Sie sind auf Seite 1von 13

“RAMALAN WATAK DAN NASIB SESEORANG DALAM NASKAH

PALINTANGAN (Suntingan Teks dan Kajian Pragmatik)”

Oleh: Septianingsih
NIM: 13010113140128
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro
2017

ABSTRACT

Septianingsih. 2017. “Ramalan Watak dan Nasib Seseorang dalam Naskah


Palintangan” (Suntingan Teks dan Kajian Pragmatik) Skripsi Program Strata 1 Sastra
Indonesia. Semarang. Fakultas Ilmu Budaya Universitas Diponegoro.
Pembimbing 2. Prof. Dr. Mudjahirin Thohir, M.A dan Dra. Mirya Anggrahini,
M.Hum.
Palintangan script obtained author with manuscript collection catalogues
studies of the National Library of the Republic of Indonesia. In the catalog described
KGB 249, 16 cm x 10,7 cm, 22 letters kind og Javanese Alphabet. This research used
theories of pragmatics teory and Philology. The philology theory used for data
collection, description of the script and transliteration script. The pragmatics theory
used to the script Palintangan. Through both this theory is to knowing that the
manuscript had a huge Palintangan pragmatic messeges delivered by the author. The
result of this research data analysis described in descriptive method.
Philological research on Palintangan there is still writing mistakes corrected
by giving a footnote in word is corrupted. The script Palintangan analyzed is using a
pragmatic approach in order to uncover the ancient culture of the result trough
information forecast and character of seseprang in the script of Palintangan. Based on
the analysis of pragmatics the researchers can take the conclusion that (1) the
character and forecast in the script of Palintangan there is a relation to the primbon
Java is still valid in most Javanese people who still believe in Palintangan script (2)
distinguished into two part according to its function, myths and fact (3) mystical
objects contained in the script of Palintangan.

Keywords: Philology, Pragmatic, Naskah Palintangan, Primbon Jawa


PENDAHULUAN modern ( Lihat Van Peursen, dalam
Baried 1985 : 87).
1. Latar Belakang
Informasi hasil budaya masa
Indonesia merupakan salah satu lampau yang terungkap dalam sastra
negara yang kaya berbagai ragam lama dapat kita telusuri lewat
kebudayaan dari peninggalan nenek peninggalan tulisan berupa naskah .
moyang diantara tinggalan (artefak) itu Naskah merupakan salah satu wujud
ialah naskah, isinya bisa berupa sistem dokumen sejarah yang
pengetahuan manusia yang digunakan menggambarkan budaya pada masa
sebagai pedoman tindakan oleh lampau. Naskah dikaji dalam bidang
masyarakat yang bersangkutan dan ilmu filologi. Naskah yang dimaksud
diselimuti serta menyelimuti perasaan- adalah semua bahan tulisan tangan
perasaan dan emosi-emosi manusia peninggalan nenek moyang kita yang
serta menjadi sumber untuk menilai, ditulis pada kertas, lontar, kulit kayu,
yaitu penilaian yang baik dan buruk, dan rotan (Djamaris, 2001:3). Naskah
berharga atau tidak, bersih atau kotor, sebagai warisan budaya masa lampau
dan sebagainya. Hal itu terjadi karena mengandung isi yang sangat kaya dan
kebudayaan mengandung nilai-nilai beraneka ragam (Soeratno, 1985:4),
moral yang bersumber pada pandangan seperti masalah keagamaan,
hidup dan kode etik yang dimiliki oleh kebahasaan, filsafat dan foklor, mistik
setiap manusia (Baried, 1985:86). rahasia, ajaran dan pendidikan moral,
Kebudayaan yang hadir ke dalam tiga mengenai peraturan dan pelanggar
tahap yaitu: mitis, ontologis, dan hukum, keturunan raja-raja, bangunan
fungsional. Yang dimaksud dengan dan arsitektur, obat-obatan,
mitis, ialah suatu tahap yang ditandai perbintangan, ramalan, kesastraan,
oleh sikap manusia yang merasa kisah epic (kakawin), sejarah (babad),
terkepung oleh kekuatan-kekuatan dan lain-lain. Untuk mempelajari
gaib di sekitarnya. Tahap ontologis karya sastra zaman dahulu, kita
adalah tahap yang sudah melalui tahap dihadapkan kepada sejumlah
mitis, sehingga sikap manusianya persoalan, diantaranya tidak dijumpai
sudah secara bebas ingin meneliti pengarang tempat berkonsultasi.
