Sie sind auf Seite 1von 12

POJOK ILMIAH

STUDI PROSES PENGALENGAN IKAN DI


PT. SINAR PURE FOODS INTERNATIONAL BITUNG
Oleh :

Daniel H. Ndahawali1, Fernando Wowiling2, Risnawati, Sarah Pongoh3,


Syntia Kaharu3, Siti Hartina Gani3, dan Siti Mutia Sasara3
1
Dosen Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung
2
Tenaga Penunjang Akademik Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung
3
Taruna Politeknik kelautan dan Perikanan Bitung
Jl. Tandurusa Kotak Pos. 12 BTG/Bitung Sulawesi Utara

Abstract

Canning fish is preserved fish by inserting into a closed container and heated in sterilization
temperarure kill or inhibit the growth of microorganisms such as bacteria, fungi, and molds, as well as
enzymatic activity. Commercial canning sterilization process is designed to protect products from
spoilage microbes that can caused economic loss. The objectives of this study are : (1) studying the
process of fish canning in PT. Sinar Pure Foods International Bitung; (2) knowing the application of
Hazard Analysis Critical Control Points (HACCP) in the process of fish canning; (3) Determine the
utilization of waste production of canned fish. By this study it can be concluded: (1) the process of fish
canning, included several stages: receiving of raw materials, setting fish in the tray, steaming, cooling,
separation of skin and flesh, separating the meat brown and white meat, filling medium, exhausting
and closing of cans, sterilization, cooling, cleaning and washing cans, labeling; (2) Fish canning
process in PT. Sinar Pure Foods International has four sections that become the point of Critical
Control Points (CCP), namely stage of receiving, metal detector, double seaming and retorting; (3) the
waste from the canning of fish, such as fish bone and others solid waste materials used for making
fishmeal.

Key words : Canning, critical control point, receiving, metal detector, double seaming, retorting

I. PENDAHULUAN terutama pada saat produksi ikan melimpah.


Oleh karena itu perlu dilakukan usaha untuk
1.1 Latar Belakang meningkatkan daya simpan dan kualitas
Ikan merupakan salah satu bahan produk perikanan melalui proses pengolahan
makanan yang tidak asing lagi bagi atau pengawetan.Prinsip pengolahan ikan
masyarakat Indonesia, bahan pamngan ini pada dasarnya bertujuan melindungi ikan
memiliki kelebihan yaitu mengandung asam dari pembusukan dan kerusakan. Selain itu
amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, juga untuk memperpanjang daya awet dan
disamping itu nilai biologisnya mencapai mendiversifikasikan produk olahan hasil
90% dengan jaringan pengikat sedikit perikanan. Salah satu jenis pengolahan
sehingga mudah dicerna, selain itu harganya yang dapat digunakan untuk menghambat
jauh lebih murah dibandingkan sumber kegiatan zat-zat mikroorganisme adalah
protein lainnya. pengalengan ikan. Pengalengan merupakan
Hasil perikanan merupakan komoditi salah satu bentuk pengolahan dan
yang cepat mengalami kemunduran mutu, pengawetan ikan secara modern yang
atau mengalami pembusukan, karena ikan dikemas secara hermatis dan kemudian
mempunyai kandungan protein (18-30 %) disterilkan. Bahan pangan dikemas secara
dan air yang cukup tinggi (70-80%) sehingga hermetis dalam suatu wadah, baik kaleng,
merupakan media yang baik bagi gelas atau alumunium. Pengemasan secara
perkembangan bakteri pembusuk. Dengan hermetis dapat diartikan bahwa
kelemahan tersebut telah dirasakan sangat penutupannya sangat rapat, sehingga tidak
menghambat usaha pemasaran hasil ikan dapat ditembus oleh udara, air, kerusakan
bahkan menimbulkan kerugian besar, oksidasi maupun perubahan cita rasa.

