Sie sind auf Seite 1von 10

Sabda Volume 13, Nomor 1, Juni 2018 ISSN 1410–7910 E-ISSN 2549-1628

PELAPISAN SOSIAL-BUDAYA PESISIR KELURAHAN MANGKANG KULON,


SEMARANG

Kartika Dewi
Peneliti Independen Sosial-Budaya Pesisir
kakartikadewi@gmail.com

Abstract
The purpose of this study is to identify economic conditions of the fishers and fish farmers
and to understand the social stratification and work relation among the coastal society in
Mangkang Kulon, a coastal area, with the main income almost entirely dependent on the sea and
coast land. Social stratification is a society's categorization of people into socioeconomic strata,
based upon their occupation and income, wealth and social status, or derived power (social and
political). As such, social stratification is the relative position of person or group within a
sociocultural system, category, geographic region, or social unit. Social stratification is the
distinction of population or society into classes in multilevel classes (hierarchical); its
manifestation is the presence of the upper class, middle class, and lower class.Primary data
were collected from the local fishers. Four fishers and two brackish water pond cultivators were
in-depth interviewed. Secondary data (village monograph) were collected from the village office.
Data were analyzed descriptively. There were three social stratifications found out and formed
in the area of Rukun Warga I Mangkang Kulon based on the income among coastal society.
First the upper strata, which consists of gogol tambak, second the middle strata which consists
of tambak pandega, third the lower strata of individual petty fishers and tambak manual workers.

Key words: sociocultural stratification, coastal culture, fishers, brackish water pond cultivators.

1. Pendahuluan yang lazim untuk melihat adanya pelapisan


Pelapisan sosial-budaya (sociocultural sosial-budaya adalah berdasarkan kelas
stratification) adalah penggolongan manusia ekonomi yang bisa dilihat dari mata
ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan pencaharian atau pekerjaan penduduk.
kelas dan status yang memiliki kriteria Dalam masyarakat pesisir terdapat
tertentu di dalam kelompok masyarakat. kelompok-kelompok masyarakat nelayan,
Untuk terbentuknya pelapisan maka petani tambak, hingga pekerja industri
diperlukan pertemuan dua orang individu dengan masing-masing tingkatan stratifikasi
atau lebih sehingga terjadi perbedaan sosial sosial-budayanya.
dalam masyarakat. Stratifikasi terbentuk Kelompok masyarakat nelayan
ketika individu dikelompok-kelompokkan terbagi-bagi ke dalam strata sosial-budaya.
ke dalam strata tertentu yang pada setiap Penggolongan sosial dalam masyarakat
anggota dalam strata tersebut memiliki nelayan menurut Kusnadi (2002), pada
kesamaan karakteristik. dasarnya dapat ditinjau dari tiga sudut
Masyarakat pesisir adalah masyarakat pandang. Pertama, dari segi penguasaan alat
yang mendiami wilayah sekitaran pesisir produksi atau peralatan tangkap (perahu,
dan biasanya menggantungkan hidupnya jaring dan perlengkapan yang lain), struktur
pada laut sebagai sumber mencari masyarakat nelayan terbagi dalam kategori
penghasilan. Tidak terkecuali masyarakat nelayan pemilik (alat-alat produksi) dan
pesisir Kelurahan Mangkang Kulon, Kota nelayan buruh. Kedua, ditinjau dari tingkat
Semarang, mereka juga membentuk skala investasi modal usahanya, struktur
pelapisan sosial-budaya yang masyarakat nelayan terbagi ke dalam
mengelompokkan masyarakat dengan kategori nelayan besar dan nelayan kecil.
kriteria tertentu. Dalam suatu masyarakat hal Nelayan, disebut sebagai nelayan besar

