Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Lalu Ihsan
Panitera/Sekretaris Pengadilan Negeri Selong Kelas I B
E-mail: firzhal@yahoo.com
Naskah diterima : 12/05/2014; revisi : 27/06/2014; disetujui : 07/08/2014
Abstract
This paper aims to look at the staffing dispute resolution pursuant to Act No. 43 of 1999 in terms
of aspects of employment law and the system of Judicial Administration. Existence Personnel
Advisory Board in the resolution of employment disputes, competency State Administrative
Court and State Administrative High Court in the resolution of employment disputes and the
status of the decision. Personnel Advisory Board and the position of the State Administrative
Court judgment in the resolution of employment disputes. Normative legal research, analysis
departs from the laws that describe the legal aspects related to the employment dispute
resolution. Approach (statute approach), a conceptual approach (conceptual approach the case
approach). So that the position can be known BAPEK. Provide consideration to the president
in the imposition of disciplinary punishment to the civil servants who are administratively
BAPEK as body functioning decide administrative appeals filed by civil servants. Competence of
the Administrative Court in the resolution of employment disputes, receive examine and decide
disputes unrelated personnel by imposing rules violations Servants Discipline, and the dispute
resolution employment appeal against the decision issued by the administrative court and
BAPEK and Position decision BAPEK as Administrative Decision state that can be appealed to
the judge’s decision Cosmos.
hal mereka menghadapi sengketa kepega- mengatur suatu perbuatan mana yang di-
waian (mendapatkan hukuman disiplin anggap sebagai sebuah pelanggaran. Batas-
dari atasannya). batas perbuatan seperti apa yang dilarang
tidak diatur secara eksplisit sehingga men-
Pengadilan Tata Usaha Negara ter-
imbulkan multi tafsir. Ada juga antara satu
diri dari dua tingkatan yaitu pengadilan
peraturan dengan peraturan yang lainnya
tingkat pertama dan pengadilan tingkat
mengatur hal yang sama (terjadi tumpang
banding yang berpuncak pada Mahkamah
tindih) tentang satu perbuatan atau tinda-
Agung RI. Pengadilan tingkat pertama ber-
kan yang dilarang. Pada kenyataannya, se-
wenang mengadili sengketa kepegawaian
buah peraturan pemerintah yang kedudu-
dalam hal upaya administratif yang terse-
kannya di bawah undang-undang dapat di-
dia hanya berupa “keberatan”. Sedangkan
jadikan dasar untuk menyatakan seorang
pengadilan tingkat banding menjadi penga-
PNS bersalah dan dihukum secara admi-
dilan tingkat pertama (menerima, memer-
nistratif sehingga kehilangan hak-hak eko-
iksa, dan mengadili gugatan) yang ber-
nominya.
wenang dalam hal sengketa tersebut telah
melalui upaya banding administratif. Berdasarkan latar belakang seperti telah
disebutkan sebelumnya, dapat dirumus-
Berkaitan dengan adanya dua prosedur
kan beberapa hal, untuk mengetahui : Ba
untuk menyelesaikan sengketa kepega-
gai
manakah eksistensi Badan Pertimban-
waian ini, untuk menentukan pengadilan
gan Kepegawaian dalam penyelesaian seng-
mana yang berwenang harus dilihat dulu
keta kepegawaian; Apa kompetensi Peradi-
dasar hukum penjatuhan hukumannya.
lan Tata Usaha Negara dan Peradilan
Tidak semua PNS yang mendapatkan hu-
Tinggi Tata Usaha Negara dalam penyele-
kuman mengerti akan hal tersebut. Den-
saian sengketa kepegawaian dan Bagai
gan adanya prosedur penyelesaian sengke-
manakah kedudukan putusan Badan Per-
ta ini menimbulkan juga perbedaan penga-
timbangan Kepegawaian dan kedudukan
dilan yang berwenang. Hal ini tidak saja
putusan Peradilan Tata Usaha Negara
menyangkut kedudukan hukum tergugat,
dalam penyelesaian sengketa kepegawaian.
akan tetapi juga menyangkut proses pen-
jatuhan hukuman tersebut apakah melalui Penelitian dalam tulisan ini menggunak-
keberatan atau melalui banding adminis- an metode penelitian hukum normative,
tratif. adalah penelitian hukum yuridis norma-
tif yaitu berdasarkan pertimbangan bahwa
Pengetahuan dan pemahaman yang
penelitian ini berangkat dari analisis per-
benar tentang prosedur penyelesaian seng-
aturan perundang-undangan yang men
keta kepegawaian berdampak besar bagi
jelaskan tentang aspek-aspek hukum yang
PNS. la bisa kehilangan hak membela ke-
berkait dengan penyelesaian sengketa
pentingannya di pengadilan karena peng
kepegawaian. Penelitian ini dilakukan den-
ajuan gugatan ke-Pengadilan Tata Usaha
gan cara meneliti bahan hukum primer,
Negara (PTUN) memiliki daluwarsa/teng-
bahan hukum sekunder dan bahan hukum
gang waktu sembilan puluh hari terhitung
tersier.
