tahun 1983, perubahan kelembagaan dan pengelolaan. Jika
pengelolaan mata kuliah wajib ini dialihkan dari sebelumnya MKDU berkedudukan setingkat jurusan

27
28 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2016

(Jurusan MKDU), pengelolaan MKDU selanjutnya Pelaksanaan pembelajaran PAI diharapkan berbasis
diserahkan ke sebuah Unit Pelaksana Teknis Mata proses keilmuan (scientific approach) dengan
Kuliah Umum (UPT-MKU) di bawah koordinasi cara mengaktifkan mahasiswa (student centered)
langsung Pembantu Rektor I bidang akademik. untuk membangun pengetahuan (epistemological
Perubahan nama dari MKDU menjadi MKU approaches). Singkatnya, pembelajaran PAI lebih
dan MPK menunjukkan bahwa keberadaan dan berorientasi pada aktivitas (activity based), bukan
kelembagaan kelompok mata kuliah wajib ini materi (content base) (Court, 2013: 251-263).
mengalami pasang surut. Selain itu, terkesan Dalam kurikulum PAI tahun 2013 ini, tampak
pelaksanaannya sekadar memenuhi tuntutan undang- adanya pergeseran paradigma yang berimplikasi
undang dan peraturan. Dengan demikan, wajar pada perubahan pendekatan pembelajaran dibanding
apabila muncul persepsi pada sebagian mahasiswa, kurikulum PAI Tahun 2000 dan Tahun 2002.
dosen, program studi, dan pemimpin perguruan Perubahan radikal ini menarik untuk dicermati.
tinggi yang memandang mata kuliah wajib ini hanya Persoalan inilah yang akan menjadi fokus kajian
sebagai “pelengkap” kurikulum. dalam tulisan ini.
Merujuk Undang-Undang Nomor 12 tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi, nama MPK berubah METODE
lagi menjadi Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU). Tulisan ini bersumber dari kajian kualitatif, yang
Perubahan nama ini diharapkan dapat mengembalikan berupaya menghimpun, mengolah, dan menganalisis
fungsi dan peran MKWU sebagai kelompok mata data secara kualitatif, serta mendefinisikannya secara
kuliah yang menjadi roh dan memberikan landasan kualitatif pula (Bachtiar, 1997). Bersandarkan kepad
bagi pengembangan kepribadian mahasiswa dan sifat penelitian kualitatif yang lebih longgar terhadap
pengembangan bidang ilmu masing-masing. instrumen pengumpulan data, karena berfokus pada
Tidak hanya sebatas perubahan nomenklatur proses daripada produk suatu obyek penelitian
mata kuliah, Pendidikan Agama Islam (PAI)— (Muhadjir, 2000:43), dalam penelitian ini penulis
sebagai salah satu bagian dari mata kuliah Pendidikan mengikuti pendapat Bogdan & Tayoor (1975) dengan
Agama—juga mengalami bongkar-pasang standar melakukan studi kepustakaan.
isi. Sejak Orde Reformasi, mata kuliah PAI telah Data yang digunakan dalam penelitian
mengalami perubahan sebanyak tiga kali, yakni: ini sepenuhnya bersumber dari bahan-bahan
kurikulum PAI tahun 2000, tahun 2002, dan tahun kepustakaan. Pengumpulan data dilakukan melalui
2013. Rekonstruksi kurikulum PAI ini, perlu telaah pustaka yang relevan dengan topik yang sedang
dicermati secara kritis: apakah perubahan itu sejalan dibahas. Sumber data meliputi: buku-buku literatur,
dengan tuntutan situasi dan kondisi masyarakat, atau dokumen, surat kabar, majalah, jurnal dan website
hanya bagian dari euphoria reformasi untuk sekadar (internet) yang memuat informasi yang diperlukan.
ingin “tampil beda” dengan model kurikulum Orde Data yang terkumpul selanjutnya diklasifikasikan
Baru sebelumnya. Atas dasar itulah, penulis akan berdasarkan jenisnya untuk persiapan analisis lebih
mengkaji perubahan kurikulum PAI pasca rezim lanjut.
Orde Baru. Data-data yang telah terkumpul dianalisis
Sebagai catatan awal, pada tahun 2000, dengan menggunakan teknik analisis isi atau teks
Pemerintah melalui Direktur Jenderal Perguruan (content analysis), yakni pengkajian terhadap teks-
Tinggi (Dikti) mengeluarkan Surat Keputusan Nomor: teks secara cermat dengan berpijak pada syarat-
263/DIKTI/KEP/2000 tentang Penyempurnaan syarat—sebagaimana yang dikemukakan Muhadjir
Kurikulum Inti Mata Kuliah Pengembangan (2000)—obyektif dan sistematis. Dalam proses
Kepribadian Pendidikan Agama pada Perguruan analisis data, digunakan logika induktif dan deduktif
Tinggi di Indonesia. Tidak sampai dua tahun, secara bervariasi, sebagaimana layaknya dalam
Dikti kembali melakukan perombakan terhadap penelitian kualitatif pada umumnya.
kurikulum Pendidikan Agama di Perguruan Tinggi
Umum melalui Surat Keputusan Nomor: 38/DIKTI/ HASIL DAN PEMBAHASAN
KEP/2002. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Terbaru, kurikulum PAI kembali berubah tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dipakai
menyesuaikan dengan kurikulum tahun 2013. Hal sebagai dasar penyelenggaraan pendidikan nasional,
yang paling menonjol dari rekonstruksi kurikulum disebutkan bahwa “Pendidikan Agama dimaksudkan
terakhir ini adalah pendekatan pembelajarannya.
Hanafi, Transformasi Kurikulum Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum ... 29

