Sie sind auf Seite 1von 12

PERBEDAAN STRUKTUR XILEM BATANG SENGON (Falcataria moluccana)

DARI PROVENAN SOLOMON DAN WAMENA


The differences of stem xylem structures of sengon (Falcataria moluccana) from Solomon
and Wamena Provenances

Lucy Ana Cahya Inkasari1, Liliana Baskorowati2, dan Anti Damayanti1


1
Fakultas Biologi, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281
2
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan
Jl. Palagan Tentara Pelajar, Km.15, Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta
e-mail: lbaskorowati@yahoo.com

Tanggal diterima: 12 Oktober 2015, Tanggal direvisi: 30 Oktober 2015, Disetujui terbit: 10 Juni 2016

ABSTRACT
Sengon (Falcataria moluccana) is fast growing species mostly planted by farmers due to its high productivity.
Sengon originating from Solomon Island has been known with the high productivity eventhough susceptible to
gall rust attack; on the other hand, sengon originating from Wamena is known to be more tolerant to gall rust
attack. There is no previous study in terms of stem xylem structures comparing sengon from those seed origins.
Therefore, this study was undertaken to identify the differences in anatomical structure of sengon stem; and to
compare the xylem cell based on proportions and dimensions of the stems between the two provenances. Six
stem samples of tolerant Wamena provenance and six samples of susceptible Solomon provenance were used in
this study. Samples were collected from progeny trial of sengon in Lumajang, Jawa Timur. The observations
include the anatomical structures and vessel element, parenchyma apotracheal cell, parenchyma paratracheal
cell, xylem fiber, fiber length, and fiber diameter. The result showed that there was no difference in terms of
anatomical structures between sengon Wamena (tolerant) and Solomon (susceptible) stem in cross section,
tangential and radial section of periderm, phloem, secondary xylem (vessel cell, xylem fiber, and parenchyma
xylem) and pith. However, in one of susceptible stem sample, a black reaction zone on the secondary xylem was
found. Analysis of variance showed that parenchyma paratracheal cell, apotracheal cell, number of xylem
fibers, xylem fiber diameter and length were not significantly different between stem of sengon Wamena
(tolerant) and Solomon (susceptible).

Keywords: anatomy, sengon stem, xylem, Solomon, Wamena

ABSTRAK
Sengon (Falcataria moluccana) merupakan salah satu jenis tanaman cepat tumbuh yang banyak ditanam
masyarakat, karena produktifitas yang tinggi. Sengon provenan Solomon ditengarai mempunyai produktivitas
yang tinggi meskipun tidak tahan terhadap penyakit karat tumor, sedangkan sengon provenan Wamena
diketahui mempunyai ketahanan yang lebih baik terhadap penyakit karat tumor. Studi tentang perbandingan
struktur xylem batang sengon dari provenan tersebut belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan struktur anatomi dan perbandingan berdasarkan proporsi
dan dimensi sel xilem antara batang sengon Solomon dan Wamena. Enam contoh batang rentan penyakit karat
tumor provenan Solomon dan 6 contoh batang tahan karat tumor provenan Wamena digunakan dalam penelitian
ini. Contoh kayu diambil dari petak uji keturunan sengon di Lumajang, Jawa Timur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara penampang melintang, tangensial dan radial pada bagian periderm hingga bagian
empulur tidak ada perbedaan struktur anatomi batang antara sengon Solomon dan Wamena. Namun demikian,
pada salah satu contoh Solomon, terdapat zona reaksi berwarna hitam pada bagian xilem sekunder. Hasil
analisis varian menunjukkan bahwa sel parenkim paratrakeal, apotrakeal, jumlah serat xilem, panjang serat
xilem dan diameter serat xilem tidak menunjukkan perbedaan nyata antara batang sengon dari Wamena (toleran)
dan Solomon (rentan).

Kata kunci: anatomi, batang sengon, xilem, Solomon, Wamena

1
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol.10 No.1, Juni 2016, p. 1 - 11

