Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Jakarta,..............................................................2015
Yang Menyetujui,
(......................................................)
33
Korespondensi:
Della Ayu Putri
Fakultas Kedokteran
Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya
Jalan Pluit Raya No.2
Jakarta 14440
Telp :085777448941
Email: dellaayu.putri@yahoo.com
38
ABSTRAK
LATAR BELAKANG : Tuberkulosis (TB) paru dapat menurunkan pengembangan
paru sehingga kapasitas fungsional menurun. Penurunan kapasitas fungsional diduga
menyebabkan penurunan terhadap kualitas hidup. Uji jarak tempuh berjalan 6 menit
dapat digunakan sebagai sarana evaluasi status fungsional. Penelitian ini dilakukan
untuk menilai hubungan uji berjalan 6 menit dengan kualitas hidup penderita TB
paru (WHOQOL-BREF).
TUJUAN : Menilai hubungan kapasitas fungsional dan kualitas hidup penderita TB
paru.
METODOLOGI : Penelitian deskriptif analitik dengan desain potong lintang ini
menggunakan responden yang sedang menjalani rawat jalan di Poli Penyakit Dalam
Rumah Sakit Atma Jaya. Kriteria inklusi positif TB paru, laki-laki maupun
perempuan dan berusia 19-59 tahun. Kriteria eksklusi pasien dengan komorbid
penyakit paru dan jantung lain, memiliki penyakit neuromuskuloskeletal yang
membatasi gerak, detak jantung istirahat >120 kali/menit, dan tekanan darah tinggi.
HASIL DAN KESIMPULAN : Terdapat 38 responden dengan skor kualitas hidup
paling rendah pada domain fisik sebesar 45.89 dan yang tertinggi domain sosial
sebesar 61.84. Rata-rata uji jarak tempuh berjalan sebesar 226.07. Tidak terdapat
hubungan bermakna antara kapasitas fungsional dan kualitas hidup (p >0.05, r <0.2).
ABSTRACT
Keywords: functional capacity, six minute walk test, quality of life, WHOQOL-BREF
40
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) masih menjadi infeksi kronik dengan tingkat morbiditas
dan mortalitas yang tinggi. Menurut World Health Organization (WHO) tahun
2011 sebanyak 8,7 juta penduduk dunia terinfeksi TB dan 1,4 juta penduduk
meninggal karena penyakit TB tersebut.1 Indonesia menempati peringkat 4
setelah Afrika, India dan Cina dengan estimasi semua kasus TB adalah 690.000
dengan angka kejadian kasus baru 450.000 per tahun dan 64.000 kematian per
tahun.2
Tuberkulosis paru dapat menurunkan fungsi pengembangan paru akibat
perubahan fibrosis paru difus, adanya efusi pleura, kavitas, hipertrofi otot polos
pernapasan, dan lesi perkijuan. Hal- hal tersebut akan mengakibatkan pasien
dengan tuberkulosis paru mengalami gangguan pertukaran gas, sehingga dapat
menurunkan kapasitas fungsional paru.3
Penurunan kapasitas fungsional paru dapat mempengaruhi kapasitas
fungsional secara keseluruhan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa 6MWT
dapat digunakan untuk menilai kapasitas fungsional paru. Uji jarak tempuh
berjalan 6 menit merupakan salah satu contoh uji jalan fungsional yang praktis,
sederhana, dan hanya memerlukan kemampuan untuk berjalan.4 Penurunan
kapasitas fungsional juga dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup karena
dapat membatasi kapasitas latihan sehingga makin memperburuk kondisi
pasien.5
Terdapat beberapa alat ukur untuk menilai kualitas hidup terkait kesehatan,
salah satunya adalah dengan menggunakan kuisioner WHOQOL-BREF.
Kuisioner WHOQOL-BREF merupakan kuisioner yang singkat dan bersifat
universal sehingga mudah dimengerti.6
Data-data mengenai penelitian yang menghubungkan tentang kapasitas
fungsional dan kualitas hidup pada penderita TB paru masih sangat jarang di
Indonesia, selain itu program kesehatan masih memprioritaskan pada pencarian
kasus baru dan kepatuhan dalam pengobatan.7 Penelitian ini diharapkan dapat
menunjukkan hubungan antara kedua hal tersebut dan aspek kualitas hidup mana
saja yang terganggu pada penderita tuberkulosis paru.
