Sie sind auf Seite 1von 13

1

PENGEMBANGAN MODUL PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN KELAS XI SMA NEGERI 1 BELALAU

Oleh :Hernapuri, Adelina Hasyim, Riswandi


FKIP Unila, Jl. Dr. Sumantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung
e-mail: herna.puri@gmail.com
HP : 085279818704

Abstrac: Development of Pancasila and citizenship educational (PPKn) module


for grade 11 students of public senior high school (SMAN) 1 Belalau West
Lampung District. This study aimed to analyze (1) conditions and potency of the
school to develop teaching materials of Pancasila and Citizenship Education (PPKn)
module, (2) procedure to design module teaching materials, (3) effectiveness of PPKn
module implementation, (4) efficiency of the PPKn module, and (5) attractiveness of
the PPKn module. This study used a research and development approach. This study
used purposive sampling. The samples were one social science class (Grade 11 IPS-2)
and one natural science class (Grade 11 IPA-1) of SMAN 1 Belalau, West Lampung
District. Data were collected using test and questionnaire. The collected data were then
analyzed descriptively and using t-test. Conclusions of this study are: (1) the
conditions and potency of the school supported the development of the PPKn module
because the students did not have their own teaching materials that guided them to
study independently at home or in the school, (2) the developed PPKn module was
validated by experts of media, materials, and learning design, (3) the developed PPKn
module product was implemented effectively with an average student achievement
score of 24.8% being higher than that of the students taught without using such module
(an average achievement score of 11.13%), (4) use of the PPKn module was
considered efficient with an efficiency score of 1.5> 1, and (5) use of the PPKn
module was considered attractive, with an average score of 75%.
Keywords: democracy, modules, PPKn

Abstrak:Pengembangan modul pendidikan pancasila dan kewarganegaraan


kelas XI SMA Negeri 1 Belalau Kabupaten Lampung Barat. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis (1) kondisi dan potensi sekolah untuk mengembangkan
bahan ajar modul PPKn, (2) prosedur mendesain bahan ajar modul (3) efektivitas
penggunaan modul PPKn, (4) efisiensi modul PPKn, dan (5) kemenarikan modul
PPKn. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan.
Penentuan sampel dengan teknik purposive yaitu kelas XI IPS-2 dan kelas XI IPA-1
SMA Negeri 1 Belalau. Pengumpulan data menggunakan tes dan angket. Data
penelitian dianalisis secara deskriptif dan uji-t. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan:
(1) kondisi dan potensi sekolah mendukung dikembangkannya modul PPKn karena
siswa tidak memiliki bahan ajar sendiri yang menuntun siswa untuk belajar secara
mandiri baik di rumah maupun di sekolah, (2) modul PPKn yang dikembangkan
divalidasi oleh ahli media, materi, dan desain pembelajaran, (3) modul PPKn yang
dikembangkan efektif dengan nilai rata-rata peningkatan hasil belajar siswa dengan
menggunakan modul 24,8% > tidak menggunakan modul 11,13%, (4) Penggunaan
modul PPKn efisien dengan nilai efisiensi 1,5 > 1, dan (5) kemenarikan modul PPKn
dalam kategori menarik, dengan skor rata-rata 75%.
Kata kunci : demokrasi, modul, PPKn.
2