PELAPISAN SOSIAL-BUDAYA PESISIR KELURAHAN MANGKANG KULON,


SEMARANG 34
karena jumlah modal yang diinvestasikan dan barat dengan Kabupaten Kendal.
dalam usaha perikanan relatif banyak, Kecamatan Tugu berada di dataran rendah
sedangkan pada nelayan kecil justru 14 meter di atas permukaan laut dan
sebaliknya. Ketiga, dipandang dari tingkat Kelurahan Mangkang Kulon merupakan
teknologi peralatan tangkap yang daerah yang berada di wilayah pesisir di
digunakan, masyarakat nelayan terbagi ke sebelah utara, sehingga masyarakat sekitar
dalam kategori nelayan modern dan nelayan sangat bergantung kepada laut sebagai mata
tradisional. pencaharian dan sumber penghasilan.
Mirip dengan strata sosial-budaya Jumlah nelayan tangkap rajungan di RW 1
yang ada pada masyarakat nelayan, Kelurahan Mangkang Kulon berkisar 160
masyarakat petani tambak juga terdiri dari 3 orang dengan 8 kelompok nelayan dan
strata sosial yang dominan, seperti berikut: jumlah petani tambak udang dan bandeng
(1) Strata atas adalah mereka yang berkisar 33 orang, dengan 2 kelompok
menguasai tambak yang luas, (2) Strata petambak.
menengah yang memiliki luas tambak
sedang dan kecil, dan (3) Strata paling 3. Stratifikasi Sosial
bawah adalah para pengelola dan buruh. Stratifikasi sosial (social stratification)
Pelapisan tersebut dipengaruhi oleh adalah pembedaan masyarakat dalam strata
berbagai hal yang perlu diteliti lebih lanjut atau lapisan sosial-ekonomi, berdasarkan
agar mengetahui bentuk-bentuk setiap pekerjaan dan penghasilannya, kepemilikan
pelapisan sosial-budaya dan karakteristik atau kekayaan dan status sosialnya atau
anggota dalam setiap pelapisan yang terjadi kekuasaan sosial dan politiknya. Dengan
pada masyarakat pesisir di Kelurahan demikian stratifikasi membeda-bedakan dan
Mangkang Kulon, Kota Semarang. membagi masyarakat ke dalam kelas-kelas
Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara hierarkis, bertingkat-tingkat, dengan
meliputi sebagai berikut, 1) apakah terdapat perwujudan adanya kelas tinggi dan kelas-
pelapisan sosial-budaya (sociocultural kelas yang lebih rendah. Menurut Max
stratification) pada masyarakat pesisir Weber (1946), “the term ‘class’ refers to
Kelurahan Mangkang Kulon? 2) any group of people that is found in the
bagaimanakah ciri-ciri pelapisan sosial- same class situation” (Weber, 1946: 181),
budaya yang terbentuk pada masyarakat istilah kelas merujuk pada sekelompok
pesisir Kelurahan Mangkang Kulon? 3) orang yang ditemukan dalam situasi kelas
Apakah persamaan-persamaan yang yang sama. Stratifikasi sosial secara
terbentuk dalam pelapisan sosial-budaya mendasar membedakan dan membagi
masyarakat pesisir Mangkang Kulon? masyarakat ke dalam 3 (tiga) kelas, yakni
Apakah perbedaan-perbedaan yang (1) kelas atas (the upper class), (2) kelas
terbentuk dalam pelapisan sosial-budaya menengah (the middle class), dan (3) kelas
masyarakat pesisir Kelurahan Mangkang bawah (the lower class) (Saunders, 1990).
Kulon? Penghasilan dari pekerjaan pada setiap
anggota dalam kelompok masyarakat akan
2. Kelurahan Mangkang Kulon dan Mata membentuk kelas-kelas jika terdapat
Pencaharian perbedaan penghasilan antar anggota. Kelas-
Mangkang Kulon merupakan kelas yang terbentuk akan membagi anggota
Kelurahan paling barat di wilayah masyarakat berdasar kepada harta benda dan
Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Provinsi gaya hidup. Pembagian ini akan
Jawa Tengah. Kecamatan Tugu memiliki mengelompokkan masyarakat dengan status
luas wilayah seluas 31.78 km2, yang kaya, berkecukupan dan miskin. Setiap
berbatasan di sebelah utara dengan Laut anggota yang telah dikelompokkan dalam
Jawa, timur dengan Kecamatan Semarang stratifikasi yang sama akan memiliki
Barat, selatan dengan Kecamatan Ngaliyan,