41
METODE
Subjek Penelitian
Sampel dari penelitian kali ini adalah pasien TB paru yang sedang menjalani
rawat jalan di RS Atma Jaya Jakarta pada bulan Desember 2015-Januari 2016 dan
bersedia untuk menjadi responden penelitian ini. Pada penelitian ini diperlukan
responden sebanyak 38 orang.8 Pada penelitian ini untuk kriteria inklusinya adalah
penderita tuberkulosis parudewasa berusia 19-59 tahun, telah dinyatakan positif
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan sputum, dan pemeriksaan
radiologi dada, jenis kelamin perempuan maupun laki-laki. Peneliti juga melakukan
eksklusi pada pasien dengan komorbid penyakit paru obstruktif kronik, asma
bronkial, gagal jantung kronik, angina tidak stabil dan infark miokard dalam satu
bulan sebelumnya, pasien dengan detak jantung saat istirahat >120 kali/menit,
tekanan darah sistolik >200 mmHg atau <60 mmHg atau tekanan darah diastolik
>110 mmHg, pasien dengan artritis, penyakit skeletal, penyakit neuromuskuler yang
membatasi gerak.
Pengambilan Data
Penelitian merupakan penelitian potong lintang. Penelitian ini dilakukan pada
bulan Desember 2015 sampai Januari 2016 di Poli SPesialis Penyakit Dalam Rumah
Sakit Atma Jaya Jakarta. Metode pengambilan data dengan cara pengisian kuisioner
WHOQOL-BREF dengan 26 item pertanyaan yang mewakili masing-masing domain
fisik, psikologis, sosial, dan lingkungan, lalu responden diminta melakukan uji jarak
tempuh berjalan 6 menit. Sebelum pengambilan data ini setiap responden diminta
untuk mengisi lembar Informed Consent sebagai tanda persetujuan untuk
pengambilan data.
Penilaian Kuisioner
Kuisioner dinilai menggunakan transformed score dari data yang telah diambil.
Kualitas hidup dinilai baik apabila nilai transformed score diatas atau sama dengan
60 sedangkan dinilai buruk apabila nilai transformed score dibawah 60.
HASIL
Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1 dapat
diketahui responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 orang (57,89%) dan
responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 16 orang (42,11%). Responden
yang dipilih adalah yang memiliki tekanan darah normal. Responden paling banyak
42
berusia 19-28 tahun sebanyak 14 orang (36,84%), usia 29-38 tahun sebanyak 14
orang (36,84%). Mayoritas responden tidak mengalami sesak napas maupun
kelelahan baik sebelum maupun sesudah melakukan 6MWT. Skor domain sosial yang
meliputi dukungan dari keluarga dan teman, serta kepuasan seksual adalah yang
tertinggi dengan 61.84. Hasil rerata uji jarak tempuh berjalan adalah sebesar 226.07
meter.
DISKUSI
Tuberkulosis merupakan penyakit yang dapat menyebabkan gangguan
terhadap fungsi pengembangan paru. Fungsi paru yang terganggu dapat menyebabkan
penurunan kualitas hidup. Pada penelitian dengan metode potong lintang ini menilai
tentang hubungan antara uji jarak tempuh berjalan 6 menit dengan kualitas hidup
yang dinilai menggunakan kuisioner WHOQOL-BREF. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah dengan menurunnya kapasitas fungsional paru yang diukur
dengan uji jarak tempuh berjalan 6 menit penderita TB berdampak pada penurunan
terhadap kualitas hidupnya.