terserang karat tumor dengan nilai luas serangan


I. PENDAHULUAN 0,85% dan intensitas serangan 0,51%; yang
Sengon (Falcataria moluccana) meningkat secara nyata pada saat umur tanaman
merupakan spesies cepat tumbuh (fast growing 1 tahun yaitu 39,60% (luas serangan) dan
species) yang banyak dibudidayakan oleh 17,99% (intensitas serangan). Semua famili
masyarakat karena kemudahannya beradaptasi sengon Solomon yang tumbuh dalam petak uji
dengan lingkungan dan nilai ekonomi yang sengon Solomon di Bondowoso (25 famili, 4
tinggi. Sengon mempunyai produktivitas yang tree plot, 8 blok) terserang penyakit karat tumor
tinggi dengan riap rata-rata pertahun antara 10– sejak umur 6 bulan dengan luas serangan dan
25 m3/ha/th (8 tahun) dan 30-40 m3/ha/th (12 intensitas serangan yang bervariasi antar famili
tahun), dengan pola usaha tani, riap dapat (Setiadi et al., 2014b).
mencapai 16,78 m3/ha/th; dan pada tanaman Sengon yang berasal dari Wamena,
sengon umur 7 tahun dengan perlakuan seleksi sebaliknya, diketahui merupakan jenis sengon
riap dapat ditingkatkan menjadi 27,26 m3/ha/th yang lebih tahan terhadap penyakit karat tumor,
(Soerianegara & Lemmens, 1993; Rimbawanto, karena menunjukkan luas dan intensitas
2008). Sampai saat ini, sengon yang berasal dari serangan yang lebih rendah (Baskorowati &
kepulauan Solomon diyakini merupakan sengon Nurrohmah, 2011; Baskorowati et al., 2012).
dengan produktivitas yang paling tinggi Lebih lanjut Rahayu et al., (2009) dengan hasil
(Hardiyanto, 2010). Beberapa penelitian penelitiannya terkait inokulasi buatan jamur U.
sebelumnya menyatakan bahwa sengon falcatarium pada semai sengon umur 6 minggu
Solomon memiliki pertumbuhan yang lebih di persemaian menemukan bahwa semai yang
cepat dibandingkan dengan sengon lokal, berasal dari Wamena lebih tahan terhadap
dengan produktivitas 3 kali lipat dibandingkan penyakit karat tumor jika dibandingkan dengan
dengan sengon lokal. Sengon Solomon Kediri, Timor Timur, Morotai, 2S/75 (asal
mempunyai rerata pertumbuhan tinggi 5 m dan Sabah) dan Walang Gintang. Hasil penelitian
diameter 5,7 cm pada umur 1 tahun; serta awal Charomaini & Ismail (2008) juga
memiliki rerata pertumbuhan diameter 16 cm menyebutkan bahwa individu-individu yang
saat 2 tahun, dan 19 cm pada umur 3 tahun berasal dari Papua seperti Waga-waga,
(Hardiyanto, 2010; Setiadi et al., 2014b). Hasil Wamena, Hubikosi, dan Muliama Bawah lebih
penelitian pada petak uji keturunan sengon tahan terhadap serangan penyakit karat tumor.
Solomon oleh Setiadi et al. (2014b) menyatakan Setiadi et al., (2014a) menambahkan bahwa
bahwa rerata pertumbuhan tinggi dan diameter individu-individu yang berasal dari Papua,
umur 6, 12 dan 18 bulan berturut-turut adalah seperti Holima, Meagama, dan Elagaima tahan
2,42 m dan 2,97 cm; 4,74 m dan 5,56 cm, serta terhadap penyakit karat tumor sampai umur 12
17,35 m dan 7,39 cm. bulan pada uji keturunan di Bondowoso. Lebih
Namun demikian, produktivitas yang lanjut, Diputra (2015) menyatakan bahwa
tinggi dari sengon Solomon tersebut sangat tanaman sengon yang berasal dari Wamena A,
terkendala dengan adanya serangan penyakit Wamena B lebih tahan terhadap terhadap
karat tumor. Sengon yang berasal dari Solomon penyakit karat tumor di lapangan dibandingkan
merupakan jenis sengon yang sangat mudah dengan sengon asal Nabire, Manokwari, Serui
tertular penyakit karat tumor dibandingkan dan ras lahan Jawa.
dengan sengon dari Indonesia. Penelitian pada Tanggapan tanaman sengon terhadap
petak uji keturunan sengon di Bondowoso oleh penyakit karat tumor sangat dipengaruhi oleh
Setiadi et al. (2014a) memperlihatkan bahwa faktor genetik dan lingkungan. Beberapa
pada umur 6 bulan sengon Solomon mulai penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa
tanaman tersebut memiliki materi genetik yang

2
Perbedaan Struktur Xilem Batang Sengon (Falcataria moluccana) dari Provenan Solomon dan Wamena
Lucy Ana Cahya Inkasari, Liliana Baskorowati, dan Anti Damayanti