sejak menerima atau mengetahui keputu-
san TUN. Apabila telah lewat waktu sem-
PEMBAHASAN
bilan puluh hari maka pokok perkara tidak
bisa diperiksa oleh pengadilan. A. Kedudukan dan Tugas BAPEK
Selain hal-hal tersebut, peraturan yang Analisa dengan menggunakan pendeka-
ada pun ada kalanya tidak secara jelas tan konstitusi/Undang-Undang Dasar
Presiden
Bertanggun jawab
langsung
Badan pertimba
ngan kepegawaian
(BAPEK)
Memberikan pertimbangan
Memeriksa dan mengambil
kepada Presiden atas usul
keputusan atas banding
penjatuhan hukuman disiplin
administratif dari PNS yang
berupa pemindahan dalam rangka
dijatuhi hukuman disiplin berupa
penurunan jabatan setingkat
pemberhentian dengan hormat
lebih rendah, pembebasan dari
tidak atas permintaan sendiri
jabatan, pemberhentian dengan
atau pemberhentian tidak dengan
hormat tidak atas permintaan
hormat sebagai PNS oleh pejabat
sendiri, dan pemberhentian tidak
pembina kepegawaian dan/
dengan hormat sebagai PNS, bagi
atau gubernur sebagai wakil
PNS yang mendduduki jabatan
pemerintah
strutural eselon I dan pejabat
lain yang pengangkatan dan
pemberhentiannya oleh Presiden
Penjelasan : kedu
dukan di bawah dan bertanggung-
jawab langsung kepada Presiden.
• Badan pertimbangan kepegawaian diben-
tuk berdasarkan Peraturan Pemerintah • Badan Pertimbangan Kepegawaian (BA
Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan PEK) adalah lembaga Pusat yang ber
Pertimbangan Kepegawaian, dan ber tugas menerima upaya banding admini
strasi setiap PNS yang di jatuhi
8
Indroharto, Usaha Memahami Undang-undang
tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Buku 1 Beberapa
Pengertian Dasar Hukum Tata Usaha Negara , Sinar
Harapan, Jakarta 1996) hlm 154.
5 Tembusan
wajib
5. Keputusan BAPEK mengikat dan wajib 3. Fungsi redistribusi atau rekayasa social
dilaksanakan oleh semua pihak yang (redistributive function or social engineer-
terkait. ing function). Fungsi ini mengarah pada
penggunaan hukum untuk mengadakan
Agar hukum itu efektif, maka diperlu- perubahan social yang berencana yang
kan aparat penegak hukum untuk men- ditentukan oleh pemerintah.
egakkan sanksi tersebut. Suatu sanksi
dapat diaktualisasikan kepada masyarakat 3. Fungsi pemeliharaan sosial (social
dalam bentuk ketaatan (compliance), den- maintenance function). Fungsi ini ber
gan kondisi tersebut menunjukkan adanya guna untuk menegakkan struktur
indikator bahwa hukum tersebut adalah hukum agar tetap berjalan susuai den-
efektif. Menurut Friedmann mengemuka- gan aturan mainnya (rule of the game).
kan bahwa: sebuah sistem hukum, perta- D. Peradilan Tata Usaha Negara
ma mempunyai struktur. Kedua memiliki
substansi, meliputi aturan, norma dan Tata Usaha Negara adalah administrasi
perilaku nyata manusia yang berada di negara yang melaksanakan fungsi untuk
dalam sistem itu. Termasuk pula dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan
pengertian substansi ini adalah semua baik di pusat maupun di daerah10. Menurut
produk, seperti keputusan, aturan baru Indroharto dari pengertian tersebut dapat
yang disusun dan dihasilkan oleh orang disimpulkan bahwa TUN adalah sama den-
yang berada di dalam sistem itu pula. gan administrasi negara, yaitu suatu fung-
Aspek ketiga, budaya hukum meliputi ke- si atau tugas untuk menyelenggarakan
percayaan, nilai, pemikiran serta hara- urusan pemerintahan dalam negara. Hu-
pannya. Struktur dapat diibaratkan sebagai kum TUN atau hukum administrasi
mesin. Substansi adalah apa yang dihasilk- negara adalah keseluruhan aturan-aturan
an atau dikerjakan oleh mesin itu. Budaya hukum yang berkaitan dengan penyelengg-
hukum (legal culture) adalah apa saja atau araan urusan pemerintahan. Oleh karena
siapa saja yang memutuskan untuk meng- penyelenggara urusan pemerintah adalah
hidupkan dan mematikan mesin itu, serta organ-organ (badan atau pejabat TUN)
bagaimana mesin itu harus digunakan. pemerintah maka hukum TUN meliputi
Ancaman hukuman dalam sanksi negative 9
Lawrence Friedman, Buku Sosiologi Hukum, 2001,
hlm 11-18.