untuk membentuk peserta didik menjadi manusia individu maupun sosial dalam rangka mencapai
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha kebahagiaan dunia dan akhirat.” Dengan memahami
Esa serta berakhlak mulia.” Dinyatakan pula dirinya dan alam semesta yang telah diberi aturan
bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi wajib memuat oleh Penciptanya, aturan itulah yang disebut ayat
Pendidikan Agama. kauniyah dan tanziliyah. Ayat tanziliyah inilah yang
Sebagai bagian dari kurikulum inti perguruan dirinci pada bahasan akidah, syariah, akhlak dan
tinggi, mata kuliah PAI tentu tidak lepas dari kontrol sejarah Islam. Penekanan utama ada pada aplikasi
Pemerintah dan kepentingan politik yang sedang ajaran tersebut pada tingkah laku keseharian, baik
berkembang pada saat kurikulum itu diberlakukan. yang bersumber dari Al-Qur’an maupun dari sunnah
Singkatnya, orientasi, visi, dan misi sebuah rezim Rasulullah SAW (GBPP PAI dalam http://bima.ipb.
pemerintahan akan berimplikasi pada muatan ac.id).
kurikulum PAI itu sendiri. Meski demikian pada aspek materi,
Pada masa Orde Baru, PAI di PTU berorientasi penyempurnaan kurikulum PAI tahun 2000 tidak
murni pada konsep-konsep dasar ajaran Islam berbeda sama sekali dengan materi kurikulum
normatif. Domain pembahasannya meliputi tiga PAI di masa Orde Baru. Titik tekan materi PAI
pilar utama ajaran Islam, yakni: akidah, syariah, lebih berorientasi pada konsep-konsep keislaman
dan akhlak. Inilah yang dijabarkan dalam kurikulum tradisional, yang berkisar pada akidah, syariah
PAI di PTU. Pasca tumbangnya rezim Orde Baru, (dalam arti fikih), dan akhlak. Di samping itu, dalam
kurikulum PAI lantas berubah sebanyak tiga kali, sejumlah hal tidak ditemukan adanya perbedaan
seperti dapat dilihat dalam Tabel 1. signifikan antara materi kurikulum PAI pada
Dalam rumusan Kepmen Diknas Nomor: Perguruan Tinggi dengan kurikulum mata Pelajaran
232/U/2000, dijelaskan bahwa mata kuliah PAI Agama Islam pada tingkat dasar dan menengah
di Perguruan Tinggi bertujuan untuk “membantu (Balitbang Depdiknas dalam http://puspendik.com
terbinanya mahasiswa yang beriman dan bertakwa dan Supriyadi dalam http://digilib.itb.ac.id/gdl).
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, Ringkasnya, meski ada perkembangan materi
berpikir filosofis, bersikap rasional dan dinamis, pada tingkat perguruan tinggi, perkembangan
berpandangan luas, ikut serta dalam kerjasama tersebut lebih bersifat “vertikal”. Materi yang
antar umat beragama dalam rangka pengembangan telah dipelajari pada tingkat sebelumnya dikaji lagi
dan pemanfaatan ilmu dan teknologi serta seni untuk secara lebih mendalam, dengan pendekatan rasional
kepentingan manusia dan nasional.” filosofis. Akan tetapi tidak ada perkembangan yang
Rumusan di atas tampak berbeda dari rumusan bersifat “horizontal”, dalam memperluas wilayah
yang terdapat dalam kurikulum PAI di masa Orde kajian pada isu-isu kontemporer.
Baru. Sebagaimana dideskripsikan dalam GBPP PAI Dengan kondisi yang demikian, tidak dapat
bahwa mata kuliah PAI bertujuan untuk “mengkaji dihindari dominannya pendekatan doktriner dalam
dan memberi pemahaman tentang hakikat manusia proses pembelajaran PAI. Ajaran agama diposisikan
yang membutuhkan panduan hidup, baik secara sebagai sesuatu yang harus diimani, diterima

Tabel 1. Kurikulum Pendidikan Agama Islam di PTU Pasca Orde Baru

Nama Rumpun
No. Tahun Berlaku Landasan Yuridis
Mata Kuliah
1 Kurikulum PAI Tahun Mata Kuliah Pengembangan SK No: 263/DIKTI/ KEP/2000 tentang
2000 Kepribadian (MPK) Penyempurnaan Kurikulum Inti Pendidikan
Agama pada PTU

2 Kurikulum PAI Tahun Mata Kuliah Pengembangan SK Menteri Pendidikan Nasional Nomor
2002 Kepribadian (MPK) 045/U/2002

3 Kurikulum PAI Tahun Mata Kuliah Wajib Umum UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
2013 (MKWU) Tinggi; Permendikbud No. 49 Tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
30 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2016

