Sie sind auf Seite 1von 15

ANALISIS UNSUR-UNSUR INTRINSIK PADA KISAH NABI YUSUF A.

S
DALAM AL-QUR’AN MELALUI PENDEKATAN KESUSASTRAAN MODEREN
(Analysis Of Intrinsic Elements In The Story Of The Prophet Of Yusuf U.S. Al-Quran In Through The Moderent Success Approach)

Rahman Fasieh
alfasih.abdul@gmail.com
Institut Agama Islam Negeri Parepare
Hamsa
hamzahlukmanhakim@yahoo.com
Institut Agama Islam Negeri Parepare
Muhammad Irwan
irwandivers@gmail.com
Institut Agama Islam Negeri Parepare

Abstract, This study discusses the analysis of intrinsic elements in the story of Prophet Yusuf a. in the Qur'an. with the
aim of: to analyze and describe how the relation of intrinsic literary elements contained in the story of the prophet Yusuf a.
in the Qur'an. The results of this study indicate that the story of the prophet Yusuf a. contained in the Qur'an, is a story
with a study of intrinsic literary elements that are very complete as contained in the study of modern literature, there are
five elements, namely: themes, figures and characterizations, dialogues, lines and channels as well as background and
courtyard, of all these elements can be found in the story of the prophet Yusuf as Discussion of intrinsic literary elements in
the story of Joseph's prophet. not only can it be studied using intrinsic literature studies, but of course it can be studied by
using other scientific studies, in order to provide references and new scientific treasures, then the obligation for future
researchers, should conduct studies and breakthroughs on the story of Joseph's prophet. in order to give answers and
solutions why the story of Joseph's prophet a. said to be the best story.
Keywords: Intrinsic Elements, Story Of The Prophet Of Yusuf, Moderent Success
Abstrak, Penelitian ini membahas tentang analisis unsur-unsur intrinsik dalam kisah Nabi Yusuf a.s.
dalam al-Qur’an. dengan tujuan: untuk menganalisis dan mendeskripsikan bagaimana kaitan unsur-
unsur kesusastraan intrinsik yang terkandung dalam kisah nabi Yusuf a.s. dalam al-Qur’an. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa kisah nabi Yusuf a.s. yang terdapat dalam al-Qur’an, merupakan
kisah dengan kajian unsur-unsur kesusastraan intrinsik yang sangat komplit sebagaimana yang terdapat
dalam kajian sastra moderen ada lima unsur, yaitu: tema, tokoh dan penokohan, dialog, alur dan
pengaluran serta latar dan pelataran, dari keseluruhan unsur-unsur tersebut dapat ditemukan dalam
kisah nabi Yusuf a.s. Pembahasan mengenai unsur-unsur kesusastraan intrinsik pada kisah nabi Yusuf
a.s. tidak hanya dapat dikaji dengan menggunakan kajian kesusastraan intrinsik saja, akan tetapi tentunya
dapat dikaji dengan menggunakan kajian keilmuan yang lain, agar dapat memberi referensi dan
khazanah keilmuan yang baru, kemudian kewajiban bagi peneliti selanjutnya, seharusnya melakukan
kajian dan terobosan baru terhadap kisah nabi Yusuf a.s. agar dapat memberi jawaban dan solusi
mengapa kisah nabi Yusuf a.s. dikatakan sebagai sebaik-baik kisah.
Kata Kunci : Unsur-Unsur Intrinsik, Nabi Yusuf A.S, Pendekatan Kesusastraan

PENDAHULUAN jumlahnya.1 Yang paling banyak jumlahnya


Dalam al-Qur’an dijumpai berbagai diantara kisah tersebut adalah kisah nabi-nabi
macam kisah. Jika diteliti, dari 6342 ayat, maka dan Rasul-rasul Allah.
terdapat sekitar 1600 ayat yang berisi kisah atau Pesona bahasa Al-Qur’an dengan nilai
cerita. Jumlah 1600 ayat tersebut hanyalah ayat- sastra yang tinggi seperti disebutkan terdahulu
ayat yang berisi kisah sejarah, seperti kisah nabi- dijumpai pada ayat-ayat Al-Qur’an pada
nabi dan rasul-rasul allah serta umamat-ummat umumnya, khususnya pada ayat-ayat yang
terdahulu. Apabila dimasukkan juga kisah-kisah mengandung kisah berupa berita atau kisah
tamsiliyah atau (perumpamaan) dan kisah-kisah
usturah (legenda) tentu akan lebih banyak lagi 1Hanafi ,segi-segi Kesusastraan kisah-kisah al-
Qur’an, cet. ke-1 (Jakarta; Pustaka al-Husna, 1984) h. 22.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019 93


ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

umat-umat dan para Nabi terdahulu yang sebanyak 27 kali.6 Yaitu pada Surah al-An’am
merupakan peristiwa-peristiwa yang benar-benar ayat 84, Surah Yusuf ayat 4, 7, 8, 9, 10, 11, 17, 21,
terjadi.2 29, 46, 51, 56, 5 8, 69, 77, 80, 85, 87, 89, 90 (2x),
Kisah al-Qur’an, seperti juga kisah sastra 94, 99, dan Surah al-Mukmin ayat 34.
murni atau cerita rekaan memiliki unsur-unsur Bangunan kisah Nabi Yusuf a.s.
yang merupakan pembangun cerita. Bahkan sangatlah sempurna, luwes dan kontras. Kita bisa
unsur-unsur yang terdapat dalam cerita rekaan menangkap dari alur kisah ini adanya satu-
sama dengan unsur-unsur terdapat dalam kisah kesatuan tema dan ketepatan penyampaian tanpa
al-Qur’an, sekalipun keadaan masing-masing mengurangi nilai-nilai seni sastra yang
unsur kadang-kadang berbeda. Misalnya saja dimilikinya.
unsur peristiwa dan tokoh cerita dalam cerita Ketika kita ingin memilih salah satu kisah
rekaan memang kadang-kadang ada, tetapi juga yang terdapat dalam al-Qur’an untuk kita kaji
kadang-kadang hanya merupakan rekaan unsur-unsur intrinsik yang terkandung
pengarang. Hal tersebut berbeda dengan unsur- didalamnya, agaknya yang paling tepat adalah
unsur kisah al-Qur’an, khususnya yang bercorak kisah Nabi Yusuf a.s. dalam Al-Qur’an, karena
sejarah. Unsur-unsur yang terdapat didalamnya kisah tersebut sangat kaya dengan kajian
memang benar-benar ada dan pernah terjadi. kesusastran moderen. Dengan demikian kisah
Dari sekian jumlah kisah yang terdapat Nabi Yusuf sangatlah menarik ketika di kaji
dalam Al-Qur’an, kisah para Nabi yang paling dengan menggunakan kajian ksesusastraan
banyak disebutkan. Diantara kisah para Nabi modern.
tersebut adalah, kisah Nabi Yusuf a.s. yang Dalam kajian ksesusastraan modern
merupakan kisah yang terpanjang, diuraikan terdapat lima unsur kajian kesusastraan instrinsik,
dalam satu Surah tertentu secara utuh dan paling adapun unsur kajian kesusastraan instrinsik
sempurna dibandingkan dengan kisah-kisah yang tersebut yaitu: tema, dialog, tokoh dan
lain.3 penokohan, alur dan pengaluran serta latar dan
Bagaimanapun juga harus diakui bahwa pelataran. Keseluruhan unsur tersebut dapat kita
kisah Nabi Yusuf a.s. merupakan salah satu kisah temukan pada kisah Nabi Yusuf a.s. dalam al-
sastra Al-Qur’an yang betul-betul sempurna Qur’an dan sangat menarik untuk dikaji sehingga
bangunan kisahnya. Dan semua unsur-unsur dapat memberikan khazanah keilmuan yang baru
kisah Al-Qur’an dan unsur-unsur instrinsik dalam bagi kita dan bagi mereka yang ingin mendalami
peneyelidikan karya sastra ditemukan dalam kisah kajian kesusastraan modern.
ini, akan tetapi unsur-unsur tersebut ditempatkan Metodologi Penelitian
pada tempatnya masing-masing dengan kontras, Metode diartikan sebagai suatu cara atau
sehingga terkesan alami dan bangunan kisah ini teknis yang dilakukan dalam proses penelitian.
pun menjadi seimbang.4 Sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai
Nabi Yusuf a.s. yang dimaksudkan dalam upaya dalam bidang Ilmu pengetahuan yang
judul penelitian ini adalah putra Nabi Ya’qub bin dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan
Ishaq bin Ibrahim a.s. dari garis bapaknya Yusuf Prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, dan
a.s. bersaudara sebanyak dua belas orang, yaitu sistematis untuk mewujudkan kebenaran.
Yusuf a.s. dan Bunyamin. Yusuf a.s. merupakan Oleh karena itu, metode penelitian adalah
seorang Nabi dari sekian banyak Nabi-nabi Allah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan
SWT.5 Namanya disebutkan dalam Al-Qur’an tujuan dan kegunaaan tertentu. Cara ilmiah ini
didasarkan pada ciri-ciri keilmuan yaitu rasional,
empiris, dan sistematis. Rasional adalah
2Manna’ Khalil al-Qattan, Mabahis fi ’Ulum Al- penelitian yang dilakukan dengan cara-cara yang
Qur’an (Dar al-Su’udiyyah, t.th.) h. 151.
3Ahmad Mustafa al-Maragi, Tafsir al-Maragi, juz masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran
XII ( Misr :Syarikah Maktabah wa Matba’ah Mustafa al- manusia. Empiris adalah cara yang digunakan
Bab al-Halabi, 1963 h. 111
4Muhammad Ahmad Khalafullah, al-Fann al-Qisasi 6Muhammad Is}om el-Saha dan Saiful Hadi.
fi Al-Qur’an al-Karim, Cet 1 Bairut. 1999: h. 255. Sketsa Al-Qur’an, Tempat, Tokoh, Nama dan Istilah dalam Al-
5Abd al-Wahhab al-Najjar, Qasas al-Anbiya’., Cet Qur’an. Cet. Pertama. Jakarta: Lista Fariska Putra, Thn
ke-2 (Bairut: Dar al-Fikr. t.th.) h. 120. 2005. h. 824.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019