Buletin Matric Vol. 13 No. 2 Desember 2016 42


POJOK ILMIAH

Menurut Saadiah (2005), pengalengan udara, air, mikroba dan benda asing 6
ikan merupakan tindakan pengawetan ikan lainnya) dan disterilkan serta tujuan
dengan cara memasukkan ikan ke wadah pengalengan ikan yaitu melindungi ikan dari
yang tertutup dan dipanaskan yang pembusukan dan kerusakan atau
bertujuan untuk mematikan atau memperpanjang daya awet dan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme mendiversifikasikan hasil perikanan
seperti bakteri, jamur, dan kapang, serta (Mayasari dan Lina, 2013). Menurut
penguraian enzimatis. Proses sterilisasi Wulandarai et al (2009), pengalengan
komersial pada pengalengan di rancang merupakan salah satu cara untuk
untuk menjaga produk pangan dari menyelamatkan bahan makanan, terutama
mikroorganisme pembusuk yang dapat ikan dan hasil perikanan lainnya, dari proses
mengakibatkan kerugian secara ekonomis. penurunan mutu. Dalam pengalengan ini
Walaupun seringkali ikan kaleng dianggap daya awet ikan yang diawetkan jauh lebih
memiliki nilai gizi rendah oleh karena telah bagus dibandingkan pengawetan cara lain.
mengalami proses pemanasan tetapi Namun dalam hal ini dibutuhkan
sebenarnya sterilisasi dapat memusnahkan penanganan yang lebih intensif serta
mikroba dan penutupan kaleng yang rapat ditunjang dengan peralatan yang serba
dapat menghambat masuknya mikroba, dan otomatis. Sebab dalam proses pengalengan,
dengan adanya ”pateurisasi”yaitu ikan atau hasil perikanan lain dimasukkan
pemanasan dengan suhu rendah membuat dalam suatu wadah yang ditutup rapat agar
ikan tersebut akan mengalami penurunan udara maupun mikroorganisme perusak
tapi daya tahan yang lama dan tidak yang datang dari luar tidak dapat masuk.
mengurangi kualitas ikan yang dapat Selanjutnya wadah dipanasi pada suhu
menyebabkan penyakit atau pembusukan tertentu dalam jangka waktu tertentu pula
secara hermetis, perubahan kadar air, untuk mematikan mikroorganisme yang ikut
kerusakan akibat oksidasi, atau perubahan terbawa pada produk yang dikalengkan.
cita rasa.
Dari uraian di atas, maka untuk 2.2 Prinsip Pengalengan Ikan
mengetahui dan mempelajari prinsip-prinsip Pengalengan merupakan tindakan
dan prosedur pengalengan ikan mulai dari mengemas bahan pangan dalam wadah
penerimaan bahan baku, proses yang tertutup rapat sehingga udara dan zat-
pengalengan sampai pada output ikan zat maupun organisme yang merusak atau
kaleng serta pemanfaatan limbah samping membusukkan tidak dapat masuk, kemudian
maka dilakukan Studi Proses Pengalengan wadah dipanaskan sampai suhu tertentu
Ikan di PT Sinar Pure Foods Internasional untuk mematikan pertumbuhan
Bitung.. mikroorganisme yang ada. Melalui perlakuan
tersebut terjadi perubahan keadaan bahan
1.2 Tujuan Pelaksanaan Studi makanan, baik sifat fisik maupun kimiawi
Tujuan dari pelaksanaan studi ini, yaitu : sehingga keadaan bahan ada yang menjadi
1. Mengetahui dan mempelajari proses lunak dan enak dimakan (Fadli, 2011). Jadi
pengalengan ikan di PT. Sinar Pure prinsipnya adalah mengemas bahan pangan
Foods Internasional Bitung dalam wadah yang tertutup rapat secara
2. Mengetahui Penerapan Hazard hermitis sehingga udara dan zat-zat maupun
AnalysisCritical Control organisme yang merusak atau
Points(HACCP) dalam proses membusukkan tidak dapat masuk, kemudian
pengalengan ikan wadah dipanaskan (sterilisasi) sampai suhu
3. Mengetahui pemanfaatan limbah tertentu untuk memusnahkan pertumbuhan
produksi ikan kaleng mikroorganisme yang ada. Pengalengan
secara hermetis bertujuan agar makanan
II. TINJAUAN PUSTAKA dapat terhindar dari kebusukan, perubahan
kadar air, kerusakan akibat oksidasi, atau
2.1 Definisi dan Tujuan Pengalengan perubahan cita rasa. Sedangkan sterilisasi
Pengalengan ikan merupakan suatu secara komersial adalah proses pemanasan
cara pengawetan bahan pangan (ikan) yang wadah serta isinya pada suhu dan jangka
dikemas secara hermetis (kedap terhadap waktu tertentu yang bertujuan untuk