segala hal di luar dirinya. Untuk tahap Kendatipun demikian, naskah tentu
fungsional ialah tahap yang berada di saja tetap penting untuk diteliti, sebab
atas tahap ontologis, yaitu tahap yang jika tidak pasti banyak yang hilang.
dimana sikap dan alam pikiran Naskah perlu dilestarikan dan
manusianya sudah tampak semakin
dipelajari untuk dicari relevansinya seseorang bisa disebabkan oleh hari
dengan kehidupan dewasa ini dan tanggal kelahiran yang berbeda,
Sebagai bawaan dari hari lahir orang
Mempelajari naskah tersebut, sedangkan sifat seseorang
merupakan ranah kajian dalam ilmu dipengaruhi oleh lingkungan sosiologi.
filologi. Dengan kata lain, filologi Dengan keterangan lain, watak
merupakan suatu disiplin ilmu melalui seseorang yang memang bawaan dari
dokumen kebudayaan (naskah). Oleh hari lahir tidak bisa dihilangkan atau
karena itu, kerja filolog adalah diubah kecuali oleh dirinya sendiri,
mengungkapkan hasil budaya masa atau bisa berubah tergantung dari
lampau yang tersimpan dalam lingkungan di sekitarnya. Alasan
peninggalan berupa karya sastra penulis menggunakan naskah
tulisan. Berdasarkan hasil inventarisasi Palintangan sebagai objek penelitian
naskah dengan studi katalog, peneliti adalah:
menemukan suatu hasil kebudayaan
tulisan masa lampau yaitu naskah 1. Naskah Berbahasa Jawa Kuno
Palintangan yang merupakan naskah
koleksi Perpustakaan Nasional Naskah Palintangan merupakan naskah
Republik Indonesia yang terletak di yang ditulis dengan aksara Jawa Kuno
daerah Jl. Salemba Raya 28A, Jakarta dan berbahasa Jawa kuno, penulis
dengan nomor panggil KGB 249, tertarik meneliti naskah Palintangan
berbentuk prosa dengan huruf Jawa dengan aksara dan berbahasa Jawa
bahasa Jawa Kuno. Naskah ini Kuno ini, beralasan bahwa dalam
menjelaskan watak dan nasib sesorang kehidupan dewasa ini banyak orang
sesuai dengan weton kelahiran atau Jawa yang telah hilang dari
pasaran dina Jawa. Munculnya naskah identitasnya, maksudnya masyarakat
Palintangan bisa saja dilatarbelakangi Jawa sekarang banyak yang tidak bisa
adanya kepercayaan masyarakat mengenali kembali aksara beserta
terhadap nasib terkait dengan kelahiran bahasa Jawa Kuno.
atau hari lahir seseorang, sehingga 2. Kondisi Naskah Masih Baik
dengan pengetahuan Palintangan
tersebut seseorang dapat menjauhkan Naskah Palintangan tergolong naskah
diri dari malapetaka yang akan datang yang masih baik dan masih dapat
dalam satu sisi mendapat keselamatan terbaca tulisannya. Naskah Palintangan
disegi yang lain. Karena menurut termasuk naskah lama jika dilihat dari
pengetahuan lokal (local knowledge), bahasa dan tulisannya, sehingga
perbedaan watak atau karakter menjadikan alasan penulis meneliti
naskah tersebut mengingat kerja
filolog yaitu meneliti naskah-naskah B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
yang berumur lebih dari lima puluh
tahun. 1.Tujuan Penelitian

3. Kandungan Isi Naskah yang Berdasarkan fokus penelitian yang


Dianggap Penting. penulis rumuskan, maka penulis
mengharapkan akan tercapai tujuan
Naskah Palintangan ini dikaji dengan sebagai berikut:
menggunakan pendekatan pragmatik.