tahan terhadap penyakit. Salah satu faktor yang tanaman dalam berbagai kondisi cekaman
dapat mempengaruhi kemunculan mekanisme lingkungan. Penelitian ini diharapkan dapat
ketahanan tersebut adalah cekaman lingkungan mengetahui perbandingan struktur anatomi
(Hopkins & Huiiner, 2008). Tanggapan tanaman batang sengon Wamena yang tahan dan sengon
terhadap berbagai cekaman dapat menghasilkan Solomon yang rentan terhadap penyakit karat
perbedaan morfologi, anatomi dan fisiologi tumor, ditinjau dari jaringan xilemnya.
tanaman, misalnya perubahan pada
pertumbuhan tanaman,volume sel menjadi lebih II. METODE PENELITIAN
kecil, penurunan luas daun, daun menjadi lebih A. Waktu dan Lokasi
tebal, penurunan jumlah akar, penurunan laju
Pengambilan sampel dilapangan
fotosintesis, perubahan metabolism serta
dilakukan pada pada bulan November 2014.
perubahan ekspresi gen (Salisbury & Ross,
Sedangkan pengamatan di labolatorium
1995). Lebih lajut Salisbury & Ross (1995)
dilakuan pada bulan Januari sampai Maret 2015.
menyebutkan bahwa penyakit tanaman dan
Sampel kayu diambil dari plot uji keturunan
serangan hama penyakit merupakan kategori
Sengon B2P2BPTH Yogyakarta di Lumajang
cekaman biotik yang dapat dialami tanaman
(dusun Kayu Enak, desa Kandang Tepus,
selama daur hidupnya.
Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang).
Serangan patogen juga merupakan salah
Sedangkan pengamatan di labolatorium
satu jenis cekaman. Beberapa penelitian terkait
dilakukan di labolatorium kayu B2P2BPTH
perubahan anatomi akibat serangan patogen
Yogyakarta.
diantaranya menunjukkan perubahan anatomi
tumor kayu sengon trubusan yang terserang B. Bahan dan Alat
jamur U. tepperanium (Rukhama & Nugroho, Bahan yang digunakan dalam penelitian
2014). Selain itu, Batang pinus yang terkena ini adalah batang pohon sengon umur 2 tahun
tumor (gall rust) memiliki jari-jari xilem (xylem yang ditanam pada Plot Uji Keturunan Sengon
ray) dan jari-jari floem (floem ray) lebih rapat, di Lumajang, Jawa Timur. Tanaman uji
peningkatan jumlah sel parenkim floem, keturunan ini menggunakan rancangan
hiperplasia di korteks serta batas kambium yang penelitian Incomplete Block Design (IBD)
tidak terlihat jelas dibandingkan batang yang dengan 97 seedlot (famili) 4 treeplot dan 7 blok
sehat atau normal (Jewell, 1988). Lebih lanjut, (replikasi) di lokasi Lumajang. Tanaman sengon
cabang yang terinfeksi pada Pinus densiflora dalam plot tersebut berasal dari Wamena, Serui,
memiliki jumlah trakeid, jumlah saluran resin Manokwari, Nabire dan Kepulauan Solomon.
dan jari-jari yang lebih banyak daripada cabang Sedangkan bahan di laboratorium meliputi
yang tidak terinfeksi (Yamamoto et al., 1998). alkohol 96%, xilol, safranin 0,25%, glyserin,
Disebutkan juga bahwa keberadaan patogen albumin, aquades, asam asetat glasial
juga menyebabkan penebalan pada sel (CH3COOH) dan hydrogen peroksida (H2O2).
sklerenkima, sel parenkim di daerah sekitar Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berkas pembuluh (Yamamoto et al., 1998; mikroskop, mikrotom, gelas benda, gelas
Zalasky, 1976). penutup, cawan petri, pipet tetes, pinset, gelas
Penelitian – penelitian tersebut beker, erlemeyer, aluminium foil, gelas ukur,
menunjukkan bahwa struktur anatomi dapat oven, spatula, cutter atau pisau, kuas, kertas
digunakan sebagai petunjuk ciri adanya suatu saring, dan kawat.
cekaman. Jaringan yang sering mengalami
perubahan karena cekaman adalah jaringan
xilem. Oleh karena itu, kajian anatomi
memungkinkan untuk memahami dasar adaptasi

3
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol.10 No.1, Juni 2016, p. 1 - 11

