Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
The result of this research shows that the data has fulfill the classical
asumption, such as: no multicolinearity, no autocorrelation, no heteroscedasticity
and distributed normally. From the regression analysis, found that partially Total
Asset Turnover (TAT) and Net Profit Margin (NPM) variable, have a negative
significant to profit growth of manufacture company, while Working Capital to
Total Asset (WCTA) and Debt to Equity Ratio (DER) doesn’t have influence to
profit growth of manufacture company. From the research also known that those
four variables (WCTA, DER, TAT, and NPM) simoultaneously have an influence
to profit growth of manufacture company. The prediction percentage of those
variable simoultaneously are 33,5%.
Keywords: Working Capital to Total Asset (WCTA), Debt to Equity Ratio (DER),
Total Asset Turnover (TAT), Net Profit Margin (NPM), and profit growth.
PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
1. Pertumbuhan Laba
Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang
direalisasi yang timbul dari transaksi selama satu periode dengan biaya yang
berkaitan dengan pendapatan tersebut. Perbandingan yang tepat atas pendapatan
dan biaya tergambar dalam laporan rugi laba. Penyajian laba melalui laporan
tersebut merupakan fokus kinerja perusahaan yang penting. Kinerja perusahaan
merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber
daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah
pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba
periode sekarang dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba
pada periode sebelumnya (Takarini dan Ekawati, 2003).
2. Rasio keuangan
Rasio keuangan dikelompokkan dengan istilah yang berbeda-beda, sesuai
dengan tujuan analisisnya. Brigham dan Daves (2001) dalam Meythi (2005)
menggolongkan rasio keuangan menjadi rasio likuiditas, rasio solvabilitas
(leverage ratio), rasio aktivitas dan rasio profitablitas. Weygandt et. al (1996)
dalam Meythi (2005) menggolongkan rasio keuangan kedalam tiga macam rasio
likuiditas, profitabilitas dan solvency. Secara umum, rasio keuangan dapat
dikelompokkan menjadi rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas dan rasio
profitabilitas (Riyanto, 1995).
1) Rasio Likuiditas
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
kewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu tahun). Menurut Munawir (2004),
rasio likuiditas dapat dibagi menjadi tiga:
a. Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar
b. Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan
terhadap hutang lancar.
c. Working Capital to Total Asset (WCTA) yaitu perbandingan antara aktiva
lancar dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva.
Dalam penelitian ini rasio likuiditas diproksikan dengan WCTA, karena
menurut peneliti sebelumnya, rasio ini yang paling berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
WCTA dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 1995).
WCTA = (aktiva lancar - hutang lancar)
jumlah aktiva
Aktiva lancar berupa kas, persediaan dan trade receivables (pendapatan
dari dagang). Hutang lancar berupa trade payable, taxes payable dan current
maturities of long term debt. Jumlah aktiva merupakan penjumlahan dari aktiva
lancar dengan aktiva tetap (ICMD 2010).
2) Rasio Solvabilitas/Leverage
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini dapat diproksikan dengan (Ang, 1997,
Mahfoedz, 1994 dan Ediningsih, 2004):
a. Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total asset
b. Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah hutang lancar
dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri
c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) yaitu perbandingan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri.
d. Times Interest Earned (TIE) yaitu perbandingan antara pendapatan sebelum
pajak (earning before tax, selanjutnya disebut EBIT) terhadap bunga hutang
jangka panjang.
e. Current Liability to Inventory (CLI) yaitu perbandingan antara hutang lancar
terhadap persediaan.
f. Operating Income to Total Liability (OITL) yaitu perbandingan antara laba
operasi sebelum bunga dan pajak (hasil pengurangan dari penjualan bersih
dikurangi harga pokok penjualan dan biaya operasi) terhadap total hutang.
Dalam penelitian ini rasio leverage diproksikan dengan DER, karena
menurut peneliti sebelumnya, rasio ini yang paling berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
DER dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyanto, 1995).
DER = Total hutang
Modal sendiri
Total hutang merupakan penjumlahan dari hutang lancar dengan hutang
jangka panjang. Modal sendiri merupakan sumber dana yang berasal dari pemilik
perusahaan.