94
ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

dan dapat diamati dengan indera manusia. Metode pengumpulan data adalah cara-
Sedangkan sistematis adalah proses penelitian cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
dengan menggunakan langkah-langkah yang mengumpulkan data. ”Cara” menunjuk pada
bersifat logis.7 Berdasarkan buku Pedoman sesuatu yang abstrak, tidak dapat diwujudkan
Penulisan Karya Ilmiah; Makalah, Skripsi, Tesis, dalam bentuk benda yang kasat mata, tetapi
dan Disertasi yang diterbitkan oleh Alauddin hanya dapat dipertontonkan penggunaannya.12
Press Makassar, metode penelitian haruslah Berdasarkan jenis penelitian yang
mencakup empat hal yaitu jenis penelitian, dilakukan oleh penelitian kepustakaan (library
pendekatan penelitian (approach), metode research), maka untuk memperoleh data, peneliti
pengumpulan data, dan metode pengolahan dan mengumpulkan data dari sejumlah literatur yang
analisis data.8 berkaitan dengan masalah penelitian dari
1. Jenis Penelitian perpustakaan ataupun literatur berupa maktabah
Ditinjau dari segi tempat pelaksanaan yang berbentuk digital (digital library). Adapun
penelitian dan objek kajiannya yaitu buku-buku data dikumpulkan dengan cara mengutip,
yang berkaitan dengan judul penelitian, maka menyadur, dan menganalisis dengan
penelitian ini merupakan penelitian pustaka menggunakan analisis isi (content analysis) terhadap
(library research) yaitu penelitian yang dilakukan literatur yang representatif dan mempunyai
untuk menganalisis permasalahan yang relevansi dengan masalah yang dibahas,
bersumber dari data pustaka atau dokumen- kemudian mengulas, dan menyimpulkannya.
dokumen.9 4. Jenis data
2. Pendekatan Penelitian Adapun jenis data yang digunakan dalam
Penelitian ini merupakan penelitian yang penelitian ini adalah data kualitatif.
memfokuskan pada kajian kesusastraan intrinsik 5. Sumber data
terhadap kisah Yusuf a.s. yang terdapat dalam Al- Adapun sumber data dalam penelitian ini
Qur’an, sehingga peneliti dalam menyajikan terdapat dua macam, yaitu:
penelitian ini menggunakan dua pendekatan, 1) Data Primer
yaitu pendekatan kesusastraan intrinsik dan Sumber data primer merupakan sumber
pendekatan strukturalisme. Pendekatan utama yang dijadikan rujukan dalam penelitian
kesusastraan intrinsik digunakan untuk ini.
menganalisa unsur-unsur karya Sastra yang Adapun data primer yang dijadikan
membangun dari dalam, misalnya imajinasi, sajak rujukan utama dalam penelitian ini berupa Al-
atau rima, tokoh dan penokohan, dialog, alur dan Qur’an yang dikhususkan terhadap kisah Nabi
sebagainya.10 Yang terdapat dalam segi-segi Yusuf a.s. dalam Al-Qur’an terkhusus pada Surah
kesusastraan kisah Nabi Yusuf a.s. di dalam Al- Yusuf.
Qur’an. Sementara pendekatan strukturalisme 2) Data Sekunder
yaitu menelaah dan menganalisa karya sastra Sumber data sekunder merupakan
dengan cara mengidentifikasi, mengkaji dan sumber data yang bersumber dari buku-buku dan
mendiskrifsikan fungsi hubungan antar unsur Maktabah Syamilah yang berbentuk digital (digital
intrinsik sastra yang bersangkutan.11 library) yang terkait dengan penelitian ini yang
3. Metode Pengumpulan Data diperoleh dengan cara melakukan penelusuran di
perpustakaan. Adapun buku-buku yang berkaitan
7Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan dengan kisah-kisah dan kajian intrinsik dalam Al-
Proposal (Cet. IX; Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), h. 24. Qur’an yang digunakan, di antaranya “al-Fann al-
8Tim Penyusun Karya Ilmiah UIN Alauddin
Qisasi fi Al-Qur’an‘” karya Muhammad Ahmad
Makassar, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Makalah,
Skripsi, Tesis, Disertasi dan Laporan Penelitian, Edisi Khalafullah, yang dicetak di beirut pada tahun
Revisi(Cet.I: Makassar: Alauddin Press, 2013), h. 15-17. 1999 H. Buku. Ahmad Hanafi, Segi-segi
9Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan Kesusastraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an, (Jakarta:
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), h. 1-3.
10Ahmad Badrun, Pengantar Ilmu Sastra (Teori
Sastra) h. 13.
11Burhan Nurgiantoro."Teori Pengkajian Fiksi. 12Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Cet.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 2007. h. 37 IX; Jakarta: Rineka Cipta, 2007), h. 100.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019 95


ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

Pustaka al-Husna, dicetak pada tahun 1983). Panuti Sudjiman, sastra sebagai karya lisan
Disertasi, Rauf Aliyah, Kisah Nabi Yusuf a.s. atau tulisan yang memiliki berbagai ciri
Tinjauan Struktural dan Resepsi, Jogjakarta: Tahun keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan,
2010. keindahan dalam isi, dan ungkapannya.14
6. Teknik Pengolahan dan Analisis Ahmad Badrun, kesusastraan adalah
Data kegiatan seni yang mempergunakan bahasa dan
Agar pembahasan ini dapat tercapai garis simbol-simbol lain sebagai alat, dan bersifat
sesuai dengan maksud dan tujuan yang imajinatif.15
diharapkan, maka data atau informasi yang Frederic Jameson Eagleton Terry and
terkumpul akan diolah berdasarkan metode Edward Wadie Said, sastra adalah karya tulisan
penelitian kualitatif, karena jenis data yang yang halus (belles letters) adalah karya yang
digunakan juga adalah data kualitatif. Kemudian mencatatkan bentuk bahasa harian dalam
teknik analisis dan interpretasi data yang berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan,
digunakan adalah analisis deskriptif yaitu dengan didalamkan, dibelitkan, dipanjang tipiskan dan
mengkaji dan menganalisa karakter setiap tokoh diterbalikkan, dijadikan ganjil.16
dalam kisah Nabi Yusuf a.s. dalam Al-Qur’an. Aristoteles, sastra sebagai kegiatan lainnya
PEMBAHASAN melalui agama, ilmu pengetahuan dan filsafat.
Yang dimaksud ilmu sastra dalam bahasa Robert Scholes Tentu saja, sastra itu adalah
Arab bukan ilmu-ilmu bantu, seperti ilmu sharf sebuah kata, bukan sebuah benda.17 Dan sastra
(morfologi), nahwu (sintaksis), ‘ilm al-dilalah adalah karya cipta atau fiksi yang bersifat
(semantik), balaghah (sintaksis), ‘arudl imajinatif atau “sastra adalah penggunaan bahasa
(sajak/musikalitas), dan sebagainya, dan juga yang indah dan berguna yang menandakan hal-
bukan ilmu yang definitif mempunyai objek hal lain”
kajian tersendiri (independen). Tetapi, yang A.Teeuw mengatakan “kata sastra dalam
dimaksud dengan ilmu sastra adalah beberapa bahasa Indonesia berasal dari bahasa sangsekerta
disiplin ilmu yang memiliki keterkaitan dan akar kata sas, dalam kata kerja turunan berarti
hubungan langsung dengan kajian sastra. Apakah mengarahkan, mengajar, memberikan petunjuk
ilmu tersebut membicarakan teori-teori sastra, atau instruksi. Akhiran kata tra, biasanya
macam-macam sastra, aliran sastra, sejarah sastra, menunjukkan alat dan suasana. Maka dari itu
atau menjelaskan perkembangan sastra.13 sastra dapat berarti, alat untuk mengajar, buku
Istilah ilmu sastra dalam bahasa Inggris petunjuk, buku instruksi dan pengajaran;
dikenal dengan istilah “General Literature atau misalnya silpa sastra, buku arsitektur
Literary Study”. Di Indonesia istilah ilmu sastra kesusastraan, buku petunjuk mengenai seni
dikenal dengan padanan kata, study sastra, kajian cerita. Awalan su- berarti baik, indah, sehingga
sastra, pengkajian sastra, dan telaah sastra. sedang susastra dapat dibandingkan dengan berbagai
dalam bahasa Arab sastra dikenal dengan tiga karya tulisan yang halus “belles letter”.18
istilah yaitu: (1) teori sastra ( ِ ‫ َﺮ ِ ﯾ َﺔ ُا ْﻷ َ د َ ب‬,‫( ﻧ)َﻈ‬2) Sedang dalam bahasa Arab, kata sastra
sejarah sastra ( ِ ‫ ﺗ)َﺎر ِ ﯾْﺦا ُ ْﻷ َ د َ ب‬, dan (3) kritik sastra mengalami perkembangan makna yang sangat
( ِ ‫ﺪ)ُا ْﻷ َ د َ ب‬.ْ ‫ﻧ َﻘ‬ signifikan dari zaman klasik hingga zaman
Seiring dengan perkembangan zaman,
istilah-istilah itupun berubah secara drastis, dan
menjadi pengertian secara luas, beberapa dari ahli 14Panuti Hadimurti Mohamad Sujiman. Memahami
sastra klasik dan modern memberikan Cerita Rekaan (Jakarta: Pustaka Jaya, 1988), h. 68.
pandangannya tentang pengertian yang 15Ahmad Badrun, Pengantar Ilmu Sastra ( Teori
mendalam yang berkaitan dengan ilmu sastra dan Sastra) (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 16.
16Frederic Jameson Eagleton Terry and Edward
cabang-cabang dari ilmu sastra itu sendiri seperti
yang dikemukakn oleh ahli sastra berikut ini: Wadie Said. Nationalism Colonialism, (Vol. 1; U of
Minnesota Press, 1988), h. 4.
17Yoseph Yapi Taum. "Pengantar Teori
Sastra." (Flores: PT. Nusa Indah, 1997), h. 13.
13AhmadMuzakki, Pengantar Teori Sastra Arab. (Cet. 18A. Teeuw, Sastra dan Ilmu Sastra. (Jakarta: Pustaka