Pendekatan pragmatik menekankan 1) Membuat dan menyajikan deskripsi
pada manfaat dan fungsi dari apa yang dan suntingan naskah Palintangan.
diajarkan untuk pembaca. Sejauh 2) Menjelaskan pengetahuan budaya
pengetahuan penulis, naskah (local knowledge) masyarakat,
Palintangan belum pernah diteliti. khususnya mengenai watak dan nasib
Penulis sebelumnya melakukan seseorang menurut naskah
transliterasi dan suntingan teks Palintangan.
Palintangan yang sudah terbebas dari
kesalahan, sehingga mempermudah 3) Menjelaskan fungsi naskah
pemahaman dan analisis teks tersebut. Palintangan bagi masyarakat Jawa.
Penelitian naskah Palintangan juga
C. Landasan Teori
disertasi alih bahasa Jawa Kuno ke
bahasa Indonesia. Sebagai suatu bentuk kegiatan ilmiah
memerlukan adanya landasan teori
2. Masalah Penelitian
untuk pemecahan masalah serta
Fokus penelitian ini pada pemahaman membatasi masalah yang akan
mengenai: diungkap pada naskah Palintangan.
Dalam penelitian ini peneliti
1) Bagaimana mendeskripsikan dan menggunakan teori filologi guna
menyunting naskah Palintangan? mendapatkan suntingan teks yang
2) Bagaimana pengetahuan budaya bersih dari kesalahan serta
(local knowledge) masyarakat, menggunakan teori pragmatik.
khususnya mengenai watak dan nasib 1.Teori Filologi
seseorang menurut naskah
Palintangan? Hasil suntingan naskah Palintangan
diharapkan bersih dari kesalahan, teks
3) Bagaimana fungsi naskah mudah dipahami, dan ditemukan nilai-
Palintangan bagi masyarakat Jawa? nilai yang bermanfaat bagi pembaca.
Untuk menemukan nilai-nilai yang suatu objek atau suatu hal sedemikian
bermanfaat dalam naskah, maka teks rupa, sehingga objek itu seolah-olah
akan dikaji menggunakan pendekatan berada di depan mata kepala pembaca
pragmatik. dan seakan-akan para pembaca
tersebut melihat sendiri objek itu
2. Teori Pragmatik (Lihat Keraf,1995:16). Teks disajikan
Pendekatan pragmatik yang digunakan dalam bentuk naratif, yaitu menyajikan
dalam penelitian ini untuk mengkaji teks apa adanya.
lebih dalam manfaat yang terkandung
PEMBAHASAN
teks Palintangan, sehingga dapat
memenuhi fungsinya sebagai karya A. Kajian Pragmatik
sastra yang bermanfaat bagi pembaca.
Pendekatan pragmatik dalam
D. Metode Penelitian penelitian ini dimaksudkan untuk
mengkaji lebih dalam objek (naskah)
1.Pengumpulan Data yang dipelajari, agar manfaat dan nilai-
Pada penelitian ini penulis melakukan nilai sebagaimana fungsinya, yaitu
studi pustaka dengan menggunakan decore, delectare, dan movere lebih
katalog yang berada di Perpurnas nampak. Untuk menemukan tiga
(Perpustakaan Nasional Republik fungsi tadi, prosesnya ialah dengan
Indonesia) sebagai media dalam membaca dan memahami keseluruhan
menemukan naskah Palintangan. isi teks kemudian mencatat dan
Naskah ini menggunakan bahasa Jawa mengkatagorikan ajaran-ajaran yang
dengan nomor panggil KGB 249. dapat ditarik ke dalam suatu sebagai
benang merah; dari proses bernalar
2. Analisis Data demikian, akan ditemukan kenikmatan
atau kepuasaan berkat dari
Setelah data terkumpul, langkah
pengetahuan dan ajaran yang
selanjutnya adalah analisis data.
