Sie sind auf Seite 1von 10

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH

DI KOTA SEMARANG

Oleh :

John L Tampubolon

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269
Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405
Laman : http://www.fisip.undip.ac.id email : fisip@undip.ac.id

ABSTRACT
Trash problem is one of many problems faced by big cities in Indonesia,
including Semarang City. The trash that increases every day can certainly bring new
problems to the environment as well as with health. Therefore, the government of
Semarang city issued a policy of Regional Regulation number 6 of 2012 on Trash
management in Semarang city. This research will further discuss about the
implementation of trash management policy in Semarang city.
The research results showed that the implementation of trash management
policy implemented in two main stages, the trash reduction stages and trash
management stages. In the implementation of these two stages there are several
obstacles and also found things that become an inhibiting factors and supporting
factors of trash management policy implementation in Semarang city. It also explained
about trash management based on upstream and downstream management. The
recommendation by this research are; improve the information dissemination on trash
management to the community, improve and add facilities and infrastructure to support
the implementation of trash management and improve the resources both from
government agencies, communities and also private sector to jointly overcome the
existing trash problem in Semarang city.
Keywords : Trash, Policy, Implementation

PENDAHULUAN setiap saat dapat menambah


permasalahan di perkotaan.
A. Latar Belakang Kota Semarang merupakan kota
di Jawa Tengah yang juga termasuk
Pada umumnya kota merupakan
memiliki masalah dengan sampah. Hal
pusat sebagian besar kegiatan
ini merupakan dampak negatif dari
perekonomian, industri, perdagangan
pesatnya pembangunan kota.
maupun pendidikan. Terpusatnya
Berbagai masalah baru dapat
kegiatan tersebut membuat kota menjadi
timbul oleh dampak negatif sampah di
salah satu tujuan dari kelompok urban
Kota Semarang mengharuskan
atau pendatang dari kota lain yang
pemerintah Kota Semarang untuk

1
segera melaksanakan penanganan Nomor 6 Tahun 2012 tentang
sampah. Salah satu dampak negatif dari Pengeloalaan Sampah.
tidak terkelolalnya sampah dengan baik Berdasarkan uraian tersebut diatas
yaitu pencemaran lingkungan hidup. mengenai permasalahan
Berbagai jenis sampah terlihat penyelenggaraan pengelolaan sampah di
menumpuk di sudut jalan. Kawasan Kota Semarang maka penulis tertarik
dengan rob air laut menimbulkan untuk melakukan sebuah penelitian
genangan-genangan air dibeberapa titik. dengan judul “Implementasi
Hal ini diperparah oleh sampah yang Kebijakan Pengelolaan Sampah di
menumpuk tersebut ikut tergenang Kota Semarang”.
sehingga membuat air genangan
tersebut keruh dan kotor. Masalah baru B. TUJUAN PENELITIAN
timbul dari pencemaran sampah,
Tujuan penelitian akan
dimana lingkungan hidup yang tercemar
memberikan arah dalam pelaksanaan
tadi dapat mengganggu aspek kesehatan
penelitian. Adapun tujuan dari
masyarakat. Banyak penyakit yang
penelitian ini yaitu :
timbul oleh akibat pencemaran
1. Mendeskripsikan implementasi
lingkungan.
kebijakan Pengelolaan Sampah di
Selain berdampak pada
Kota Semarang.
lingkungan hidup dan kesehatan,
2. Mengetahui faktor-faktor
masalah sampah juga dapat
pendukung maupun penghambat
mempengaruhi astetika dari suatu kota.
dalam implementasi kebijakan
Kota Semarang, dalam hal ini berusaha
Pengelolaan Sampah di Kota
untuk membuat Kota Semarang menjadi
Semarang.
kota yang bersih dan sehat dan juga
tertata dengan rapi sesuai dengan visi
C. KERANGKA TEORI
dan misi Pemerintahan Kota Semarang
C.1. KEBIJAKAN PUBLIK
yaitu ATLAS (Aman, Tertib, Lancar,
Asri, Sehat). Pada dasarnya tedapat banyak
Permasalahan sampah ini salah batasan atau definisi mengenai apa yang
satunya juga disebabkan oleh semakin dimaksud dengan kebijakan publik
pesatnya jumlah penduduk di Kota (public policy) dalam literatur ilmu
Semarang. Volume sampah yang politik.. Sementara di sisi yang lain,
dihasilkan per orang untuk suatu kota pendekatan dan model yang digunakan
besar rata-rata 0,5 kg/kapita/hari para ahli akhirnya juga akan
sedangkan menurut SNI 19-3964-1995, menentukan bagaimana kebijakan
satuan timbunan sampah untuk kota publik tersebut hendak definisikan.
besar yakni 2 - 2,5 liter/orang/hari atau Harold D. Lasswell dan
sekitar 0,4 – 0,5 kg per hari Abraham Kaplan (Islamy 2004 : 15)
(Damanhuri, 2010). dalam Sri Suwitri (2009 :6) memberi
Dari pemerintah sendiri hal ini arti kebijakan sebagai “a projected
sudah menjadi persoalan yang serius program of goals, values and practices”
dan menjadi perhatian utama. Salah satu (Suatu program pencapaian tujuan,
upaya pemerintah adalah menetapkan nilai-nilai dan praktek-praktek yang
Peraturan Daerah Kota Semarang terarah).