1; Malang: UIN Maliki Press, 2011), h. 17. Jaya, 1984), h. 20.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019


96
ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

modern, seperti beberapa ungkapan berikut yang Pada masa permulaan Islam, kata adab
berkaitan dengan kata sastra yaitu: mencakup makna pendidikan lisan dan
Dalam bahasa Arab, ungkapan partini pendidikan budi pekerti (akhlak), serta menjauhi
dengan mengutip pendapat A. Teeuw, tidak ada kebiasaan yang tercela.22 Sebagaimana tercantum
sebuah kata yang artinya bertepatan dengan dalam hadis Nabi saw:
sastra. Kata yang paling dekat barangkali adalah ‫دﺑ َﲏ ٍر َ ﻓ َﰊ ّﺣ ْﺴ َ ﻦ َﺗَ د ِ ﺑِﲖ‬
kata adab (‫)أدب‬. Dalam arti sempit, adab berarti
belles-lettres atau susastra, tetapi sekaligus juga Artinya:
berarti kebudayaan (civilization) atau dalam bahasa Tuhan telah mendidikku, kemudian menjadi baik
Arab latin, tamaddun. Di samping itu, ada pula pendidikanku.
berbagai kata yang menunjukkan genre jenis Juga perkataan Umar bin al-Khattab di
sastra tertentu, seperti qasidah, dan sudah tentu bawah ini:
pula kata syi’r yang berarti puisi. Meskipun ِ ‫ﺐَﻔ ْْﺴ َ ﻚ َﺗَﺼ ِرﻞ َْﲪ ِ َﻚ َو َ اﺣ ْ ﻔ َﻣ َﻆْ َﺎﺳ ِ ﻦ َاﻟﺸ ّ ِ ﻌ ْ ﺮ‬‫ا َ ْﺴ ِ ﻧ‬
demikian, sastra sebagai konsep yang khas tidak
diberi istilah yang umum dalam kebudayaan َ ‫ﳛ ُ ْﺴ ِ ﻦ ُد َﺑ َﻚ‬
Arab.19 Artinya:
Sementara dalam bahasa Indonesia, adab Sebutlah nasabmu, maka kamu akan menyambung
berarti kesopanan, kehalusan, dan kebaikan budi kerabatmu, dan peliharalah syair yang baik, makan
pekerti atau akhlak. Secara historis, kata adab akan menjadi baik pendidikanmu.
dalam bahasa Arab mempunyai arti yang Sedangkan secara khusus kata al-adab
bermacam-macam sesuai dengan masanya di menurut Ahmad Husain al-Zayyat dalam
mana kata itu dipergunakan. Misalnya, pada masa bukunya: Tarihu al-Adab al-Arabi Yaitu:
jahiliyah, orang Arab menggunakan kata adbun perkataan yang indah dan jelas, dimaksudkan
(bukan adab), yaitu: ِ ‫اﻟﺪ ﱠ ﻋ ْﻮ َ ة ا ِﻟ َﻰاﻟﻄ ﱠ ﻌ َﺎم‬yang berarti untuk menyentuh jiwa mereka yang
undangan untuk menyantap makanan.20 Tradisi mengucapkan atau mendengarnya, baik berupa
semacam ini merupakan suatu perbuatan yang syair maupun nasar atau prosa.23
amat terpuji dalam bentuk moral yang tinggi. Makna adab yang berarti pendidikan lisan
Karena pada dasarnya akan mendorong dan pendidikan budi pekerti pada masa
seseorang untuk menghormati dan memuliakan permulaan Islam ada relevansinya dengan
para tamunya, dan kemudian menghidangkan pengertian adab pada masa jahiliyah yang berarti
makanan kepadanya. Sebagaimana komentar undangan untuk menyantap makanan. Karena
Thaha Husein yang dikutip oleh Ahmad Muzakki pendidikan budi pekerti akan dapat terealisasi
dalam bukunya (Pengantar Teori Sastra Arab), kata apabila seseorang menghormati tamunya dan
adab merupakan derivatif (isytiqaq) dari kata al- kemudian menghidangkan makanan kepadanya.24
adbu yang berarti undangan ke pesta. Sementara Sedangkan pada masa bani Umayyah, kata
menurut Nalion, al-adbu berarti tradisi. Bentuk adab berarti pengajaran ٌ ‫ﻌ ْ ﻠ ِﯿ ْﻢ‬, َ ‫ﺗ‬maka kata ٌ ‫ﻣ ُ ﺆ ُ د ﱢب‬
jamak dari adbun adalah kata adab ( ٌ ‫) أ َدآب‬
kemudian setelah mengalami proses morfemis sama maknanya dengan kata ٌ ‫ﻌ َﻠ ﱢﻢ‬. ُ ‫ﻣ‬Mereka yang
(i’lal) berubah menjadi adab. Karena seringnya mengajar anak-anak Khalifah tentang syair,
dipergunakan kata adab, maka orang Arab lupa pidato, berita-berita (al-Ahbar) dan peristiwa
asal mula bentuk mufrad-nya, yaitu al-adbu, bukan penting yang menimpa orang Arab (Ayyam al-
adab.21 ‘Ara>b) disebut dengan َ ‫( ﻣ َﺆ َ د ﱢ ﺑُﻮ ْ ن‬pendidik).
Pengertian pendidikan pada masa ini mencakup
prilaku kehidupan yang baik, pendidikan budi
19Ahmad Muzakki, Pengantar Teori Sastra Arab, h. 22.
20Syauqi daif, Tarih al-Adab al-Arabi , al-Asru al-Jahili 22Lajnah, al-Mujaz li al-Adab al-Arabi wa Tarih}uh}u (Bairut:
(Kairo: Dar al-Maarif, 2001), h. 7-10. Dar al-Maarif, 1962), h. 5.
21Syauqi daif, Tarih al-Adab al-Arabi , al-Asru al-Jahili 23Ah}mad Husain al-Zayyat, Tarih}u al-Adab al-

, h. 7-10. Dan lihat juga Ahmad Muzakki, Pengantar Teori Arabi} (Kairo: Dar al-Nahdah Misr, 1977), h. 32.
Sastra Arab, h. 23. 24Ahmad Muzakki, Pengantar Teori Sastra Arab, h. 23.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019 97


ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

pekerti, dan pendidikan lisan (etika berbicara). penilaian atau kriteria yang ada pada zaman itu.
Sebagaimana dikatakan ‘Abdul Malik bin Marwan Bahkan dikatakan tidak terdapat kesinambungan
kepada para pendidik yang sedang mengajar karya sastra suatu periode dengan periode
anak-anaknya: berikutnya karena ia mewakili masa tertentu.
َ ‫د ّ ِ ﲠ ْ ُِﻢﺮ ْﺷِو ِ َﻌ ْاﯾﺮَﺔ ِِا ْ ﻋ ْﴙ‬ Walaupun teori ini mendapat kritikan yang cukup
kuat dari teoretikus sejarah sastra, namun
Artinya: pendekatan ini sempat berkembang dari Jerman
Ajarilah mereka tentang riwayat syi’ir al-A’sya. ke Inggris dan Amerika. Namun demikian, dalam
praktiknya, pada waktu seseorang melakukan
Sementara pada abad ketiga Hijriyah, kata pengkajian karya sastra, antara ketiga disiplin
adab hanya dipergunakan untuk pengajaran ilmu tersebut saling terkait.
sastra, yaitu syair dan prosa, serta yang terkait Ketiga bagian ilmu sastra tersebut saling
dengannya, di antaranya adalah al-Ahbar dan berkaitan. Teori sastra tidak dapat dilepaskan dari
Ayyam al-‘Arab, yaitu peristiwa-peristiwa penting sejarah dan kritik sastra, dan sejarah sastra tidak
yang menimpa orang-orang Arab.25 dapat dipisahkan dari teori dan kritik sastra,
Memasuki abad keempat hijriyah, ilmu- begitu juga dengan kritik sastra, iya memerlukan
ilmu kebahasaan, ansab (genealogi), Ahbar, dan teori dan sejarah sastra. Keterkaitan itu
Ayyam al-‘Arab melepaskan diri dari kajian adab, menyebabkan masing-masing adanya
sehingga pada abad ini kata adab memiliki arti ketergantungan antara satu dengan lainnya.
khusus dan arti umum. Sebagaimana dikatakan Sebuah karya sastra tidak akan dapat dipahami
Thaha Husein, kata adab mengandung arti khusus dan dihayati, apalagi ditafsirkan dan dinilai
dan arti umum. Adab dalam arti khusus ialah dengan sempurna tanpa bantuan ketiga bidang
kata-kata indah yang dapat dirasakan oleh ilmu sastra tersebut. Teori sastra tidak akan
pembaca dan pendengar, baik berupa syair pernah sempurna tanpa bantuan sejarah sastra
maupun prosa. Dalam pengertian ini, kata adab dan kritik sastra, sejarah sastra juga tidak dapat
sangat erat kaitannya dengan emosi dan perasaan dipaparkan apabila teori dan kritik sastra itu tidak
seseorang. Sedangkan kata adab dalam arti umum jelas, juga dengan kritik satra, ia tidak akan
ialah hasil karya pikir manusia yang tergambar mencapai sasaran manakala teori dan sejarah
dalam kata-kata dan tertuang dalam tulisan. sastra tidak dijadikan landasan berpijak.27
Kasidah yang menarik, makalah yang indah, UNSUR-UNSUR INTRINSIK DALAM
pidato, dan kisah yang mengesankan termasuk KISAH NABI YUSUF
kategori adab dalam arti khusus. Dikatakan Adapun Unsur-unsur intrinsik terdiri dari
demikian, karena kata adab semacam ini lima unsur, yaitu unsur tema, dialog, tokoh dan
mengandung nilai-nilai estetika. Nilai-nilai penokohan, alur dan pengaluran serta latar dan
estetika seperti ini dapat dirasakan ketika kita pelataran. Demikian halnya dalam kisah
mendengar nyayian yang dilantunkan oleh Yusuf a.s. tidak terlepas dari semua unsur
seorang penyanyi, dan irama musik yang intrinsik tersebut diatas, pada kesempatan
dibawakan oleh musisi. Nilai estetika juga dapat ini Peneliti akan mencoba membahas
dirasakan ketika kita menyaksikan seni lukis dan keseluruhan unsur-unsur intrinsik
seni ukir.26 tersebut secara detail dengan rincian
Dalam perkembangan ilmu sastra, pernah sebagai berikut:
timbul teori yang memisahkan antara ketiga 1. Tema.
disiplin ilmu tersebut. Khususnya bagi sejarah Surah ini diawali dengan ungkapan yang
sastra dikatakan bahwa pengkajian sejarah sastra sangat simbolis dan sekaligus menarik minat
bersifat objektif sedangkan kritik sastra bersifat siapapun yang pertama kali membacanya. Ayat
subjektif. Di samping itu, pengkajian sejarah pertama menyuguhkan himpunan tiga huruf yang
sastra menggunakan pendekatan kesewaktuan, diucapkan dalam satu tarikan nafas, alif, lam, ra.
sejarah sastra hanya dapat didekati dengan Frasa himpunan huruf-huruf ini ditemukan
sebagai pembuka dalam beberapa surah al-
25Ahmad Muzakki, Pengantar Teori Sastra Arab, h. 24.
26Ahmad Muzakki, Pengantar Teori Sastra Arab, h. 25. 27Ahmad Muzakki, Pengantar Teori Sastra Arab, h. 18.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019


98
ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

Qur’an. Frasa-frasa simbolis ini termasuk dalam adapun ayat tersebut adalah ayat 10, 33, 83, 84
kemukjizatan al-Qur’an. Karena sangat simbolis, dan 101.
muncul banyak ragam pendapat dan pandangan c. Ayat-ayat yang Mengandung
ulama mengenai tafsir dan makna frasa semacam Dialog.
itu.28 Di dalam surah Yusuf terdapat delapan
Dengan demikian keselarasan tema surah puluh dua (82) ayat yang menjadi ayat dialog
ini dengan kandungan isi kisah yang dikisahkan pada kisah ini, adapun ayat tersebut adalah.
di dalamnya menjadi daya tarik tersendiri bagi 4.5.8.9.11.12.13.14.17.18.19.21.23.25.26.27.28.29.
para pembaca dibandingkan dengan beberapa 30.31.32.36.37.38.39.40.41.42.43.44.45.46.57.48.4
surah dengan kisahnya. Surah Yusuf ini memuat 9.50.51.52.53.54.55.59.60.62.63.64.65.66.67.69.70
tema dan nama pelaku serta tokoh yang .71.72.73.74.75.76.77.78.79.80.81.83.84.85.86.87.
dikisahkan di dalamnya, yang kemudian menjadi 88.89.90.91.92.93.94.95.96.97.98.99.100.
suatu kesatuan yang tidak nampak satu d. Ayat-ayat yang mengandung
kekurangan apapun. epilog.
1. Dialog Ayat-ayat yang mengandung epilog dalam kisah
Dalam kisah Yusuf a.s. (surah Yusuf) ini yaitu ayat 101 hingga ayat 111.
terdapat unsur dialog dan unsur dialog tersebut 3. Tokoh dan Penokohan
terbagi atas empat unsur, yaitu unsur prolog, a. Tokoh Nabi Yusuf a.s.
unsur monolog, unsur dialog, dan unsur epilog. Penokohan tokoh nabi Yusuf a.s. dalam
Keempat unsur dialog tersebut dapat ditemukan cerita maupun kisah ini, yaitu sebagai tokoh
dalam kisah ini, dengan demikian peneliti ingin sentral/utama, karena semua kejadian yang
merumuskan ayat-ayat yang mengandung ke dikisahkan pada kisah ini terus berkaitan dengan
empat unsur dialog tersebut secara detail. kejadian menimpa dirinya. Adapun tokoh-tokoh
Dalam kisah nabi Yusuf a.s. (surah Yusuf), yang lain hanyalah sekadar tokoh pembantu,
peneliti menemukan 3 ayat pertama yang menjadi makanya mereka selalu muncul dan tenggelam
prolog, dan 5 ayat yang menjadi monolog, dan 82 sesuai dengan kebutuhan kisah.
ayat yang mengandung dialog, serta 1 ayat akhir Sebagai tokoh sentral, dialah yang paling
yang menjadi epilog. banyak berinteraksi dengan tokoh-tokoh lain
Demi memudahkan untuk menganalisis dalam cerita, sekaligus menjadikan namanya
ayat-ayat yang mengandung unsur-unsur dialog sebagai judul kisah dan judul surah dalam al-
dalam kisah nabi Yusuf a.s. (surah Yusuf), Qur’an yaitu QS. Yusuf.
peneliti akan mengemukakannya dengan rincian Dari gambaran tokoh Yusuf a.s. seperti
sebagai berikut: dikemukakan di atas, tampak bahwa Yusuf a.s.
a. Ayat-ayat yang Mengandung dalam kisah ini adalah tokoh sentral yang
Prolog. memerankan peran utama dalam cerita ini. Ia
Didalam Surah Yusuf terdapat tiga ayat adalah tokoh protagonis (tokoh hero) karena ia
yang menjadi ayat pembuka (prolog) pada kisah adalah gambaran tokoh yang berperan sebagai
ini, adapun ayat tersebut adalah ayat 1,2, dan 3. segala sifat keutamaan yang terpuji.29
Ketiga ayat ini menjadi prolog dalam surah b. Tokoh Nabi Ya’qub a.s.
ini, yaitu sebuah kata pengantar pada sebuah Tokoh nabi Ya’qub dalam kisah ini
kisah dalam surah ini yaitu kisah tentang nabi merupakan tokoh sentral/utama karena
Yusuf a.s. kemunculannya dari awal kisah hingga
b. Ayat-ayat yang Mengandung penghujung kisah, tokoh ini juga merupakan
Monolog. tokoh bulat yang wataknya ditampilkan dalam
Didalam Surah Yusuf terdapat lima ayat cerita dengan berbagai coraknya yang memiliki
yang menjadi ayat monolog pada kisah ini,
bermacam-macam sifat dan diungkapkan
berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi

28Fuad al-Aris. Lathaif al-Tafsir Min Surah Yusuf. 29Abd Rauf Aliyah, Kisah Nabi Yusuf a.s. Tinjauan
Pelajaran Hidup Surah Yusuf, h. 13. Struktural dan Resepsi, Disertasi, h. 175.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019 99


ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

kepribadian dan jati dirinya dalam cerita yang g. Tokoh Raja


pada awalnya berperan sebagai tokoh protagonis, Tokoh ini merupakan tokoh bawahan yang
c. Tokoh Saudara-saudara Yusuf kedudukannya tidak sentral. Namun,
a.s. kehadirannya dalam kisah ini sangat diperlukan
Tokoh saudara-saudara Yusuf a.s. dalam untuk merangsang dan mendukung peran
kisah ini merupakan tokoh sentral/utama karena perjalanan hidup Yusuf a.s. dalam penjara, tanpa
kemunculannya dalam kisah ini sejak awal kisah kehadiran tokoh ini Yusuf a.s. tidak akan
hingga akhir kisah, dan tokoh ini merupakan bertemu dengan saudara-saudara tua sekaligus
tokoh bulat yang wataknya ditampilkan dalam keluarganya.
cerita dengan berbagai coraknya yang memiliki h. Tokoh Kelompok Musafir
bermacam-macam sifat dan diungkapkan Tokoh ini merupakan tokoh tambahan
berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi yang kedudukannya tidak sentral. Namun,
kepribadian dan jati dirinya dalam cerita yang kehadirannya dalam kisah ini sangat diperlukan
pada awalnya berperan sebagai tokoh antagonis, untuk merangsang dan mendukung peran
tokoh yang berperan sebagai orang-orang jahat, perjalanaan hidup Yusuf a.s. sejak ia di pungut
pendendam, dan iri hati. dari sumur hingga ia dibawa ke Mesir dan dibeli
d. Tokoh Setan oleh raja Mesir beserta istrinya.
Seperti dalam kisah-kisah al-Qur’an yang i. Tokoh Orang Mesir yang
lain, setan kadang-kadang tampil dan Membeli Yusuf a.s.
berkedudukan sebagai tokoh utama. Demikian Tokoh ini merupakan tokoh tambahan
juga halnya dalam kisah Yusuf a.s. setan yang kehadirannya pula menjadi peran pelengkap
memainkan peran yang cukup penting, meskipun perjalan hidup Yusuf a.s. sejak ia dibeli dari
hanya tiga kali muncul dalam cerita. Tokoh setan sekelompok musafir dan menjadi anak pungut
dalam kisah ini merupakan juga tokoh datar yaitu dari orang Mesir yang membelinya.
tokoh yang wataknya hanya digambarkan satu j. Tokoh Sang Saksi
saja tokoh ini hanya memiliki satu kualitas Tokoh ini merupakan tokoh tambahan
pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu. yang kehadirannya pula menjadi peran pelengkap
e. Tokoh Istri al-Aziz perjalan hidup Yusuf a.s. dalam istana kerajaan,
Imra’at al-Aziz dalam cerita ini termasuk tanpa kehadiran tokoh ini entah apa yang akan
tokoh yang kedudukannya sebagai tokoh terjadi pada hidup Yusuf a.s. di masa yang akan
sentral/utama yang memiliki sifat yang antagonis, datang.
mengingat bahwa peran yang dibawakannya turut k. Tokoh dua Pemuda yang di
menentukan jalannya cerita. Tanpa kehadiran Penjara
tokoh ini cerita tidak akan berlanjut. Tokoh ini Tokoh ini merupakan tokoh tambahan
hanya muncul pada pertengahan kisah hingga dalam kisah ini, tanpa kehadiran dan peran tokoh
menjelang akhir kisah. ini bisa saja kehidupan Yusuf a.s. dalam penjara
f. Tokoh dan Penokohan Wanita- terus berlanjut tanpa ada kepastian, disebabkan
wanita tidak amanatnya dalam melaksanakan perintah
Tokoh Wanita-wanita dalam kisah ini l. Tokoh Pelayan Yusuf a.s.
disebut oleh al-Qur’an dengan sebutan Niswah Tokoh ini juga merupakan tokoh
yang melengkapi bentuk penokohan dari tokoh tambahan dan penokohan tokoh ini sangat persis
istri al-Aziz yang ikut serta dalam proses sekali dengan keadaannya sebagai seorang
pemenjarahan Yusuf a.s. di istana kerajaan, pelayan yang selalu harus menuruti kemauan
meskipun kedudukan wanita-wanita ini hanya tuannya bila diperintah, tanpa peran yang di
sekadar sebagai tokoh bawahan saja, tetapi bawakan oleh tokoh pelayan ini, tidaklah
kehadiran tokoh ini merupakan pelengkap mungkin kisah ini akan berlanjut pada pertemuan
rangkaian dari kisah ini. Tanpa kehadiran tokoh Yusuf a.s. dengan adiknya Bunyamin dan seluruh
ini, penokohan istri al-Aziz belumlah lengkap keluarganya di istana kerajaan.
dikarenakan tokoh ini menjadi pelengkap m. Tokoh Bunyamin
penokohannya dari segi peran yang Sekalipun kehadiran dan kedudukannya
diperankannya. sebagai tokoh tambahan sekaligus tokoh yang

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019


100
ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

kehadirannya pasif dalam kisah ini, tapi pada bentuk yang sangat simbolis sehingga seakan-
dasarnya tokoh ini memiliki sifat protagonis sama akan tidak ada keterkaitan antara mimpi Yusuf
persis dengan sifat yang dimiliki oleh Yusuf a.s. a.s. dan keluarganya. Itulah yang dimaksud
namun kemunculannya dalam cerita cukup dengan unsur tawriah dalam mimpi, tanpa
penting. Ia berperan menjadi perantara simbolis semacam itu tentu tidak dibutuhkan lagi
berlanjutnya cerita, siasat penahanan dirinya seseorang yang dapat menafsirkan mimpi.32
memungkinkan terjadi perjumpaan dan b. Kedengkian saudara-saudara tua
berkumpulnya kembali keluarga nabi Ya’qub a.s. Yusuf a.s.
secara utuh tanpa adanya peran yang dibawakan Rasa ketidakadilan dari segi kecintaan dan
oleh Bunyamin. Dari tokoh Bunyamin diperoleh kasih sayang yang telah di peragakan oleh nabi
pelajaran, bahwa ketaatan seorang anak kepada Ya’qub a.s. kepada Yusuf a.s. dibanding dengan
orang tua atau adik kepada saudara yang lebih tua putra-putranya yang lain, yang kemudian hal
merupakan sesuatu keniscayaan. itulah yang menyebabkan putra-putra nabi
Berdasarkan penjelasan tentang tokoh dan Ya’qub a.s. bertambah menjadi iri dan dengki
penokohan dalam kisah Yusuf a.s. tersebut di kepada Yusuf a.s. setelah putra-putranya
atas, maka kisah Yusuf a.s. dari tokoh dan mengetahui mimpi yang diceritakan Yusuf a.s.
penokohan merupakan bukti keistimewaan kisah kepadanya, Mimpi tersebut menyebabkan
ini. Tokoh dalam kisah ini sangat banyak dengan kedengkian dan kebencian mereka kepada Yusuf
variasi yang sempurna. Dari segi jenis kelamin, a.s. semakin bertambah.33
ditemukan tokoh laki-laki dan perempuan, dari Peristiwa bermula dari mimpi dan berakhir
segi usia ada tokoh muda, remaja, dewasa, dan pada dibuangnya Yusuf a.s. ke dalam sumur.
orang tua. Demikian juga dari segi strata sosial, Kedua peristiwa ini dihubungkan oleh beberapa
ada yang memiliki strata sosial tinggi (raja), hal. Mimpi membuat nabi Ya’qub a.s.
menengah (perdana menteri) dan rendah melipatgandakan perhatian dan kasih sayang
(pelayan). Perwatakan dan penokohan bagi kepada Yusuf a.s. Hal ini didorong oleh
masing-masing tokoh digambarkan sesuai dengan pengetahuan nubuwahnya bahwa Yusuf a.s. kelak
kedudukannya dalam cerita dengan tepat dan akan mewarisi tugas risalah yang sementara
logis.30 diembannya.34 Sebaliknya bagi putera-puteranya,
4. Peristiwa dan Alur. hal itu meningkatkan rasa dengki dan kebencian
a. Mimpi Yusuf a.s. mereka kepada Yusuf a.s. Menurut anggapan
Kisah Yusuf a.s. oleh al-Qur’an dimulai mereka, nabi Ya’qub a.s. telah berlaku tidak adil,
dengan mimpi Yusuf a.s. sewaktu kecil, peristiwa ketika rasa dengki dan kebencian itu telah sampai
yang terjadi dalam episode ini adalah mimpi kepuncaknya, putra-putra nabi Ya’qub a.s.
Yusuf a.s. mimpi ini adalah mimpi pertama yang memutuskan untuk berbuat makar.
terjadi dalam kisah. Dalam mimpi ini, Yusuf a.s. Dengan demikian, terlihatlah dalam alur ini
bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan adanya hubungan sebab dan akibat serta ikatan
bulan bersujud kepadanya.31 Dan secara khusus yang kuat di antara peristiwa-peristiwa yang
mimpi yang berkaitan dengan hubungan internal terjadi. Hal ini sesuai dengan teori sastra, bahwa
dalam keluarganya. Bilangan sebelas yang alur yang baik adalah yang mempunyai hubungan
disebutkan dalam mimpi Yusuf a.s. dikaitkan sebab akibat dan keterikatan yang kuat antara
dengan jumlah saudara-saudaranya. Jadi, mimpi satu peristiwa dengan peristiwa yang lain.
itu seakan-akan menggambarkan realitas c. Yusuf a.s. dibuang ke dalam
hubungan antara Yusuf a.s. dan saudara- Sumur
saudarnya. Gambaran tentang saudara-saudara
Yusuf a.s. juga ayah dan ibunya, muncul dalam 32Fuad al-Aris. Lathaif al-Tafsir Min Surah Yusuf.
Pelajaran Hidup Surah Yusuf, h. 25.
30Abd Rauf Aliyah, Kisah Nabi Yusuf a.s.,Tinjauan 33Abd Rauf Aliyah, Kisah Nabi Yusuf a.s. Tinjauan

Struktural dan Resepsi, Disertasi, h. 187. Struktural dan Resepsi, Disertasi, h. 157.
31Fuad al-Aris, Lathaif al-Tafsir Min Surah Yusuf. 34al-Syaibani, Ibn Asir, al-Kamil fi al-Tarikh, (Bairut:

Pelajaran Hidup Surah Yusuf, h. 24. Dar Sadr, 1965), h. 1-39.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019 101


ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

Ketika telah nampak kebencian pada Ketegangan kembali terjadi ketika


saudara-saudara tua Yusuf a.s. atas kasih sayang keduanya berlari ke depan pintu dan bertemu
dan perhatian yang lebih dari ayahnya dengan al-Aziz. Namun ketegangan kembali
dibandingkan kepada mereka, mereka pun teredam dengan hadirnya seorang saksi ahli dari
menyusun rencana untuk mencelakakan Yusuf keluarga istri al-Aziz. Dengan persaksian
a.s. dengan berpura-pura mengajaknya pergi tersebut, Yusuf a.s. dinyatakan tidak bersalah.
bermain di padang rumput sembari mengembala Alur seperti ini, sesuai dengan teori sastra,
domba-domba mereka, tetapi saudara-saudara membuat cerita menjadi hidup karena pembaca
tua Yusuf a.s. mempunyai niat jahat untuk selalu terangsang untuk mengikuti peristiwa
membuang Yusuf a.s. ke dalam sumur. berikutnya dalam cerita. Pembaca tetap ingin
Satu-satunya jalan terbaik untuk mengetahui jalan cerita selanjutnya.
menyingkirkan Yusuf a.s. dari bapaknya adalah f. Ta’bir Mimpi Yusuf a.s.
dengan membuang Yusuf a.s. ke dalam sumur. Dalam penjara, Yusuf a.s. bertemu dengan
Dengan harapan, ia dipungut oleh kafilah yang dua orang pelayan raja yang dipenjara karena
lewat dan membawanya pergi jauh dari tuduhan berencana membunuh raja. Pada suatu
kehidupan ayahnya dan tidak akan kembali lagi. malam, kedua pemuda itu bermimpi, keduanya
Rencana itupun sukses mereka jalankan dengan meminta kepada Yusuf a.s. agar ia bersedia
hasil musyawarah yang mereka sepakati. mentakbirkan mimpi mereka. Sebelum Yusuf a.s.
d. Yusuf a.s. Menuju Istana mentakbirkan mimpi keduanya, kepada keduanya
Dari episode ini, terdapat beberapa diajarkan aqidah yang benar sesuai dengan ajaran
peristiwa. Yusuf a.s. dibuang ke dalam sumur agama yang dianut oleh Yusuf a.s. setelah itu
karena kebencian dan rasa dengki saudara- barulah Yusuf a.s. mentakbirkan mimpi mereka.
saudaranya. Harapan mereka agar Yusuf a.s. Perjumpaan Yusuf a.s. dengan kedua
dipungut dan dibawa jauh ternyata terbukti, pemuda tadi terjadi secara kebetulan. Hal
peristiwa dibuangnya Yusuf a.s. ke dalam sumur tersebut memungkinkan cerita dapat berlanjut.
menimbulkan ketegangan. Ketegangan dilerai Peristiwa selanjutnya adalah raja bermimpi.
dengan dipungutnya Yusuf a.s. oleh salah Mimpi tersebut tidak mampu ditakbirkan oleh
seorang anggota kafilah. Dalam hal ini, terjadi orang-orang pintar kerajaan.
suatu peristiwa yang kebetulan. Peristiwa yang g. Kebahagiaan di balik Ta’biran
seperti ini berguna untuk melancarkan jalannya Mimpi
cerita.35 Hal ini serupa berikutnya terjadi lagi Setelah Yusuf a.s. menta’birkan mimpi-
ketika Yusuf a.s. dibeli oleh seorang pembesar. mimpi raja, ia dipanggil oleh raja untuk
Hal ini semuanya melancarkan cerita untuk dibebaskan. Namun Yusuf a.s. tidak langsung
sampai kepada gambaran akhir suatu kisah. memenuhi panggilan raja. Sebelum Yusuf a.s.
Seandainya Yusuf a.s. tidak dibeli oleh seorang dibebaskan, terlebih dahulu meminta kepada raja
pembesar tentu jalan ceritanya akan lain. agar namanya dibersihkan melalui pengakuan
istri al-Aziz dan istri-istri pembesar bahwa
e. Bencana dibalik Wajah yang
merekalah yang menggoda Yusuf a.s. Hal seperti
rupawan
ini berlaku sampai sekarang, bahwa seorang yang
Puncak ketegangan terjadi ketika Yusuf a.s.
dituduh bersalah padahal tidak bersalah, nama
telah berada dalam kamar bersama istri al-Aziz.
baiknya harus dipulihkan.36
Istri al-Aziz kemudian menutup pintu dan
h. Siasat Yusuf a.s. bertemu
jendela-jendela, lalu mengajak Yusuf a.s. untuk
Bunyamin.
mendekat kepadanya. Kejadian tersebut
Saudara-saudara Yusuf a.s. datang ke Mesir
membawa sebuah ketegangan. Apakah Yusuf a.s.
mencari bahan makanan. Mereka masuk ke istana
akan terjerumus ke dalam perbuatan tercela,
Yusuf a.s. Yusuf a.s. mengenali mereka,
ataukah ia mampu mempertahankan kesucian
sementara mereka tidak mengenali Yusuf a.s.
dirinya, ketegangan ini dilerai oleh Allah dengan
setelah Yusuf a.s. menanyakan perihal keluarga
memberi petunjuk kepada Yusuf a.s.

35Panuti sujiman, Memahami Cerita Rekaan (Cet. I; 36Muhammad Mutawalli al-Sya’rawi, Qasas al-
Jakarta: Pustaka Jaya, 1991), h. 37. Anbiya’., h. 106.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019


102
ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

mereka, Yusuf a.s. meminta kepada mereka agar memasuki Mesir atas perkenaan dan kehendak
kedatangan mereka berikutnya membawa adik Allah. Yusuf a.s. mempersilahkan keduanya naik
mereka yang bernama Bunyamin. Agar mereka ke atas singgasana dan bersujud menghormati
itu kembali ke Mesir, Yusuf a.s. memasukkan bersama-sama, seraya berucap “Inilah takbir
barang-barang tukaran yang mereka bawa ke mimpiku yang dahulu. Bukan saja Allah telah
dalam karung mereka. menjadikannya suatu kenyataan, tetapi juga
I. Pertemuan Yusuf a.s. dengan menganugerahiku kebaikan, mengeluarkan aku
Keluarganya dari penjara, membawa kalian semua dari padang
Mereka kemudian kembali ke Mesir dan sahara menuju Mesir, setelah setan merusak
menghadap kepada Yusuf a.s. Mereka hubunganku dengan saudara-saudaraku.
menyampaikan derita yang mereka alami Dan ia menaikkan kedua ibu-bapaknya ke
sekeluarga. Mereka memohon kepada Yusuf a.s. atas singgasana. Dan mereka (semuanya)
agar mereka dapat memperoleh sukatan dan merebahkan diri seraya sujud kepada Yusuf. Dan
diberi sedekah. Dengan tersenyum, Yusuf a.s. berkata Yusuf: "Wahai ayahku inilah ta´bir
berkata kepada mereka tentang apa yang mereka mimpiku yang dahulu itu, sesungguhnya
telah perbuat pada diri Yusuf a.s. dan saudaranya, Tuhanku telah menjadikannya suatu kenyataan.
serta apa akibat perbuatan bodohnya itu. Dan sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik
Alangkah kagetnya mereka setelah Yusuf a.s. kepadaku, ketika Dia membebaskan aku dari
membenarkan dugaannya dan memperkenalkan rumah penjara dan ketika membawa kamu dari
diri kepada mereka. Dan dengan kecut mereka dusun padang pasir, setelah Setan merusakkan
berkata bahwa sesungguhnya Allah telah (hubungan) antaraku dan saudara-saudaraku.
memberi keutamaan kepada Yusuf a.s. dan Sesungguhnya Tuhanku Maha Lembut terhadap
saudaranya dan mereka telah berbuat kesalahan. apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dialah
Yusuf a.s. memberikan maaf kepada mereka Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana37
setelah dahulu pernah berbuat jahat kepadanya. Dengan demikian, peristiwa-peristiwa di
Yusuf a.s. memerintahkan mereka untuk pulang atas telah berjalan sedemikian rupa melalui suatu
menjemput keluarganya. alur yang sambung-menyambung dan kait-
Pada peristiwa-peristiwa ini, tampak bahwa mengait antara satu dengan lainnya. Hal ini sesuai
ketegangan mulai menurun dengan dimulainya dengan ketentuan alur suatu kisah satu dengan
leraian menuju suatu penyelesaian. Dimulai lainnya. Hal ini sesuai dengan ketentuan alur
dengan penyelesaian sementara yaitu pemberian suatu kisah dimulai dengan pelukisan suatu
maaf atas kesalahan yang pernah dilakukan oleh peristiwa, selanjutnya peristiwa bersangkut paut
saudara-saudara tua Yusuf a.s. kepada Yusuf a.s. menuju suatu keadaan yang memuncak, sampai
selanjutnya mengantarkan kepada suatu kepada klimaks dan akhirnya ditemukan
penyelesaian akhir dari cerita yaitu terbuktinya pemecahan atau peleraian dari seluruh masalah.
ramalan mimpi Yusuf a.s. dan terwujudnya Gambaran alur seperti tersebut di atas sesuai
harapan nabi Ya’qub a.s. dengan yang dikemukakan oleh al-Tahami
i. Mimpi yang nyata. Nuqrah sebagaimana dikutip oleh Abd. Rauf
Setelah memaafkan kesalahan saudara- Aliyah di dalam Disertasinya yaitu. Adapun
saudaranya, Yusuf a.s. menyuruh mereka peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam kisah
menjemput keluarga mereka untuk dibawa ke Yusuf a.s terkait dengan ikatan yang erat dan
Mesir. Mereka berangkat menjemput orang tua tepat mengikuti kesesuaian dan kesinambungan.38
dan seluruh keluarga mereka dengan membawa Begitulah tadi rentetan alur kisah Yusuf a.s.
baju gamis Yusuf a.s.. Atas perintah Yusuf a.s. telah kita ikuti, bagaimanapun harus kita akui
kemudian gamis itu disapukan ke wajah ayahnya bahwa kisah Yusuf a.s. ini merupakan salah satu
agar dapat melihat kembali.
Kedatangan keluarga nabi Ya’qub a.s.
37Kementerian Agama RI, al-Qur’an Terjemah dan
disambut oleh Yusuf a.s. dengan penuh
kehormatan. Yusuf a.s. merangkul bapak dan Tajwid berwarna, h. 247.
38Abd Rauf Aliyah, Kisah Nabi Yusuf a.s. Tinjauan
ibunya. Ia mengucapkan salam kedamaian
Struktural dan Resepsi, Disertasi, h. 171.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019 103


ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

kisah sastra al-Qur’an yang betul-betul sempurna rumah nabi Ya’qub a.s. Yusuf a.s. mendapat
bangunan kisahnya. Dan semua unsur-unsur perhatian penuh dari orang tuanya sehingga ia
kisah al-Qur’an ditemukan dalam kisah ini, akan menjadi anak yang patuh dan penurut.41
tetapi unsur-unsur tersebut ditempatkan pada Dari segi latar waktu, kita dapat
tempatnya masing-masing dengan kontras, menyaksikan di rumah nabi Ya’qub a.s. dimana
sehingga terkesan alami dan bangunan kisahpun kita akan disuguhkan dengan sebuah pengaduan
seimbang. dari sosok anak kecil yang polos dan tak tahu
5. Latar dan Pelataran. apa-apa akan arti dari sebuah kejadian yang ia
Suatu cerita tidak memadai dengan lihat di dalam mimpinya di malam hari kala itu.
peristiwa, tokoh, dan dialog, tetapi juga Namun dengan kepolosannya ia datang pada
memerlukan ruang yang terdiri atas waktu dan ayahnya di pagi hari dengan pengaduan dan
tempat maupun situasi. Waktu, tempat dan bercerita panjang lebar akan sebuah kejadian
situasi ini disebut dengan latar atau setting. yang ia lihat di dalam mimpinya di malam itu.42
Latar berkaitan pada pengertian tempat, Sebagai seorang ayah yang punya ketenangan
berhubungan dengan waktu dan lingkungan dalam menyikapi segala hal terutama pengaduan
sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang atas mimpi Yusuf kecil, ia pun menghampiri
diceritakan, latar memberikan pijakan cerita Yusuf kecil seraya memeluk dan berbisik
secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu
memberikan kesan realistis pada pembaca lukisan ceritakan mimpimu itu kepada saudara-
mengenai latar.39 saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk
Demikian halnya dalam kisah nabi Yusuf membinasakan) mu. Sesungguhnya Setan itu
a.s. kisah ini tidak terlepas dari semua unsur latar adalah musuh yang nyata bagi manusia".43
dan pelataran dan semua aspek yang mendukung 2) Padang Rumput dan Sumur Tua
sehingga kisah ini berjalan dengan baik dan Dari segi latar tempat, padang rumput ini
teratur. Pada kisah Yusuf ini dapat kita katakan adalah saksi bisu buat Yusuf a.s. di saat saudara-
sangat sempurna karena semua unsur latar dan saudara Yusuf meminta izin kepada ayahnya
pelataran terdapat dalam kisah ini ada di untuk mengajak Yusuf a.s. untuk ikut serta
dalamnya, baik dari latar tempat, waktu, dan latar bersama mereka dalam hal mengembala domba-
sosial. domba milik mereka sekaligus tempat mereka
a. Latar Tempat dan Waktu. bermain-main. Namun nasib naas menimpa
Dari segi latar tempat dan waktu dalam Yusuf a.s. Alih-alih diajak bersama mereka untuk
kisah Yusuf a.s kita akan menjumpai beragam
bermain-main sambil mengembala domba
latar, dan semua latar ini menjadi pendukung peliharaan mereka namun ternyata Yusuf a.s.
berlanjutnya cerita dalam kisah ini, adapun latar dilemparkan ke dalam sumur tua yang tak
tempat dan waktu tersebut antara lain: satupun orag yang melihatnya kecuali saudara-
1) Kediaman Nabi Ya’qub a.s. saudara Yusuf a.s itu sendiri.
Pada kisah ini kita bisa melihat dari segi Dari segi latar waktu kita akan disuguhkan
latar tempat dimana Yusuf a.s. dibesarkan, pada dua waktu dan kesempatan dalam pelataran
lingkungan pedesaan tepatnya di rumah nabi kisah ini.
Ya’qub a.s. diriwayatkan bahwa letak rumah nabi Pertama: Yusuf a.s. dibuang kedalam sumur
Ya’qub a.s. berada di sebuah kampung terpencil tua pada saat siang hari dan datangnya
(badawi) yang letaknya berada di negeri Palestina, sekelompok musafir yang menemukan Yusuf a.s.
Yusuf a.s. dilahirkan di Paddam Aram.40 Dan
dibesarkan di lingkungan pedesaan sehingga ia
tumbuh dalam asuhan yang lingkungannya penuh
dengan kasih sayang dan perhatian orang tua, di 41Muhammad Ahmad Khalafullah, al-Fann al-
Qisas}i fi al-Qur’an al-Karim, h. 220.
42M. Ishom el-Saha dan Saiful Hadi. Sketsa al-
39Burhan Nurgiantoro. Teori Pengkajian Fiksi. Qur’an, Tempat, Tokoh, Nama dan Istilah dalam Al-Qur’an
(Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2007), h. 216. (Cet. 1; Jakarta: Lista Fariska Putra, 2005), h. 823.
40Abd Rauf Aliyah, Kisah Nabi Yusuf a.s. Tinjauan 43Kementerian Agama RI, al-Qur’an Terjemah dan

Struktural dan Resepsi, Disertasi, h. 82. Tajwid berwarna, h. 236.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019


104
ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

hanya berselang beberapa saat setelah kejadian kawannya ia pun berhasil menakwilkan mimpi
itu. keduanya, ia juga berhasil menakwilkan mimpi
Kedua: saudara-saudara tua Yusuf a.s. raja, dimana mimpi raja tersebut menjadi
kembali pada ayahnya di sore hari saat matahari pertanda keberlangsungan kehidupan negara
telah terbenam, mereka datang dengan suasana Mesir beserta kerajaannya di masa yang
haru hasil rekayasa yang mereka sepakati, mereka mendatang.
mengadu kepada ayahnya sambil meneteskan air Demikian halnya dari segi latar waktu,
mata palsu kalau Yusuf telah dimakan oleh peneliti tidak menemukan referensi yang akurat
serigala saat mereka sedang asyik bermain-main yang dapat memberikan informasi tentang waktu
di padang rumput tempat mereka menggembala terjadinya peristiwa Yusuf a.s. mendakwahi dua
domba-domba peliharaan mereka pemuda yang menjadi sahabatnya dalam penjara,
3) Istana dan Kamar bahkan al-Qur’an tidak memberikan informasi
Dari segi latar tempat, di istana raja inilah yang akurat akan latar waktu terjadinya peristiwa
yang menjadi saksi bisu dan cobaan terberat yang tersebut.
pernah dihadapi oleh Yusuf a.s. semasa 5) Kursi (Singgasana)
hidupnya. Melalui perantara sekelmpok musafir Pada latar tempat di balik kelanjutan dan
yang telah menolong dan menjual Yusuf a.s. ia penghujung cerita dalam kisah ini, tempat inilah
tiba di istana raja. Alih-alih harapan serta yang menjadi saksi betapa Yusuf a.s.
kehidupan Yusuf akan menjadi lebih baik, justru menunjukkan jati dirinya sebagai sosok seorang
kebalikan dari itu ia malah merasakan cobaan anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya
yang tak pernah ia sangka-sangka akan dan sosok seorang hamba yang taat pada
dialaminya. Dalam sebuah kamar kecil yang Tuhannya, di kursi (singgasana) inilah Yusuf a.s.
terdapat di istana raja, keimanan dan keteguhan bersujud kepada ayahnya karena kerinduannya
hati Yusuf a.s. diuji dengan ujian hawa nafsu dari yang amat dalam, sembari ia berdoa kepada
seorang wanita cantik yang telah membeli, Tuhannya atas ilmu dan hikmah yang
membesarkan, dan menjadikannya sebagai anak diberikannya Latar Sosial
angkatnya di dalam istana kerajaan. PENUTUP
Dari segi latar waktu peneliti tidak Dalam kajian intrinsik terdapat lima unsur-
menemukan referensi yang akurat yang unsur pokok yang menjadi tumpuan utama
memberikan informasi tentang waktu terjadinya dalam kajian sastra modern, adapun kajian unsur-
peristiwa penggodaan istri al-Aziz terhadap unsur modern tersebut yaitu: tema, tokoh dan
Yusuf a.s. akan tetapi, ada beberapa referensi penokohan, dialog, alur dan pengaluran, serta
yang peneliti temukan yang memberikan latar dan pelataran dan kelima unsur-unsur
informasi bahwa terjadinya latar peristiwa itu tersebut dapat kita temukan pada kisa Nabi
hanya menggunakan ungkapan kesempatan Yusuf a.s.
namun tidak memberikan gambaran detail Dalam kisah nabi Yusuf a.s. peneliti
tentang kesempatan itu bahkan al-Qur’an tidak menemukan lima (5) unsur kesusastraan intrinsik
memberikan informasi yang akurat akan latar yang terkandung didalamnya, adapun unsur
waktu terjadinya peristiwa tersebut. kesusastraan intrinsik yang terdapat dalam kisah
4) Penjara ini yaitu: tema, dari unsur tema sangatlah sesuai
Dari segi latar tempat dalam lanjutan kisah dengan judul su>rah dan apa yang dikisahkan
ini, penjara inilah yang menjadi saksi bisu tempat dalam su>rah tersebut yaitu kisah tentang nabi
pilihan Yusuf a.s. ketika ia melihat kebesaran Yusuf a.s.. tokoh dan penokohan, dalam kisah ini
Tuhannya saat ia digoda oleh istri al-Aziz. Di terdapat 14 tokoh dengan karakter yang berbeda-
dalam penjara ia bertemu dua pemuda yang beda dan dan setiap tokoh memiliki kedudukan
mempunyai karakter yang berbeda, di penjara ini dan peran. dialog, 3 ayat pertama yang menjadi
pula ia berdakwah dengan hikmah dan ilmu yang prolog, 82 ayat yang mengandung dialog, 5 ayat
diberikan Allah swt padanya dan berhasil yang menjadi monolog, serta 1 ayat akhir yang
mendakwahi dua pemuda yang menjadi menjadi epilog. peristiwa dan alur, terdapat
kawannya, setelah berhasil mendakwahi kedua beberapa peristiwa dan alur dalam kisah ini