Buletin Matric Vol. 13 No. 2 Desember 2016 43


POJOK ILMIAH

menghilangkan atau mengurangi faktor yang dapat menimbulkan pengkaratan


faktor penyebab kerusakan makanan pada kaleng lainnya.
terutama bakteri pembusuk dan bakteri  Sterilisasi, proses sterilisasi dilakukan
o
patogen pada suhu 121 C setelah proses penutupan kaleng,
menggunakanretort. Menurut Taufik (2013), pembersihan sisa saos di kaleng , dan
pengalengan yaitu mengemas bahan pemberian label kadaluarsa.
pangan dalam wadah yang tertutup rapat  Pendinginan (Cooling), pendinginan
sehingga udara dan zat-zat maupun dilakukan sampai suhunya sedikit di
organisme yang merusak atau atas suhu kamar maksudnya agar air
membusukkan tidak dapat masuk, kemudian yang menempel pada dinding wadah
wadah dipanaskan sampai suhu tertentu cepat menguap, sehingga terjadinya
untuk mematikan pertumbuhan karat dapat dicegah.
mikroorganisme yang ada.  Pemberian Label dan Penyimpanan,
kaleng diberi label sesuai dengan
2.3 Proses Pengalengan Ikan keinginan produsen, pemberian laber
Menurut Mayasari (2013), tahapan bertujuan untuk mengetahui bahan yang
dalam memproses pengalengan ikan digunakan dan pemberian label agar
meliputi : dikenal masyarakat.
 Persiapan Wadah, mempersiapkan Menurut Anggraeniet al (2013), proses
wadah ikan atau yang biasa disebut pengalengan ikan dalam skala industri
dengan kaleng. Kaleng yang baik umumnya dilakukan melalui beberapa tahap
kemudian dicuci dalam air sabun hangat yang meliputi pemilihan bahan baku,
dan kemudian dibilas dengan air bersih. penyiangan, pencucian, penggaraman,
 Penyiapan Bahan Mentah, pemilihan pengisian bahan baku, pemasakan awal
bahan baku ikan yang masih dalam (precooking), penirisan, pengisian medium
keadaan segar. Pemilihan bahan baku pengalengan, penghampaan udara
ikan dapat dilihat dari ciri-ciri fisik ikan (exhausting), penutupan kaleng, sterilisasi,
meliputi mata ikan, kulit ikan, daging, pendinginan, pemberian label.
sisik, dan insang ikan. Selanjutnya Proses pengalengan makanan secara
dilakukan pemotongan kepala dan ekor garis besar meliputi operasi-operasi sebagai
ikan. berikut :
 Pengisian (Filling), dalam tahap proses  Pembersihan dan persiapan bahan
pengisian, merupakan tahapan bahan baku.
pemasukkan ikan dan bumbu kedalam  Blansing, dengan cara mencelup di
kaleng. Pengisian ikan kedalam kaleng, dalam air mendidih atau menggunakan
posisi ikan diatur misalnya telah uap panas, yang bertujuan untuk
ditentukan bahwa dalam satu kaleng menginaktifkan enzim, menghilangkan
terdapat empat ekor ikan. Maka dalam gelembung-gelembung udara yang
sistem penataannya dua pangkal ekor terperangkap di dalam bahan sehingga
ikan menghadap kebawah dan dua memudahkan dalam proses pengisian
pangkal ekor selanjutnya menghadap dan memudahkan dalam proses
keatas. Selanjutnya saos dimasukkan sterilisasi.
kedalam kaleng yang telah terisi ikan.  Pengisian dan exhausting. Kaleng
 Penghampaan Udara (Exhausting), terbuka yang bersih diisi dengan bahan
pemanasan pendahuluan terhadap pangan secara otomatis. Untuk sayuran
produk, kemudian produk (saos) diisikan maka ditambahkan cairan pengisi
ke dalam kaleng dalam keadaan panas berupa larutan garam, sedang untuk
dan wadah ditutup juga dalam keadaan buah-buahan ditambahkan cairan
panas. pengisi berupa sirup gula. Cairan
 Penutupan Wadah (Sealing), Penutupan ditambahkan sampai 1 cm dari bagian
wadah untuk mencegah terjadinya atas kaleng. Setelah pengisian, kaleng
pembusukan. Penutupan yang baik dan dipindahkan ke kotak pengeluaran gas
memenuhi standar akan mencegah (exhaust box), sehingga di dalam kaleng
terjadinya kebocoran dari satu kaleng akan terbentuk keadaan yang vakum.

Buletin Matric Vol. 13 No. 2 Desember 2016 44


POJOK ILMIAH

2.4 Prinsip Hazard Analysis Critical Khususnya limbah hasil perikanan dapat
Control Points (HACCP) terjadi dalam proses penangkapan, selama
HACCP (Hazard Analysis Critical penanganan, pengangkutan, pengolahan,
Control Point) adalah suatu sistem jaminan distribusi serta dan pemasaran. Menurut
mutu yang mendasarkan kepada kesadaran Molejanjto (1992), industri pengalengan ikan
atau penghayatan bahwa hazard (bahaya) menghasilkan limbah berupa limbah cair (air
dapat timbul pada berbagai titik atau tahap rebusan) dan limbah padat (daging merah,
produksi tertentu, tetapi dapat dilakukan jeroan, tulang, kepala dan sirip).Limbah
pengendalian untuk mengontrol bahaya- tersbut harus dimafaatkan agar tidak
bahaya tersebut. Kunci utama HACCP mencemari lingkungan baik berupa polusi,
adalah antisipasi bahaya dan identifikasi titik bau, para pekerja dan masyarakat disekitar
pengawasan yang mengutamakan kepada pabrik. Limbah pengalengan ikan dapat
tindakan pencegahan dari pada dimanfaatkan atau diolah menjadi produk
mengandalkan pengujian produk akhir seperti tepung ikan, silase ikan, petis ikan
(Winarno, 2004). HACCP (Hazard Analysis dan minyak ikan. Limbah industri
Critical Control Point) merupakan suatu pengalengan ikan ternyata banyak
sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi manfaatnya selain mengurangi bahan
dan mengontrol setiap tahapan proses yang pencemar, juga berguna untuk pakan ternak,
rawan terhadap risiko bahaya signifikan yang industri makanan dan farmasi.
terkait dengan ketidakamanan pangan
Sistem HACCP ini dikembangkan atas dasar
identifikasi titik pengendalian kritis (Critical I. METODE PELAKSANAAN
Control Point) dalam tahap pengolahan
dimana kegagalan dapat menyebabkan 3.1 Waktu dan Tempat
risiko bahaya. Penerapan HACCP harus Pelaksanan studi ini dilakukan
didukung oleh penerapan GMP dan SSOP. mulaitanggal 16 Mei sampai dengan 25 Mei
Sistem HACCP yang diterapkan pada 2016 yang bertempat di PT. Sinara Pure
industri, salah satunya mengacu pada Foods International Bitung Jl. RayaMadidir,
pedoman Codex Alimentarius Comission Kota Bitung, Provinsi Sulawesi Utara,
dalam “Guidelines for Application of The Indonesia.
Hazard Analysis Critical Control Point
System”yang terdiri dari 7 prinsip, yaitu 3.2 Alat dan Bahan
:analisis bahaya dan preventif, identifikasi Alat dan bahan yang dibutuhkan
CCP, menetapkan critical limit untuk setiap dalam pelaksanaan studi ini, yaitu : (1)
CCP, menetapkan sistem pemantauan untuk peralatan pengalengan ikan, alat tulis
CCP, menetapkan tindakan koreksi, menulis dan kamera, dan (2) bahan, yaitu
menetapkan prosedur verifikasi, menetapkan ikan dan kaleng
prosedur pencatatan. CCP atau Titik Kendali
Kritis didefinisikan sebagai suatu titik, 3.3 Teknik Pengambilan dan Analisis
langkah atau prosedur dimana pengendalian Data
dapat diterapkan dan bahaya keamanan Pengambilan data dilapangan
pangan dapat dicegah, dihilangkan atau menggunakan teknik : (1) wawancara
diturunkan sampai ke batas yang dapat kepada Quality Assurance (QA), Quality
diterima. Pada setiap bahaya yang telah Control (QC) dan karyawan PT. Sinar Pure
diidentifikasi dalam proses sebelumnya, Foods International; (2) Observasi yaitu
maka dapat ditentukan satu atau beberapa mengadakan pengamatan langsung
CCP dimana suatu bahaya dapat mengenai kondisi dan kegiatan yang ada di
dikendalikan (Codex Alimentarius lapangan yang meliputi: Observasi tentang
Commission, 1997). penyediaan bahan baku dan cara
pengelolaannya, Observasi tentang
2.5 Limbah Pengalengan Ikan pengendalian mutu dari bahan mentah (raw
Limbah adalah bagian dari suatu material) sampai produk akhir, Observasi
bahan atau barang tertentu yang tidak atau tentang pengelolaan limbah; (3) Studi
belum terolah dalam suatu tingkat proses Pustaka. Data yang telah terkumpul
tertentu yang lazim juga disebut waste.