disamaikan melalui langgam sastra
Analisis dalam penelitian ini dilakukan
dari dua hal tadi.
dua tahapan. Tahap pertama adalah
analisis filologi, sedangkan analisis Setelah naskah sebagai objek
kedua adalah analisis pragmatik. kajian telah selesai dikaji secara
filologis, berikutnya naskah perlu
F. Penyajian Hasil Penelitian
dipahami sebagai sebuah produk
Hasil penelitian disajikan secara budaya yang di dalamnya penuh
deskripsi yaitu berusaha menyajikan dengan makna-makna simbolik yang
karenanya dalam proses pemahaman
perlu ditafsirkan sehingga bisa direbut Arkeologi (Depdikbud Yogyakarta,
makna dan pesan yang disampaikan 1985: 19).
(lihat Thohir, 2013). Untuk memahami
makna-makna di balik apa yang tersaji Pawukon dalam Bahasa Jawa
dalam kandungan-kandungan teks dinamakan “Bebudening Kapribaden
pada naskah terkait, dibutuhkan ilmu- Manungsa” yakni buku yang
ilmu lain seperti hermenitik, semiotik, membicarakan tentang pribadi
linguistik, sastra, sosiologi, manusia yang dibawa sejak lahir.
antropologi dan lainya (lihat pada Adapun Wuku/Pawukon itu sendiri
Thohir, 2013) menurut perhitungan Jawa
menjelaskan lamanya edaran waktu
B. Pawukon Jawa dalam satu Minggu. Dengan demikian,
konsep Wuku merupakan permulaan
Perkataan Pawukon berasal dari hari dihitung mulai dari munculnya
pangkal kata: wuku yang berarti: matahari sampai menuju siang hingga
“rahsa ”, yang menurut pengetahuan malam hari. Adapun perhitungan
orang Jawa dapat dibagi menjadi tiga, tanggal terhitung dari awal rembulan
yaitu: rasa luar (rasa jaba) , rasa dalam nampak tanggal pertama. Jadi lebih
(rasa jero), rasa sejati (rasa sejati) . jelasnya terhitung sejak mulai malam
Adapun rasa yang terkandung dalam sampai siang harinya. Permulaan
makna wuku terebut ialah rasa dalam, waktu terhitung mulai hari Minggu
yaitu yang merupakan manifestasi sampai berakhir hari Sabtu, ( lamanya
(pengejawantahan) hidup manusia. satu Minggu atau tujuh hari). Menurut
Karena rasa dalam itu bekerjasama kepercayaan umumnya masyarakat
dengan cipta untuk menggerakan Jawa, jumlah Wuku itu sendiri ada 30
semua pekerti manusia (kang buah, dimana setiap Wuku lamanya 7
makartekake seolah bawaning hari. Jadi, 30 Wuku = 7 hari x 30 =
manungsa), yang bagi tiap-tiap 210 hari (Depdikbud Jakarta, 1988:
manusia/orang telah mempunyai jatah 59).
ukuran sendiri-sendiri menurut dasar
pembawaan yang sudah dimiliki sejak C. Pengertian Primbon
dari waktu kelahirannya. Oleh karena
itu pengetahuan Pawukon adalah Menurut Poerwadarminta, primbon
pengetahuan lelakon atau perjalanan merupakan kitab yang memuat
hidup manusia menurut ukuran koderat ramalan terkaan dan lain-lain
nasibnya masing-masing yang menurut (1939:33). Kata primbon berasal dari
coraknya menyerupai pengetahuan kata “pari-imbau-an” yang berarti kata
Horoscoop dalam ilmu perbintangan “imbu” adalah simpan, peram. Kata
Jawa Kuno “iwo” artinya simpan. yang mempunyai hari pasaran Minggu
Sehingga kata primbon dapat diberi Paing, banyak memiliki anak, berarti
makna sesuatu tempat simpan dalam hal ini diartikan seorang
menyimpan. Tempat itu berupa buku, perempuan yang telah bersuami tidak
yang disimpan di dalmnya memuat mandul.