10
Lihat Pasal 1 angka 7 UU Nomor 51 Tahun 2009.
juga peratu. Badan atau pejabat TUN Delegasi adalah pelimpahan suatu we-
dalam menyelenggarakan urusan pemerin- wenang dari badan atau pejabat TUN
tahan harus berdasar atas peraturan pe- yang dimilikinya (atribusi) kepada
rundang-undangan. Dengan peraturan pe- badan atau pejabat TUN lainnya. Dele-
rundangan-undangan yang ada maka gasi selalu didahului adanya suatu atri-
badan atau pejabat TUN memiliki ke- busi.16
wenangan melakukan perbuatan hukum. 3. Mandat
Menurut Mochtar Kusumaatmadja kekua-
saan sering bersumber pada wewenang Mandat dapat diartikan atau sama hal-
formal (formal authority) yang memberi- nya dengan suatu kuasa khusus untuk
kan wewenang atau kekuasaan kepada se melaksanakan suatu hal tertentu.17
seorang atau suatu pihak dalam suatu Perbedaan antara delegasi dan mandat
bidang tertentu. Kata lainnya adalah
sebagaimana dikemukakan oleh S.F.
kekuasaan itu bersumber pada hukum.11 Marbun, 18 dapat penulis simpulkan seb-
Kewenangan adalah kekuasaan yang difor- agai berikut :
malkan.12 Sumber kewenangan pemerintah Menurut F.P.C.L Tonnaer, kewenangan
adalah berasal dari kekuasaan parlemen pemerintah dalam kaitan ini dianggap
yang membuat peraturan perundang-un- sebagai kemampuan untuk melaksanakan
dangan yang memuat wewenang pemerin- hukum positif, dan dengan begitu, dapat
tahan. Wewenang pemerintahan tersebut diciptakan hubungan hukum antara
adalah wewenang untuk membentuk pemerintah dengan warga negara.19
hukum positif (yang berlaku) serta mem
pertahankannya.13 Berdasarkan sumber ke- Kewenangan memiliki kedudukan pent-
wenangan yang dimiliki oleh badan atau ing dalam kajian hukum tata negara dan
pejabat TUN, dapat dikategorikan men- hukum administrasi negara. Begitu pent-
jadi tiga hal, yaitu : ingnya kedudukan kewenangan ini sehing-
ga F.A.M Strong dan J.G.Steenbeek menye-
1. Atribusi butkan sebagai konsep inti dalam hukum
Atribusi adalah pemberian wewenang tata negara dan hukum administratif, ”Het
pemerintahan yang baru berdasarkan begrief bevoegheid is dan oeken kerbegrif in
ketentuan dalam peraturan perundang- het staat en administratief recht”. Kewenan-
undangan.14 Peraturan perundang-un- gan yang didalamnya terkandung hak dan
dangan dibuat oleh parlemen yang me kewajiban.20
rupakan wakil-wakil rakyat baik di
Kewenangan pemerintah bisa bersifat
tingkat pusat maupun daerah. Dengan
terikat dan bisa juga bersifat bebas (fakul-
adanya pemberian wewenang oleh par-
tatif). Namun, pada dasarnya tidak ada
lemen tersebut maka tindakan pe me
kewenangan yang benarbenar bebas tanpa
rintah berdasarkan kewenangan yang
ada batasannya. Bersifat terikat jika per-
telah diberikan kepadanya adalah sah
aturan dasarnya telah menentukan secara
dan secara yuridis mempunyai kekuatan
terperinci sehingga tidak dapat berbuat
mengikat umum.15
lain kecuali melaksanakan seperti yang
2. Delegasi telah ditetapkan. Bersifat fakultatif jika
16
Indroharto, Buku I OP.Cit. hlm. 91
17
S.F Marbun, Peradilan Administrasi, Op. Cit. hlm. 163
11
Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep .. Op.Cit. hlm. 5 18
Ibid. hlm. 159-160
12
S.F. Marbun, Peradilan Administrasi.Op.Cit, hlm. 154 19
F.P.C.L Tonnaer dalam Ridwan.HR. Hukum
13
Indroharto, Buku I Op. Cit. hlm. 67 Administrasi Negara, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta
14
Ibid. hlm. 91 2006, hlm 100.