2
Carl J. Frederick dalam Sri yang ada yaitu langsung
Suwitri (2009 : 6) mendefinisikan mengimplementasikan dalam bentuk
kebijakan sebagai serangkaian tindakan program-program atau melalui
yang diusulkan seseorang, kelompok formulasi kebijakan devirat atau turunan
atau pemerintah dalam suatu lingkungan dari kebijakan publik tersebut. Oleh
tertentu dengan menunjukkan sebab itu, tidak terlalu salah jika
hambatan-hambatan dan kesempatan- dikatakan implementasi kebijakan
kesempatan terhadap pelaksanaan merupakan aspek yang penting dari
usulan kebijakan tersebut dalam rangka keseluruhan proses kebijakan.
mencapai tujuan tertentu.
Pengertian berikutnya Kebijakan pengelolaan sampah
dikemukakan oleh James E. Anderson di Kota Semarang sendiri dituangkan
dalam (Islamy 2004 : 17) dalam Sri dalam Perda Kota Semarang Nomor 6
Suwitri (2009 : 6) bahwa kebijakan itu Tahun 2012 tentang Pengelolaan
adalah “A purposive course of action Sampah yang terdiri atas :
followed by an actor or set of actors in
1. Pengurangan Sampah
dealing with a problem or matter or
Kegiatan ini kemudian dibagi
cancern” (serangkaian tindakan yang
menjadi tahapan :
mempunyai tujuan tertentu yang diikuti
a. Pembatasan Timbunan
oleh seorang pelaku atau sekelompok
Sampah
pelaku guna memecahkan suatu
b. Pendauran Ulang
masalah tertentu).
c. Pemanfaatan Kembali
Berdasarkan definisi-definisi
2. Penanganan Sampah
kebijakan publik yang dipaparkan di
Kegiatan ini kemudian dibagai
atas, maka kebijakan publik memiliki
menjadi tahapan :
konsep-konsep sebagai berikut :
a. Pewadahan dan/Pemilahan
1. Kebijakan publik berisi tujuan,
b. Pengumpulan
nilai-nilai, dan
c. Pengangkutan
praktik/pelaksanaannya.
d. Pengolahan
2. Kebijakan publik tersebut dibuat
e. Pemrosesan Akhir
oleh badan pemerintah, bukan
organisasi swasta. C.3. MODEL IMPLEMENTASI
3. Kebijakan publik tersebut KEBIJAKAN
menyangkut pilihan yang dilakukan
atau tidak dilakukan oleh Menurut Edwards dalam
pemerintah. Winarno (2008 : 175-203) menyatakan
ada empat faktor penting yang
C.2. IMPLEMENTASI berpengaruh terhadap implementasi
KEBIJAKAN kebijakan, sebagai berikut :
Implementasi kebijakan pada 1. Komuikasi
prinsipnya adalah cara agar sebuah Dalam komunikasi kebijakan perlu
kebijakan dapat mencapai tujuannya. memperhatikan tiga hal yaitu
Tidak lebih dan tidak kurang. Dalam transmisi, kejelasan dan konsistensi.
Nugroho (2004 : 158) dikatakan bahwa 2. Sumber daya
untuk mengimplementasikan kebijakan Sumber-sumber merupakan faktor
publik, maka ada dua pilihan langkah penting dalam implementasi