C. Prosedur Kerja Contoh dicuci dengan menggunakan


alkohol 96% sebanyak tiga kali selama 5 menit,
1. Koleksi contoh
dicelupkan ke dalam xylol selama 3 menit.
Pengambilan contoh kayu dilakukan pada
Contoh kemudian dikeringkan dengan
batang pohon sengon hasil seleksi Plot Uji
menggunakan kertas saring, lalu diletakkan di
Keturunan Sengon umur 2 tahun di Dusun Kayu
atas kaca preparat dan ditutup dengan
Enak, Desa Kandang Tepus, Kecamatan
menggunakan kaca penutup. Preparat kemudian
Senduro, Kabupaten Lumajang yang ditanam
diamati di bawah mikroskop.
oleh Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan
Pengamatan pada penampang x meliputi
Pemuliaan Tanaman Hutan bekerjasama dengan
sel parenkim apotrakeal dan sel trakea. Pada
Dinas Kehutanan Lumajang. Batang diambil
penampang t yaitu sel parenkim paratrakeal dan
dengan melakukan penebangan dan untuk
pada penampang r diamati serat xilem (xylem
menyeragamkan contoh, batang diambil dengan
fibers). Dilakukan perhitungan pada data yang
jarak 1 meter dari permukaan tanah. Jumlah
telah dikumpulkan untuk mengetahui persentase
batang pohon yang diambil sebanyak 12 pohon
selnya.
dengan 6 pohon berasal Solomon dan 6 pohon
dari Wamena. Contoh batang yang berasal dari 3. Penentuan dimensi sel dengan maserasi
Solomon merupakan pohon yang terserang kayu (Kasmudjo, 1985)
penyakit karat tumor yang ditunjukkan dengan Pembuatan contoh uji dilakukan dengan
adanya gall (tumor) yang terbentuk pada pohon memotong kayu berukuran 0,2 cm x 0,2 cm x
tersebut, umumnya terdapat di bagian batang. 1,5 cm. Contoh diambil pada bagian tengah
Sedangkan contoh batang yang berasal dari batang antara kulit dengan empulur. Cairan
Wamena merupakan pohon yang sehat tidak maserator yaitu campuran antara asam asetat
terindikasi adanya serangan penyakit di semua glasial (CH3COOH) dan hydrogen peroksida
bagian tanaman. (H2O2) dengan perbandingan 1:1, kemudian
disiapkan dalam tabung reaksi. Contoh
2. Penentuan proporsi sel (Kasmudjo, 1985)
dimasukkan dalam botol, kemudian cairan
Contoh uji potongan kayu pada bagian
maserator dituang sampai contoh terendam.
batang pohon (setinggi 1,3 m diatas permukaan
Contoh dioven selama 3 hari pada suhu 60°C.
tanah disiapkan untuk analisis labolatorium.
Contoh kemudian dicuci dengan menggunakan
Preparat dibuat dengan terlebih dahulu
air sampai 5 kali sehingga benar-benar terbebas
mempersiapkan contoh uji berupa potongan
dari zat kimia.
kayu arah vertikal dengan ukuran sekitar 1,5 x
Untuk memisahkan serat-seratnya, tabung
1,5 x 3 cm. Potongan kayu tersebut dimasukkan
reaksi yang berisi contoh diisi dengan akuades
ke dalam tabung yang berisi campuran akuades
hingga ¾ volume tabung kemudian
dan gliserin dengan perbandingan 1:3 selama 4
digoyangkan secara perlahan hingga preparat
hari untuk pelunakan kayu (Schweingruber,
menjadi serabut yang saling terlepas. Serat
2007). Contoh dibuat menjadi tiga macam irisan
kemudian diambil dengan menggunakan pipet
yaitu penampang melintang (x), tangensial (t)
dan diletakkan diatas kaca preparat, ditetesi
dan radial (r) dengan menggunakan mikrotom
dengan safranin 0,25% sebanyak 2-3 tetes dan
dengan ketebalan 15-20 mikron. Irisan dipilih
didiamkan selama 5 menit. Sisa zat warna
yang terbaik yaitu irisan yang tipis dan tidak
kemudian dihilangkan dengan menggunakan
sobek. Irisan ditampung dalam cawan petri yang
kertas saring, dan preparat ditutup dengan kaca
berisi akuades. Pewarnaaan dilakukan dengan
penutup. Preparat kemudian diamati di bawah
menggunakan safranin 0,25%.
mikroskop. Pengamatan meliputi panjang serat
serta diameter serat. Jumlah panjang serat yang

4
Perbedaan Struktur Xilem Batang Sengon (Falcataria moluccana) dari Provenan Solomon dan Wamena
Lucy Ana Cahya Inkasari, Liliana Baskorowati, dan Anti Damayanti

diukur sebanyak 100 serat. Hal ini dilakukan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk mengetahui n kali serat yang diukur.
A. Struktur Anatomi
Penentuan n serat dilakukan dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
menggunakan pendekatan menurut Kasmudjo
penampang melintang batang sengon Wamena
(1985):
(Gambar 1a) bagian periderm, floem, xilem
sekunder (sel pembuluh, sel serat xilem, dan
parenkim xilem), serta bagian empelur tidak
dengan: berbeda dengan struktur anatomi pada batang
sengon Solomon (Gambar 1b). Gambar tersebut

∑ juga menunjukkan bahwa jarak antar sel
parenkim apotrakeal relatif sama, begitu pula
∑ kepadatan sel trakea pada kedua batang sengon.
Dengan membandingkan penampang
tangensial (Gambar 2a) dan penampang radial
Keterangan:
N = jumlah serat yang diukur (Gambar 2b) terlihat bahwa tidak terdapat
S = standar deviasi perbedaan antara struktur anatomi batang tahan
L = nilai rata-rata panjang serat kali 0,05 (error 5%
dianggap memadai) (Wamena) dengan batang yang rentan
Xi = panjang serat (Solomon); yang terlihat dari kepadatan sel
Fi = frekuensi serat
N = jumlah serat yang diukur dalam pengukuran
parenkim paratrakeal dan serat xilem yang
pendahuluan (n=100) sama. Namun demikian, pada salah satu contoh
batang sengon Solomon, terdapat bercak karat
4. Analisis Data tumor yang meskipun belum sampai terbentuk
Data kuantitatif seperti sel parenkim pembengkakan tumor, telah menunjukkan
apotrakeal, sel trakea, sel parenkim paratrakeal, perubahan anatomi (Gambar 3). Perubahan
serat xilem, panjang serat, dan diameter serat anatomi yang ditimbulkan adalah adanya
dianalisis dengan menggunakan analisis one lapisan sel atau zona infeksi yang berwarna
way ANOVA. Jika terdapat perbedaan, maka hitam di xilem sekunder. Selain itu, infeksi juga
dilanjutkan dengan uji Duncan pada tingkat terdapat di bagian lain yaitu sekitar pembuluh
signifikasi 5% untuk menunjukkan famili dan karena parenkim berwarna hitam (Gambar 3a).
provenan yang berbeda nyata. Zona infeksi ini terletak dekat dengan korteks.
Pada bagian xilem sekunder yang dekat dengan
empelur tidak terdapat zona infeksi (Gambar
3b).