3) Rasio Aktivitas
Menurut Ang (1997) rasio ini menunjukkan kemampuan serta efisiensi
perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran
(turnover) dari aktiva-aktiva. Rasio aktivitas dapat diproksikan dengan:
a. Total Asset Turnover (TAT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih dengan
jumlah aktiva
b. Inventory Turnover (IT) yaitu perbandingan antara harga pokok penjualan
dengan persediaan rata-rata
c. Average Collection Period (ACP) yaitu perbandingan antara piutang rata-rata
dikalikan 360 dibanding dengan penjualan kredit.
d. Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih
terhadap modal kerja.
Dalam penelitian ini rasio aktivitas diproksikan dengan Total Asset
Turnover (TAT), karena menurut peneliti sebelumnya, rasio ini yang paling
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
TAT dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang, 1997).
TAT = Penjualan
Total Aktiva
Penjualan bersih (net sales) merupakan hasil penjualan bersih selama satu
tahun. Total aktiva merupakan penjumlahan dari total aktiva lancar dan aktiva
tetap.
4) Rasio Profitabilitas
Menurut Husnan dan Pudjiastuti (1994), rasio profitabilitas/rentabilitas digunakan
untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam menggunakan aktivanya,
efisiensi ini dikaitkan dengan penjualan yang berhasil diciptakan. Rasio
profitabilitas dapat diproksikan dengan:
a. Net Profit Margin (NPM) yaitu perbandingan antara laba bersih setelah pajak
(NIAT) terhadap total penjualannya.
b. Gross Profit Margin (GPM) yaitu perbandingan antara laba kotor terhadap
penjualan bersih.
c. Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dengan
jumlah aktiva.
d. Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak terhadap
modal sendiri.
Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diproksikan dengan NPM, karena
menurut peneliti sebelumnya, rasio-rasio ini yang paling berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
NPM dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang, 1997).
NPM = laba bersih setelah pajak
penjualan bersih
Laba bersih setelah pajak dihitung dari laba sebelum pajak penghasilan
dikurangi pajak penghasilan. Penjualan bersih menunjukkan besarnya hasil
penjualan yang diterima oleh perusahaan dari hasil penjualan barang-barang
dagangan atau hasil produksi sendiri (Reksoprayitno, 1991).
Teori-teori yang mendukung penelitian ini :
1. Du Pont System
Suatu sistem analisa yang dimaksudkan untuk menunjukkan hubungan
antara return on investment, asset turnover, dan profit margin sering disebut “Du
Pont System”. Return on Investment (ROI) adalah rasio keuntungan sesudah
pajak terhadap jumlah investasi (aktiva) sehingga dalam du pont system
diperhitungkan juga bunga dan pajak (Bambang Riyanto, 1995). Menggunakan
hubungan antara perputaran aktiva dengan profit margin, maka ROI atau ROA
adalah hasil kali profit margin dengan perputaran aktiva.
ROA = Profit Margin x Perputaran Aktiva
Untuk menaikkan ROA suatu perusahaan bisa memilih dengan menaikkan
profit margin dan mempertahankan perputaran aktiva, dengan menaikkan
perputaran aktiva dan mempertahankan profit margin, atau dengan cara keduanya
(Hanafi & Halim, 2005). Oleh karena itu penting untuk dapat mengetahui
bagaimana cara-cara untuk menaikkan profit margin maupun perputaran aktiva.
2. Analisis Pertumbuhan Laba
a. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan analisis yang berhubungan dengan
kondisi keuangan perusahaan. Dengan analisis fundamental diharapkan calon
investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya
menjadi milik investor, apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak
dan sebagainya. Hal ini penting karena nantinya akan berhubungan dengan hasil
yang akan diperoleh dari investasi dan resiko yang harus ditanggung.
b. Analisis Teknikal
Analisis teknikal sering dipakai oleh investor, dan biasanya data atau
catatan pasar yang digunakan berupa grafik. Analisis ini berupaya untuk
memprediksi pertumbuhan laba di masa yang akan datang dengan mengamati
perubahan laba di masa lalu.
3. Laporan Keuangan
Laporan keuangan digunakan untuk mengetahui perkembangan suatu
perusahaan dan kondisi keuangan perusahaan. Pada dasarnya, laporan keuangan
merupakan hasil dari proses pencatatan, penggolongan dan peringkasan dari
kejadian-kejadian yang bersifat keuangan dengan cara setepat-tepatnya sebagai
alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan
dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut Hanafi dan Halim (2005), ada
tiga bentuk laporan keuangan yang pokok yaitu Neraca, Laporan Rugi Laba dan
Laporan Aliran Kas.