3
kebijakan meliputi staf, informasi, 6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
wewenang dan fasilitas-fasilitas Sampah di Kota Semarang.
untuk melaksanakan pelayanan
publik. Penelitian kualitatif tidak akan
3. Disposisi terlepas dari keberadaan instrumen
Jika para pelaksana bersikap baik penelitian yang dipakai untuk
terhadap suatu kebijakan tertentu, dan memperoleh data-data penelitian saat
hal ini berarti adanya dukungan, sudah memasuki tahap pengumpulan
kemungkinan besar mereka data di lapangan. Wawancara,
melaksanakan kebijakan sebagaimana dokumentasi dan observasi adalah
yang diinginkan oleh para pembuat sebagian contoh instrumen penelitian
kebijakan. kualitatif yang menjadi senjata
4. Struktur Birokrasi menggali data dari sumber-sumber
Menurut Edwards, terdapat dua informasi.
karakter utama birokrasi yaitu
prosedur-prosedur kerja ukuran-
ukuran dasar atau disebut standard
operating procedures (SOP) dan PEMBAHASAN
fragmentasi (dalam Winarno,
A. Implementasi Kebijakan
2008: 203).
Pengelolaan Sampah Kota Semarang
D. METODE PENELITIAN Implementasi kebijakan
pengelolaan sampah di Kota Semarang
Penelitian yang dilakukan mengacu pada Berdasarkan Peraturan
adalah penelitian kualitatif, yaitu Daerah Kota Semarang No. 6 Tahun
metode penelitian yang meneliti 2012 tentang Pengelolaan Sampah
kondisi objek alamiah, dimana peneliti merupakan kegiatan yang sistematis,
adalah sebagai instrumen kunci. menyeluruh, dan berkesinambungan
Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. yang meliputi pengurangan dan
Data yang terkumpul berbentuk kata- penanganan sampah. Salah satu upaya
kata atau gambar, sehingga tidak yang dilaksanakan oleh pemerintah
menekankan pada angka. Penelitian ini Kota Semarang yakni pengelolaan
juga lebih mengutamakan pada proses sampah di hulu dan di hilir. Artinya
daripada hasil. Metode kualitatif adalah bahwa pengelolaan sampah
digunakan untuk mendapatkan data tidak selalu harus diselesaikan di
yang mendalam dan memiliki makna. tempat pembuangan akhir sampah
tetapi juga dapat dilaksanakan di asal
Yang menjadi fokus dalam sampah itu sendiri. Pengelolaan
penelitian ini adalah penyelenggaraan sampah di hulu dapat dilaksanakan
implementasi Peraturan Daerah Nomor oleh masyarakat maupun kelompok
6 Tahun 2012 tentang Pengelolaan swadaya masyarakat (KSM) yang
Sampah di Kota Semarang yang dalam memang konsernnya pada masalah
hal ini dilaksanakan oleh Dinas lingkungan terutama sampah. Sampah
Lingkungan Hidup Kota Semarang dan sebagai sumber daya yang mempunyai
juga faktor-faktor yang menjadi nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan.
penghambat maupun pendukung Oleh karena itu, pengelolaan oleh KSM
penyelenggaran implementasi Nomor pada dasarnya adalah pengelolaan yang