PENDAHULUAN hasil belajar PPKn siswa masih


Keberhasilan seorang guru rendah dan tidak memenuhi Kriteria
memberikan pembelajaran yang Ketuntasan Minimum (KKM), (3)
efektif ditandai dengan adanya sarana dan prasarana sekolah masih
proses belajar pada siswa. Siswa minim, (4) bahan ajar yang
mampu membangun pengetahuan- digunakan guru sangat terbatas, (5)
nya sendiri melalui proses perpustakaan hanya memiliki buku
pembelajaran tersebut. Pembelajaran cetak mata pelajaran, tidak memiliki
hendaknya menempatkan siswa buku penunjang mata pelajaran, (6)
sebagai pusat pembelajaran. Peran RPP yang digunakan belum di
guru hanya sebagai pemberi desain sesuai dengan kebutuhan,
kemudahan (fasilitator) sedangkan karekteristik peserta didik dan
proses belajar dijalani sendiri oleh relevan dengan tema pembelajaran.
siswa sehingga guru harus mampu 6) Evaluasi pembelajaran yang
mendesain pembelajaran dengan baik dilakukan belum memenuhi aspek
agar terjadi interaksi antara guru dan kognitif, afektif dan psikomotor.
siswa sehingga pembelajaran Berdasarkan penelitian
berjalan efektif dan efisien. Bahan pendahuluan sebanyak 70% siswa
ajar yang didesain dengan baik sulit memahami materi demokrasi
sesuai kebutuhan dan karakter siswa yang digunakan guru sangat monoton
akan membantu proses pembelajaran dan pembelajaran lebih didominasi
yang efektif dan efisien. oleh guru. Sebanyak 60% siswa sulit
Di lapangan, guru belum memahami materi demokrasi dengan
mampu menciptakan psoses hanya menggunakan satu bahan ajar
pembelajaran yang efisien dan yang dimiliki siswa saat ini.
efektif. Kondisi pembelajaran yang Sebanyak 60% siswa menganggap
dihadapi saat ini antara lain: (1) bahwa buku yang dimiliki belum
bahan ajar yang digunakan siswa cukup untuk membantu belajar
masih belum memenuhi prasyarat secara mandiri di rumah dan seluruh
sebagai bahan ajar yang baik yang siswa membutuhkan bahan ajar lain
mampu membantu siswa dalam untuk membantu belajar mereka
memecahkan masalah belajarnya, (2) secara mandiri seperti modul karena
3

pembelajaran selama ini berlangsung yang menyangkut nilai dan sikap


dengan menggunakan buku paket. (efektif).
Semua tidak ada yang memiliki Selanjutnya Robert M.Gagne
bahan ajar lain selain buku siswa (dalam Siregar, 2002: 31)
yang dipinjamkan sekolah. menyatakan belajar adalah suatu
Berdasarkan analisis proses pengolahan informasi
kebutuhan, kondisi dan potensi (information processing theory)
sekolah yang telah dipaparkan, maka dalam otak manusia. Pengolahan
dapat disimpulkan bahwa otak manusia sendiri dapat dijelaskan
pengembangan modul pembelajaran sebagai berikut.
dimungkinkan untuk dikembangkan a. Receptor (a lat-alat indra); menerima
rangsangan dari lingkungan dan
sebagai salah satu sumber belajar
mengubahnya menjadi rangsangan
yang dapat digunakan oleh siswa
neural, memberikan simbol-simbol
dalam pembelajaran yang informasi yang diterimanya dan
disesuaikan dengan kondisi sarana di kemudian diteruskan.
sekolah dan karakteristik siswa. b. Sensory register (penampungan kesan-
kesan sensorik); yang terdapat pada
syaraf pusat, fungsinya menampung
KAJIAN PUSTAKA
kesan-kesan sensorik dan mengadakan
Menurut Siregar dan Nara (2010:3) seleksi, sehingga terbentuk sesuatu
belajar merupakan sebuah proses kebulatan perseptual (persepsi selektif).
yang kompleks yang terjadi pada Informasi yang masuk diteruskan ke
memori jangka pendek, sebagian hilang
semua orang dan berlangsung
dari sistem.
seumur hidup, sejak masih bayi
c. Short-term memory (memori jangka
(bahkan dalam kandungan) hingga pendek); menampung hasil pengolahan
liang lahat. Salah satu pertanda perseptual dan menyimpannya. Memori
bahwa seseorang telah belajar ini dikenal memori kerja kapasitasnya
sangat terbatas, waktu penyimpanan
sesuatu adalah adanya perubahan
juga pendek.
tingkah laku dalam dirinya.
d. Long-term memory (memori jangka
Perubahan tingkah laku panjang); menampung hasil
tersebut menyangkut perubahan yang pengolahan yang ada di memori jangka
bersifat pengetahuan (kognitif) dan pendek. Informasi di simpan dalam
jangka panjang dan bertahan lama. Saat
keterampilan (psikomotor) maupun
transformasi informal, informasi baru
4