tanpa kritik, dan merupakan barang jadi yang siap yang cenderung ekslusif, radikal, dan fundamentalis
pakai (Hand, 2015). Dengan kata lain, paradigma d al am k eh i d u p an s o s i al -k em as y arak at a n ,
kurikulum PAI Tahun 2000 tersebut masih merupakan seperti: sikap saling mendiskreditkan, sekuler-
kelanjutan dari paradigma kurikulum Orde Baru. mensekulerkan, murtad-memurtadkan atau bahkan
Wilayah keislaman terkesan begitu sempit, sebatas kafir-mengkafirkan secara serampangan (Abdulloh,
rukun iman dan rukun Islam ditambah dengan 2006).
seperangkat aturan tata krama dalam pergaulan Cacat bawaan lain dari Kurikulum PAI Tahun
sehari-hari. Dengan demikian, konsep keagamaan 2000 adalah banyaknya pengulangan materi PAI yang
cenderung bersifat statis karena sekedar melanjutkan telah diajarkan pada jenjang sebelumnya. Idealnya,
tradisi teologis dari para ulama terdahulu (Riegel, konteks dan konten materi PAI antara satu satuan
2007). pendidikan dengan satuan pendidikan berikutnya
Muncul sejumlah spekulasi, paradigma yang harus mengalir dan berbeda. Konteks materi PAI
demikian ini sengaja dibakukan oleh penguasa untuk jenjang SD yang sebatas “keluarga”, pada
Orde Baru guna meredam kekuatan oposisi yang saat SMP harus naik ke level yang lebih luas, yakni
berpotensi lahir dari pemahaman keagamaan lingkup “lingkungan sekitar” (lokal). Di jenjang
yang dinamis dan progresif. Spekulasi ini sangat SMA/sederajat, konteks materi PAI harus berada
beralasan, mengingat kurikulum merupakan produk pada level “kehidupan berbangsa dan bernegara”
penguasa, dan menimbang bahwa umat Islam di (nasional). Pada jenjang perguruan tinggi, lingkup
Indonesia merupakan salah satu kekuatan yang materi PAI adalah “dunia global” (internasional).
sangat menentukan. Perhatikan Tabel 2.
Kurikulum PAI Tahun 2000 yang cenderung Konten/isi materi PAI dalam Kurikulum Tahun
dikotomis dan monodisipliner sangat kentara 2000 tidak ada yang bersifat gerak diakronik maju
memiliki sederet sisi gelap. Pertama, didominasi ke depan. Di jenjang SD, materi PAI yang disajikan
nalar keislaman yang tekstual, rigid, dan kaku. boleh saja sekadar “pengetahuan faktual”, yakni
Kedua, model kajiannya bercorak dogmatik, definitif, pengetahuan tentang sesuatu sesuai dengan fakta
apologis, dan polemis akibat lingkup kajiannya yang yang sebenarnya. Misalnya, sebelum shalat harus
sempit (sebatas konsep dasar Islam, yakni akidah, suci dari hadats kecil dan besar, cara bersesuci
syariah, dan akhlak). Ketiga, berpotensi mendorong yang benar, dan semacamnya. Ketika di jenjang
praktik-praktik dan model-model keberagamaan SMP, wawasan keagamaan yang diajarkan adalah

Tabel 2. Konteks dan Konten Materi PAI berdasarkan Satuan Pendidikannya


Hanafi, Transformasi Kurikulum Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum ... 31