4
merujuk pada pembangunan ekonomi Pengimplementasian kegiatan
dengan cara pemanfaatan dan pembatasan timbunan samapah di Kota
pengolahan sampah menjadi barang- Semarang masih memiliki beberapa
barang atau benda yang mempunyai kendala. Masyarakat kota Semarang
nilai ekonomi yang laku di pasaran. masih belum sepenuhnya sadar akan
masalah sampah di Kota Semarang.
Pengelolaan hilir dimaksudkan Kesadaran ini terlihat jelas dibeberapa
utuk segala pengelolaan yang titik lokasi pembuangan sampah yang
dilaksanakan di Tempat Pembuangan terkadang menumpuk melebihi jumlah
Akhir (TPA) sampah, yang mana atau melebihi batas tampung dari
letaknya berada di TPA Jatibarang, tempat sampah tersebut. Seperti TPS
kecamatan Mijen. Pengelolaan hilir ini yang berapa di Jl.Sriwijaya Semarang
sepenuhnya berada pada wewenang misalnya. TPS ini terkadang terlihat
pemerintah Kota Semarang. Adanya sampah yang menumpuk sampai
UPT (Unit Pelaksana Tugas) dari berceceran di tepi jalan.
Dinas Lingkungan Hidup di TPA
Jatibarang menandakan peran B.2. Pendauran Ulang
pemerintah dalam pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan pendauran ulang
pengelolaan sampah di TPA juga mengalami beberapa kendala. Hal
Jatibarang. Usaha yang dilakukan oleh ini terlihat dari sekian banyak wilayah
pemerintah kota Semarang di TPA di Kota Semarang hanya sedikit
Jatibarang antara lain dengan wilayah yang mempunyai kelompok
penumpukan dan pengurukan tanah swadaya yang bekerja untuk mengurusi
(open dumping) dan juga dengan masalah lingkungan khususnya yang
pengurukan tanah (sanitary landfill). berhunbungan dengan sampah. Dalam
pelaksanaan kegiatan pendauran ulang
Disamping oleh pemerintah ini pemerintah juga berkewajiban
sendiri, pemerintah Kota Semarang menfasilitasi kegiatan mendaur ulang
juga menggandeng mitra dengan PT. dan menfasilitasi pemasaran produk-
Narpati sebagai pihak mitraan yang produk daur ulang, yang mana pada
bertugas mengolah sampah/limbah pelaksanaannya masih mengalami
organik yang sudah membusuk hambatan.
menjadi pupuk yang nantinya akan
disalurkan kepada perusahaan- B.3. Pemanfaatan Kembali
perusahaan yang membutuhkan pupuk Tahapan ini juga dimaksudkan
di sekitar Semarang sesuai dengan agar timbunan sampah yang dihasilkan
biaya yang sudah ditetapkan bersama. tidak terlalu banyak. Namun, pada
Hubungan antara Pemerintah Kota kenyataan pelaksanaannya di lapangan
Semarang dengan PT.Narpati adalah juga masih kurang begitu baik.
berupa kemitraan. Beberapa hal yang menyebabkan
pelaksanaan pemanfaatan kembali
sampah tidak optimal antara lain
keinginan atau kesadaran masyarakat
B. PENGURANGAN SAMPAH
yang masih rendah, tingkat kreatifitas
B.1. Pembatasan Timbunan untuk mengolah samaph menjadi
Sampah barang daur ulang masih kurang serta
juga disebabkan oleh faktor sampah itu

5
sendiri yang tidak bisa dimanfaatka melaksanakan kegiatan ini masih jauh
kembali. dari jumlah yang diharapkan.
C.5. Pemrosesan Akhir
Pada tahapan pemrosesan akhir
yang dilaksanakan pada TPA
Jaribarang dinilai sudah
C. PENANGANAN SAMPAH
dilakukan/diimplementasikan dengan
C.1. Pewadahan dan/Pemilahan baik. Hal ini terlihat dari pengelolaan
Pewadahan yang dimaksud yang baik oleh pemerintah yang
disini ada pengumpulan sampah yang dilaksanakan oleh UPTD TPA
kemudian dimasukkan ke dalam suatu Jatibarang ditambah dengan
wadah sampah atau tempat sampah. pengolahan sampah menjadi pupuk
Pada proses pewadahan ini ada oleh rekan mitra PT.Narpati.
beberapa kendala yang sering ditemui
D. Faktor-faktor yang
yakni tindakan warga masyarakat yang
mempengaruhi Implementasi
suka membuang sampah tidak pada
Kebijakan Pengelolaan Sampah
tempatnya. Tindakan ini tentu sangat
merugikan dan juga membuat beban D.1. Komunikasi
pekerjaan bertambah. Dalam melaksanakan kebijakan
penyelenggaraan pengelolaan sampah
C.2. Pengumpulan
Dinas Lingkungan Hidup merujuk
Secara keseluruhan, proses
Peraturan Daerah Kota Semarang
pengangkutan sampah yang ada di
Nomor 6 Tahun 2012 menjadi acuan
Kota Semarang sebenarnya masih
dasar dalam kegiatan pengelolaan
kurang baik walaupun pelaksanaannya
sampah baik pengurangan maupun
berjalan lancar.
penanganan. Lemahnya proses transisi
C.4. Pengolahan terkait perintah atau instruksi-instruksi,
Proses pengolahan sampah di baik dari petugas Dinas kepada sesama
Kota Semarang dibagi menjadi dua (2) petugas maupun oleh petugas kepada
bagian besar yakni pengolahan di hulu masyarakat dinilai menjadi
(pada tingkat masyarakat/sumber penyebabnya.Dari keseluruhan proses
sampah) dan juga pengolahan hilir tersebut, komunikasi peraturan terkait
(pada TPA Jatibarang). Kendala yang kebijakan pengelolaan sampah di Kota
paling besar berasal dari pengolahan Semarang dinilai masih kurang baik,
hulu dimana pengolahan ini berada walaupun memang sudah dilaksanakan
pada tingkatan warga masyarakat. pada beberapa kesempatan baik berupa
Beberapa pengolahan yang ada adalah sosialisasi dan juga pemberitahuan atau
oleh KSM-KSM yang ada di Kota iklan lewat siaran radio. Namun, itu
Semarang yang mengolah sampah dinilai masih kurang apabila
menjadi pupuk kompos. Disinilah diperhatikan dari tinggat pengetahuan
kendalanya, masih banyak daerah yang dan kepedulian masyarakat terkait
belum memiliki KSM pada masing- kebijakan pengelolaan sampah apalagi
masing wilayah. Ini dikarenakan jika pemberitahuan di radionya hanya
sumber daya manusia untuk kadang-kadang saja.