terintegrasi dengan informasi lama secara operasional serta sudah


yang sudah tersimpan.
mampu menarik generalisasi
e. Respone generator (pencipta respon);
pengetahuan mereka sehingga siswa
menampung informasi yang tersimpan
dalam memori jangka panjang dan
kelas XI SMA sudah mampu
mengubahnya menjadi reaksi jawaban. mengembangkan kemampuan
berfikirnya dengan menggunakan
Dari teori di atas dapat dijelaskan bahan ajar modul sebagai sumber
belajar merupakan proses kognitif belajar mandiri bagi siswa.
untuk memperoleh pengetahuan atau Konstruktivisme adalah
informasi yang disimpan dalam pandangan yang menekankan pada
memori jangka panjang. Hal ini peran aktif pembelajar dalam
sejalan dengan pendapat Jean Piaget membangun pemahaman dan
yang membagi tahap-tahap memahami informasi (Woolfolk,
perkembangan kognitif ini menjadi 2009). Berdasarkan teori
empat yaitu: a) tahap sensorimotor konstruktivisme Anita Woolfolk,
(umur 0-2 tahun), b) tahap siswa dituntut berperan aktif untuk
preoperasional (umur 2-7/8 tahun), c) mengkonstruksi pengetahuannya
tahap operasional konkret (umur 7 baik melalui belajar berkelompok
atau 8-11 atau 12 tahun), d) tahap maupun belajar secara mandiri
operasional konkret (umur 7 atau 8- melalui bahan ajar modul.
11 atau 12 tahun), dan e) tahap Skinner membedakan respon
operasional formal (umur 11/12-18 menjadi dua yaitu: 1) respon yang
tahun). (Budiningsih, 2005: 38). timbul dari stimulus tertentu dan 2)
Berdasarkan uraian di atas “Operant (instrumental) response”
dapat dijelaskan bahwa semakin yang timbul dan berkembang karena
tinggi tahap perkembangan kognitif diikuti oleh perangsang tertentu.
seseorang akan semakin teratur dan (Skiner dalam Siregar, 2010: 27-28).
semakin abstrak cara berfikirnya. Pendapat di atas dapat
Bila dilihat dari usia anak kelas XI dijelaskan bahwa respon
SMA masuk dalam tahap operasional sesungguhnya akan menghasilkan
formal. Bila dilihat dari tahap sejumlah konsekuensi yang nantinya
tersebut siswa sudah mampu berfikir akan mempengaruhi tingkah laku
5