15
S.F Marbun, Peradilan Administrasi, Op. Cit. hlm. 158 20
Ibid.
juk kepada isi hubungan hukum yang yang menjatuhkan hukuman atau instansi
ditetapkan dalam keputusan TUN yang lain yang berwenang maka menjadi we-
bersangkutan, yang dapat berupa : wenang pengadilan tingkat banding untuk
menyelesaikannya.
• Kewajiban-kewajiban untuk berbuat
atau tidak berbuat, atau membiarkan Perbedaan penyelesaian hukum di pen-
sesuatu. gadilan untuk masalah yang sama yaitu
• Pemberian suatu subsidi atau bantuan, kepegawaian ini penyusun sebut sebagai
izin, atau suatu status.24 dualisme. Disebut dualisme karena dalam
hal-hal tertentu Pengadilan Tinggi TUN
Syarat tertulis ini untuk kemudahan sebagai pengadilan tingkat banding memi-
pembuktiannya. Syarat tertulis bukan liki kewenangan sebagai pengadilan
mengenai bentuk formalnya tetapi asal tingkat pertama untuk mengadili dan me-
tampak keluar sebagai tertulis saja, kare- nyelesaikan sengketa kepegawaian. Keti-
nanya sebuah memo atau nota dapat meru- dak fahaman akan hal ini menyebabkan
pakan dikategorikan penetapan tertulis penyelesaian yang berlarutlarut.
dan dapat digugat asalkan sudah jelas
badan atau pejabat TUN yang mengeluar- Satu contoh kasus ini bisa menjelaskan
kan, maksud dan isi tulisan, pihak yang masalah yang ditimbulkan akibat dualisme
dituju harus bersifat konkret, individual, yang penyusun maksud. Kasusnya terjadi
dan final, serta menimbulkan akibat hu- di Sumatera Barat. Kasus posisinya adalah
kum bagi seseorang atau badan hukum sebagai berikut :
perdata.25
Perkara gugatan nomor : 14/G/1997/
E. Penyelesaian Sengketa Kepegawaian di PTUN-PDG. Penggugat : Musri Mustafa
Pengadilan Tata Usaha
MELAWAN
Negara (studi kasus perkara Nomor :
Tergugat I: Pemimpin PT. PLN
22/G/2009/PT.TUN.JKT.)
(Persero) Wilayah III Sumatera Barat-Riau
Undang-Undang Peradilan Tata Usaha Tergugat II : Direksi PT. PLN (Persero)
Negara setelah adanya ketentuan-ketentu- Pusat.
an dalam bidang kepegawaian, sehingga
Kasus posisi :
dapat dikatakan keberadaan peradilan
TUN mengakomodir peraturan-peraturan Musri adalah pegawai PT. PLN Wilayah
yang sudah ada. Dalam sengketa kepega- III Sumatera Barat-Riau yang dijatuhi
waian ada dua proses yang dapat ditempuh hukuman disiplin berupa pemberhentian
oleh seorang PNS yang terkena hukuman, tidak dengan hormat dengan SK Tergugat
yaitu melalui upaya keberatan dan banding II Nomor : 217.K/7711/PW.III/1996. SK
administratif. ini diperkuat oleh Tergugat I dengan SK
Nomor : P.0409/PST/1997 tertanggal 7
Perbedaan penyelesaian sengketa ke April 1997.
pegawaian itu menyebabkan berbeda pula
penyelesaiannya di pengadilan TUN. Per- Musri kemudian mengajukan gugatan
bedaannya terletak pada tingkat pengadi- ke PTUN Padang dengan nomor gugatan :
lan mana yang berwenang, tingkat per 14/G/1997/PTUN-PDG. PTUN Padang
tama atau tingkat banding. Apabila telah dalam putusannya tanggal 14 Oktober
melalui upaya keberatan kepada atasan 1997 memutus sebagai berikut :
24
Indroharto, Buku I Op.Cit. hlm. 163 MENGADILI
25
Ibid.
