Sie sind auf Seite 1von 4

CONFORMITY, DEVIANCE, SOCIAL CONTROL

Conformity dapat diartikan sebagai proses penyesuaian diri individu dg masyarakat.

Penyesuaian ini dilakukan dengan cara mengindahkan atau mentaati kaidah dan nilai-nilai yang
dipegang oleh masyarakat

Kaidah diperlukan sebagai pengatur hubungan antar seseorang dengan orang lainnya, atau seseorang
dengan masyarakatnya

Masyarakat yang homogen dan tradisional biasanya memiliki sifat conformity yang relatif lebih tinggi
dibandingkan masyarakat yang heterogen

Tradisi yang dipelihara dan dipertahankan dengan kuat menyebabkan warga masyarakat yang
homogen atau tradisional tidak memiliki pilihan lain kecuali menyesuaikan diri terhadap kaidan dan
nilai yang berlaku

Dalam masyarakat tradisional dengan tradisi sangat kuat, kaidah-kaidah yang berlaku secara turun
temurun telah mengakar dari satu generasi ke generasi berikutnya, tanpa banyak mengalami
perubahan

Standar yang digunakan adalah standar warisan nenek moyang atau generasi terdahulu

Masyarakat di kota-kota besar pada umumnya terdiri dari individu yang berlainan keadaannya

Para anggota masyarakat perkotaan senantiasa berupaya menyesuaikan diri dengan berbagai macam
dan bentuk perubahan yang terjadi di lingkungannya

Kota dianggap sebagai gerbang masuknya pengaruh-pengaruh budaya luar yang didukung piranti
mutakhir dalam bidang informasi dan komunikasi massa

Conformity pada masyarakat kota besar, pada tataran tertentu, dianggap sebagai hambatan kemajuan
dan perkembangan bagi individu, sehingga conformity di kota-kota besar sangat kecil

Sifat dasar dari conformity menghasilkan kepatuhan dan ketaatan penuh seringkali dikritisir sebagai
pembatas potensi-potensi yang dimiliki secara individu

DEVIANCE

Kajian mengenai deviasi telah banyak dikembangkan oleh ahli ilmu sosial atau sosiologi pada
khususnya

Robert K. Merton dalam karyanya Social Theory and Social Structure (1967) melihat terjadinya deviasi
dari sudut struktur sosial dan budaya

Menurut Merton di antara segenap unsur sosial dan budaya dari setiap masyarakat, terdapat dua
unsur terpenting, yakni:

o Kerangka aspirasi

o Unsur/saluran yang mengatur segala kegiatan untuk mencapai aspirasi


Menurut Merton, dalam setiap nilai sosial-budaya terdapat konsepsi mengenai apa yang dianggap
baik dan apa yang dianggap buruk

Diperlukan kaidah-kaidah untuk mengatur kegiatan manusia dalam hidup bermasyarakat dan
sekaligus kaidah tersebut menjadi pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam masyarakat

Bila terjadi ketidakserasian antara aspirasi dengan saluran aspirasi akan menyebabkan terbentuknya
perilaku menyimpang (deviant behavior)

Dengan demikian deviance ditujukan pada perilaku manusia yang menyimpang terhadap norma-
norma dan nilai-nilai standar masyarakat

Deviasi pada masyarakat sederhana yang relatif statis tidak akan disukai oleh sebagian besar golongan
masyarakat tersebut

Tindakan deviasi dalam banyak hal tidak selalu bertentangan dengan kaidah hukum dalam masyarakat

SOCIAL CONTROL

 Pengendalian sosial (social control) merupakan sebuah sistem atau dinamakan juga sistem
pengendalian sosial

 Pengendalian sosial mencakup segala proses yang direncanakan mapun tidak, bersifat
mendidik, mengajakan, dan bahkan memaksa anggota masyarakat untuk mematuhi kaidah
dan nilai sosial yang berlaku