manusia. Artinya, dalam mengidentifikasi pembelajaran


pembelajaran harus menimbulkan bergantung pada kemampuan guru
respon yang positif agar terjadi mengelompokkan kondisi
perubahan tingkah laku pada siswa. pembelajaran.
Perubahan tingkah laku siswa Secara khusus, Pendidikan
dipengaruhi oleh beberapa hal di Kewarganegaraan memiliki tujuan
antaranya reward (pemberian sebagai berikut :
hadiah) atau pun penguatan negatif “Pendidikan Kewarganegaraan
dimaksudkan untuk membentuk
bukan hukuman. Bedanya dengan
peserta didik menjadi manusia
hukuman adalah, bila hukuman harus yang memiliki rasa kebangsaan
dan cinta tanah air”. (Penjelasan
diberikan (sebagai stimulus) agar
Undang-Undang No. 20 Tahun
respons yang timbul berbeda dari 2003 pasal 37 ayat 1).
yang diberikan sebelumnya,
Berdasarkan pendapat di atas tujuan
sedangkan penguat negatif (sebagai
pembelajaran harus dioperasionalkan
stimulus) harus dikurangi agar
melalui kejelasan tujuan kurikuler
respons yang sama menjadi kuat.
dan harus nampak dalam sosok
Menurut Reigeluth yang
program dan pola pembelajarannya.
dikutip Miarso (2013:1) ada tiga
Tujuan kurikuler tersebut selanjutnya
variabel pembelajaran yaitu (1)
harus dijabarkan ke dalam tujuan
kondisi pembelajaran, (2) metode
pembelajaran yang bersifat khusus
pembelajaran, dan (3) hasil
dan operasional dengan
pembelajaran.
Pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa memperhatikan standar kompetensi,
pembelajaran merupakan usaha sadar, disengaja dan kompetensi dasar dan indikator-
memiliki tujuan, maka pembelajaran hendaknya
didesain sedemikian rupa secara optimal agar tujuan indikatornya dalam silabus.
pembelajaran dapat tercapai. Suatu Penelitian pengembangan ini
pembelajaran akan berjalan dengan menggunakan desain pembelajaran
baik jika guru mampu ASSURE yang berorientasi kelas.
mengidentifikasi kondisi Model ASSURE ini dicetuskan oleh
pembelajaran, menentukan metode Heinich, dkk. sejak tahun 1980-an
pembelajaran yang sesuai, dan dan dan dikembangkan oleh
mengevaluasi hasil pembelajaran Smaldino, dkk (Prawiradilaga, 2008:
dengan tepat. Kemampuan guru 47). Menurut Heinich dalam
6

Prawiradilaga (2008: 47), model konsistensi, (2) format, (3)


ASSURE terdiri dari enam langkah organisasi, (4) daya tarik, (5) ukuran
kegiatan yaitu: Analyze Learners, huruf, dan (6) ruang/spasi kosong.
State Objectives, Select Methods, Selain itu, ada komponen lain yang
Media, and Material, Utilize Media digunakan untuk menarik perhatian
and Materials, and Require Learner siswa pada bahan ajar cetak yaitu
Participation. warna, huruf, dan kotak.
Berdasarkan uraian di atas, Berdasarkan pendapat di atas,
tujuan pembelajaran akan sulit dalam pemilihan bahan ajar perlu
dicapai jika bahan ajar yang memperhatikan beberapa hal yang
digunakan tidak di desain dengan berkaitan dengan isi maupun
baik sesuai dengan kebutuhan dan tampilan bahan ajar sehingga bahan
karakteristik siswa sehingga proses ajar yang digunakan mampu
pembelajaran mampu memberikan meningkatkan efektifitas dan
pengalaman belajar yang menarik efisiensi pembelajaran dan
dan menyenangkan bagi siswa. menjadikan pembelajaran lebih
Prawiradilaga dan Siregar menarik, dan inovatif.
(2008: 21) menjelaskan bahwa ada Menurut Sungkono (2003: 10),
lima komponen yang harus ada tiga teknik yang dapat dipilih
diperhatikan dalam mengembangkan dalam menyusun modul yaitu 1)
bahan ajar khususnya bahan ajar menulis sendiri (starting from
cetak yaitu (1) kegiatan pembelajaran scratch), 2) pengemasan kembali
pendahuluan, (2) penyampaian informasi (information repackaging),
materi pembelajaran, (3) memancing dan 3) penataan informasi
kinerja siswa, (4) pemberian umpan (compilation).
balik, dan (5) kegiatan tindak lanjut. Berdasarkan uraian di atas
Sedangkan secara lebih khusus dapat disimpulkan bahwa teknik
pada pengembangan bahan ajar pengembangan bahan ajar modul
cetak, Arsyad (2010: 87), bisa dilakukan dengan tiga cara yaitu
menjelaskan ada enam elemen yang dengan menulis sendiri artinya tidak
perlu diperhatikan pada saat mengutip modul orang lain,
merancang bahan ajar, yaitu (2) mengemas sendiri tetapi dengan
7