PELAPISAN SOSIAL-BUDAYA PESISIR KELURAHAN MANGKANG KULON,


SEMARANG 35
kesamaan gaya hidup, kesamaan jumlah nelayan pemilik (alat-alat produksi) dan
penghasilan, dan kemiripan harta benda. nelayan buruh. Nelayan buruh tidak
Sistem berlapis-lapis dalam suatu memiliki alat-alat produksi dan dalam
masyarakat dapat bersifat tertutup (closed kegiatan sebuah unit perahu, nelayan buruh
social stratification) dan ada yang bersifat hanya menyumbangkan jasa tenaganya
terbuka (open social stratification). Sistem dengan memperoleh hak-hak yang sangat
tertutup yaitu setiap anggota tidak terbatas. Kedua, ditinjau dari tingkat skala
mempunyai kesempatan untuk nik strata investasi modal usahanya, struktur
maupun turun strata. Sistem yang terbuka masyarakat nelayan terbagi ke dalam
terjadi sebaliknya, yaitu setiap anggota kategori nelayan besar dan nelayan kecil.
masyarakat mempunyai kesempatan untuk Nelayan, disebut sebagai nelayan besar
berusaha dengan kecakapan sendiri untuk karena jumlah modal yang diinvestasikan
naik lapisan, atau bagi yang tidak beruntung, dalam usaha perikanan relatif banyak,
untuk jatuh dari lapisan yang atas ke lapisan sedangkan pada nelayan kecil justru
di bawahnya (Soekanto, 1987). sebaliknya. Ketiga, dipandang dari tingkat
Pada stratifikasi sosial yang membagi teknologi peralatan tangkap yang digunakan,
masyarakat ke dalam kelas-kelas masyarakat nelayan terbagi ke dalam
berdasarkan sudut pandang ekonomi maka kategori nelayan modern dan nelayan
stratifikasi semacam ini bisa dikatakan tradisional. Nelayan-nelayan modern
stratifikasi sosial sistem terbuka. Setiap menggunakan teknologi penangkapan yang
anggota masyarakat yang berada pada kelas lebih canggih dibandingkan dengan nelayan
ekonomi rendah bisa naik ke kelas ekonomi tradisional.
yang lebih tinggi jika berhasil meningkatkan Masyarakat nelayan menurut
kualitas hidupnya. Begitu juga sebaliknya, Wahyuningsih, et al (1997), dapat dibagi
setiap anggota mayarakat yang berada pada tiga jika dilihat dari sudut pemilikan modal,
kelas ekonomi tinggi bisa turun ke kelas yaitu sebagai berikut.
ekonomi rendah jika tidak bisa 1). Nelayan juragan. Nelayan ini
mempertahankan status ekonominya. merupakan nelayan pemilik perahu dan alat
Stratifikasi sosial yang bersifat tertutup penangkap ikan yang mampu mengubah
terjadi kepada stratifikasi sosial yang para nelayan pekerja sabagai pembantu
berdasar kepada status, atau stratifikasi yang dalam usahanya menangkap ikan di laut.
terjadi pada masyarakat praindustri yang Nelayan ini mempunyai tanah yang digarap
membagi manusia ke dalam perbudakan, pada waktu musim paceklik. Nelayan
estate, dan kasta. juragan ada tiga macam yaitu nelayan
juragan laut, nelayan juragan darat yang
3. 1. Stratifikasi Sosial-budaya pada mengendalikan usahanya dari daratan, dan
Masyarakat Nelayan orang yang memiliki perahu, alat penangkap
Undang-undang nomor 45 tahun 2009 ikan dan uang tetapi bukan nelayan asli,
tentang perubahan Undang-undang nomor yang disebut tauke (toke) atau cakong.
31 tahun 2004 tentang perikanan 2). Nelayan pekerja, yaitu nelayan
mendefinisikan nelayan adalah orang yang yang tidak memiliki alat produksi dan
mata pencahariaannya melakukan modal, tetapi memiliki tenaga yang dijual
penangkapan ikan. Penggolongan sosial kepada nelayan juragan untuk membantu
dalam masyarakat nelayan, menurut menjalankan usaha penangkapan ikan di
Kusnadi (2002), pada dasarnya dapat laut. Nelayan ini disebut juga nelayan
ditinjau dari tiga sudut pandang. Pertama, penggarap atau sawi (awak perahu nelayan).
dari segi penguasaan alat produksi atau Hubungan kerja antara nelayan ini berlaku
peralatan tangkap (perahu, jaring dan perjanjian tidak tertulis yang sudah
perlengkapan yang lain), struktur dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu.
masyarakat nelayan terbagi dalam kategori Juragan dalam hal ini berkewajiban