segala macam catatan yang penting
dan tidak mudah dihafal orang lain. 2. Primbon Perkawinan
Memang dalam kenyataannya primbon Dilihat dari kutipan teks naskah
merupakan buku tempat menyimpan Palintangan, dijelaskan bahwa
segala sesuatu yang menyangkut peri perempuan yang memiliki hari
kehidupan orang (Depdikbud, 1985: kelahiran Jumat Pon memiliki sifat
51-52). cenderung berpisah, hal ini dalam
Primbon Jawa merupakan hubungannya primbon perkawinan,
catatan macam-macam masalah yang memiliki nasib yang buruk.
berhubungan dengan kehidupan orang 3. Primbon Kematian.
Jawa.
Setalah membaca dari kutipan ramalan
D. Catatan dalam Primbon yang naskah Palintangan, dijelaskan bahwa
Menjadi Dasar Perhitungan orang yang berkelahiran hari Jumat
(Ramalan) Legi, memiliki penyakit yang terletak
Nama hari Pancawara dan Nama hari pada bagian kepala, kaki, kulit kaku,
Saptawara, Nama bulan, Nama tahun, serta badannya berganti kulit ,
Nama windu, Nama musim, Nama sehingga menyebabkan si penderita
Wuku, Padangon, Paringkelan, mengalami kematian.
Padewan (Depdikbud, 1985:58-60). 4. Primbon tentang manusia dengan
alam sekitar/kehidupan sehari-hari.
E. Analisis Pragmatik Naskah
Palintangan Dengan adanya ramalan-ramalan
Berikut penjelasan mengenai empat seperti ramalan tentang kelahiran,
masalah pokok berdasarkan isi ramalan tentang perkawinan, serta
ramalan nasib dalam naskah ramalan penyakit hingga kematian
Palintangan: seperti penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa : 1) mereka yang
1. Primbon Kelahiran masih percaya akan kebenaran ramalan
naskah primbon akan memiliki satu
Dalam kutipan ramalan dalam naskah kepastian, untuk melangkah atau
Palintangan, dijelaskan bahwa orang
melaksanakan suatu pekerjaan serta kisah Watugunung yang sekiranya
keputusan yang telah di tetapkan, bersesuaian dengan karakteristik setiap
berdasarkan hasil ramalab bahwa ia wuku yang dimiliki.
akan berhasil dengan baik. hal-hal
seperti ini akan memberikan motivasi Jika diperhatikan, nama-nama yang
kerja yang tinggi; 2) bagi orang yang tercantum dalam cerita tersebut,
masih menggunakan naskah primbon ternyata membentuk susunan sebuah
sebagai ramalan yang masih dipercayai Planet, yaitu:
kebenarannya, memberikan keterangan Brahmana RADI dan RADITE adalah
yang mendalam untuk mengetahui sebutan MATAHARI.
pernasiban mulai dari manusia lahir,
perkawinan, kematian, serta manusia RESPATI dan WRAHASPATI adalah
terdapat hubungannya dengan alam sebuah sebutan planet YUPITER.
sekitar melalui perhitungan Jawa.
BUDA adalah sebutan planet
F. Fungsi Naskah Palintangan MERCURIUS.
sebagai Mitos dan Fakta
SUKRA adalah sebutan planet
Dalam penilitian ini, penulis MARES.
membedakan naskah Palintangan
SOMA adalah sebutan REMBULAN.
menjadi dua segi isi menurut
fungsinya yaitu, dilihat mulai dari: 1) SINTA yang keluar dari dalam bumi
segi unsur karya sastra adanya mitos (Sapta-Pratala) adalah menjadi
dan takhayul dalam naskah lambang DUNIA (Depdikbud, 1985:
Palintangan; dan 2) segi fakta-fakta 34-36).