memadukan beberapa bahan ajar, modul cetakan. Bilamana ada


atau dengan cara memperbaharui masalah belajar yang tidak dapat
modul yang sudah ada. dipecahkan sendiri, mereka dapat
Belajar mandiri menurut Munir mencari bantuan narasumber yang
adalah proses belajar yang ada didekatnya atau yang diberi
didasarkan pada inisiatif, keinginan, tugas untuk membimbing.
atau minat pembelajar sendiri, Berdasarkan uraian di atas,
sehingga belajar dapat dilakukan dapat dijelaskan bahwa dalam sistem
secara sendiri ataupun berkelompok belajar mandiri pusat pembelajaran
tutorial. Bila dilihat dari kutipan berpusat pada siswa dengan
tersebut belajar mandiri merupakan menggunakan bahan ajar yang
belajar dengan bantuan minimal dari mampu menuntunnya belajar sendiri
pihak lain. Tugas guru hanya meskipun tanpa kehadiran seorang
sebagai fasilitator atau yang guru. Tugas guru/instruktur dalam
memberikan kemudahan atau proses belajar mandiri ialah menjadi
bantuan kepada pembelajar. fasilitator, menjadi orang yang siap
Sedangkan karakteristik belajar memberikan bantuan kepada
mandiri meliputi: siswa/peserta didik bila diperlukan.
a. Tujuan pembelajaran disesuaikan dengan Terutama, bantuan dalam
minat dan kebutuhan pembelajar.
b. Pembelajar belajar sesuai dengan menentukan tujuan belajar, memilih
kecepatan (pacing) masing-masing.
c. Sistem belajar mandiri dilaksanakan bahan dan media belajar, serta dalam
dengan menyediakan paket belajar
mandiri yang dapat dipilih sesuai dengan memecahkan kesulitan yang tidak
tujuan yang akan dicapai. (Munir, 2012: dapat dipecahkan siswa/peserta didik
249).
sendiri.
Menurut Miarso (2013: 253)
bahwa manfaat Sistem Belajar Tujuan penelitian
Mandiri (SBM) bagi peserta didik Penelitian ini bertujuan untuk
yaitu agar mereka dapat memperbaiki dan meningkatkan
dimungkinkan mengikuti pendidikan kualitas proses pembelajaran
dan pelatihan sesuai dengan kondisi melalui:
mereka. Peserta SBM harus mampu 1) Mendeskripsikan pemanfaatan bahan
ajar yang digunakan sesuai dengan
belajar disela-sela kegiatan mereka
dengan bahan belajar mandiri berupa
8

kondisi dan potensi sekolah terhadap (2) merencanakan tujuan/


produk yang dikembangkan.
pengembangan produk, (3)
2) Menghasilkan bahan ajar
mengembangkan produk awal, (4)
modul PPKn yang efektif,
uji coba lapangan produk awal, (5)
efisien, dan menarik.
revisi produk hasil uji lapangan, (6)
3) Menganalisis efektifitas modul
uji lapangan produk utama, dan (7)
PPKn.
penyempurnaan produk utama.
4) Menganalisis efisiensi
Pada tahap uji coba produk,
penggunaan modul PPKn.
dilakukan tiga tahap yaitu (1)
5) Menganalisis kemenarikan
evaluasi satu lawan satu, (2)
modul PPKn.
evaluasi kelompok kecil, (3) evaluasi
METODE PENELITIAN
lapangan (field evaluation) sesuai
Penelitian ini menggunakan metode
dengan kebutuhan penelitian ini.
penelitian dan pengembangan atau
Uji coba dilakukan pada siswa
disebut juga dengan istilah Research
kelas XI SMA Negeri 1 Belalau,
and Developmen (R&D) yaitu suatu
SMA Negeri 1 Liwa, dan SMA
penelitian yang digunakan untuk
Negeri 2 Liwa Kabupaten Lampung
menghasilkan produk tertentu dan
Barat. Uji satu lawan satu dilakukan
menguji keefektifan produk tertentu.
dengan subjek uji coba sebanyak 3
(Sugiyono, 2012:297).
(tiga) orang dari masing-masing
Borg and Gall (1983:775)
sekolah. Untuk uji kelompok kecil
mengajukan serangkaian tahap yang
dilakukan kepada 6 orang dari dari
ditempuh dalam pendekatan ini,
masing-masing sekolah. Untuk kelas
yaitu:
terbatas dilakukan kepada satu kelas
“research and information
dari masing-masing sekolah.
planning, develop preliminary
form of product, preliminary Uji efektifitas, efisiensi dan
main product revisien, main
kemenarikan dilakukan pada dua
field testing, operational
product operational field kelas pada kelas XI yang belum
testing, final product revision,
dijadikan subjek uji coba pada
and diss implementation”.
pengujian sebelumnya yaitu untuk
Tahapan yang dilakukan dalam
kelas kontrol pada kelas XI IPA-1
penelitian pengembangan yaitu (1)
dan untuk kelas perlakuan pada kelas
membaca penelitian yang relevan,
9