PELAPISAN SOSIAL-BUDAYA PESISIR KELURAHAN MANGKANG KULON,


SEMARANG 36
menyediakan bahan makanan dan bahan (h) Tidak memiliki usaha sampingan.
bakar untuk keperluan operasi penangkapan (i) Aktif mengikuti unit
ikan, dan bahan makanan untuk dapur kelompok/organisasi nelayan.
keluarga yang ditinggalkan selama berlayar. Berdasarkan ciri-ciri tersebut di atas,
Hasil tangkapan di laut dibagi menurut maka nelayan RW 1 Kelurahan Mangkang
peraturan tertentu yang berbeda-beda antara Kulon dapat dikelompokkan sebagai nelayan
juragan yang satu dengan juragan lainnya, kecil. Undang-undang nomor 45 tahun 2009
setelah dikurangi semua biaya operasi. mendefinisikan nelayan kecil sebagai orang
3). Nelayan pemilik merupakan yang mata pencahariaannya melakukan
nelayan yang kurang mampu. Nelayan ini penangkapan ikan untuk memenuhi
hanya mempunyai perahu kecil untuk kebutuhan hidup sehari-hari yang
keperluan dirinya sendiri dan alat penangkap menggunakan kapal perikanan berukuran
ikan sederhana, karena itu disebut juga paling besar 5 gt/gross ton. Nelayan kecil
nelayan perorangan atau nelayan miskin. dapat dikatakan juga sebagai nelayan
Nelayan ini tidak memiliki tanah untuk pemilik. Nelayan pemilik merupakan
digarap pada waktu musim paceklik (angin nelayan yang kurang mampu, yang hanya
barat). Nelayan ini sebagian besar tidak mempunyai perahu kecil untuk keperluan
mempunyai modal kerja sendiri, tetapi dirinya sendiri dan alat penangkap ikan
meminjam dari pelepas uang dengan sederhana, karena itu disebut juga nelayan
perjanjian tertentu. Nelayan yang umumnya perorangan atau nelayan miskin. Nelayan ini
memulai usahanya dari bawah, semakin tidak memiliki tanah untuk digarap pada
lama meningkat menjadi nelayan juragan. waktu musim paceklik, seperti yang
Berdasarkan wawancara yang disampaikan oleh Wahyuningsih, et. al.
mendalam dengan 4 orang nelayan di RW 1 (1997). Nelayan kecil dapat dikatakan pula
Kelurahan Mangkang Kulon, didapatkan sebagai nelayan tradisional karena terbatas
ciri-ciri nelayan daerah tersebut, sebagai pada alat tangkap dan kapal yang sangat
berikut. sederhana dan belum menggunakan
(a) Berusia produktif (20-45 tahun). teknologi yang canggih.
(b) Berpendidikan dasar hingga Unsur-unsur yang mengikat suatu
menengah pertama (tamatan SD kelompok sosial bisa disebut sebagai
hingga tamatan SMP). pelapisan sosial, menurut Murniatmo (2000)
(c) Kepemilikan alat tangkap dan kapal disebabkan oleh adanya hal-hal sebagai
adalah milik sendiri yaitu, alat berikut.
tangkap berupa jaring dan bubu, (a) Kesamaan ciri-ciri dalam kelompok
sedangkan kapal, yaitu kapal motor sosial.
tempel. (b) Kedudukan yang sama bagi anggota
(d) Kepemilikan rumah sendiri, yang kelompok sosial.
dapat dikatakan layak huni tapi (c) Terjadinya hubungan yang intim di
sangat kecil untuk dihuni sekeluarga. antara individu-individu sebagai
(e) Pendapatan nelayan dengan sistem anggota kelompok.
pendapatan per hari yaitu antara Rp Dengan demikian dengan banyaknya
50.000-100.000/hari (pendapatan kesamaan ciri-ciri pada nelayan RW 1
bersih). kelurahan Mangkang Kulon maka
(f) Mengutamakan pendidikan anak terbentuklah kelompok sosial yaitu
karena tidak ingin anak-anaknya kelompok nelayan kecil. Setiap anggota
memperoleh penghidupan yang sama kelompok nelayan kecil ini memiliki
seperti ayah mereka. kedudukan yang sama, tidak ada yang
(g) Istri hanya seorang ibu rumah tangga terkelompokkan menjadi kelas tinggi atau
yang kadang membantu hasil kelas paling rendah karena mereka memiliki
tangkapan. kesamaan penghasilan, bentuk rumah, alat