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019 105


ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

diantaranya, mimpi Yusuf a.s. di waktu kecil, Yogyakarta: Penerbit & Percetakan
kedengkian saudara-saudara tua Yusuf a.s., Yusuf Lukman, 1986.
a.s. dibuang ke dalam sumur, Yusuf a.s. menuju Emzir, dan Saiful Rohman. Teori dan Pengajaran
istana, ketampanan membawa bencana, ta’bir Sastra, Cet. 2; Jakarta: PT. Raja Grafindo
mimpi Yusuf a.s., kebahagiaan di balik ta’biran Persada, 2016.
mimpi, siasat Yusuf a.s. bertemu Bunyamin, Hanafi, Ahmad. Segi-segi Kesusastraan pada Kisah-
Pertemuan Yusuf a.s. dengan keluarganya. latar kisah Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka al-Husna,
dan pelataran, dalam kisah ini terdapt latar 1983.
tempat, waktu, dan latar sosial. Adapun latar Hanif, Muhammad. Kisah Yusuf a.s. dalam al-
tempat dan waktu yaitu: rumah nabi Ya’qub a.s., Qur’an, Kajian Stilistika, Jogjakarta: PPS
padang rumput dan sumur tua, istana raja dan UIN suka, 2000.
sebuah kamar, Penjara, Kursi (Singgasana). Hifni, Abd al-Halim, Uslub al-Muhawarah fi al-
Adapun latar sosial yaitu: lingkungan pedesaan, Qur’an al-Karim, Kairo: al-Hai’ah al’Ammah
kehidupan di istana kerajaan, li al-Kitab, 1985.
DAFTAR PUSTAKA al-Hijazi, Muhammad Mahmud. al-Qisas al-
al-Qur’an al-Karim. Qur’aniyyu fi al’Qur’an al-Karim, Cet. 1;
Ahmad Khalafullah, Muhammad. al-Fann al- Maktabah Daru al-Tafsiri, 1424.
Qisasi fi al-Qur’an al-Karim, Cet 1 Bairut: al-Hasyim, Judzif. al-Mufid fi al-Adab al-Arabi,
1999. Bairut: Maktabah al-Tijari t.th.
Ali al-Sabuni, Muhammad. min Nur al-Qur’an. Ibn Asyur, al-Tahrir wa al-Tanwir, juz VII, Tunisia:
Cahaya al-Qur’an Tafsir Tematik, Dar Suhnun li al-Nasyr wa al-Tauzi, t.thn.
Penerjemah: Munirul Abidin. Jakarta: Ibnu Katsir, Imam. Tafsir al-Qur’an al-Azim, juz
Pustaka al-Kautsar, 2006. III, (Bairut: Dar al-Khair, 1990.
Aliyah, Abd Rauf. Kisah Nabi Yusuf a.s.,Tinjauan ………………….. Qasas al-Anbiya, Kisah Para
Struktural dan Resepsi, Jogjakarta: Disertasi, Nabi, Penerjemah. H. Dudi Rosadi. Cet. 1;
2010. Cipinang: 2011.
Aminuddin, Muhammad. "Pengantar Apresiasi Ibnu Faris, Ahmad. Mu’jam Maqayis al-Lugah, Juz
Sastra. Bandung: PT. Sinar Baru, 1995. 4, dalam al-Maktabah al-Syamilah, il-tihad
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian Cet. IX; al-Kitab al-‘Arabi, 1423 H/2002 M.
Jakarta: Rineka Cipta, 2007. Ibnu Manzur, al-Allamah. Lisan al-Arab, Cet. 2;
al-Aris, Fuad. Lataif al-Tafsir min Surah Yusuf. Dar al-Hadis, 2003 M. 1423. H.
Pelajaran Hidup Surah Yusuf, Penerjemah Kementerian Agama RI, al-Qur’an Cordoba Terjemah
Fauzi Bahrezi. Bairut: Dar al-Ma’rifah, dan Tajwid berwarna. Cet. 1: Bandung: Cordoba,
2010. 2015.
al-Asfahani, al-Ragib. Mu’jam Mufradat al-Alfaz al- Lajnah, al-Mujaz li al-Adab al-Arabi wa Tarihuhu, Bairut:
Qur’an, Bairut: Dar al-Fikr, 1992. Dar al-Maarif, 1962.
Badrun, Ahmad. Pengantar Ilmu Sastra (Teori Lubis, Mochtar. Tehnik Mengarang. Perpustakaan
Sastra), Surabaya: Usaha Nasional, 1983. Perguruan Kem. PP dan K., Jakarta:, 1955.
Baribin, Raminah. "Teori dan Apresiasi Prosa Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan
Fiksi." Semarang: IKIP, 1985. Proposal Cet. IX; Jakarta: PT Bumi Aksara,
Daif, Syauqi. Tarih al-Adab al-Arabi , al-Asru al- 2007.
Jahili, Kairo: Dar al-Maarif, 2001. al-Maragi, Ahmad Mustafa. Tafsir al-Maragi, juz
Dewojati, Cahyaningrum. Drama: Sejarah, Teori, XII, Misr: Syarikah Maktabah Matba’ah
dan Penerapannya, Yogyakarta: Gadjah Mada Mustafa al-Babi al-Halabi, 1963.
University Press, 2010. Mestika, Zed. Metode Penelitian Kepustakaan,
Departemen Pendidikan Nasional. "Kamus Besar Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004.
Bahasa Indonesia Pusat Bahasa-4/E”, Jakarta: al-Muallimi, Abd al-Rahman dan Abdul Qadir.
Balai Pustaka, 2008. Durusun wa Ibarun, Iskandariyah: Dar al-
Dipodjojo, Asdi S. Kesusasteraan Indonesia Lama Iman, 2003.
pada Zaman Pengaruh Islam, Vol. 1.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019


106
ISSN 2089-9343 Rahman Fasieh/Hamsa/Muhammad Irwan

al-Munajjid, Muhammad Saleh. 100 Faedah dari


Kisah Nabi Yusuf, Kisah Terbaik Sepanjang
Zaman, Cet. 1; Pustaka ibnu Umar, 2010.
Munawwir, Ahmad Warson. al-Munawwir Kamus
Arab- Indonesia. Cet. 4: Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997.
Munawwar, Fahdil Mans}ur. Perkembangan Sastra
Arab dan Teori Sastra Islami, Cet. 1 ;
Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2011.
Muzakki, Ahmad. Pengantar Teori Sastra Arab,
Malang: Cet. 1; UIN Maliki Press, 2011.
al-Najjar, Abd al-Wahhab, Qisas} al-Anbiya’., cet
ke-2; Bairut: Dar al-Fikr, t.thn.
Nurgiantoro, Burhan. "Pengkajian Prosa Fiksi.
Yogyakarta: 1998.
Nuqrah, al-Tahami. Sikulujiyyah al-Qissah li al-
Qur’an, Disertasi, Al-Jazair: Jam’iyah al-
Jazair, 1971.
Pradopo, Rachmat Djoko. "Ragam Bahasa
Sastra." Yogyakarta: Fakultas Sastra UGM
Jurnal Humaniora 4, 2013.
al-Qattan, Manna’ khalil. Mabahis fi ’Ulum al-
Qur’an, t.tp: Dar al-Su’udiyyah, t. Thn.
Qutub, Sayyid. Tafsir fi Zilali al-Qur’an. dibawah
Naungan al-Qur’an Penerjemah As’ad Yasin
dkk. Jakarta: Gema Insani Press, 2003.
Rahim, Rahman dan Thamrin Paelori, Seluk
Beluk Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta:
Romiz Aisy, 2013.
Rimang, Siti Suwadah. Kajian Sastra Teori dan
Praktek, Yogyakarta: Aura Pustaka, 2012.
el-Saha, Muhammad Ishom. dan Saiful Hadi.
Sketsa al-Qur’an, Tempat, Tokoh, Nama dan
Istilah dalam al-Qur’an. Cet. 1; Jakarta: Lista
Fariska Putra, 2005.
Shihab, M. Quraish. Tafsiral-Misbah, Pesan, Kesan
dan Keserasian Al-Qur’an. Jakarta: Lentera
Hati, 2002.
Sudjiman, Panuti Hadimurti Mohamad. Kamus
Istilah Sastra, Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia, UI-Press, 1990.
al-Tabari. Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil al-Qur’an, juz V,
Kairo: Dar al-Maarif, t.thn.
Tarigan, Henry Guntur. Prinsip-prinsip dasar Sastra.
Jakarta: Angkasa, 1993.
Teeuw, Andries. Sastra dan Ilmu Sastra: Pengantar
Teori Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya, 1984.

Jurnal Al-Ibrah, Volume VIII Nomor 01 Maret 2019 107

Das könnte Ihnen auch gefallen