XI IPS-2 di SMA Negeri 1 Belalau. siswa sebagai bahan ajar dalam


Instrumen penelitian ini berupa proses pembelajaran.
angket dan test tertulis. Angket untuk Modul PPKn hanya sebagai
menguji kemenarikan modul suplemen sehingga siswa masih
sedangkan test tertulis untuk memerlukan bahan ajar lain untuk
mengetahui efektifitas pembelajaran. meningkatkan hasil belajar.

2. Desain Pengembangan Bahan Ajar

Desain bahan ajar yang dapat


dikembangkan adalah berupa bahan

HASIL DAN PEMBAHASAN ajar cetak modul PPKn pada


1. Kondisi dan Potensi Sekolah untuk kompetensi dasar menganalisis
Dikembangkannya Produk perkembangan demokrasi dalam
Kondisi dan potensi sekolah kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
sangat mendukung dikembangkan dan bernegara pada kelas XI.
bahan ajar modul karena siswa tidak Menurut Sungkono, (2003: 10)
memiliki bahan ajar selain buku bahwa ada tiga teknik yang dapat
cetak yang dipinjamkan sekolah pada dipilih dalam menyusun modul yaitu
siswa. selain itu kondisi sarana dan 1) menulis sendiri (starting from
prasarana sekolah yang sangat minim scratch), 2) pengemasan kembali
juga sangat tepat dikembangkannya informasi (information repackaging),
bahan ajar cetak seperti modul. dan 3) penataan informasi
Dengan menggunakan bahan (compilation).
ajar modul ini, siswa mampu belajar Modul dikembangkan dengan
mandiri meskipun sedang tidak cara mengemas informasi dengan
berada dikelas sehingga siswa memanfaatkan buku-buku teks dan
memiliki tambahan pengetahuan dan informasi dari literatur yang ada
wawasan tentang materi demokrasi untuk dikemas kembali menjadi
dibandingkan dengan siswa yang modul yang memenuhi karakteristik
tidak menggunakan modul ini. Hal modul yang baik. Modul atau
ini memberikan manfaat lebih bagi informasi yang sudah ada
dikumpulkan berdasarkan kebutuhan
10