6
D.2. Sumber Daya mendukung, karena ini juga merupakan
Sehubungan dengan sumber kebijakan dari pemerintah Kota
daya manusia, untuk sehingga setiap aparat pelaksana
pengimplementasian kebijakan serta mendukung dalam pelaksanaan
pengelolaan sampah di Kota Semarang implementasi kebijakan
dinilai masih terkendala. Ada beberapa penyelenggaraan pengelolaan sampah.
hal yang menjadi penghambat dalam Adanya respon yang baik dari aparat
SDM ini yakni antara lain jumlah pelaksana harus disertai pula oleh
petugas yang masih kurang dan juga pemahaman aparat pelaksana terhadap
tingkat pengetahuan serta penguasaan kebijakan penyelenggaraan
SDM itu sendiri. Dalam kaitannya pengelolaan sampah.
penyelenggaraan sampah di Kota
Semarang yang mana tugas dari Dinas D.4. Struktur Birokrasi
Lingkungan Hidup adalah kegiatan Pada struktur birokrasi yang ada
pengangkutan dan pengolahan sampah. di Kota Semarang sudah termasuk jelas
Untuk pengangkutan sampah sehari- dan juga dinilai sudah kondisi baik.
harinya menjadi tanggungjawab dari Koordinasi dengan sesama lembaga di
pengangkutan sampah dan untuk seksi kawasan pemerintahan kota Semarang
operasional pengelolaan sampah dinilai sudah berjalan dengan baik
mempunyai tanggungjawab dalam termasuk juga dalam pelaksanaan
kegiatan pengolahan sampah di Kota kebijakan pengelolaan sampah oleh
Semarang. Jumlah personil di Dinas Dinas Lingkungan Hidup, Dinas
Lingkungan Hidup khususnya di Pengelolaan Pasar dan juga dari
bagian angkutan sampah masih perlu SATPOL PP sebagai penindak dan
adanya tambahan, tentu saja hal ini penengak berlangsungnya peraturan
didasarkan pada besarnya beban kerja terkait penindakan kepada pelanggar
yang diterima oleh seksi angkutan kebijakan.
sampah.
Disamping SDM, hal lain yang
PENUTUP
tidak kalah penting yakni sarana dan
prasarana. Jumlah dan kualitas sarana
A. KESIMPULAN
prasarana pengelolaan sampah di Kota
Berdasarkan penelitian yang
Semarang dinilai masih dari apa yang
dilaksanakan dengan metode penelitian
dibutuhkan dilapangan. Dalam hal
kualitatif dan hasil analisis yang
pengangkutan misalnya, dibutuhkan
dilakukan,kesimpulan yang didapat
jumlah truk pengangkut sampah yang
antara lain:
lebih banyak lagi dan juga kualitas
yang baik. Jumlah turk serta
A.1. Implemetasi Kebijakan
petugasnya masih kurang apabila
Secara umum, implemetasi
dibandingkan dengan luasnya cakupan
Peraturan Daerah Kota Semarang
wilayah kota Semarang yang harus
Nomor 6 Tahun 2012 tentang
ditangani.
pengelolaan sampah di Kota Semarang
D.3. Disposisi belum semua proses pengelolaannya
Selama ini respon dari aparat berjalan baik sesuai dengan harapan.
pelaksana cukup baik dan cukup