4. Analisis Laporan Keuangan
Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan pada dasarnya
dilakukan untuk melihat prospek dan resiko perusahaan. Analisis laporan
keuangan dapat dibagi menjadi tiga jenis: intracompany basis (perbandingan
internal perusahaan untuk mendeteksi adanya perubahan-perubahan keuangan
perusahaan atau trend yang signifikan), intercompany basis (perbandingan dengan
perusahaan lain yang dapat memberikan gambaran posisi kompetitif perusahaan
yang bersangkutan) dan industry average (perbandingan dengan rata-rata industri
dari industri yang sama dengan perusahaan yang akan dianalisis).
5. Analisa Rasio Keuangan
Dennis (2006) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan
metode yang paling baik digunakan untuk memperoleh gambaran kondisi
keuangan perusahaan secara keseluruhan. Analisis ini berguna sebagai analisis
intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil keuangan yang telah
dicapai guna perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis ekstern bagi
kreditur dan investor untuk menentukan kebijakan pemberian kredit dan
penanaman modal suatu perusahaan. Analisis rasio keuangan ini dapat dibagi atas
dua jenis berdasarkan variate yang digunakan dalam analisis, yaitu (Ang, 1997) :
1. Univariate Ratio Analysis
Univariate Ratio Analysis merupakan analisis rasio keuangan yang
menggunakan satu variate didalam melakukan analisis.
2. Multivariate Ratio Analysis
Multivariate Ratio Analysis merupakan analisis rasio keuangan yang
menggunakan lebih dari satu variate di dalam melakukan analisis.
Pertumbuhan
Debt to Equity Ratio (H2-)
Laba
HIPOTESIS PENELITIAN
H1 : Working Capital to Total Asset berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
laba.
H2 : Debt to Equity Ratio berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba.
H3 : Total Assets Turnover berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
H4 : Net Profit Margin berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel terikat dan empat variabel
bebas.
1. Variabel Terikat (Y)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pertumbuhan laba.
Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang
dengan laba periode sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode
sebelumnya. Pertumbuhan laba dirumuskan sebagai berikut:
Pertumbuhan Laba = Yt – Yt-1
Yt-1
2. Variabel Bebas (X)
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Working Capital to Total Asset (WCTA)
WCTA merupakan salah satu rasio likuiditas yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva lancar perusahaan, sehingga
mampu membayar utang jangka pendeknya tepat pada waktu yang dibutuhkan
(Machfoedz, 1999). WCTA merupakan perbandingan antara aktiva lancar
dikurangi hutang lancar terhadap jumlah aktiva. WCTA dapat dirumuskan sebagai
berikut (Riyanto, 1995).
WCTA = (aktiva lancar - hutang lancar)
jumlah aktiva
b. Debt to Equity Ratio (DER)
DER merupakan salah satu rasio solvabilitas yang mencerminkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan
oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang.
DER merupakan perbandingan antara total hutang dengan modal sendiri. DER
dapat dirumuskan sebagai berikut (Ang,1997).
DER = Total hutang
Modal sendiri
c. Total Assets Turnover (TAT)
TAT merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan
aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal yang
diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. TAT memperlihatkan proporsi antara
penjualan bersih dengan seluruh kekayaan yang dimiliki. TAT dapat dirumuskan
sebagai berikut (Ang,1997):
Total Assets Turnover = Penjualan Bersih
Total aktiva
d. Net Profit Margin (NPM)
NPM merupakan keuntungan neto yang dihasilkan dari setiap rupiah
volume usaha. NPM memperlihatkan proporsi antara laba bersih setelah pajak
dengan penjualan bersih dari suatu perusahaan. NPM dapat dirumuskan sebagai
berikut (Ang,1997) :
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak x 100%
Penjualan Bersih
Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan metode
dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengumpulkan data sekunder
dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan di BEI. Laporan keuangan
perusahaan tercantum dalam ICMD 2006, ICMD 2007, ICMD 2008, ICMD 2009,
ICMD 2010, ICMD 2011.
a,b
Mean 0.0000000
Normal Parameters
Std. Deviation 3.75161512
Absolute .284
Most Extreme
Positive .284
Differences
Negative -.238
Kolmogorov-Smirnov Z 5.047
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hasil pengujian normalitas pada pengujian terhadap 315 data awal
menunjukkan bahwa semua variabel belum menunjukkan sebagai model yang
normal yang ditunjukkan dengan nilai sig Z < 0,05.