PELAPISAN SOSIAL-BUDAYA PESISIR KELURAHAN MANGKANG KULON,


SEMARANG 37
mencari ikan, dan gaya hidup. Pada Demikian pula, dalam artikel ini
kelompok nelayan kecil yang terbentuk di masyarakat petani tambak disebut dengan
RW 1 Kelurahan Mangkang Kulon terdapat penggolongan stratifikasi sosial-budaya,
rasa memiliki dan solidaritas yang sangat karena para petani tambak bukan hanya
tinggi satu sama lain, mereka aktif merupakan kelompok sosial dalam sistem
mengikuti unit kegiatan nelayan dan sosial, melainkan mereka menjalankan
menghormati hak-hak setiap anggota kebiasaan-kebiasaan, cara-cara, tradisi-
nelayan. tradisi, penghasilan, bentuk rumah, peralatan
Oleh karena nelayan di RW 1 budi daya ikan, dan gaya hidup, yang kurang
Mangkang Kulon termasuk ke dalam satu lebih sama, sehingga mereka dapat disebut
kelompok, yaitu kelompok nelayan kecil sebagai kelompok sosial-budaya, sebagai
sehingga tidak terjadi pelapisan atau strata anggota-anggota dari sistem sosial-budaya
antar nelayan di daerah ini, tapi yang yang khas yaitu sistem sosial-budaya petani
menarik saat penulis di desa ini adalah tambak atau petambak.
terlihatnya perbedaan atau pelapisan Alternatif usaha perikanan rakyat
masyarakat di kiri jalan dan di kanan jalan. selain penangkapan adalah usaha-usaha budi
Pada deretan perkampungan di sebelah daya ikan dan udang dalam tambak
kanan jalan dihuni oleh rumah-rumah petak (brackish water pond) yang memanfaatkan
kecil yang hanya memiliki 1 (satu) kamar kawasan pesisir sebagai lahan bagi usaha
dan serupa semua, sedangkan pada kiri jalan perikanan budi daya, baik budidaya
terdapat rumah-rumah yang boleh dikatakan perikanan berbasis lahan di darat (land-
mewah, berukuran besar, memiliki AC, dan based aquaculture) maupun di laut (marine
memiliki 2 (dua) kamar, atau lebih. Rumah based aquaculture). Jenis budi daya lahan di
ini juga lengkap dengan kendaraan pribadi darat diwakili oleh pertambakan yang sangat
seperti sepeda motor matik dan mobil. Hal umum dipakai sebagai tempat membesarkan
ini jelas menunjukkan adanya pelapisan ikan bandeng (chanos chanos) dan udang
sosial pada RW 1 Kelurahan Mangkang (penaeus monodon).
Kulon ini. Ternyata setelah penulis teliti Tambak merupakan kolam yang
dengan melakukan observasi dan wawancara dibangun di area pasang surut dan
pada nelayan mengenai para penghuni digunakan untuk memelihara bandeng,
deretan ruas kiri jalan, mereka adalah para udang dan hewan air lainnya yang bisa
pemilik usaha tambak bandeng dan udang, hidup di air payau. Petani tambak adalah
bukan nelayan atau bahkan nelayan kecil. orang yang melaksanakan kegiatan budidaya
Dalam artikel ini masyarakat nelayan tambak.
disebut dengan penggolongan stratifikasi Pola stratifikasi yang lebih luas pada
sosial-budaya, karena kelompok nelayan petani petambak seperti penelitian yang
bukan hanya merupakan kelompok sosial dilakukan oleh Purnamasari, dkk (2002),
dalam sistem sosial, melainkan mereka bahwa pada masyarakat petambak Desa
menjalankan kebiasaan-kebiasaan, tradisi- Babulu Laut ditemui beberapa kelompok
tradisi, penghasilan, bentuk rumah, alat ponggawa dan petambak. Kelompok
mencari ikan, dan gaya hidup, yang relatif ponggawa memiliki dua tipe yaitu: 1)
sama, sehingga mereka dapat disebut ponggawa yang memiliki dan menyakapkan
sebagai kelompok sosial-budaya, sebagai lahan tambak, dan 2) ponggawa yang tidak
anggota-anggota dari sistem sosial-budaya memiliki lahan tambak. Kelompok
yang khas yaitu sistem sosial-budaya petambak terdiri 3 (tiga) tipe yaitu (1)
nelayan. petambak pemilik terikat yang menyakapkan
lahan tambaknya, (2) petambak pemilik
3. 2. Stratifikasi Sosial-budaya pada terikat yang mengelola lahan tambaknya
Masyarakat Petani Tambak sendiri, (3) petambak penyakap yang
menggarap lahan tambak milik ponggawa.