dalam naskah Palintangan, berikut
analisisnya: Dengan demikian dapat
dipastikan bahwa cerita Watugunung
1. Segi Unsur Karya Sastra (Mitos dan tersebut sebenarnya merupakan ilmu
Takhayul) perbintangan Jawa yang didramatisir
menjadi dongeng menarik dan indah,
Dilihat dari isi naskah Palintangan
yang juga dapat disebut cerita sandi
tersebut, dijelaskan adanya
tentang ilmu pengetahuan leluhur
karakteristik dalam masing-masing
orang Jawa pada jaman purba.
wuku dimulai dari dewa, bintang,
tumbuhan, binatang, sifat, penyakit Lain daripada itu dalam cerita
serta obatnya, hingga penangkal tadi juga memuat semua nama Wuku,
malapetaka. Menurut buku Pusataka oleh karena itu cerita Watugunung
Raja Purwa jilid II, diceritakan tentang
adalah cerita untuk sarana walaupun hanya dalam lingkugan
membabarkan ilmu perbintangan dan terbatas, dan masih terekam dalam
pengetahuan pawukon, agar dapat naskah Primbon.
diwariskan kepada generasi keturunan
leluhur kedepannya. F. Gambaran Umum tentang
Kepercayaan terhadap Ramalan
2. Segi Fakta dalam Naskah Perhitungan Pada Masyarakat Jawa
Palintangan
Wong Pinter di kalangan masyarakat
Setidaknya sejak abad ke-8 orang Jawa desa, mencakup tiga profesi, yaitu
sudah mempunyai kebiasaan catat pertama pengujub, kedua kiai, dan
mencatat dengan mencantumkan ketiga dukun. Pengujub adalah penuju,
waktu, musim, hari (pancawara, yaitu orang yang memiliki tugas
sadwara, saptawara), bula, tanggal, menyampaikan maksud tujuan
perbintangan, yoga, rasi, perdewaan, seseorang. Pengujub mempunyai dan
dan lain-lain. Berikut prasasti-prasasti berperan sebagai pemimpin dan ritual,
yang mengandung tulisan tentang dia juga dinilai menguasai petangan
ramalan-ramalan: dan primbon yang berkaitan dengan
nasib baik-buruk khususnya dalam
1. Dalam prasasti Tulangair di Candi tindakan ekonomi.
Perot, berangka tahun 772.
G. Benda-Benda Mistik dalam
2. Dalam Prasasti Haliwangbang
Naskah Palintangan
(tersimpan di Museum Sanabudaya).
1. Sesaji Ayam Hitam (ayam Cemani)
3. Dalam prasasti Kudadu termuat
catatan yang berbunyi: Berdasarkan kutipan naskah
Palintangan dijelaskan bahwa
4. Prasasti Geyer Hanjuang dari daerah seseorang yang berkelahiran hari Senin
Kabupaten Tasikmalaya yang sekarang Kliwon untuk menjaga
di Museum Pusat Jakarta dengan keselamatannya menggunakan sesaji
Nomor D-26, yang berupa ayam cemani yang
5. Prasasti Batutulis berangka tahun dimasak dengan cara dipanggang
11455 Saka untuk upacara selamatan atau
persembahan ketika lahir di dunia.
Dalam catatan-catatan itu
terkandung hal-hal yang bisa dijadikan 2.Sesaji Ayam Putih
patokan dalam kehidupan sehari-hari Berdasarkan kutipan naskah
di kalangan masyarakat sekarang, Palintangan dijelaskan dalam
penggunaan sesaji yang harus kandungan naskah. Berikut hasil
disajikan berupa ayam putih kuning. kajian teori pragmatik yang penulis
Maksud warna putih kuning ini bisa simpulkan:
dikatan karena daging yang terlalu
putih sehingga terlihat agak 1. Naskah Palintangan mengandung
kekuningan atau ayam putih yang empat masalah pokok isi primbon
dimasak dengan bumbu kuning/kunir. Jawa yang terkandung dalam kutipan
Bukan ayam yang memiliki warna teks Palintangan, yaitu: primbon
putih dan kuning. Sesaji yang disajikan kelahiran, primbon perkawinan,
berupa ayam putih yang dipotong- primbon kematian, serta primbon
potong kemudian digoreng kehidupan sehari-hari yang masih
ditempatkan di tempat pemujaan. relevan dengan kehidupan dewasa ini
Hidangan sesaji ayam putih ini bisa sebagai pedoman untuk mawas diri.