“pengetahuan konseptual”, yaitu pengetahuan Tinggi Umum ditetapkan sebagai berikut, yakni
yang berkaitan dengan klasifikasi dan kategorisasi, “mengantarkan mahasiswa sebagai modal (kapital)
contohnya: macam air, jenis najis, dan sebagainya. intelektual melaksanakan proses belajar sepanjang
Di jenjang SMA/sederajat, jenis pengetahuan yang hayat untuk menjadi ilmuwan yang berkepribadian
dikembangkan harus setingkat lebih tinggi dari dewasa yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan
satuan pendidikan sebelumnya, yakni “pengetahuan kehidupan” (Surat Keputusan Dikti Nomor 38 Tahun
prosedural” (pengetahuan tentang prosedur lanjutan 2002, pasal 3, ayat 1). Dalam Kurikulum PAI untuk
saat situasi khusus dan darurat, seperti tatacara PTU Tahun 2002, tidak lagi ditemukan terma “iman”
tayammum ketika bepergian). Pada saat di bangku dan “takwa” sebagaimana yang ditekankan dalam
perguruan tinggi, jenis pengetahuan yang disemaikan kurikulum sebelumnya.
adalah “pengetahuan metakognitif”, yakni “thinking Paradigma yang mendasari Kurikulum PAI
about thingking” untuk memahami kognisi diri Tahun 2002 ini adalah paradigma yang melihat
sendiri. Contohnya dalam beribadah, tidak cukup agama sebagai sesuatu yang dinamis dan hidup dalam
suci secara lahiriah, tetapi juga batiniah. setiap aspek kehidupan. Agama bukanlah sekadar
Stagnasi dan pengulangan konteks dan konten seperangkat aturan normatif untuk memenuhi
materi PAI, sebagaimana terjadi dalam Kurikulum kebutuhan spritualitas manusia. Agama adalah
Tahun 2000, berimplikasi sangat serius terhadap sebuah pandangan hidup, dan dengan demikian
pembelajaran PAI. Pertama, mahasiswa merasa agama memiliki pengaruh yang sangat kuat
jenuh dan menganggap remeh mata kuliah PAI dalam membentuk cara pandang terhadap realitas
dan dianggap hanya pelengkap SKS, karena tidak kehidupan. Menimbang realitas selalu dalam proses
memiliki nilai tambah terhadap pengetahuan perubahan, maka konsep keagamaan haruslah
mereka. Kedua, wawasan keagamaan mahasiswa bersifat dinamis dalam merespon kondisi kekinian.
menjadi sempit, agama dipahami sekadar sebagai Krisis multidimensi yang melanda Indonesia
media penyucian diri, pemuasan spiritual untuk di era reformasi, menghendaki lahirnya perubahan
memperoleh keselamatan di akhirat. Ketiga, paradigma dalam berbangsa dan bernegara.
pemahaman keagamaan mahasiswa terlepas dari Penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia,
konteks kehidupan yang sesungguhnya, makin penegakan demokrasi, supremasi hukum, dan
melebarkan “gap” antara ajaran dan realitas, dan pemberdayaan masyarakat sipil, merupakan agenda
melahirkan pandangan sekuler (dikotomi dunia- penting reformasi yang mesti didiseminasikan dan
akhirat) (Yani, 2009). digarap melalui pendidikan.
Perubahan iklim politik di Indonesia pada masa- Di samping itu, konflik sosial yang terjadi di
masa awal Orde Reformasi, konflik sosial di berbagai berbagai daerah di tanah air, menuntut peninjauan
daerah, serta lahirnya semacam fobia terhadap segala ulang terhadap cara pandang kita terhadap pluralisme
hal yang “berbau” Orde Baru, berimplikasi terhadap agama, budaya, suku dan etnik. Yang dibutuhkan
dunia pendidikan, termasuk dalam hal ini kurikulum adalah kesepahaman dalam perbedaan, dan bukannya
PAI di PTU. menciptakan keseragaman dalam keragaman, seperti
Jika paradigma penyempurnaan kurikulum PAI yang dilakukan oleh rezim Orde Baru.
tahun 2000 masih merupakan warisan Orde Baru, Bila dibandingkan dengan kurikulum tahun
paradigma kurikulum tahun 2002 sangat berbeda. 2000, terjadi pergeseran paradigma yang sangat
Mata kuliah PAI di PTU tidak lagi berbicara tentang tajam pada kurikulum PAI di PTU tahun 2002.
rukun iman dan rukun Islam an sich (bahkan untuk Kepentingan politik memiliki andil dalam hal ini.
materi ini porsinya sangat minim), melainkan lebih Penulis beranggapan bahwa pembaruan kurikulum
dominan mengkaji tentang Islam dalam kaitannya ini, di samping diperuntukkan untuk menyukseskan
dengan isu-isu kontemporer, seperti: hak-hak agenda reformasi dalam hal penegakan HAM,
asasi manusia, demokrasi, hukum, sistem politik, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat
masyarakat madani, dan toleransi antar umat sipil, serta memupuk kesadaran akan pluralisme,
beragama (Hook, 2016). juga untuk meredam lahirnya kelompok-kelompok
Mencermati visi, misi, dan kompetensi dasar radikal yang berbasis Islam. Seperti diketahui,
yang ditargetkan, mahasiswa dituntut untuk isu terorisme yang ditujukan kepada kelompok-
menguasai kemampuan berpikir, bersikap rasional kelompok Islam “radikal” di Indonesia, merupakan
dan dinamis, berpandangan luas sebagai manusia salah satu masalah yang mendapat perhatian ekstra
intelektual. Sedangkan tujuan PAI di Perguruan serius dari pemerintah Indonesia di era reformasi.
32 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2016

Bahkan kelompok-kelompok Islam “radikal” di Islam? Pemikiran bahwa pendidikan agama Islam
Indonesia mendapat “pengawasan khusus” dari dunia hanya terbats untuk perguruan tinggi Islam, pada
international. dasarnya sudah mensekulerkan secara tidak sadar.
Berbeda dari kurikulum sebelumnya, porsi Di dalam Gambar 1 disajikan komparasi paradigma
bahasan tentang rukun iman dan rukun Islam kurikulum PAI tahun 2000 dan 2002.
dalam Kurikulum Tahun 2002 sangat minim. Topik Patut digarisbawahi, model pengkajian Islam
bahasan yang dominan adalah tentang Islam dalam seperti yang diterapkan dalam Kurikulum PAI Tahun
kaitannya dengan isu-isu kontemporer, seperti: 2002 ini sesungguhnya menjaga keseimbangan
hak-hak asasi manusia, demokrasi, hukum, sistem antara tiga aspek sekaligus, yakni: hadharat al-
politik, masyarakat madani, dan toleransi antar umat nash, hadharat al-‘ilm, dan hadharat al-falsafah.
beragama. Hadarat al-nash berarti kesediaan untuk menimbang
Dalam Kurikulum PAI Tahun 2002, agama tidak kandungan isi teks keagamaan (keislaman). Hadharat
lagi diposisikan sebagai seperangkat aturan normatif al-‘ilm berarti kesediaan untuk profesional-obyektif-
untuk memenuhi kebutuhan spritualitas manusia. inovatif dalam bidang keilmuan yang digeluti.
Agama diletakkan dalam konteks realitas yang Terakhir, hadarat al-falsafah berarti kesediaan untuk
selalu berubah. Ajaran agama dipandang sebagai mengaitkan muatan keilmuan (yang didapat dari
ajaran yang harus dinamis dalam merespon kondisi hadarat al-‘ilm dan telah “berdialog” dengan hadarat
kekinian. Hal ini tentunya selaras dengan jargon umat al-nash) dengan tanggung jawab moral-etik dalam
Islam yang terkenal “al-Islam shalih li kulli zaman praksis kehidupan riil di tengah masyarakat. Hadarat
wa makan” (Islam itu selaras dengan setiap konteks al-nash adalah jaminan identitas keislaman, hadarat
ruang dan waktu). al-‘ilm adalah jaminan profesionalitas-ilmiah, dan
Sisi terang lain dari Kurikulum PAI Tahun hadarat al-falsafah adalah jaminan bahwa muatan
2002, materi PAI dihadirkan dalam wujud wawasan keilmuan yang dikembangkan bukan “menara
yang luas, historis, kontekstual, dan interdisipliner. gading” yang terhenti di “langit akademik”, tetapi
Dalam konteks ini, Islam mengedepankan dimensi memberi kontribusi positif-emansipatif yang nyata
ajarannya yang dinamis, moderat, dan peka terhadap dalam kehidupan masyarakat (Abdullah, 2007).
pluralitas, serta menonjolkan karakteristiknya Berikut ini dalam Gambar 2 disajikan komitmen
sebagai rahmatan lil ‘alamin. Rasionalisasi dari dasar Kurikulum 2002 dalam mengkaji Islam secara
pilihan ini adalah jika model kajian historis– interdisipliner
kontekstual-interdisipliner masih dianggap “tabu” Harus diakui, sebelum kehadiran Kurikulum
diberlakukan pada level perguruan tinggi, lalu Tahun 2002, format penyajian mata kuliah PAI di PTU
pada level mana hal itu dianggap layak. Apakah terlalu terpusat pada aspek ritual sehingga melupakan
hanya terbatas pada Perguruan Tinggi Agama aspek sosial dan intelektualnya. Padahal kajian