7
Beberapa tahapan, misalnya petugas, hal lain yang menjadi kedala
kegiatan pembatasan timbunan sampah utama dalam proses pengangkutan
masih mengalami kendala. Hal ini adalah sarana prasarana truk
sebagian besar dikarenakan masih pengangkut yang juga kurang
banyaknya warga masyarakat yang memadai, baik dari segi jumlah juga
kurang sadar akan masalah sampah ini dari segi kualitas.
sehingga dengan sembarang menimbun
sampah di TPS-TPS atau tempat Kendati demikian, beberapa
penampungan sampah yang ada. tahapan pelaksanaan kebijakan
Demikian juga dengan tahapan pengelolaan sampah di Kota Semarang
pendauran ulang sampah. Pendauran juga ada yang sudah terlaksana dengan
ulangan sampah ini diharapkan mampu baik diantaranya yaitu kegiatan
mengurangi jumlah masukan sampah pengumpulan dan juga kegaiatan
ke TPA Jatibarang dengan cara pemrosesan akhir. Kedua proses ini
pendauran ulang di sumber sampah sudah dilaksanakan dengan baik, baik
yakni di lingkungan warga masyarakat. oleh warga masyarakat pada tingkat
kelurahan dalam hal proses
Tahapan berikutnya yang pengumpulan, karena proses
dinilai belum terlaksana dengan pengumpulan sampah berada pada
maksimal yakni pada tahapan tingkatan warga masyarakat, dan juga
pemanfaatan kembali. Kegiatan proses pemrosesan akhir yang
pemanfaatan kembali sampah dilaksanakan oleh petugas dari
terkendala sebagian besar dikarenakan pemerintah Unit Pelaksana Teknis
kurangnya sumber daya, baik tenaga Dinas (UPTD) sebagai petugas yang
ahli maupun keterampilan warga mengurusi pengangan sampah di TPA
masyarakat untuk mengolah kembali Jatibarang dalam bentuk menumpukan
atau memanfaatkan kembali sampah dan juga penanganan limbah sampah
menjadi barang-barang daur ulang sebelum dibuang kembali ke alam
yang mempunyai nilai. secara aman. Petugas lain yang
mengurusi pemrosesan akhir adalah
Selanjutnya tahapan dari PT.Jatibarang yang mengolah
pengangkutan sampah. Dengan adanya sampah (organik) menjadi produk
pembagian wilayah kerja dan juga pupuk.
pembagian tugas oleh beberapa
lembaga pelaksana, baik pemerintah A.2. Faktor-Faktor Implementasi
dan juga swasta tentunya memudahkan Faktor yang dinilai menjadi
proses pengangkutan ini. Masalahnya faktor pendorong pelaksanaan
masih sering dijumpai sampah TPS Peraturan Daerah Kota Semarang
yang overload (pada beberapa kasus) Nomor 6 Tahun 2012 adalah disposisi,
yang membutuhkan petugas yang lebih secara umum respon yang ditunjukkan
banyak lagi. Sumber daya manusia oleh aparat pelaksana sudah cukup baik
berupa petugas pengangkutan sampah sesuai dengan tugas dan
milik pemerintah (petugas harian tanggungjawabnya. Faktor lain yang
lapangan) dinilai masih kurang apabila menjadi pendorong adalah struktur
dibandingkan dengan luasnya wilayah birokrasi. Struktur birokrasi yang tidak
yang harus dijangkau oleh petugas rumit dan berbelit-belit menjadikan
pengangkut. Disamping kurangnya