Buletin Matric Vol. 13 No. 2 Desember 2016 45


POJOK ILMIAH

selanjutnya diolah dan dianalisis secara 4.2 Proses pengalengan ikan


deskripif. Proses pengalengan ikan di PT.
Sinar Pure Foods International Bitung, yaitu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN sebagai berikut :

4.1 Keadaan Umum Lokasi a. Pengadaan bahan baku


Lokasi Praktek Kerja Lapangan (PKL Bahan baku yang digunakan adalah
III) bertempat di PT. Sinar Pure Foods ikan tuna fresh dan ikan tuna yang sudah
International Jl. Raya Madidir 2, Kota Bitung dibekukan dengan jenis Yellow Fin Tuna dan
kode pos 95517, Provinsi Sulawesi Utara, Skip Jack Tuna. Bahan baku ini diperoleh
Indonesia. dimana perusahaan ini adalah PT. Sinar Pure Foods International dari
perusahaan besar yang mengolah ikan supplier-supplier yang sudah bekerja sama
secara modern dengan menggunakan bahan dengan perusahaan dan juga dari para
baku utama jenis ikan Yellowfin tuna , nelayan, yaitu dari Gorontalo, Toli-toli,
Skipjack dan bonito yang diolah menjadi ikan Labuan uki, TPI di Kota Bitung. Sebelum
kaleng.PT. Sinar Pure Foods international bahan baku diproses, Quality Assurance
didirikan sesuai dengan undang-undang (QA)akan melakukan pemeriksaan kualitas
penanam modal nomor 1 tahun 1967 tanggal dari bahan baku tersebut. PT. Sinar Pure
28 juni 1991 berdasarkan akte notaris Benny Foods International memiliki standar kualitas
Kristianto, SH. Nomor 279 yang diubah untuk ikan yang akan digunakan dalam
dengan akte notaris nomor 255 tanggal 10 proses produksinya. Ikan dengan kualitas
Agustus 1991 atas nama notaris yang sama. yang tidak memenuhi standard maka akan di
Akte notaris disetujui oleh menteri tolak (reject). Pemeriksaan pertama pada
kehakiman melalui surat keputusan no.C2- ikan yang baru datang dari kapal adalah
4267-HT.01.01.TH’91 tanggal 9 Agustus pemeriksaan organoleptik untuk mengetahui
1991 dan dipublikasikan dalam tambahan mutunya. Pemeriksaan organoleptik meliputi
nomor 4623 berita Negara no. 98 tanggal 6 pemeriksaan mata, tekstur, insang, bau, dan
desember 1991.Akte perusahaan telah kulit. Selain itu, juga dilakukan pengujian
diubah dengan akte notaris no 1 tahun 1995 BBT (Back Bone Temperature) dan uji
tentang “Perseroan Terbatas”, perubahan Histamin. Pengujian BBT dilakukan di kapal
tersebut disetujui oleh menteri hokum dan atau di dermaga, sedangkan uji Histamin
hak asasi manusia melalui surat keputusan dilakukan di laboratorium. Pengujian BBT
no. C-22517 HT.01.04.TH.2003 tanggal 19 menggunakan thermometer dan bagian yang
September 2003.Untuk memenuhi diukur adalah tulang belakang, Pengukuran
persyaratan produksi pengalengan ikan, suhu dilakukan di tulang belakang karena
perusahan ini telah dilengkapi dengan tulang belakang merupakan bagian yang
beberapa sertifikat pokok/utama, yaitu: paling dalam dari ikan. Standar suhu pada
Sertifikat HACCP; (2) Sertifikat Autodox; (3) ikan yang akan diambil adalah 2-5oC dan
Sertifikat SSOP; (4) Sertifikat SNI; (5) kadar histamin sebesar ppm. Jika ikan
Sertifikat HALAL; (6) Sertifikat GMP; (7)
Sertifikat SKP. yang datang memiliki kadar histamin
melebihi standar tetapi BBT nya masih
memenuhi standard, maka ikan akan tetap
diterima dan ikan tersebut akan segera diberi
perlakuan pendinginan atau chilling. Ukuran
ikan yang diterima oleh PT. Sinar Pure
Foods International adalah 300 gram- 10 kg
dan up.