PELAPISAN SOSIAL-BUDAYA PESISIR KELURAHAN MANGKANG KULON,


SEMARANG 38
Petani tambak dibedakan berdasarkan (3) Strata paling bawah adalah para
kepemilikan tanah, lahan tambak, menjadi pengelola/buruh tambak.
tiga kelompok (Fatmawati, 2007) sebagai Pada RW 1 Kelurahan Mangkang
berikut. Kulon terdapat pengelompokan petani
(1). Gogol Tambak (Pemilik Tambak) tambak dengan ciri-ciri sebagai berikut.
Gogol tambak merupakan kelompok (1) Strata atas, dengan ciri-ciri sebagai
penghuni desa tambak yang paling kaya dan berikut.
paling cerdik. Sebagian besar memang (a) Tambak milik sendiri, baik dari warisan
berasal dari keluarga kaya. Rumahnya selalu orang tua, maupun bertambah dengan
terbuat dari tembok sedang tambak yang pembelian baru, dengan luas hampir
mereka miliki luasnya dapat berpuluh-puluh mencapai 3 ha.
hektar. Sebagian dari warisan orang tua dan (b) Pemilik tambak merupakan orang
sebagian lagi dari pembelian baru. yang berpendidikan tinggi (tamatan
Umumnya mereka memiliki modal usaha S1).
sendiri untuk mengusahakan tambak walau (c) Modal tambak sendiri dan membentuk
tidak terlalu besar. Keluarga-keluarga perusahaan.
kelompok ini memiliki pendidikan yang (d) Memiliki rumah gedung dan
lebih tinggi dari kelompok lain. kendaraan pribadi yang tergolong
2). Wong angguran (petani penggarap, mewah seperti mobil.
petani penyewa, pemaron, atau pandega). (2) Strata menengah, dengan ciri-ciri
Wong angguran merupakan kelompok sebagai berikut.
petani tambak yang tidak memiliki tambak (a) Tambak dikelola sendiri, tetapi lahan
sendiri tetapi hanya tenaga saja dan rumah tambak didapat dengan menyewa,
tinggal, meskipun rumah sederhana. Mereka sistemnya dengan membayar lahan
orang yang selalu menggarap, mengerjakan tambak pertahun sebesar Rp
tambak orang lain, baik dengan menyewa, 2,5juta/tahun per petak.
dengan perjanjian bagi hasil separuh- (b) Pemilik tambak merupakan orang yang
separuh (sehingga disebut juga pemaron), sedang membangun usaha tambak dari
maupun hanya menjual tenaga sebagai bawah dan biasanya merupakan
buruh tetap. mantan nelayan yang ingin mengubah
3). Wong Manukan nasib menjadi petambak.
Wong Manukan merupakan kelompok (c) Berpendidikan dasar hingga menengah
orang yang tidak mempunyai apa-apa pertama (tamatan SD-SMP).
kecuali tenaga sebagai buruh kasar. (d). Luas tambak hanya berkisar 3-6 petak
Keadaannya sangat memprihatinkan, hanya (sekitar 1-2 ha).
tinggal di sebuah gubuk yang didirikan di (e). Rumah tembok, kepunyaan sendiri,
dekat tambak. Kelompok ini bisa dikatakan walau tidak sebagus rumah petambak
kelompok miskin. Mereka tidak mempunyai strata atas.
keahlian apa-apa dan selalu dipakai (3). Strata bawah, dengan ciri-ciri sebagai
tenaganya untuk buruh kasar pada waktu berikut.
dibutuhkan untuk penggalian tanah, (a) Pengelola/buruh atau pekerja kasar
pembangunan pematang, pengangkutan hasil harian yang datang dari luar daerah
tambak, panen hasil tambak, dan lain-lain. untuk membantu sebagai pekerja di
Dengan demikian, petani tambak tambak.
terdiri dari 3 strata sosial yang dominan (b). Bekerja pada pemilik tambak strata
yaitu sebagai berikut. atas.
(1) Strata atas adalah mereka yang (c). Berpendidikan dasar (tamatan SD).
menguasai tanah tambak yang luas; (d). Tidak mempunyai keahlian.
(2) Strata menengah yang memiliki luas (e). Rumah gubuk yang dibangun di sekitar
tanah tambak sedang/kecil; dan tambak.