dikatakan hanya sekedar untuk 2. Dilihat dari fungsinya, naskah
benteng diri atau demi keselamatan Palintangan terdapat dua segi unsur
diri. sastra yaitu:
SIMPULAN a. Segi unsur sastra sebagai (mitos).
Naskah Palintangan merupakan naskah Naskah Palintangan terdapat
koleksi Perpustakaan Nasional hubungannya dengan kisah
Republik Indonesia. Naskah yang yang Watugunung menurut buku Pustaka
berbahasa Jawa Kuno ini Raja Purwa Jilid II dengan melihat
menggunakan aksara Jawa Kuno yang segi nama-nama Wukunya yang
terdiri dari 21 halaman, ditulis dengan tercantum dalam naskah Palintangan.
bentuk prosa, dengan nomor kodek b. Segi unsur (fakta). Dilihat dari
KGB 249. peninggalan sebelumnya, pada jaman
Penulis menggunakan teori dahulu telah terjadi peristiwa catat-
filologi untuk menyajikan sebuah mencatat sebuah peristiwa dengan
suntingan teks yang bersih dari mencantumkan waktu, musim dan
kesalahan, karena naskah Palintangan hari. Hal tersebut dapat dibuktikan
adalah naskah tunggal maka dengan melihat prasasti-prasasti yang
menggunakan metode standar. Melalui mengandung tulisan tentang ramalam-
hasil suntingan teks maka diperoleh ramalan. Prasasti tersebut
yang bebas dari kesalahan. Selain teori diantarannya: prasasti Tulangair,
filologi, penulis juga menggunakan prassati Haliwangbang, prasasti
teori pragmatik dalam meneliti Kudadu, prasasti Geyer Hangjuang,
serta prasasti Batutulis.
3. Benda-benda mistik yang terdapat Penelitian dan Pengkajian
pada kutipan teks Palintangan Kebudayuaan Nusantara
diantaranya: (Javanologi) Direktorat Jendral
Kebudayaan Departemen
a. Sesaji ayam hitam (ayam cemani). Pendidikan dan Kebudayaan
Ayam jenis ini dipercaya memiliki Yogyakara.
kekuatan dan kekuasaan magik -----------. 1988. Primbon Pawukon
sehingga sangat berpengaruh dalam Bayi Lahir. Depdikbud Jakarta.
ilmu perdukunan, khususnya ilmu sihir
Dojosantoso, 1986. Unsur Religius
yang mencelakakan seseorang.
Dalam Sasra Jawa. Semarang:
b. Sesaji ayam putih. Secara simbolik, Aneka Ilmu.
ayam putih mulus merupakan lawan Doyodipuro, Hudoyo. 1997. Daya
dari ayam cemani. Jika ayam cemani Magic dan Mistik. Semarang:
sangat erat dengan kejahatan, ayam Dahara Prize.
jenis ini melambangkan niat yang suci.
Endraswara, Suwardi. 2003.
Daftar Pustaka Metodologi Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka
Abrams. 1953. The Mirror and The
Widyatama.
Lamp. London-New York:
Oxford University press. ------------, 2006. Mistik Kejawen:
Sinkritisme, Simbolisme, dan
Baried, S.B. 1985. Pengantar Teori
Sufisme dalam Budaya
Filologi. Jakarta: Pusat
Spiritual Jawa. Yogyakarta:
Pembinaan dan Pengembangan
Narasi.
Bahasa.