b. Kegiatan produksi ikan kaleng


Proses pengalengan ikan di PT. Sinar
Pure Foods International dengan tahap-
Gambar 1. PT. Sinar Pure Foods tahap sebagai berikut :
International

Buletin Matric Vol. 13 No. 2 Desember 2016 46


POJOK ILMIAH

Penerimaan bahan baku (receiving) serta insang. Ikan yang telah di butchering
Di area receiving, ikan disortir kemudian dicuci dan disusun pada tray.
kembali dan di grading berdasarkan Pencucian ini bertujuan untuk membersihkan
ukurannya. Jika didapatkan ikan yang tidak ikan dari darah dan kotoran yang menempel
memenuhi standard maka ikan tersebut akan dalam perut ikan. Proses penyusunan ikan di
dikembalikan ke supplier atau dijadikan dalam baki (tray)disebut pillingyaitu dimana
sebagai bahan fish meal. Setiap ikan yang ikan di susun dalam baki atau troli (rak
masuk diberi nomor batch atau diberi label. pengukusan), dengan posisi ikan disusun
Pemberian label ini bertujuan sebagai berjejer yaitu posisi perut di bawah atau juga
sarana informasi yang berguna untuk bisa berbentuk seperti gaya renang
membantu sistem First in First Out (FIFO) terlentang, dan disusun menurut jenis dan
dalam gudang penyimpanan. Mekanisme besar/berat yaitu berukuran rata-rata 300
kerja sistem ini yaitu dengan mengeluarkan gram, 500 gram, 1kilogram, 1,4 kilogram,
terlebih dahulu produk yang pertama kali 1,8 kilogram, dan 10 kilogram atau
datang yang dapat dilihat dari label yang lebih.Tujuan menurut ukuran ikan adalah
tertulis di luar kemasan. Setiap batch untuk menentukan lama waktu yang
dipisahkan untuk proses produksinya. diperlukan untuk pre-cooking. Dalam 1 troli
Selanjutnya dilakukan pengujian kesegaran terdapat 20 baki pengukusan. Setelah ikan
dengan pengambilan sampel pada beberapa disusun rapi dalam troli proses
ekor ikan. Standar penerimaan bahan baku selanjutnyaakan dilakukan pengukusan(pre-
yang diterapkan oleh PT. Sinar Pure Foods cooking) dan kegiatan ini di bawah
Internationaladalah sesuai dengan SNI 01- pengawasan Quality Asurance (QA).
2710-1992, yaitu suhu < -2 oC, histamin <
2,5 mg%, kadar garam < 1,5 mg% dan Tabel 01. Standard Pilling per Tray Menurut
organoleptik > 7 (skala 1-9). Sedangkan Ukuran Ikan
untuk honeycomb, brosis dan parasit tidak
boleh lebih dari 2,5% dari daging yang Ukuran Ikan Susunan Ikan Setiap
dikukus. Disamping itu kandungan histamin Tray (Ekor)
pada ikan tuna beku dipersyaratkan 300 gr 8-8-8-8
maksimal 20 mg%. 500 gr 7-7-7-7
Bahan baku yang memenuhi standar 1,0 kg 6-5-6
langsung dibawa ke cold storage. Di dalam 1,5 kg 5-5-5
cold storage ikan tuna di susun dengan 1,8 kg 4-3-4
batas-batas antara bahan baku berupa palet- 2,5 kg 4-4
palet dari suplier yang berbeda dan bahan 3,5 kg 3-2
baku ini diberi tanda dengan lot, yaitu 7,0 kg 2-2
identitas bahan baku berdasarkan jumlah 10 UP Tergantung
kedatangan. Suhu cold storage adalah -18 potongan
o
C. Untuk memudahkan pengeluaran, (Sumber : PT. Sinar Pure Foods Intenational,
penyimpanan dibedakan sesuai jenis ikan 2016)
dan penyimpanan dilakukan maksimal 2-3
bulan tergantung dari pesanan yang ada.

Penyusunan ikan dalam baki / tray


Selama menunggu untuk masuk ke
proses selanjutnya, ikan akan diberi
perlakuan pendingingan atau chilling. Hal ini
bertujuan untuk menjaga suhu ikan tetap
rendah. Kenaikan suhu pada ikan akan
menyebabkan peningkatan mikroorganisme
serta kandungan histamin. Proses chilling
maksimal 1x24 jam. Jika ikan tersebut akan
digunakan untuk proses produksi, maka ikan
tersebut akan memasuki tahapan butchering. Gambar 2. Penyusunan ikan dalam troli(tray)
Butchering merupakan pembersihan isi perut

Buletin Matric Vol. 13 No. 2 Desember 2016 47


POJOK ILMIAH

Pengukusan (Pre Cooking) pengawasan terhadap suhu dan tekanan


serta dilakukan pemeriksaan suhu akhir ikan
Tabel 02.Pre-cooking ikan tuna segar setelah pre-cooking, yaitu sebesar 60-65 oC.