8
proses pelaksanan kebijakan menjadi tugas-tugas atau pekerjaan yang harus
lebih mudah. mereka kerjakan.
Ada beberapa faktor B. SARAN
penghambat dalam penyelenggaraan Dari hasil penelitian yang
kebijakan. Faktor komunikasi secara peneliti lakukan serta dari kesimpulan
keseluruhan belum berjalan diatas, maka ada beberapa saran yang
sebagaimana diharapkan. Saluran ingin penulis sampaikan terkait
komunikasi atau transmisi dinilai pengimplementasian kebijakan
belum baik, penyampaian kebijakan pengelolaan sampah di Kota Semarang,
juga belum jelas serta pelaksanaanya yakni antara lain :
yang dinilai belum konsisten. Ketiga
hal terbebut tentu sangat berpengaruh 1. Melakukan sosialisasi secara rutin
terhadap seberapa tahu warga kepada pihak-pihak yang terkait
masyarakat tentang peraturan daerah pada pelaksanaan kebijakan baik
itu sendiri. Tujuan pengkomunikasian kelurahan, warga masyarakat
itu sebenarnya adalah agar masyarakat umum, serta para pelaku usaha
secara luas dapat mengetahui apa perda tentang Peraturan Daerah Kota
pengelolaan sampah serta bagaimana Semarang Nomor 6 Tahun 2012
cara pelaksanaannya dilapangan.
2. Melakukan penambahan jumlah
Namun, dikarenakan faktor komunikasi
staf pada Badan Dinas maupun
yang lemah dari petugas menyebabkan
petugas di lapangan. Penambahan
pelaksanaan kebijakan pengelolaan
jumlah staf ini juga harus
sampah kurang berjalan dengan baik
memperhatikan kualitas dan
pada tingkat warga masyarakat.
kompetensi dari staf/petugas serta
Faktor berikutnya yang juga juga harus melakukan peningkatan
sangat mempengaruhi atau kualitas staf lama yang dapat
menghambat pengimplementasian dilakukan dengan bimbingan
kebijakan pengelolaan sampah di Kota teknis, pelatihan khusus dan
Semarang yakni sumber daya. Sumber sebagainya terkait pelaksanaan
daya yang dimaksud disini adalah pengelolaan sampah di Kota
sumber daya manusi juga sumber daya Semarang.
non- manusia, baik sarana prasarana 3. Melakukan penambahan jumlah
juga informasi. Hal pertama yang sarana prasarana yang dibutuhkan
menjadi hambatan adalah jumlah staf untuk melakukan pengelolaan
atau petugas yang masih kurang. sampah, termasuk penambahan
Kurangnya jumlah petugas pelaksana jumlah armada truk pengangkut
kebijakan tentu berperan besar dalam sampah, kontainer sampah di TPS-
kelancaran pelaksanaan kebijakan itu TPS serta alat-alat pendukungnya.
sendiri. Logikanya adalah apabila Ini dimaksudkan agar pelaksanaan
semakin banyak orang yang pengelolaan dilapangan tidak
mengerjakan sesuatu maka semakin tersendak yang sering sekali
cepat pula kegiatan tersebut selesai, dikarenakan sarana prasarana yang
yang pada kenyataannya jumlah staf tidak mencukupi atau rusak. Usaha
atau petugas dinilai masih kurang pemeliharaan serta peremajaan juga
banyak jika dibandingkan dengan sangat dibutuhkan bagi TPS-TPS

9
yang sudah lama, juga termasuk Penerbit Universitas
pemeliharaan serta peremajaan Diponegoro.
TPA Jatibarang.
4. Memberikan kegiatan pelatihan Winarno, Budi. (2008). Kebijakan
untuk Kelompok Swadaya Publik : Teori dan
Masyarakat yang mempunyai Proses.
kegiatan utama pada bidang Yogyakarta:Penerbit
lingkungan terkhusu pada KSM- Media Pressindo.
KSM yang memang kegiatan
utamanya adalah pemanfaatn Peraturan Daerah Kota Semarang
kembali sampah atau pendauran Nomor 6 Tahun 2012
ulang sampah menjadi barang yang tentang Pengelolaan
bernilai ekonomis. Disamping Sampah Kota Semarang.
sebagai upaya dalam pengelolaan
sampah tentu kegiatan ini juga Undang-undang Nomor 18 Tahun
dapat meningkatkan perekonomian 2008 tentang
masyarakat dalam kehidupan Pengelolaan Sampah
sehari-hari dengan memanfaatkan
sampah menjadi barang dalam Laporan Kinerja Instansi (LKJ-IP)
berbagai bentuk kreasi yang dapat Pemerintah Kota
dijual. Semarang 2015

DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, Eri. (2007). Sampah


Indonesia.Bandung:
Teknik Lingkungan ITB.

Islamy, Irfan. (1994). Prinsip-


prinsip Perumusan
Kebijksanaan Negara.
Jakarta:Bumi Aksara.

Nugroho, Riant. (2004). Kebijakan


Publik:
Formulasi,Implementasi
dan Evaluasi.
Jakarta:PT.Alex Media
Komputindo Gramedia.

Suwitri, Sri. (2009). Konsep Dasar


Kebijakan Publik.
Semarang:Badan

10

Das könnte Ihnen auch gefallen