(sesuai dengan kompetensi, silabus hasil nilai rata-rata uji posttest kelas
dan RPP), kemudian disusun kembali kontrol adalah 72 lebih rendah dari
dengan gaya bahasa yang sesuai. kelas eksperimen.
Selain itu juga diberi tambahan Dari rata-rata hasil uji posstest
keterampilan atau kompetensi yang ini gain peningkatan kemampuan
akan dicapai, latihan, rangkuman, adalah 3,905 maka dapat
test formatif, kunci jawaban, dan disimpulkan bahwa efektifitas pada
refleksi. peningkatan kemampuan
pembelajaran dengan modul
3. Efektivitas Produk Modul interaktif lebih besar dibandingkan
Uji efektifitas dilakukan dengan pembelajaran konvensional.
dengan membandingkan hasil Berdasarkan gambar di atas
posttest kelas perlakuaan dan kelas dapat dijelaskan bahwa rata-rata hasil
kontrol. Uji efektifitas pada kelas XI belajar siswa yang menggunakan
IPA-1 berjumlah sebagai kelas modul adalah 24,8%. Sedangkan
kontrol dan kelas XI IPS-2 sebagai hasil belajar siswa yang tidak
kelas perlakuan menggunakan modul adalah 11,13%.
Peningkatan kemampuan siswa Maka dapat disimpulkan bahwa
dalam penelitian pengembangan ini bahan ajar modul efektif untuk
diperoleh dengan memperhatikan meningkatkan hasil belajar siswa. Ho
nilai hasil uji pretest dan nilai hasil ditolak dan Ha diterima artinya
uji posttest. Pretest diberikan pada terdapat perbedaan hasil belajar
awal pertemuan sedang posttest antara siswa yang menggunakan
diberikan pada akhir setelah seluruh bahan ajar modul dengan siswa yang
rangkaian pembelajaran pada modul tidak menggunakan bahan ajar
interaktif selesai. modul. Hasil belajar siswa yang
Nilai rata-rata hasil uji pretest menggunakan modul lebih tinggi
kelas ekperimen adalah 57,6 dan dibandingkan hasil belajar siswa
nilai rata-rata hasil uji pretest kelas yang tidak menggunakan modul.
kontrol adalah 60,87. Sedangkan
hasil nilai rata-rata uji posttest kelas 4. Efisiensi Produk Modul
eksperimen adalah 82,4 sedangkan
11

Pengujian dilakukan pada KD Rumus tersebut menjelaskan


menganalisis perkembangan sebagai berikut: meningkatnya nilai
demokrasi dalam kehidupan pembilang (waktu yang diberikan)
bermasyarakat, berbangsa, dan akan meningkatkan waktu yang
bernegara. Direncanakan KD ini diperlukan dan mengakibatkan
tuntas selama 3 kali pertemuan meningkatnya keberhasilan belajar
dengan waktu setiap pertemuannya (Miarso,2013: 255).
adalah 2x45 menit. Untuk kelas perlakuan
Waktu yang diperlukan pada perhitungan rasio efisiensinya
pembelajaran adalah 2x45 menit diperoleh sebagai berikut.
setiap pertemuan. Artinya setiap
pertemuan pembelajaran
memerlukan waktu 90 menit.
Sedangkan untuk pembelajaran Sedangkan untuk kelas kontrol rasio
menggunakan modul memerlukan efisiensinya diperoleh:
waktu 60 menit. Sehingga jika dalam
satu Kompetensi Dasar ada tiga kali
pertemuan, maka waktu yang
diperlukan dalam menyelesaikan
materi satu KD 270 menit,
sedangkan pembelajaran
menggunakan modul hanya
memerlukan waktu 180 menit.
Adapun persamaan untuk Berdasarkan tabel di atas,
menghitung efisiensi keberhasilan waktu yang digunakan pada kelas
belajar dirumuskan oleh JB. Carrol eksperimen lebih hemat
(Miarso 2013 : 255) sebagai berikut: dibandingkan dengan kelas kontrol
pada materi yang sama. Pada kelas
Waktu yang perlakuan memerlukan waktu 120
diperlukan
Keberhasilan = menit sedangkan kelas kontrol 270
belajar menit sehingga perhitungan rasio
Waktu yang
dipergunakan efisiensinya 1,5 sedangkan untuk
12