JKT. tanggal 1 Juni 2010, Pengadilan Dari contoh kasus ini dapat dilihat beta-
Tinggi TUN Jakarta memutus sebagai beri- pa lamanya proses yang harus dilalui oleh
kut : pegawai hanya karena kurang memahami
MENGADILI upaya banding administratif dan sekaligus
tidak jelasnya peraturan yang mengatur
Dalam Eksepsi :
upaya apa saja yang dapat dilakukan oleh
- Menolak eksepsi Tergugat. pegawai dalam sengketa kepegawaian. Hal
Dalam Pokok Perkara : ini tidak semata-mata kesalahan penggu-
gat, akan tetapi kesalahan penggugat
- Mengabulkan gugatan Penggugat untuk tersebut diikuti juga oleh pihak pengadi-
sebagian. lan.
- Menyatakan batal Surat Keputusan Ter-
Waktu yang dibutuhkan kurang lebih
gugat (Direksi PT. PLN (Persero)) Pusat
tiga belas tahun bagi penggugat untuk
Nomor : P.0409/PST/1997 tanggal 7
memperoleh kembali haknya. Pengorbanan
April 1997 tentang penguatan keputu-
waktu, tenaga, dan juga biaya tidaklah se-
san Pimpinan PT. PLN (Persero) Wi
dikit, belum lagi pelaksanaannya di lapan-
layah III Padang Nomor : 217.K/7711/
gan. Kedudukan semula penggugat tentu
PW.III/1996 tanggal 28 Agus tus 1996
sudah diisi oleh orang lain, telah terjadi
tentang pemberhentian tidak dengan
perubahan struktur kerja, peraturan pe-
hormat sebagai pegawai PT. PLN (Perse-
rundang-undangan, atau malah penggugat
ro) atas nama Musri Mustafa (Peng
sudah memasuki usia pensiun.
gugat).
- Memerintahkan Tergugat untuk men- Pada contoh kasus tersebut, selama
cabut Surat Keputusan Tergugat (Direk- proses peradilan berlangsung sudah terjadi
si PT. PLN (Persero)) Pusat Nomor : perubahan peraturan hal mana BUMN su-
P.0409/PST/1997 tanggal 7 April 1997 dah memiliki undangundang sendiri dan
tentang penguatan keputusan Pimpinan kedudukan pegawainya tidak lagi disamak-
PT. PLN (Persero) Wilayah III Padang an dengan PNS. Akan tetapi pada prin-
Nomor : 217.K/7711/PW.III/1996 tang- sipnya pengadilan TUN memperhatikan
gal 28 Agustus 1996 tentang pember- fakta-fakta, kerangka kebijaksanaan dan
hentian tidak dengan hormat sebagai keadaan hukum yang ada pada saat kepu-
pegawai PT. PLN (Persero) atas nama tusan TUN yang digugat itu dikeluarkan.
Musri Mustafa (Penggugat). Ini disebut dengan istilah ex mengajukan
gugatan terlebih dahulu ke PTUN secara
- Memerintahkan Tergugat untuk mener- formal dahulu baru kemudian nanti me-
bitkan keputusan baru berisi merehabil- lengkapinya dalam pemeriksaan persiapan.
itasi Penggugat dalam harkat dan marta- Hal ini dikenal dengan istilah gugatan pro
bat serta kedudukan sebagai pengawai forma.
PT. PLN (Persero) seperti semula.
Pada umumnya pemberhentian PNS se-
- Menghukum Tergugat untuk membayar
lalu diikuti dengan pemberhentian gaji.
biaya perkara sebesar Rp 151.000, - (se-
Pemberhentian gaji tentunya berdasarkan
ratus lima puluh satu ribu rupiah).
suatu surat keputusan yang sah. Apabila
- Putusan Pengadilan Tinggi TUN sudah mengetahui diberhentikan sebagai
Jakarta ini sudah berkekuatan hukum PNS dengan adanya penghentian gaji,
tetap. bahkan sudah mengirimkan surat ke-
beratan atas pemberhentiannya, maka se-
harusnya yang bersangkutan mendaftar-
Daftar Pustaka
A V Diecy, Introduction to the study of the law of the Constitution,
Macmilland and Co, London, 1962, halaman 202-203.
Admosudirjo Prayudi, Hukum Administrasi Negara, Edisi revisi ilmu
administrasi, Ghalia, Jakarta 1995 halaman 94.
F.P.C.L Tonnaer dalam Ridwan.HR. Hukum Administrasi Negara,
PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta 2006, halaman 100.
Harbet A. Simon, Prilaku Administrasi (Terjemahan), Bina Aksara,
Jakarta, 1984 halaman 128.
Indroharto. Usaha Memahami Undang-Undang tentang Peradilan
Tata Usaha Negara Buku II, Cet.9 (Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan, 2005),
Kranenburg, Ilmu Negara Umum, Alih Bahasa Sabaroedin, (Pradya
Paramita, Jakarta, 1975).