Pada penelitian ini kualitas hidup yang dinilai dengan kuisioner WHOQOL-
BREF dibagi menjadi empat domain besar yaitu domain fisik, psikologis, sosial, dan
lingkungan. Berdasarkan penelitian sebelumnya didapatkan bahwa secara garis besar
penderita TB mengalami penurunan pada keempat domain tersebut.34 Domain yang
paling terganggu adalah domain fisik dan domain psikologis, serta skor tertinggi
untuk domain sosial.9
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Al-Qahtani,
dkk. dan Dhuria, dkk. yaitu domain yang paling terpengaruh adalah domain fisik dan
psikologis, serta yang paling tinggi adalah domain sosial. Skor dari kuisioner
WHOQOL-BREF ini untuk domain fisik sebesar 45.90, domain psikologis sebesar
54.24, domain sosial sebesar 61.84 dan domain sosial sebesar 61.84.
Uji jarak tempuh berjalan 6 menit dari penelitian sebelumnya oleh Azzaky,
dkk. adalah 255.6 meter, pada penelitian ini didapatkan rata-rata jarak tempuh yang
lebih rendah dari penelitian sebelumnya, yaitu 226.07 meter. Menurut penelitian
Dhuria, dkk. hal tersebut juga dapat dikarenakan gaya hidup menetap, kurangnya
kesadaran akan pentingnya latihan fisik, budaya yang menghambat latihan fisik
terutama untuk perempuan, dan tidak adanya tempat-tempat umum yang aman di
mana orang bisa pergi berjalan, sehingga menyebabkan kondisi tubuh pasien yang
memang lemah meskipun dalam kondisi sehat.10Penelitian oleh Ralph, dkk. juga
43
mendapatkan hasil uji jarak tempuh berjalan yang rendah , hal tersebut dikarenakan
perbedaan antropometri yang diyakini mempengaruhi hasil uji jarak tempuh berjalan
6 menit, termasuk norma-norma budaya tentang berjalan cepat, suasana hati, motivasi
subyek dan/atau teknisi, dan karakteristik lintasan berjalan yang disediakan, subyek
penelitian bertubuh pendek dan kelembaban juga mungkin telah berkontribusi pada
hasil jarak tempuh yang rendah dalam penelitian ini.11
Hasil uji analisis menunujukkan tidak ada hubungan yang signifikan dan
bermakna antara uji jarak tempuh berjalan 6 menit dengan semua domain kuisioner
WHOQOL-BREF. Hubungan domain fisik dengan jarak tempuh tidak ada korelasi
domain fisik yang terdiri dari rasa nyeri, kenyamanan, ketergantungan pada bantuan
medis, mobilitas, tidur, beristirahat, dan aktivitas sehari-hari yang secara menyeluruh
mengalami penurunan ada pasien dengan TB.12 Pada penderita TB terganggunya
fungsi paru menyebabkan hal-hal tersebut di atas, namun seberapa parah hal tersebut
mempengaruhi pasien bersifat subyektif dan karena pasien TB pada penelitian ini
hampir semua berada dalam keadaan ekonomi kurang sehingga mereka terpaksa tetap
bekerja. Kebanyakan subyek masih dalam usia yang muda sehingga kondisi fisiknya
juga masih baik. 13
Hubungan domain psikologis dengan jarak tempuh juga tidak menunjukkan
korelasi yang signifikan karena domain psikologis meliputi perasaan positif,
spiritualitas, agama, keyakinan pribadi, citra tubuh, penampilan, dan harga diri.14
Penurunan domain ini khususnya di antara mereka dengan penyakit lebih parah,
perempuan, penduduk desa dan pasien dengan status sosial ekonomi rendah. Apakah
variasi ini terkait dengan perbedaan aktual, perbedaan penting berasal berbagai aspek
atau pola respon-kelompok tertentu tidak sepenuhnya jelas.15 Hal tersebut mungkin
menjadi salah satu penyebab tidak bermaknanya hubungan pada domain psikologis
dan fungsi paru ini, selain itu menurut penelitian Sule, dkk. pada pasien dengan TB
biasanya mengalami rasa kurang berharga akan dirinya dan perasaan negatif tentang
kondisi penyakit mereka. Pasien-pasien ini perlu perawatan dan dukungan dari
mereka anggota keluarga, masyarakat serta Lembaga Swadaya Masyarakat
Organisasi (LSM) untuk mengatasi dampak psikososial dari penyakit dan / atau
pengobatan.13
Hubungan domain sosial dengan jarak tempuh tidak ada korelasi yang
signifikan dalam studi ini. Domain sosial pada penelitian ini berkaitan dengan
dukungan sosial pasien dari orang-orang sekitar seperti keluarga, saudara, dan kerabat
44
yang juga berdampak negatif pada TB.16 Hal ini berbeda dengan penelitian Chung,
dkk. yang dilaksanakan di Taiwan menyimpulkan bahwa domain sosial lebih rendah.