Gambar 1a. A.) Penampang melintang batang sengon Wamena bagian periderm (kulit batang) 100x, B.)
bagian xilem sekunder (tengah), C.) bagian empelur (bagian tengah batang) 40x. documentasi
oleh:

5
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol.10 No.1, Juni 2016, p. 1 - 11

Gambar 1b. D.) Penampang melintang batang sengon Solomon, bagian periderm (kulit batang) 100x, E.)
bagian xilem sekunder (tengah), F.) bagian empelur (bagian tengah batang) 40x.
Keterangan: periderm (pr), korteks (c), floem sekunder (sf), pembuluh/sel trakea (v), xilem sekunder (sx), sel
parenkim apotrakeal (pa), sel parenkim paratrakeal (pp), xilem primer (px), empelur (pt).

Gambar 2b. Penampang tangensial 100x, A) sengon Wamena, B) sengon Solomon, Penampang radial 100x,
C) sengon Wamena, D) sengon Solomon.
Keterangan: sel parenkim paratrakeal (r), serat xilem (s)

Seperti diketahui, kolonisasi fungi karat terjadi dikarenakan perkembangan miselia


hanya terjadi pada daerah yang terinfeksi terhenti dan diisolasi di jaringan xilem sekunder
(Widyastuti et al., 2005). Hal ini berhubungan (Gramacho et al., 2013; Allen et al., 1990a). Hal
dengan ketahanan tanaman terhadap patogen ini juga berhubungan dengan pembentukan
yang melibatkan berbagai macam tanggapan, periderm (Gramacho et al., 2013; Allen et al.,
salah satunya adalah gum yang berfungsi 1990b), sedangkan dalam penelitian Allen et al.
sebagai penghalang atau barrier sehingga (1990a), perkembangan periderm di sekitar sel
patogen tidak dapat melanjutkan serangannya yang terkena infeksi menghasilkan tanin, yang
dan gum yang dibentuk pada pembuluh dapat dilaporkan sebagai mekanisme ketahanan.
mencegah pergerakan patogen (Agrios, 1996).
Salah satu yang menyebabkan reaksi tersebut

6
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol.10 No.1, Juni 2016, p. 1 - 11

B
A

Gambar 3. A. Penampang melintang batang sengon Solomon yang mengalami infeksi jamur U. tepperianum
terdapat zona infeksi berwarna hitam disekitar xilem sekunder (anak panah kuning) dan disekitar
pembuluh (anak panah biru) 100x. B. Bagian xilem sekunder dari batang sengon Solomon yang
dekat dengan empelur tidak mengalami infeksi 40x.
Keterangan: pembuluh (v), sel parenkim apotrakeal (pa), xilem primer (px), empelur (pt)

menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara


B. Proporsi sel xilem
batang yang rentan (Solomon) dengan batang
Hasil analisis varians proporsi sel, dari 4
tahan (Wamena). Namun demikian, dari rerata
variabel yang dianalisis yaitu serat xilem (db=1,
proporsi sel xilem terlihat bahwa batang toleran
ms= 4,08, Fpr=0,691), sel parenkim paratrakeal
mempunyai proporsi sel yang lebih banyak
(db=1, ms= 43,13, Fpr=0,093), sel parenkim
dibandingkan batang rentan (Gambar 4).
apotrakeal (db=1, ms= 0,422, Fpr=0,535) dan
sel trakea (db=1, ms= 0,880, Fpr=0,565),

Gambar 4. Rata-rata proporsi sel penyusun jaringan xilem pada batang sengon Wamena (tahan) dan Solomon
(rentan).