.
Normal Probability Plot (Data Awal)
Unstandardized Residual
N 199
a
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation 1.11468609
Most Extreme Differences Absolute .059
Positive .059
Negative -.058
Kolmogorov-Smirnov Z .831
Asymp. Sig. (2-tailed) .495
a. Test distribution is Normal.
Collinearity Statistics
1(Constant)
Tolerance value > 0,1 dan VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa
keempat variabel independen tersebut tidak terdapat hubungan multikolinearitas
dan dapat digunakan untuk memprediksi pertumbuhan laba selama periode
pengamatan.
C. Uji Autokorelasi
Hasil pengujian Durbin Watson pada Tabel 4.7 yang menunjukkan bahwa
nilai Durbin Watson (Dw) adalah 2,021 sedangkan nilai du adalah 1,810. Dapat
diasumsikan bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model regresi ini. Hal ini
dikarenakan nilai Durbin Waston berada diantara nilai du (batas bawah) dan 4 –
du = 2,190 (batas atas) yaitu 1,810 2,021 2,190.
D. Uji Heteroskedastisitas
Diagram Scatter Plot
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
C. Uji Statistik t
Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan nilai signifikansi t yang
ditunjukkan oleh Sig dari t pada Tabel dengan tingkat signifikansi yang diambil,
dalam hal ini 0,05. Jika nilai Sig dari t < 0,05 maka variabel independen
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Hasil Regresi Uji t
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
B. Hipotesis 2 (H2)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel DER memiliki nilai
signifikansi sebesar 0,068 dengan nilai koefisien regresi untuk variabel DER
sebesar 0,231.
Tidak signifikannya DER menunjukkan bahwa berdasarkan data empiris
yang ada dan dari hasil penelitian yang diperoleh naik dan turunnya rasio DER
tidak mempengaruhi besarnya pertumbuhan laba. Sekalipun suatu perusahaan
cukup solvabel untuk membayar semua utang-utangnya, tetapi perusahaan
tersebut masih harus bekerja untuk memperbaiki solvabilitasnya apabila pada
suatu waktu harus menghadapi kesukaran finansial.
Koefisien regresi yang positif pada variabel DER menggambarkan bahwa
DER yang semakin tinggi menunjukkan adanya tambahan modal sendiri. Apabila
tambahan modal sendiri itu dialokasikan pada aktiva relatif lebih besar daripada
tambahan utang maka kegiatan operasional perusahaan tersebut akan berjalan
lancar sehingga labanya akan meningkat dan pertumbuhan labapun akan
mengalami peningkatan.
C. Hipotesis 3 (H3)
Dari hasil penelitian diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel TAT
sebesar -0,624, dengan nilai signifikansi uji t sebesar 0,003.
Variabel TAT berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba berarti
naik turunnya rasio TAT berpengaruh terhadap besarnya pertumbuhan laba.
Tanda negatif koefisien regresi pada variabel TAT menunjukkan pengaruh yang
negatif terhadap pertumbuhan laba. Hal ini mengindikasikan bahwa dengan
semakin besarnya rasio TAT perusahaan manufaktur maka pertumbuhan laba
akan menurun. Berdasarkan hasil penelitian rasio TAT yang tinggi pada tahun
sebelumnya justru akan menurunkan pertumbuhan laba perusahaan pada tahun
berikutnya, hal ini dikarenakan perilaku dari rata-rata perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Apabila pada tahun ini rasio TAT tinggi
maka perusahaan tidak perlu bekerja keras untuk meningkatkan pertumbuhan laba
pada tahun berikutnya. Namun sebaliknya, apabila rasio TAT tahun ini rendah,
maka perusahaan akan berusaha meningkatkan kinerjanya agar mampu
meningkatkan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya.
D. Hipotesis 4 (H4)
Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi
untuk variabel NPM sebesar -0,560 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000.
Variabel NPM berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba berarti
naik turunnya rasio NPM berpengaruh terhadap besarnya pertumbuhan laba.
Variabel NPM dalam penelitian ini mempunyai pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan laba. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa rasio NPM yang
tinggi pada tahun ini justru akan menurunkan pertumbuhan laba pada tahun
berikutnya, begitu pula sebaliknya, rasio NPM yang rendah pada tahun ini akan
meningkatkan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya. Hal ini dikarenakan
untuk menjaga kestabilan trend laba perusahaan maka perusahaan tersebut
melakukan manajemen laba, sehingga apabila laba perusahaan tahun ini naik
maka perusahaan tidak perlu meningkatkan pertumbuhan laba pada tahun
berikutnya. Sedangkan apabila laba perusahaan tahun ini mengalami penurunan,
maka perusahaan akan meningkatkan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya.
KESIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Seluruh variabel independen dalam penelitian ini hanya menyumbang
33,5% dari keseluruhan variabel independen yang seharusnya ada seperti terlihat
pada nilai adjusted R2. Artinya masih terdapat 66,5% variabel-variabel
independen lain yang belum diketahui dan diteliti secara ilmiah mempengaruhi
pertumbuhan laba. Selain itu penelitian ini tidak dapat berlaku secara umum
karena hanya dapat digeneralisasi pada objek yang diteliti dan pada periode
amatan, tidak pada objek yang lain.
Implikasi Kebijakan
1. Bagi investor
Dengan mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel terhadap
pertumbuhan laba yang dianalisis dalam penelitian ini, maka investor dapat lebih
memperhatikan dalam menentukan strategi investasinya. Dimana dalam penelitian
ini variabel yang berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba
adalah TAT dan NPM. Karena dalam hal ini variabel TAT dan NPM berpengaruh
negatif, maka para investor harus memperhatikan ketika manajemen menaikkan
atau menurunkan pertumbuhan laba pada tahun berikutnya. Apabila tahun ini
variabel TAT maupun NPM tinggi, maka sebaiknya investor tidak membeli
saham karena pertumbuhan laba nya akan menurun pada tahun berikutnya. Begitu
pula apabila terjadi sebaliknya.
2. Bagi kreditur
Bagi para kreditur sebelum memutuskan untuk menerima atau menolak
permintaan kredit dari perusahaan, harus terlebih dahulu melihat pertumbuhan
laba perusahaan tersebut pada tahun berikutnya dengan memperhatikan rasio
keuangan khususnya dalam penelitian ini adalah variabel TAT dan NPM yang
berpengaruh negatif signifikan terhadap pertumbuhan laba perusahaan
manufaktur. Apabila variabel TAT maupun NPM tinggi pada tahun ini, maka
kreditur seharusnya tidak memberikan kredit kepada perusahaan tersebut karena
kurang mendapatkan jaminan dari perusahaan yang akan menurunkan
pertumbuhan laba pada tahun berikutnya.
Saran
Ang, Robert. 1997. Buku Pintar: Pasar Modal Indonesia. Mediasoft Indonesia.
Angkoso, Willy. 2005. Pengaruh Debt Ratio dan Return On Equity Terhadap
Pertumbuhan Laba. Skripsi Jurusan Ekonomi UNNES.
Dennis, Michael. 2006. “Key Financial Rastios for The Credit Department”,
Business.
Dwi Raharja, Ivon dan Linda Kusumaning, 2005, “Analisis Rasio Keuangan
dalam Memprediksi Perubahan Laba dimasa yang akan Datang Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ ”, Akuntansi dan
Teknologi Informasi , Vol. 4, No.2, November.
Gujarati, Damodar. 1999. Basic Econometrics. New York : Mc Graw Hill Inc.
Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2005. Analisis Laporan Keuangan. UPP
AMP YKPN.
Harahap, Sofyan Syafri. 2005. Teori Akuntansi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Indarti, Iin, 2002, “Analisis Rasio Keuangan dalam Memprediksi Perubahan Laba
Emiten di BEJ Tahun 1997-1999 ”, ASSETS, Vol.4, h. 107-120, Juni.
Juliana, Roma Uly dan Sulardi, 2003, ”Manfaat Rasio Keuangan Dalam
Memprediksi Perubahan Laba Perusahaan Manufaktur ”, Jurnal Bisnis &
Manajemen, Vol. 3, No.2.
Machfoedz, Mas’ud, 1999, “Pengaruh Krisis Moneter Pada Efisiensi Perusahaan
Publik di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia,
Vol. 14, No. 1.
Meythi, 2005, “Rasio Keuangan yang paling baik Untuk Memprediksi
Pertumbuhan Laba: Suatu studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol.
XI No. 2, September.
Takarini, Nurjanti dan Erni Ekawati, 2003, “Analisis Rasio Keuangan dalam
Memprediksi Perubahan Laba Pada Perusahaan Manufaktur di Pasar
Modal Indonesia”, Ventura, Vol. 6 No. 3.