 Pengendalian sosial dapat berlangsung antar individu, misalnya; seorang ayah menentukan
garis masa depan anak-anaknya agar sesuai dengan keinginan pribadi si ayah

 Secara antar kelompok, pengendalian sosial dapat juga dilakukan, misalnya; kaum minoritas
melakukan pengendalian kepada kaum mayoritas untuk mengikuti kaidah-kaidah kaum
minoritas

 Pengendalian sosial dapat dilakukan oleh kelompok kepada individu dan sebaliknya

 Tujuan dari pengendalian sosial adalah mencapai keserasian antara stabilitas dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat

Tanpa adanya pengendalian, kehidupan sosial akan mengalami kekacauan yang


mengakibatkan suasana chaos

 Dapat dikatakan bahwa pengendalian sosial bertujuan menciptakan keadaan damai melalui
keserasian antara kepastian dengan keadilan/kesebandingan

 Pengendalian sosial dapat bersifat preventif dan represif atau bahkan keduanya secara
sekaligus

• Preventif merupakan usaha pencegahan terhadap gangguan-gangguan pada harmoni antara


kepastian dengan keadilan, dilakukan melalui proses sosialisasi, pendidikan baik formal
maupun informal

• Represi merupakan usaha pengembalian keserasian yang pernah mengalami gangguan,


dilakukan dengan penjatuhan sanksi terhadap pihak yang melanggar kaidah yang berlaku
 Proses pengendalian sosial dapat dilakukan dengan cara tanpa paksaan (persuasif) dan juga
cara paksa (koersif)

• cara yang ditempuh dilihat berdasarkan siapa yang melakukan pengendalian sosial dan dalam
keadaan apa cara tersebut ditempuh

• pada masyarakat yang stabil dan tenteram, cara persuasif lebih efektif daripada paksaan,
sebaliknya dalam situasi chaos, cara represif lebih efektif dibandingkan metode persuasif

 Selain cara persuasif dan represif, ada pula teknik-tekni pengendalian compulsion dan
pervasion

• cara compulsion merupakan penciptaan situasi sedemikian rupa sehingga seseorang terpaksa
taat dan mengubah sikapnya, secara tidak langsung menciptakan kepatuhan

• cara pervasion dilakukan melalui pengulangan penyampaian norma dan nilai sedemikian rupa
sehingga masuk ke dalam bawah sadar seseorang dan mengubah sikapnya sehingga serasi
dengan norma atau nilai yang disampaikan

 Agar hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat tercipta seperti yang diharapkan,
norma-norma diaktifasi dan memiliki kekuatan mengikat yang berbeda-beda

Untuk membedakan kekuatan mengikat dari norma-norma, dikenal adanya 4 pengertian:

• Cara (usage), menunjuk pada suatu bentuk perbuatan

• Kebiasaan (folkways), menunjuk pada perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk sama

pelanggaran terhadap kebiasaan tidak memiliki sanksi keras, hanya berupa gunjingan

• Tata kelakuan (mores), merupakan kebiasaan yang dianggap cara berperilaku dan diterima
norma-norma pengatur.

Sanksi atas pelanggaran mores cukup keras; dapat berupa caci maki atau hinaan

• Adat (custom), merupakan tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola-pola
perilaku masyarakat.

Bila adat istiadat dilanggar, sanksi yang diterima pelanggarnya sangat keras dan dapat
menyebabkan penderitaan baik fisik maupun mental, misal dipenjara, dipasung, atau
dikucilkan, disiksa, dan bahkan dibunuh

 Alat pengendali sosial yang digunakan sangat beraneka ragam, setidaknya terdapat dua sifat:

• pengendalian sosial formal, contohnya pendidikan dan aturan hukum tertulis

• pengendalian bersifat informal seperti tata krama

 Alat-alat tersebut dibangun agar pengendalian sosial dapat berjalan secara efektif

Das könnte Ihnen auch gefallen