Tidak adanya perbedaan struktur anatomi (Wamena) dapat disebabkan karena beberapa
batang rentan (Solomon) dengan batang tahan faktor. Salah satu faktor tersebut adalah

7
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol.10 No.1, Juni 2016, p. 1 - 11

kekebalan bawaan yang dimiliki oleh tanaman disebabkan perubahan pada jaringan xilem
(Freeman & Beattie, 2008). Pada dasarnya hanya terjadi pada bagian yang mengalami
tanaman tahan terhadap infeksi patogen karena infeksi karena serangan patogen, sehingga
tanaman tersebut memang tahan terhadap pengamatan secara anatomi membutuhkan sifat
infeksi patogen. Beberapa pertahanan yang lain misalnya ketebalan dinding sel. Dinding sel
dapat dilakukan merupakan hasil dari perubahan yang mengalami lignifikasi sangat kedap
stuktur jaringan atau senyawa-senyawa yang terhadap patogen (Freeman & Beattie, 2008).
dikeluarkan di daerah sekitar serangan patogen. Lignifikasi dinding sel berhubungan dalam
Penyebab lain adalah karena tanaman tersebut pembentukan jaringan yang tahan terhadap
telah terinfeksi oleh patogen namun patogen infeksi jamur dan pelukaan tanaman dan
tersebut mampu membatasi aktivitas patogen dianggap penting dalam proses regenerasi
sehingga kerusakan yang ditimbulkan tidak felogen (Biggs et al., 1984 dalam Allen et al.,
berkembang atau tidak meluas ke daerah lain 1990b). Pertahanan juga dapat terjadi pada
dan tidak mempengaruhi aktivitas inang berkas pembuluh, sel parenkim dan sel
(Agrios, 1996; Anonim, 2014). sklerenkima. Sel-sel ini menebal dengan proses
Menurut Rahayu (2008), benih sengon esterifikasi, lignifikasi dan deposisi suberin.
yang diketahui asal usulnya dan berasal dari Lignifikasi pada sel sklerenkima pada sekitar
indukan yang memiliki kualitas yang baik berkas pembuluh membantu penebalan dan
cenderung lebih kuat dan tahan terhadap berfungsi sebagai mekanisme pertahanan.
penyakit karat tumor, sedangkan benih yang Jika dilihat dari panjang serat (db=1, ms=
tidak diketahui asal usulnya atau benih yang 15557, Fpr=0,090) dan diameter serat xilem
memiliki kualitas rendah lebih rentan terserang (db=1, ms= 24,04, Fpr=0,323) antara batang
penyakit. Namun demikian, berdasarkan hasil sengon rentan (Solomon) dengan batang sengon
penelitian, ketahanan terhadap patogen tidak tahan (Wamena) hasil analisis varians juga tidak
tertunjukkan dalam struktur anatomi batang menunjukkan perbedaan nyata. Namun
khususnya xilem. Hasil analisis menunjukkan demikian Gambar 5 memperlihatkan bahwa
bahwa sifat yang dikaji tidak berbeda nyata rata-rata panjang dan diameter serat xilem kayu
karena pada batang rentan dan tahan provenan Solomon memiliki panjang dan
mempunyai proporsi sel penyusun jaringan diameter serat yang lebih tinggi dari pada kayu
xilem yang sama, hal ini mengindikasikan tidak provenan Wamena. Hal tersebut
terkait dengan cekaman patogen. Kenampakan mengindikasikan bahwa penyakit karat tumor
secara morfologi mungkin terlihat pada batang menyebabkan perubahan susunan ukuran serta
yang berasal dari Solomon yaitu pada bagian jumlah sel penyusunnya pada kayu yang
atas pohonnya terdapat pembengkakan karat terinfeksi dan yang terserang. Seperti yang
tumor. Hal ini mungkin disebabkan karena terjadi pada batang Fraxinus sp. yang terserang
perbedaan genetik sengon dari Solomon lebih kanker, terdapat modifikasi serat yang
rendah. Kepulauan Solomon hanya merupakan berombak; sedangkan pada tanaman Quercus
pulau-pulau kecil sehingga tegakannya dapat robur yang terserang tumor terjadi perubahan
dikategorikan dalam satu provenan, serta susunan sel pada batang, serat memiliki panjang
memiliki geografis yang sama sehingga lebih pendek dari sel batang normal (Gűlsoy et
adaptasinya sama (Rahayu, 2009; Susanto et al., al., 2005). Menurut Rukhama & Nugroho
2014; Setiadi et al., 2014a). (2014), serabut pada kayu yang terserang karat
Penggunaan jaringan xilem ini saja belum tumor lebih pipih dan panjang dari kayu sehat,
mewakili secara keseluruhan. Hal ini dan ini diduga karena pengaruh hormon auksin

8
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol.10 No.1, Juni 2016, p. 1 - 11