Gambar 1. Komparasi Paradigma Kurikulum PAI Tahun 2000 dan 2002


Hanafi, Transformasi Kurikulum Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum ... 33

Gambar 2. Komitmen Dasar Kurikulum 2002 dalam Mengkaji Islam Secara Interdisipline

Islam yang bersifat sosial menuntut wawasan yang dan belajar memanfaatkan semua yang telah
lebih luas dari sekadar “kajian terhadap khazanah dipelajarinya untuk hidup bersama (learning to
klasik” (atau dalam terminologi Kitab Kuning live together). Diyakini, dalam batas-batas tertentu,
disebut dengan turats). Ia memerlukan pendekatan dinamika global ini turut mendorong pemerintah
interdisipliner, misalnya dengan digabungkannya mereformasi kurikulum pendidikan nasional,
pendekatan normatif (yang berbasis pada teks-teks termasuk di dalamnya kurikulum PAI di PTU,
klasik) dengan pendekatan empiris dan sosio-historis melalui pemberlakuan Kurikulum Tahun 2013.
(yang memanfaatkan kerangka teori dan metodologi Dengan pijakan yuridis Undang-Undang
yang digunakan oleh ilmu-ilmu kontemporer, baik Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
eksakta, sosial maupun humaniora). Penggabungan Tinggi, mata kuliah PAI di PTU bermetamorfosis
ini pada gilirannya berakibat positif pada perluasan mengikuti kurikulum tahun 2013. Mata Kuliah
orientasi kajian dan kedalaman analisis. Wajib Umum (MKWU) PAI ini diamanati untuk
Setelah 11 tahun berlalu, kurikulum PAI tahun mengemban misi-misi luhur berikut. Pertama,
2002 dirasa tidak lagi memadai untuk menjawab mengembangkan potensi keimanan, ketakwaan,
tantangan zaman. Ada sederet perubahan paradigma akhlak mulia, dan karakter baik mahasiswa (misi
pembelajaran yang menuntut respon positif: (1) dari psikopedagogis). Kedua, menyiapkan mahasiswa
belajar perorangan (individual learning) menjadi untuk berkehidupan Islami, baik sebagai pribadi,
belajar bersama (cooperative learning); (2) dari anggota keluarga, anggota masyarakat, dan sebagai
belajar dengan cara menghafal (rote learning) warga negara yang baik (misi psikososial). Ketiga,
menjadi belajar untuk memahami (learning for membangun budaya spiritualitas sebagai determinan
understanding); (3) dari pemindahan pengetahuan utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
(knowledge transmitted) ke pembelajaran interaktif, (misi sosiokultural). Keempat, mengkaji dan
keterampilan proses, dan pemecahan masalah mengembangkan pemahaman ajaran Islam yang
(problem based learning); (4) dari paradigma dosen terintegrasi dengan berbagai disiplin ilmu (misi
mengajar (teacher centered) menjadi mahasiswa akademik) (Francisca, dkk., 2015: 212).
belajar (student centered); (5) dari penilaian manual- Secara konseptual Kurikulum PAI Tahun 2013
tradisional (seperti mengerjakan soal) menjadi bertumpu pada sejumlah kompetensi yang hendak
penilaian autentik (berbentuk portofolio, proyek, dicapai. Kompetensi adalah kemampuan mahasiswa
laporan, penampilan mahasiswa) (Teng, 2016: 106- untuk bersikap, menggunakan pengetahuan dan
109). keterampilan untuk melaksanakan suatu tugas di
Di level global, dunia internasional— kampus, masyarakat, dan lingkungan tempat yang
memasuki milenium ketiga melalui UNESCO— bersangkutan berinteraksi. Kurikulum dirancang
mengampanyekan 4 (empat) visi dasar pendidikan, untuk memberikan pengalaman belajar seluas-
yakni: belajar untuk mengerti (learning to luasnya bagi mahasiswa selaku peserta didik
know), belajar untuk melakukan apa yang sudah untuk mengembangkan sikap, keterampilan, dan
dimengertinya (learning to do), belajar menjadi pengetahuan yang diperlukan untuk membangun
seperti sosok yang dipelajari (learning to be), kemampuan tersebut. Hasil dari pengalaman belajar
34 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2016