Eska, Bamar. 1998. Sihir, Santet, dan
Djamaris, Edwar. 2002. Metode
Tenung. Surabaya: CV.
Penelitian Flologi. Jakarta:
Bintang Remaja.
Manasco.
Jatmiko, Adityo. 2005. Tafsir Serat
-----------. Edwar. 1977. Filologi dan
Wedatama. Yogyakarta: Pura
Cara Kerja Filologi. Bahasa
Pustaka.
dan Sastra Th III. No.1. Jakarta
: Pusat Pembinaan dan Koentjaraningrat. 1985. Pengantar
Pengembangan Bahasa. Ilmu Antropologi. Jakarta:
Aksara Baru.
Labib, M. Z, 1989. Primbon Akbar
Depdikbud. 1985. Aksara dan
Mujarobat. Surabaya: Binrang
Ramalan Nasib dalam
Pelajar.
Kebudayaan Jawa. Proyek
Nyoman, I.K. 2004. Teori dan Teknik --------, A. 1984. Khasanah Sastra
Penelitian Sastra. Yogyakarta: Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka Pelajar Pustaka.
Peursen, Van. 1988. Strategi Thohir, Mudjahirin. 2007. Memahami
Kebudayaan.Yogyakarta:Pener kebudayaan: Teori,
bit Kanisius. Metodologi, dan Aplikasi.
Semarang: Fasindo Press.
Poerwadarminta, W. J. S. 1919.
Baoesastra Djawa. Batavia: T. --------. 2009. Metodologi Penelitian
B Wolters Uitgevers Folklor. Semarang: Universitas
Maatschappij N.V. Groningen. Diponegoro.
Ratna Kuntha, Nyoman.2004. Teori, -------.2013. Filologi dan Kebudayaan.
Metode, dan Teknik Penelitian Semarang:Universitas
Sastra.Yogyakarta:Pustaka Diponegoro.
Belajar
Sumber dari Artikel, Skripsi, Tesis,
Robson, S.1994. Prinsip-prinsip
Filologi Indonesia. Pusat atau Disertasi:
Pembinaan dan Pengembangan
Universitas Leiden.
Irawan, Didik Erma. 2011. “Mitos dan
Rustopo, Adi. 2007. Dunia Mistik Sinkritisme Dalam Sistem
Orang Jawa. Sematang: Dahara Geneologi Keluarga Raja
Prize. Dalam Babad Jawa Barat”.
Skripsi S-1 Jurusan Sastra
Simuh. 1988. Mistik Kejawen Raden Indonesia,Fakultas Ilmu
Ngabehi Ranggawarsita. Budaya, Universitas
Jakarta: Universitas Indonesia. Diponegoro.
-------. 1995. Sufisme Jawa: Kusumastuti, Anisti. 2016. “ Petungan
Transformasi Tasawuf Islam ke Jawa Dalam Kitab Primbon
Mistik Jawa Yogyakarta: Sembahyang (Kajian
Bentang Budaya. Pragmatik”). Skripsi S-1
Jurusan Sastra Indonesia,
Suryani, Elis. 2002. Filologi. Bogor:
Fakultas Ilmu Budaya,
Ghalia Indonesia.
Universitas Diponegoro.
Teeuw, A. 1983. Membaca dan
Putri, Theresia. 2017. “Naskah
Menilai Sastara.
Weweton Panggawene Omah:
Jakarta:Gramedia.
Sebuah Suntingan Teks Beserta
Kajian Pragmatik”. Skripsi S-1
Jurusan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Diponegoro.
Yuliana, Rina Fitri. 2012. “Analisis
Simbol- Simbol Mistik Naskah
Wadah Ngelmoe”. Skripsi S-1
Jurusan Sastra Indonesia,
Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Diponegoro.
Nurhasalah, Ayi. 2016. “ Ajaran
Kesehatan Naskah Parimbon
Kahirupan Sebuah Tinjauan
Pragmatik”. Skripsi S-1
Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Diponegoro.
Semarang.

Das könnte Ihnen auch gefallen