Gambar 5. Rata-rata panjang dan diameter serat xilem (µm) pada batang sengon Wamena (tahan) dan
Solomon (rentan)
Hasil analis varians juga tidak dapat dikaitkan dengan mekanisme ketahanan
menunjukkan terdapatnya perbedaan yang nyata tanaman terhadap patogen, maupun sifat genetik
pada diameter serat antar sampel pohon yang dimiliki tanaman untuk menghindar atau
Wamena dan Solomon (db=1, ms= 24,04, mengurangi kerusakan yang disebabkan
Fpr=0,323), meskipun rata-rata diameter serat patogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Solomon (36,44 µm) lebih tinggi dari batang sel parenkim paratrakeal, apotrakeal, sel trakea,
Wamena (33,61 µm). Diameter serat xilem serat xilem, panjang dan diameter serat xilem
sengon memang bervariasi antara penelitian tidak berbeda nyata antara batang yang rentan
yang satu dengan yang lainnya. Untuk sengon dengan batang yang tahan.
Jawa bervariasi antara 33,74 - 48,55 µm
UCAPAN TERIMAKASIH
(Martawijaya et al., 1986; Praptoyo, 2001;
Penulis mengucapkan terimakasih banyak
Manggala, 2013). Lebih lanjut Praptoyo (2001)
kepada tim penelitian jenis sengon B2P2BPTH
menyatakan bahwa diameter serat sengon
Yogyakarta, yang telah menyediakan contoh
Solomon memiliki nilai rata-rata 35,68 μm,
kayu untuk penelitian ini. Kepada bapak/ibu
yang umumnya lebih besar dibandingkan
teknisi B2P2BPTH disampaikan terimakasih
dengan sengon lokal.
atas bantuannya selama pengamatan di
IV. KESIMPULAN laboratorium.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAFTAR PUSTAKA


antara batang sengon yang berasal dari Wamena Adinugroho, C. W. (2008). Konsep Timbulnya
yang kemungkinan tahan karat tumor dengan Penyakit Tanaman. Mayor Silvikultur
Tropika Sekolah Pascasarjana Institut
batang sengon yang berasal dari Solomon yang
Pertanian Bogor.
kemungkinan rentan karat tumor tidak
Agrios, G. N. (1996). Ilmu Penyakit Tumbuhan.
menunjukkan perbedaan dalam struktur Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
xilemnya. Hal ini terlihat dari tidak terdapatnya
Allen, E. A., Blenis. P. V., & Hiratsuka, Y. (1990a).
perbedaan pada bagian periderm hingga Early Symptom Development in Lodgepole
empulur dari sampel uji tersebut. Namun Pine Seedling Infected with Endocronartium
demikian, salah satu contoh dari Solomon harknessii. Canadian Journal of Botany, 68,
270-277.
(rentan) memperlihatkan zona infeksi yang
Allen, E. A., Blenis. P. V., & Hiratsuka, Y. (1990b).
berwarna hitam pada jaringan xilem
Histological evidence of Resistant to
sekundernya. Tidak adanya perbedaan tersebut Endocronartium harknessii in Pinus contoria

9
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol.10 No.1, Juni 2016, p. 1 - 11

var. latifolia. Canadian Journal of Botany, Slash) X Shortleaf Pine Crosses.