tersebut adalah hasil belajar peserta didik yang instruksional (instructional effects). KI 3 dan KI 4
menggambarkan manusia dengan kualitas yang secara filosofis berfungsi sebagai wahana ontologis
dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan epistemologis. Kompetensi Inti 1, 2, 3, dan 4
(SKL). secara bersama-sama harus dipahami dan disikapi
Secara lebih detil, rumusan SKL dapat dilihat sebagai entitas utuh learning outcomes (capaian
dalam Permendikbud Nomor 49 Tahun 2014 tentang pembelajaran) dalam konteks utuh proses psikologis-
Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Di dalamnya, pedagogis (andragogis), dan sebagai suatu proses
digariskan rumusan sikap dan keterampilan umum pencapaian dan perwujudan tujuan pendidikan
setiap lulusan, baik pada program diploma, program nasional.
sarjana, magister, program doktor maupun pada Kompetensi Dasar (KD) bersifat spesifik dan
program profesi. mendeskripsikan kemampuan terkait substansi mata
Berdasarkan SKL Kurikulum PAI Tahun kuliah, dalam hal ini mata kuliah Pendidikan Agama
2013, kompetensi-kompetensi yang diinginkan Islam sebagai salah satu dari empat elemen Mata
selanjutnya dijabarkan ke dalam dua kompetensi, Kuliah Wajib Umum (MKWU). Dalam konteks
yakni Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi KKNI, KD sepadan dengan konsep dan posisi
Dasar (KD). Kompetensi Inti (KI) merupakan capaian pembelajaran.
kemampuan atau kompetensi yang bersifat generik Dalam konteks Pendidikan Agama Islam (PAI),
yang isinya merujuk pada: (a) Tujuan Pendidikan Kompetensi Dasar dan capaian pembelajaran yang
Nasional [UU Nomor 20 /2003]; (b) Tujuan Dikti dikembangkan secara utuh dengan kerangka KI 1, 2, 3,
[UU Nomor 12/2012]; (c) KKNI [Permendikbud dan 4 sangat konsisten dan koheren dengan keutuhan
73/2013]; dan (d) SKL [Permendikbud SNPT]. KI perwujudan kemuliaan keberagamaan Islam (religion
berfungsi sebagai integrator kompetensi kelompok virtues) melalui pengembangan secara interaktif
mata kuliah/program studi. Secara keseluruhan KI dan sinergis kemampuan-kemampuan: Islamic
dikelompokkan menjadi empat kelompok, yakni: KI 1 knowledge, Islamic dispositions, Islamic skills,
(mencerminkan sikap spiritual), KI 2 (mencerminkan Islamic confidence, Islamic commitment, Islamic
sikap sosial), KI 3 (mencerminkan pengetahuan), competence, yang bermuara pada perwujudan
dan KI 4 (mencerminkan keterampilan). Perhatikan Islamic responsibility dan Islamic enggagement.
Tabel 3. Materi pembelajaran PAI menurut Kurikulum
Kompetensi Inti 1 dan 2 (KI 1 dan KI 2) Tahun 2013 harus dielaborasi dan dikaji lebih lanjut
dikembangkan secara koheren dan harmonis sebagai dengan lebih berorientasi pada activity base sejalan
dampak pengiring (nurturant effects). Kompetensi dengan Kompetensi Dasar (KD) masing-masing.
Inti 3 dan 4 (KI 3 dan KI 4) dikembangkan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada
secara konsisten dan interaktif sebagai dampak dasarnya menerapkan pendekatan berbasis proses

Tabel 3. Kompetensi Inti PAI di PTU dalam Kurikulum Tahun 2013

ASPEK RUMUSAN

Sikap Spiritual Menghayati dan mengamalkan ajaran Islam yang dianutnya sebagai pola hidup dalam
konteks akademik, dan/atau profesi

Sikap Sosial Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerja sama, cinta damai, responsif dan pro-aktif),
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa,
serta memosisikan diri sebagai agen transformasi masyarakat yang berakhlak mulia
dalam membangun peradaban bangsa.

Pengetahuan Memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta pengetahuan


faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait berbagai fenomena dan kejadian,
serta menggunakan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai
dengan bakat dan minat.

Keterampilan Mengolah, menalar, mencipta, dan menyaji berbagai hal dalam ranah konkret dan abstrak
secara mandiri serta bertindak secara efisien, efektif,dan kreatif serta menggunakannya
sesuai kaidah keilmuan dan/atau keprofesionalan.
Hanafi, Transformasi Kurikulum Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum ... 35