Fish Size (kg) C.U.T Cooking Time Holding Time Pendinginan (cooling)
AA (0,3-0,499) 10 10 5 Setelah pre-cooking, ikan akan
A (0,5-0,999) 10 15 5
didinginkan dengan proses mist spray. Mist
spray merupakan proses dimana ikan diberi
B1 (1,0-1,49) 10 25 5
uap air yang keluar melalui nozzle. Waktu
B2 (1,5-1,79) 10 35 5 yang dibutuhkan untuk mist spray pada
C1 (1,8-2,49) 10 40 5 bahan baku ikan fresh adalah 1 menit,
C2 (2,5-3,49) 10 45 5 sedangkan bahan baku ikan beku adalah 2
D1 (3,5-6,99) 10 55 5 menit. Setelah mist spray, ikan akan masuk
ke proses loining dan skinning. Holding time
D2 (7,0-9,99) 10 60 15
dari mist spray ke loining dan skinning
E (> 10) 10 90 30 adalah 4 jam. Ikan yang masih panas yang
Sumber : PT. Sinar Pure Foods International baru dikeluarkan dari tangki pengukusan
(2016) terus disiram dengan air dingin hal ini
mengakibatkan tubuh ikan menjadi retak-
Ikan yang telah disusun dalam troli retak, robek, pecah-pecah. Apabila
(tray) selanjutnya dimasukan dalam alat melakukan pendinginan secara alami maka
pengukusan (chamber) dan ditutup rapat akan memakan waktu yang sangat lama
kemudian dikukus pada suhu850C – tentunya hal ini sangat berpengaruh
950Cselama 45 menit sampai 1 jam dengan terhadap produktifitas. Selanjutnya Ikan akan
mengalirkan uap panas (steam) yang mengalami proses pemisahan tulang dan
berasal dari tangki perebusan air. Ikan yang daging di area skinningakanterlebih dahulu
di kukus pada alat Chamber membutuhkan harus di ukur suhu tulang belakangnya (Back
waktu (jam) berdasarkan ukuran dan berat Bone Temperature).Setelah ikan dingin
ikan. Waktu yang dibutuhkan untuk proses maka ikan ditimbang lagi beratnya, berat
pemasakan/pengukusan ikan segar (fresh) ikan yang digunakan dalam perhitungan
dan ikan beku (frozen) dilihat pada tabel adalah merupakan selisih antara berat ikan
dibawah ini: mentah dengan ikan masak. Kegiatan ini di
bawah pengawasanQuality Asurance (QA).
Tabel 03. Pre-Cooking ikan tuna beku Menurut Moeljanto (1982), Ikan yang telah di
masak (precooking) terlebih dahulu harus di
Fish Size (kg) C.U.T Cooking Holding Time dinginkan dengan menggunakan semprotan
Time air berkabut, menggunakan alat yang disebut
AA (0,3-0,499) 10 15 5 mist-sprayer. Hal ini bertujuan untuk
A (0,5-0,999) 10 20 5 menutup pori-pori ikan agar proses dehidrasi
B1 (1,0-1,49) 10 30 5 dapat dihindari sehingga berat ikan tidak
B2 (1,5-1,79) 10 40 5 banyak berkurang, disamping mempercepat
C1 (1,8-2,49) 10 45 5
pendinginan ikan agar efek pemasakan tidak
berkelanjutan sehingga permukaan ikan
C2 (2,5-3,49) 10 50 5
tidak gosong dan kulit ikan mudah di
D1 (3,5-6,99) 10 60 5 keluarkan.
D2 (7,0-9,99) 10 65 15
E (> 10) 10 95 30 Pemisahan kulit dan daging (skinning)
Ikan yang sudah dikukus selanjutnya
Sumber : PT. Sinar Pure Foods Intenational
didinginkan dan ditimbang dan diangkut ke
(2016)
area pemisahan kulit dan daging (Skinning).
Dalam proses skinning ikan yang utuh
Waktu pre-cooking atau pemasakan
dibersihkan dari kulitnya dan kemudian
ikan beku lebih lama daripada ikan segar, ini
dikeluarkan isi perut, tulang kepala dan sirip,
dikarenakan ikan beku memiliki tekstur yang
kemudian setelah bersih ikan dibawah
lebih keras. Selama pre-cooking dilakukan
petugas untuk di lakukan proses loinning.