Hal tersebut dikarenakan adanya stigma pada pasien dan orang-orang sekitar, yaitu
stigma diskriminasi publik dan stigma dari dalam dirinya sendiri sehingga
menyebabkan rendahnya skor domain ini.10 Pada penelitian ini didapatkan hal
sebaliknya karena TB paru sudah menjadi hal yang biasa di kalangan masyarakat
Indonesia karena banyaknya kasus TB paru sehingga sudah tidak asing lagi dan
diskriminasi yang cenderung rendah dari lingkungan sosial sekitar, sehingga para
pasien mendapatkan masih mendapat dukungan yang tinggi dari keluarga dan kerabat
dekat.
Hubungan domain lingkungan dengan jarak tempuh tidak ada korelasi yang
signifikan. Hal ini disebabkan karena domain lingkungan berkaitan dengan rasa
aman, keamanan, lingkungan rumah, transportasi dan keamanan finansial yang
terkena dampak negatif pada pasien TB.12 Pengamatan dalam penelitian oleh Sule,
dkk. menunjukkan bahwa kelas pekerjaan yang lebih rendah bukanlah prediktor dari
kesehatan fisik yang lebih buruk. Hal ini mungkin mencerminkan bahwa sebagian
besar responden berasal dari kelas sosial-ekonomi rendah dan budaya latar belakang
yang sama, maka respon mereka terhadap isu terkait kesehatan relatif sama.11 Dalam
penelitian ini kebanyakan responden adalah buruh, pedagang kecil dan pekerja kasar
yang memiliki respon terparah di semua domain kesehatan sesuai dengan penelitian
oleh Sule, dkk dan tidak banyak dipengaruhi penurunan kapasitas fungsional paru
sehingga hasil analisa domain lingkungan dan kapasitas fungsional paru tidak
bermakna.
Penelitian lain oleh Levina, dkk. mendapatkan hubungan bermakna antara uji
jarak tempuh berjalan 6 menit dengan kualitas hidup yang dinilai dengan SF-36 pada
domain fungsi fisik dan kesehatan secara umum.17 Penelitian tersebut dilakukan
terhadap para penderita sekuele TB yang kondisi fisik lebih buruk dan kualitas hidup
yang menurun dibandingkan dengan penderita TB paru aktif dalam penelitian ini
yang kondisi paru nya masih baik sehingga kualitas hidup dan fungsi fisiknya pun
masih baik juga. Pada penelitian oleh Ralph, dkk menggunakan kuisioner Saint’s
George Respiratory Questionaire dengan uji jarak tempuh berjalan 6 menit tidak
menunjukan hubungan yang bermakna.
Penelitian yang menggunakan uji jarak tempuh berjalan 6 menit dan
dihubungkan dengan kualitas hidup masih sedikit di Indonesia. Pemilihan kuisioner
45
REFERENSI
16. Aggarwal AN, Gupta D, Janmeja AK, Jindal SK. Assessment of health-related
quality of life in patients with pulmonary tuberculosis under programme
conditions. Int J Tuberc Lung Dis 2013; 17(7):947–95.
17. Rosalia LP, Riyanto BS, Retnowulan H, Hisyam B, et al. Korelasi antara uji jarak
tempuh jalan 6 menit dengan nilai SF-36 pada penderita sekuele tuberkulosis.
[tesis]. Yogyakarta: Sub Bagian Penyakit Paru Ilmu Penyakit Dalam
FK
UGM/RSUP dr. Sardjito. 2013.
48