keilmuan (scientific/epistemologic approach) dengan PAI Tahun 2013 adalah membimbing mahasiswa
sintakmatik generik sebagai berikut: mengamati, untuk mengembangkan kebiasaan yang baik. Di
menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, antara kebiasaan-kebiasaan yang diupayakan untuk
dan mengkomunikasikan. dikembangkan itu adalah sebagai berikut. Pertama,
Pendekatan tersebut dapat dikemas dalam pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri:
pelbagai model pembelajaran yang secara psikologis- mengidentifikasi gaya belajar yang paling cocok
pedagogis memiliki karakter pembelajaran yang (visual, auditif, kinestetik, deduktif, atau induktif);
mengaktifkan mahasiswa (student active learning) memonitor dan meningkatkan kemampuan belajar
sebagai peserta didik sekaligus orang dewasa. (membaca, menulis, mendengarkan, mengelola
Dengan pendekatan ini, mahasiswa difasilitasi waktu, dan memecahkan masalah); memanfaatkan
untuk lebih banyak melakukan proses membangun lingkungan belajar secara variatif (di kelas
pengetahuan (epistemological approaches) melalui dengan ceramah, diskusi, penugasan, praktik di
transformasi pengalaman dalam berbagai model, laboratorium, belajar kelompok, dan seterusnya).
antara lain, sebagai berikut: (1) Pembelajaran Kedua, mengembangkan kebiasaan berpikir positif;
Berbasis Masalah (Problem-Based Learning/PBL), meningkatkan rasa percaya diri (self-confidence)
(2) Proyek Belajar Kewarganegaraan (Citizenship dan rasa harga diri (self-esteem); mengidentifikasi
Project), (3) Studi Kasus (Case Study), (4) Kerja tujuan belajar dan menikmati aktivitas belajar.
Lapangan (Work Experiences/Service Learning), Ketiga, mengembangkan kebiasaan berpikir secara
(5) Tugas kelompok (Syndicate Group), (6) Debat hirarkhis: membuat keputusan dan memecahkan
(Controversial Issues), (7) Simulasi (Simulation), masalah; memadukan dan menciptakan hubungan-
(8) Pembelajaran Kolaboratif (Collaborative hubungan dan konsep-konsep yang baru. Keempat,
Learning), (9) Bola Salju Menggelinding (Snow- mengembangkan kebiasaan untuk bertanya:
balling Process). mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep utama
Penilaianpun menggunakan aneka ragam dan bukti-bukti pendukung; membangkitkan minat
tes dan non-tes yang dilaksanakan secara terpadu dan motivasi; memusatkan perhatian dan daya ingat.
dan berkelanjutan dengan menitikberatkan pada Kurikulum Tahun 2013 meyakini bahwa tolok
perwujudan ajaran Islam dalam kehidupan sehari- ukur keberhasilan pendidikan adalah seberapa jauh
hari. Oleh karena itu, penilaian MKWU-PAI dapat semua usaha pendidikan dapat memberikan ruang
mengggunakan instrumen penilaian, antara lain: tes dan fasilitas yang lebih luas bagi pengembangan
obyektif, tes esai, tes perbuatan, studi kasus, catatan kepribadian dan kebebasan bermasyarakat (Sen,
anekdotal, penilaian teman sekelas/tutor sebaya/sosio 1998). Selain itu, kurikulum yang diberlakukan
metrik, penilaian portofolio, hasil proyek belajar, di akhir masa bakti Kabinet Indonesia Bersatu
penilaian proses, dan studi lapangan. Untuk masing- Jilid II itu bermaksud untuk mengembangkan dan
masing penilaian diperlukan kriteria dan prosedur memberdayakan seluruh potensi diri mahasiswa
penilaian yang sesuai dengan ciri khasnya. (kognisi, afeksi, konasi, dan psikomotorik) dengan
Dari sisi konteks dan konten materi, Kurikulum dukungan model pembelajaran yang tepat. Hanya
PAI Tahun 2002 tidak berbeda jauh dari Kurikulum dengan itulah, proses pendidikan memungkinkan
PAI Tahun 2013. Kurikulum Tahun 2013 juga terjadinya penemuan dan pengembangan inovasi baru
berorientasi pada pengkajian Islam secara historis, yang akan membawa perubahan pada masyarakat
kontekstual, dan interdisipliner sebagaimana dan peradaban masa depan. Ambisi mulia itu
Kurikulum Tahun 2002. Perbedaan yang paling tidak akan terwujud kecuali dengan perubahan
mendasar di antara keduanya adalah kurikulum tahun paradigma pembelajaran. Singkatnya, belajar harus
2013 mengenalkan pendekatan dan strategi belajar mengasyikkan, rileks, menyenangkan sehingga
yang berbeda, yang berpusat pada kata-kata kunci memungkinkan mahasiswa merekam informasi-
berikut: (1) Pendekatan Berbasis Proses Keilmuan informasi secara utuh.
(Scientific Approach); (2) karakter pembelajaran
yang mengaktifkan mahasiswa (Student Active SIMPULAN
Learning); (3) proses membangun pengetahuan Dari kajian terhadap 3 (tiga) generasi kurikulum
(Epistemological Approaches), dan (4) berorientasi PAI di era reformasi di atas, dapat disimpulkan
pada aktivitas (Activity Base), bukan materi (Content beberapa hal berikut. Pertama, paradigma kurikulum
Base). PAI Tahun 2000 masih merupakan kelanjutan dari
Risalah terpenting yang diusung oleh Kurikulum paradigma kurikulum Orde Baru, yang berorientasi
36 JURNAL PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN, VOLUME 23, NOMOR 1, APRIL 2016

murni pada konsep-konsep Islam normatif. Domain Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