Buletin Matric Vol. 13 No. 2 Desember 2016 48


POJOK ILMIAH

Sebelum proses loinning para karena dimungkinkan untuk mengisi bagian-


pekerja diwajibkan menggunakan bagian yang kosong. Daging yang akan
perlengkapan kerja berupa hair net, topi diisikan ditimbang dalam berat tertentu,
beserta maskernya dan celemek serta tergantung pada kalengnya. Untuk
sepatu boat danbekerja sesuai prosedur memenuhi berat kaleng tersebut, kadang-
sebagaimana yang dilakukan oleh pekerja di kadang diperlukan potongan kecil (serpihan,
bagian penerimaan bahan baku. Aktivitas di hancuran). Dalam pengisian, kaleng tidak
tempat ini, pekerja membersihkan kulit diisi penuh, melainkan disisakan ruang
tersisa, mengangkat tulang, isi perut dan kosong pada bagian atas kaleng +1 cm.
daging coklat serta hanya mengambil daging Ruangan ini disebut head space, yang
ikan putihnya saja. Selanjutnya dibawa ke berguna untuk pemuaian isi kaleng pada
dalam ruangan pengemasan untuk waktu sterilisasi sehingga tidak merusak
dimasukan ke dalam kaleng.Sisa bahan kaleng. Zat-zat yang ditambah pada isian
baku ikan yaitu isi perut, tulang kulit dan (bumbu) pada umumnya berupa : (a) saus
daging coklat akan diolah menjadi tepung (bear sauce, mustrad sauce, lemon sauce,
ikan (fishmeal). tomato sauce, prawn sauce, cheese sauce);
(b) larutan garam (brine); (c) minyak tumbuh-
tumbuhan ditambah garam, asam dan lain-
lain.Selanjutnya ikan yang sudah dikemas di
kaleng yang sudah diperiksa baik keadaan
kalengnya, kemudian dilakukan proses
washingyaitu proses pembersihan kaleng,
dari minyak dan air menggunakan pembersih
kaleng, setelah itu kaleng diatur rapi
kedalam basket (keranjang) yang terbuat
dari stainless steel kemudian di susun rapi.
Selanjutnya ikan kaleng siap dimasukan ke
dalam tangki pemasakan (retort). Kaleng
yang dipakai untuk mengawetkan ikan dibuat
Gambar 3. Proses pemisahan kulit dan dengan bahan dan konstruksi khusus.
daging(skinning)
Penghampaan (Exhausting) dan
Pengisian Medium (medium filling)) penutupan kaleng (Double seaming)
Bahan baku Ikan yang sudah bersih Exhausting adalah penghampaan
siap untuk dikemasi ke dalam kaleng udara dan gas dari dalam kaleng yang telah
(pengisian medium), dimana sebelumnya berisi ikan, untuk mendapatkan ruang hampa
melewati metal ditector yang tujuannya untuk udara (vacum), sehingga tekanan udara
mengontrol jika benda-benda asing berupa dalam kaleng mengalami sterilisasi dan
metal yang terikut masuk kedalam area kemudian didinginkan lebih kecil dari
packing. Dibagian ini ada pekerja yang tekanan udara luar. Penghampaan
bertugas untuk memasukan ikan melalui alat bermanfaat untuk : (a) mengurangi tekanan
metal detector menurut jenisnya untuk siap di dalam kaleng sehingga kaleng tidak pecah
masukan ke dalam mesin pengemas. Dalam selama sterilisasi; (b) meniadakan oksigen,
proses ini ikan yang telah terpotong sesuai untuk mengurangi kemungkinan oksidasi isi
dengan ukuran dan menuju ke mesin kaleng dan korosi pada bagian dalam
penutup kaleng (seamer) untuk proses kaleng; (c) mengurangi kehidupan bakteri
penutup kaleng, tetapi sebelum itu karyawan aerob, dan (d) menjaga kandungan vitamin
menimbang ikan dalam kaleng sesuai berat C. Menurut Adawiyah (2014), sebagian
yang ditentukan, kemudian ikan dalam besar oksigen dan gas harus dihilangkan
kaleng ditambahkan medium berupa brine dari bahan di dalam wadah sebelum operasi
oil(air garam dan minyak).Menurut Murniyati penutupan. Dalam wadah yang sudah
dan Sunarman (2000), pengisian ikan ke ditutupi tidak diinginkan adanya oksigen,
dalam kaleng dapat dilakukan dengan karena gas itu dapat bereaksi dengan bahan
tangan. Pengisian dengan tangan lebih pangan atau bagian dalam kaleng sehingga
menguntungkan meskipun tidak begitu cepat