68, 1728-1737. Phytopathology, 78(4), 397-402.
Anonim. (2014). Bab V Patologi dan Patogenitas. Kasmudjo. (1985). Teknologi Hasil Hutan. Fakultas
Universitas Gajah Mada. Diakses tanggal 2 Kehutanan, Universitas Gajah Mada,
November 2014, dari Yogyakarta.
http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/
Martawijaya, A., Kartasujana, I., Mandang, Y.I.,
29095/59708175da718f7d67039d7314983
Prawira, S.A., & Kadir, K. (1989). Atlas
Baskorowati, L., & Nurrohmah, S.H. (2011). Variasi Kayu Indonesia Jilid II. Bogor: Pusat
Ketahanan Terhadap Penyakit Karat Tumor Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan.
Pada Sengon Tingkat Semai. Jurnal
Manggala Z.S. (2013). Sifat Fisika dan Dimensi
Pemuliaan Tanaman Hutan, 5(3), 129-138.
Serat Kayu Sengon dengan Gejala Tumor di
Baskorowati, L., Susanto, M., & Charomaini, M. Daerah Cangkringan. (Skripsi tidak
(2012). Genetic Variability in Resistance of dipublikasikan). Fakultas Kehutanan
Falcataria moluccana (Miq.) Barbeby & J. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
W. Grimes to Gall Rust Disease. Journal of
Praptoyo, H. (2001). Studi Proporsi Sel dan Dimensi
Forestry Research, 9(1), 1-9.
Serat pada Arah Aksial dan Radial Kayu
Charomaini, M. Z., & Burhan, I. (2008). Indikasi Sengon Laut (Paraserianthes falcataria)
Awal Ketahanan Sengon (Falcataria Salomon. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kayu
moluccana) Provenan Papua Terhadap Jamur Tropis, 3(2).
Uromycladium tepperianum Penyebab
Praptoyo, H., & Puspitasari, R.(2012). Variasi sifat
Penyakit Karat Tumor (Gall Rust). Jurnal
anatomi kayu sengon (Paraserianthes
Pemuliaan Tanaman Hutan. 2(2), 1-9.
falcataria (L) Nielsen) dari dua jenis
Diputra, I. M. M. M. (2015). Respons Sengon pemudaan yang berbeda. Seminar Nasional
(Falcataria moluccana (Miq.) Barbeby & J. Mapeki XV 6-7 November 2012 (pp. 33-41),
W. Grimes) Provenans Papua dan Ras Lahan Makassar.
Jawa Terhadap Penyakit Karat Tumor (Tesis
Rahayu, S. (2008). Penyakit karat tumor pada sengon
tidak dipublikasikan). Program Pascasarjana
(Falcataria moluccana (Miq.) Barneby &
Program Studi Ilmu Kehutanan, UGM.
J.W. Grimes). Workshop penanggulangan
Freeman, B. C., & Beattie, G. A. (2008). An serangan karat puru pada tanaman sengon
Overview of Plant Defenses against 19 Nop 2008. Balai Besar Penelitian
Pathogens and Herbivores: The Plant Health Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan,
Instructor. Iowa State University. doi: Yogyakarta.
10.1094/PHI-I-2008-0226-01
Rimbawanto, A. (2008). Pemuliaan tanaman dan
Gramacho, K. P., Thomas, M., & Robert, A. S. ketahanan penyakit pada sengon. Workshop
(2013). Comparative Histopathology of Host penanggulangan serangan karat puru pada
Reaction in Slash Pine Resistant to tanaman sengon 19 Nop 2008. Balai Besar
Cronartium quercuum f. sp. fusiform. Diakses Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan
tanggal 3 November 2014, dari Tanaman Hutan, Yogyakarta.
www.mdpi.com/journal/forest
Rukhama, S. & Nugroho, W. D. (2014). Anatomi
Gülsoy, S., Eroĝlu., K.H., & Merev, N. (2005). Tumor pada Kayu Sengon Trubusan yang
Chemical and Wood Anatomical Properties Terserang Jamur Uromycladium
of Tumorous Wood in A Turkish White Oak tepperianum (Skripsi tidak dipublikasikan).
(Quercus robursubsp. robur). IAWA Journal, Fakultas Kehutanan, Universitas Gadjah
26(4), 469-476. Mada, Yogyakarta.
Hardiyanto, E. B. (2010). Pemuliaan Pohon Lanjut Salisbury, F. B., & Ross, C.V. (1995). Fisiologi
(Tidak Dipublikasikan). Fakultas Kehutanan, Tumbuhan (D. R. Lukman, Trans.). Bandung:
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Penerbit ITB.
Hopkins, W. G., & Huiiner N. P. A. (2008). Setiadi, D., Susanto, M., & Baskorowati, L. (2014a).
Introduction to Plant Physiology (4th ed.). Ketahanan serangan penyakit karat tumor
United States of America: John Wiley & pada uji keturunan sengon di Bondowoso,
Sons, Inc. Jawa Timur. Jurnal Pemuliaan Tanaman
Hutan, 8(1), 121-136.
Jewell, F. F., (1988). Histopathology of Fusiform
Rust-Inoculated Progeny from (Shortleaf X Setiadi, D., Susanto, M., & Baskorowati, L. (2014b).
Pertumbuhan sengon Solomon dan responnya

10
Perbedaan Struktur Xilem Batang Sengon (Falcataria moluccana) dari Provenan Solomon dan Wamena
Lucy Ana Cahya Inkasari, Liliana Baskorowati, dan Anti Damayanti

terhadap penyakit karat tumor di Bondowoso, Widyastuti, S. M., Sumardi & Harjono. (2005).
Jawa Timur. Jurnal Pemuliaan Tanaman Patologi Hutan. Yogyakarta: Gadjah Mada
Hutan, 8(2), 1-13. University Press.
Soerianegara, I., & Lemmens, R.H.M.J. (1993) Plant Yamamoto, F., Nakamura, K., & Hiratsuka, Y.
resources of South-East Asia 5(1): Timber (1998). Is Ethylene a Trigger af Stem
trees: major commercial timbers. Belanda, Hyperplasia Caused by Eastern Gall Rust In
Wageningen: Pudoc Scientific Publishers. Pinus densiflora. Research Papers 712: 243-
251. Pfoc. First IUFRO Rusts Of Forest
Susanto, M., Baskorowati, L. & Setiadi, D. (2014).
Trees WP Conf., 2-7 Aug. Saariselklj:
Estimasi Peningkatan Genetik Falcataria
Finland Finnish Forest Research Institute.
moluccana di Cikampek Jawa Barat. Jurnal
Hutan Tanaman, 11(2), 85-76. Zalasky, H. (1976). Xylem in galls of lodgepole pine
caused by western gall rust, Endocronartium
harknessii. Canadian Journal of Botany, 54,
1586-1590.

11
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan
Vol.10 No.1, Juni 2016, p. 1 - 11

12

Das könnte Ihnen auch gefallen