PELAPISAN SOSIAL-BUDAYA PESISIR KELURAHAN MANGKANG KULON,


SEMARANG 39
Petambak di RW 1 Mangkang Kulon petambak penyewa, yaitu petambak yang
mendiami ruas sebelah kiri jalan, dan menyewa lahan tambak untuk dikelola
membangun rumah mereka dekat dengan sendiri dan hasilnya dinikmati sendiri.
lahan tambak. Kehidupan mereka secara (3). Strata bawah yaitu kelompok
materi lebih baik bila dibandingkan dengan masyarakat yang ekonominya tergolong
nelayan yang mendiami ruas kanan jalan. rendah, pendapatannya hanya cukup untuk
Berbeda dengan nelayan yang hanya memenuhi kebutuhan sehari-hari; memiliki
membentuk satu kelompok yaitu nelayan rumah yang kecil dan bisa dikatakan tidak
kecil/nelayan tradisional, pada petani layak huni. Kelompok ini diisi oleh nelayan
tambak terbentuk kelompok atau strata yaitu tradisional atau nelayan kecil, dan buruh
(1) strata atas, yang terdiri dari para pemilik kasar tambak.
tambak/pengusaha tambak, (2) strata Pelapisan sosial-budaya (sociocultural
menengah yaitu penyewa tambak, dan stratification) dalam masyarakat RW 1
terakhir (3) strata bawah, yaitu buruh Kelurahan Mangkang Kulon adalah,
tambak. Strata sosial ini terbentuk karena kelompok petani tambak pemilik, kelompok
adanya perbedaan secara kepemilikan materi penyewa lahan tambak, kelompok pandega
atau lahan di antara petani tambak. tambak, buruh tambak dan kelompok
nelayan kecil.
4. Simpulan: Stratifikasi Sosial-budaya Karakteristik sociocultural
Pesisir stratification yang terbentuk di masyarakat
Wilayah pesisir memiliki karakteristik pesisir Mangkang Kulon adalah sebagai
yang khas, merupakan wilayah berikut.
pencampuran atau pertemuan antara laut dan (1). Strata atas yaitu kelompok
darat. Pada kawasan pesisir pemanfaatan masyarakat yang memilki penghasilan
lahan telah dilakukan untuk berbagai paling tinggi, memiliki rumah tembok,
keperluan seperti pertambakan, pertanian, kendaraan pribadi berupa mobil, memiliki
pemukiman, industri dan pariwisata dan lahan usaha pribadi, memiliki pendidikan
pemanfaatan lainnya. Masyarakat yang tinggi yaitu S1. Kelompok ini diisi oleh
mendiami wilayah ini, selanjutnya disebut petambak kelas gogol tambak.
masyarakat pesisir, yang menggantungkan (2). Strata menengah yaitu kelompok
hidupnya pada laut sebagai sumber masyarakat yang memiliki penghasilan lebih
ekonomi. Stratifikasi sosial-budaya rendah dibandingkan strata atas, memiliki
masyarakat pesisir yang terbentuk di RW 1 rumah sederhana dan layak huni, memiliki
Kelurahan Mangkang Kulon, secara garis kendaraan sepeda motor, mengelola usaha
besar dapat digambarkan sebagai berikut. sendiri di lahan tambak sewaan tahunan.
(1). Strata atas yaitu kelompok Kelompok ini diisi oleh petambak penyewa,
masyarakat yang memilki penghasilan yaitu petambak yang menyewa lahan
ekonomi paling tinggi, memiliki rumah tambak untuk dikelola sendiri dan hasilnya
tembok, kendaraan pribadi berupa mobil, dinikmati sendiri.
memiliki usaha pribadi berupa lahan (3). Strata bawah yaitu kelompok
tambak, memiliki pendidikan tinggi yaitu masyarakat yang penghasilannya rendah,
lulusan S1. Kelompok ini diisi oleh hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
petambak kelas gogol tambak. sehari-hari; mereka memiliki rumah yang
(2). Strata menengah yaitu kelompok kecil dan bisa dikatakan tidak layak huni.
masyarakat yang memiliki penghasilan lebih Kelompok ini diisi oleh nelayan tradisional
rendah dibandingkan strata atas, memiliki atau nelayan kecil, dan buruh kasar tambak.
rumah sederhana dan layak huni, memiliki Penelitian tentang sistem sosial-
kendaraan sepeda motor, mengelola usaha budaya masyarakat pesisir kiranya perlu
sendiri di lahan sewa dengan sistem bayar dilanjutkan dengan lebih mendalam dan
sewa per tahun. Kelompok ini diisi oleh meluas untuk memahami masyarakat pesisir

PELAPISAN SOSIAL-BUDAYA PESISIR KELURAHAN MANGKANG KULON,


SEMARANG 40
dengan stratifikasi sosial-budaya pesisir, Kasus Masyarakat Petambak Di Desa
yang berjumlah anggota besar dan Babulu Laut Kecamatan Babulu
berkarakteristik khas. Kabupaten Pasir Kalimantan Timur.
Jurnal Forum Pascasarjana, Vol.
Daftar Pustaka 25.No. 2. April
Ritzer, George. 2004. Teori Sosiologi. Edisi
Amaluddin, Moh. 1987. Kemiskinan dan Terbaru. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
Polarisasi Sosial. Jakarta: Universitas
Indonesia. Saunders, Peter. 1990. Social Class and
Stratification. London: Routledge.
Fatmawati, Siti Dewi. 2007. Karakteristik
Demografi dan Sosial Ekonomi Petani Soekanto, S. 1987. Sosiologi. Suatu
Tambak Desa Surodadi, Kecamatan Pengantar. Ed.3. Jakarta: Rajawali
Sayung Kabupaten Demak.[Skripsi]. Pers.
Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Wahyuningsih, et al. 1997. Budaya Kerja
Negeri Semarang. Nelayan Indonesia di Daerah Jawa
Kusnadi. 2002. Nelayan - Strategi Adaptasi Tengah. Yogyakarta: Kreasi Wacana.
dan Jaringan Sosial. Bandung: Weber, Max. 1946. From Max Weber.
Humaniora Utama Press. Translated, Edited, and with
Macionis, J. J. 2000. Society: The Basics. Introduction by H. H. Gerth and C.
Upper Saddle River, New Jersey: Wright Mills. New York: Oxford
Prentice Hall University Press.
Murniatmo. 2000. Khazanah Budaya Lokal.
Yogyakarta: Adicita Press.
Purnamasari, Elly; Titik Sumantri, Lala M.
Kolopaking, 2002. Pola Hubungan
Produksi Ponggawa-Tambak: Suatu
Bentuk Ikatan Patron-Klien (Studi