kelas kontrol 1,00. Maka dapat Hasil uji kemenarikan


disimpulkan bahwa pembelajaran diperoleh dari sebaran angket kepada
dengan menggunakan modul lebih 25 orang siswa kelas XI IPS-2
efisien untuk meningkatkan hasil SMAN 1 Belalau. Penilaian
belajar siswa dibandingkan dengan dilakukan dengan menggunakan
pembelajaran yang hanya angket dengan skala likert, skor
menggunakan buku cetak maksimum . Kualitas daya tarik
dilihat dari aspek kemenarikan dan
kemudahan penggunaan modul
PPkn.
5. Kemenarikan Modul Berdasarkan hasil penelitian
Untuk mengetahui kemenarikan uji kemenarikan sebanyak 75% siswa
modul maka pada kelas eksperimen menyatakan bahwa pembelajaran
yang menjadi responden dibagikan dengan menggunakan modul PPKn
angket. Angket yang disebarkan ini menarik dan memudahkan siswa
mengacu pada pendapat yang untuk belajar mandiri baik dikelas
dikemukakan reigeluth (2009:77) maupun di rumah.
tentang kriteria daya tarik yaitu
sejauh mana siswa menikmati SIMPULAN
instruksi dan seberapa besar dapat Berdasarkan hasil penelitian dan
memotivasi siswa untuk mengulang- pembahasan, peneliti menyimpulkan
ulang pelajaran hingga tercapai bahwa:
kondisi yang diharapkan. Untuk itu 1. Kondisi dan potensi sekolah sangat
tepat untuk dikembangkannya bahan
angket yang disebarkan harus dapat
ajar modul PPKn materi menganalisis
mengungkap aspek daya tarik dari
perkembangan demokrasi dalam
program modul PPKn yang telah kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
diujicobakan pada kelas eksperimen. dan bernegara dapat dikembangkan
Aspek tersebut adalah kemenarikan untuk materi pembelajaran bagi siswa
kelas XI semester ganjil di Kabupaten
tampilan modul, keterbacaan,
Lampung Barat. Modul yang
pewarnaan, gaya huruf, layout,
dikembangkan belum optimal untuk
kemudahan penggunaan modul meningkatkan pengetahuan dan hasil
dalam proses pembelajaran. belajar siswa karena hanya sebagai
13

suplemen dari bahan ajar yang ada dan new York United States of
digunakan saat ini. Modul ini America.
disesuaikan dengan kebutuhan siswa
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan
sehingga dapat digunakan dengan
Pembelajaran. Rinekacipta
mudah oleh siswa kapan saja dan Jakarta .
dalam kondisi apa saja.
2. Produk modul PPKn yang dihasilkan
Miarso, Yusufhadi. 2013. Menyemai
Benih Teknologi Pendidikan.
divalidasi ahli oleh dosen pascasarjana
Jakarta: Kencana Prenada
FKIP Universitas Lampung baik ahli Media Group.
media, materi, maupun desain
pembelajaran.
Munir. 2012. Pembelajaran Jarak
Jauh Berbasis TIK. Bandung:
3. Produk modul PPKn yang Alfabeta.
dihasilkan efektif dengan nilai
Prawiradilaga, Dewi Salma dan
rata-rata peningkatan hasil Eveline Siregar. 2008. Prinsip
belajar siswa yang menggunakan Disain Pembelajaran. Kencana
Prenada Media Group. Jakarta.
modul budaya demokrasi yaitu
24,8% lebih besar daripada rata- Reigeluth, C.M & Chellman, AC. 2009.
Instructional Design Theories and
rata peningkatan hasil belajar Models Volume III, Bulding a
siswa yang tidak menggunakan Common Knowledge Base. New
York : Taylor & Francis.
modul yaitu 11,13%.
4. Penggunaan modul PPKn efisien Siregar, Eveline dan Hartini Nara.
2002. Teori Belajar dan
dengan nilai efisiensi 1,5 > 1 Pembelajaran. Bogor: Ghalia
5. kemenarikan modul PPKn Indonesia.

dalam kategori menarik dengan Sugiyono. 2012. Metode Penelitian


skor rata-rata kemenarikan Kuantitatif Kualitatif dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
adalah 75%.
Sungkono,dkk. 2003. Pengembangan
Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP
DAFTAR PUSTAKA UNY
Arsyad, Azhar. 2010. Media
Pembelajaran. PT Raja Woolfolk, Anita. 2009. Educational
Grafindo Persada .Jakarta. Psychology Active Learning
Edition (Edisi kesepuluh).
Borg, W.R. dan M.D. Gall. 1983. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Educational Research an
Introduction. Longman Inc.

Das könnte Ihnen auch gefallen