pembahasannya sebatas tiga pilar utama ajaran Abdullah, M. A. 2007. “Desain Pengembangan Akademik
Islam, yakni: akidah, syariah, dan akhlak. Kedua, IAIN Menuju UIN: Dari Pendekatan Dikotomis-
berbeda dari Kurikulum Tahun 2000, Kurikulum Atomistik ke Integratif-Interkonektif” dalam
PAI Tahun 2002 mengindikasikan pergeseran Fahruddin Faiz (ed.). Islamic Studies dalam
paradigma dan perubahan materi secara radikal— Paradigma Integrasi-Interkoneksi: Sebuah
menjadi lebih dinamis, kontekstual, interdisipliner, Antologi. Yogyakarta: Penerbit SUKA Press.
dan responsif terhadap kondisi kekinian. Agama Bachtiar, W. 1997. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah.
tidak lagi diposisikan sebagai seperangkat aturan Cet.ke-1. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
normatif untuk memenuhi kebutuhan spritualitas Bodgan, R & Tayllor, S.J.. 1975. Introduction to
manusia. Tetapi agama diletakkan dalam konteks Qualitative Research Method. New York John
realitas yang selalu berubah, karenanya “ajaran Wiley & Sons.
agama” harus dinamis dalam merespon kondisi Court, D. 2013. Religious Experience as an Aim of
kekinian. Pergeseran paradigma ini berimplikasi Religious Education. British Journal of Religious
pada perubahan materi pembelajaran PAI di Education, 35(3).
perguruan tinggi umum yang tidak lagi mengulang- Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam Departemen
ulang materi yang ada pada tingkat dasar dan Agama RI, 2004. Materi Instruksional Pendidikan
menengah, melainkan lebih akomodatif terhadap Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta:
isu-isu kontemporer, seperti: HAM, demokrasi, Direktorat Perguruan Tinggi Agama Islam
pluralisme, feminisme, dan masyarakat madani. Departemen Agama RI.
Ketiga, adapun Kurikulum PAI Tahun 2013 itu lebih Francisca, L., Ajisuksmo, & Clara R.P, 2015. “Keterkaitan
menonjolkan pendekatan pembelajaran berbasis antara Moral Knowing, Moral Feeling, dan Moral
Behaviour dalam Empat Kompetensi Dasar Guru”.
proses keilmuan (scientific approach) dengan cara
Jurnal Kependidikan, 45(2).
mengaktifkan mahasiswa (active student centered)
Garis-garis Besar Program Pengajaran PAI. http://
untuk membangun pengetahuan (epistemological
bima.ipb.ac.id/~tpb-ipb/gbpp/gbpp-agamaislam.
approaches). Singkatnya, pembelajaran PAI menurut
diunduh 11 Oktober 2008.
Kurikulum 2013 lebih berorientasi pada aktivitas
Hand, M. 2015. Religious Education and Religious
(activity based), bukan materi (content base).
Choice. Journal of Belief & Values: Studies in
Kehadiran Kurikulum PAI Tahun 2013 ini tidak
Religion and Education, 36(1).
berarti mengubah konteks dan konten mata kuliah
Hook, J. N., et. al. 2016. Intellectual Humility and
PAI sebelumnya secara total. Justru kurikulum
Religious Tolerance. The Journal of Positive
PAI generasi terakhir ini nyaris tidak merombak
Psychology, 11(5).
muatan kurikulum tahun 2002. Yang berubah
Keputusan Dikti Nomor: 263/DIKTI/KEP/2000 tentang
secara ekstrem hanyalah strategi pembelajarannya
penyempurnaan kurikulum inti Mata kuliah
yang sangat bertumpu pada kata-kata kunci
Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama
berikut: Pendekatan Berbasis Proses Keilmuan pada Perguruan Tinggi di Indonesia. Depdiknas,
(Scientific Approach), karakter pembelajaran yang 2000.
mengaktifkan mahasiswa (Student Active Learning), Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
proses membangun pengetahuan (Epistemological Departemen Pendidikan Nasional RI, Nomor:
Approaches), dan orientasi pada aktivitas (Activity 3 8 / D I K T I / K E P / 2 0 0 2 Te n t a n g R a m b u -
Base), bukan materi (Content Base). rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
DAFTAR PUSTAKA Keputusan Mendiknas Nomor: 232/U/2000 tentang
Abdullah, M. A. 2001. “Al-Ta’wil al-‘Ilmi: Ke Arah Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan
Perubahan Paradigma Penafsiran Kitab Suci”. Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
Jurnal al-Jami’ah, 39: 11-22. Muhadjir, N. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi
Abdullah, M. A. 2001. “Kata Pengantar” untuk terjemahan ke-4, Cet. ke-1. Yogyakarta: Rake Sarasin.
buku Richard C. Martin, Pendekatan Kajian Islam Pedoman Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) Pendidikan
dalam Studi Agama. Surakarta: Muhammadiyyah Agama Islam (PAI) di Perguruan Tinggi Tahun
University Press. 2014 (draft belum diterbitkan).
Abdullah, M. A. 2006. Islamic Studies di Perguruan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Tinggi: Pendekatan Integratif-Interkonektif. (Permendikbud) Nomor 49 Tahun 2014 tentang
Hanafi, Transformasi Kurikulum Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum ... 37

Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Sen, A. 1998. Development as Freedom. New Delhi: New
Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, Badan Delhi Press.
Penelitian dan Pengembangan. 2004. “Kurikulum Surat Keputusan Dikti Nomor 38 Tahun 2002 tentang Mata
2004: Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kuliah Pengembangan Kepribadian.
Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas Teng, L.S. 2016. Changes in Teachers’ Beliefs after a
dan Madrasah Aliyah” dalam http://elcom.umy. Professional Development Project for Teaching
ac.id. Diunduh 11 November 2015. Writing. Journal of Education for Teaching, 42(1).
Pusat Penilaian Pendidikan BALITBANG Depdiknas. Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan
2005. “Panduan Materi Pendidikan Agama Islam Tinggi.
SD/MI-Kurikulum 1994” dalam http://puspendik. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
com/ebtanas/ujian2005/PDF/ PAMSD94ISL05. diakses Pendidikan Nasional.
11 Oktober 2008. Yani, M. T. 2009. Dinamika Pendidikan Islam di Perguruan
Riegel, U. & Ziebert, H.G. 2007. Religious Education and Tinggi Umum. Jurnal Penelitian Keislaman, 2(5).
Values. Journal of Empirical Theology, 20. LPPM-IAIN Mataram.

Das könnte Ihnen auch gefallen