PELAPISAN SOSIAL-BUDAYA PESISIR KELURAHAN MANGKANG KULON,


SEMARANG 41
LAMPIRAN
1. Informan
1. 1. Nelayan
1) Nama: M. Ramadhan
Umur: 33 tahun
Alat tangkap: kepunyaan sendiri berupa sebuah motor tempel,dan jaring
Pendidikan terakhir: SMP
Jumlah anak/istri: 3 anak/ 1 istri
Rumah : milik sendiri, kecil berukuran 1 kamar
Pendapatan: Rp 50.000-100.000/hari
Pendidikan anak: masih kelas 1 SD, sisanyabelum sekolah
Pekerjaan istri: Ibu Rumah Tangga
Organisasi yang diikuti : unit kelompok nelayan
2) Nama: Rudi Utomo
Umur: 21
Alat tangkap: kepunyaan sendiri berupa sebuah motor tempel, dan jaring
Pendidikan terakhir: SMP
Jumlah anak/istri: 1 anak/ 1 istri
Rumah : milik sendiri, kecil berukuran 1 kamar
Pendapatan: Rp 50.000-100.000/hari
Pendidikan anak: belum usia sekolah
Pekerjaan istri: Karyawan Pabrik
Organisasi yang diikuti: unit kelompok nelayan
3) Nama: Sarianto
Umur: 39 tahun
Alat tangkap: kepunyaan sendiri berupa sebuah motor tempel, dan jaring rajungan dan
bubu
Pendidikan terakhir: SMP
Jumlah anak/istri: 3 anak/ 1 istri
Rumah : milik sendiri, kecil berukuran 1 kamar
Pendapatan: Rp 50.000-100.000/hari
Pendidikan anak: SMA kelas 2, SD kelas 2, sisanya belum sekolah
Pekerjaan istri: Ibu Rumah Tangga
Organisasi yang diikuti : unit kelompok nelayan
Organisasi yang diikuti : unit kelompok nelayan
4) Nama: Sunarto
Umur: 40 tahun
Alat tangkap: kepunyaan sendiri berupa sebuah motor tempel,dan jaring rajungan
Pendidikan terakhir: SD
Jumlah anak/istri: 2 anak/ 1 istri
Rumah : milik sendiri, kecil berukuran 1 kamar
Pendapatan: Rp 50.000-100.000/hari
Pendidikan anak: SMP kelas 2, sisanya belum sekolah
Pekerjaan istri: Ibu Rumah Tangga.

1. 2. Petani Tambak
1) Nama: Achmadi
Umur: 45 tahun
Luas tambak: 6 petak, 200m2/petak
Kepemilikan tanah tambak: sewa

PELAPISAN SOSIAL-BUDAYA PESISIR KELURAHAN MANGKANG KULON,


SEMARANG 42
Pendidikan terakhir: SD
Jumlah anak/istri: 2 anak/ 1 istri
Rumah : milik sendiri, sederhana
Pendapatan: Rp 5-7 juta/bulan
Pendidikan anak: SMA
Pekerjaan istri: Petambak
2) Nama: Soni
Umur: 33 tahun
Luas tambak: 10 ha
Kepemilikan tanah tambak: milik sendiri
Pendidikan terakhir: Strata 1
Jumlah anak/istri: 2 anak/ 1 istri
Rumah : milik sendiri, mewah
Pendapatan: Rp 50-100juta/bulan
Pendidikan anak: masih SD
Pekerjaan istri: IRT

2. Gambar-gambar
Gambar 1. Motor Tempel Nelayan Gambar 2. Rumah Nelayan

Gambar 3. Rumah Gogol Tambak Gambar 4. Rumah Petambak Pandega

PELAPISAN SOSIAL-BUDAYA PESISIR KELURAHAN MANGKANG KULON,


SEMARANG 43

Das könnte Ihnen auch gefallen