Buletin Matric Vol. 13 No. 2 Desember 2016 49


POJOK ILMIAH

akan mempengaruhi mutu, nilai gizi dan International. Bahan baku untuk pembuatan
umur simpan ikan kaleng. kaleng yang digunakan oleh PT. Sinar Pure
Double Seam adalah proses Foods International adalah tinplate. Tinplate
penyambungan tutup dan body kaleng merupakan karbon stell sheet yang dilapisi
dengan dua operasi roll (First roll dan timah murni yang berfungsi sebagai
Second roll). Double Seam yang dihasilkan pelindung terhadap oksidasi sehingga
dalam proses penutupan kaleng harus dapat terhindar dari karat. Lapisan tersebut sangat
melindungi/menjaga isi yang ada di tipis sehingga goresan yang lemah dapat
dalamnya. Oleh karena itu seam harus tahan menghilangkannya.
terhadap tekanan-tekanan baik dari luar
maupun dalam kaleng dan juga harus cukup Sterilisasi (Retorting)
kuat untuk menahan kemungkinan adanya Sterilisasi adalah pemusnahan
pengaruh selama perjalanan, pengiriman, mikroorganisme dengan cara pemasakan
proses dan penyimpanan. Double seam yang dilakukan pada suhu dan waktu
pada kaleng merupakan salah satu tertentu. Suhu yang dipakai biasanya 115 oC
parameter yang diamati dan dilakukan – 120 oC dan waktunya 1 – 1,5 jam
pengukuran untuk mempertahankan kualitas tergantung pada jenis ikan dan ukuran
produk yang dihasilkan oleh PT. Sinar Pure kaleng. Jika di pakai suhu yang lebih rendah,
Foods International. Pengamatan dan sterilisasi berjalan lambat. Sebaliknya jika
pemeriksaan yang teratur dan terus menerus suhu lebih tinggi daging akan cepat rusak.
sangat diperlukan agar kaleng sebagai Dalam proses sterilisasi ikan kaleng di PT.
pembungkus dapat diterima oleh konsumen Sinar Pure Foods International suhu yang
dalam keadaan baik. Pemeriksaan Double digunakan suhu yaitu 116 – 118 oC, dimana
Seam ini sebagai salah satu pengontrolan untuk sterilisasi ikan kaleng yang berisikan
kualitas dari produk yang akan dihasilkan. Oil selama 185 menit dan berisikan brine
Pemeriksaan Double Seam sangat selama 155 – 175 menit. Menurut Murniyati
menentukan mutu kaleng tersebut, sebab dan Sunarman (2000), sasaran dari
perubahan-perubahan kecil yang sterilisasi ikan kaleng adalah bakteri yang
menyimpang dari menyimpang dari tahan panas (thermofilik), terutama
ketentuan perkalengan segera dapat Clostridiumbotulinum. Bakteri membentuk
diketahui dan diperbaiki bila perlu. Semakin spora yang tidak mati dengan pemanasan.
banyak kaleng yan diperiksa, semakin dapat Spora ini akan hidup terus dan akan
terjamin mutu kaleng yang dihasilkan.Quality berkembang biak jika kaleng terbuka, dan
Control perusahaan PT. Sinar Pure Foods jika spora memperoleh oksigen. Itulah
menggunakan empat sampel dalam sebabnya ikan kaleng dapat membusuk bila
pemeriksaan untuk kaleng berukuran 307 x kalengnya bocor.
112 dan 307 x 108, sedangkan untuk kaleng
berukuran 603 x 408 digunakan satu sampel.
Pengamatan dan pemeriksaan dilakukan
setiap 2 jam sekali dalam satu hari selama
proses produksi berjalan. Pada pengamatan
dan pemeriksaan yang pertama digunakan
sampel berisi air. Pengamatan dan
pemeriksaan pada kaleng yang berisi produk
dilakukan pada pengamatan dan
pemeriksaan kedua dan seterusnya.
Menurut Adawiyah (2014), ada tiga
jenis bahan yang dipakai dalam proses
pembuatan kaleng, yaitu Electrolyte Tin
Plate (ETP), Tin Free Steel (TFS) dan
Aluminium, dan kebanyakan pengalengan
menggunakan TFS-CT yang merupakan Gambar 4. Penyusunan ikan kaleng dalam
lapisan baja yang dilapisi kromium secara basket sebelum disterilisasi
elektris. sama seperti bahan kaleng yang
digunakan oleh PT. Sinar Pure Foods

Buletin Matric Vol. 13 No. 2 Desember 2016 50


POJOK ILMIAH

yang merupakan pembersihan kaleng ke


dua. Kegiatan ini dilakukan oleh para
karyawan, dimana ikan kaleng dikeluarkan
dari dalam basket dan di gosok dengan kain
bersih guna membersikan kaleng dari sisa-
sisa air maupun minyak yang masih
menempel di kaleng. Setelah di anggap
bersih dan kering serta terbebas dari minyak
dan air ikan kaleng siap dimasukan ke dalam
dos pengepakan.Sebelum ikan kaleng di beri
label terlebih di bawa ke ruang cat out untuk
pengujian mutu berupa rasa, bau warna,
Gambar 5. Proses sterilisasi ikan kaleng
berat ikan pada kaleng dan pemeriksan
dalam retort
kaleng yang utuh dan rusak (cacat), apa bila
sudah sesuai dan telah mendapat
Pendinginan
persetujuan pada, ikan kaleng siap untuk
Setelah selesai proses sterilisasi ikan
dikirim pada konsumen. Kegiatan ini di
kaleng selanjutnya didinginkan dalam
bawah pengawasan seorang Quality
cooling areaselama 180 menit untuk ikan
Assusance.
kaleng yang berisikan oil dan selama 55
menit untuk yang berisikan brine. Menurut
Pemberian label (labelling)
Moeljanto (1982), ikan kaleng yang telah
Ikan kaleng yang sudah ditata rapi
disterilisasi sebaiknya segera didinginkan,
sesuai ukuran, jenis dan formula dalam
karena jika tidak segera didinginkan
karton siap diberi label sesuai dengan
kemungkinan besar akan terjadi “over
spesifikasinya. Untuk memasang label di
cooking” atau “over processing” yang
perlukan ketelitian agar label terpasang
menyebabkan hangusnya daging.
tepat pada ikan kaleng yang sesuai dengan
Pendinginan dapat dilakukan dengan
spesifikasi dan data kode produksinya.
memasukan keranjang berisi kaleng panas
Pelabelan menggunakan mesin labeling.
ke dalam baik air. Cara lain adalah dengan
Setelah dipasang label ikan kaleng siap
memasukan air dingin ke dalam retort,
dimasukan ke dalam karton sesuai dengan
setelah selesai pemrosesan. Ditambahkan
spesifikasinya. Disusun rapi dalam karton
oleh Murniyati dan Sunarman (2000),
tiap karton. Selanjutnya karton-karton siap
pendinginan dapat dilakukan dengan cara :
dimasukan ke dalam kontainer dan siap
(a) Di luar retort dengan air, kaleng
dikirimkan ke negara tujuan.Produk PT Sinar
dimasukan ke dalam bak berisi air dengan
Pure Foods International juga telah lulus uji
bantuan coveyor. Cara ini dapat dilakukan
FDA (Food Drug Administration) sehingga
degan cepat (+15 menit) dan dapat
dapat memasuki pasar Amerika. PT Sinar
menghindari kerusakan-kerusakan akibat
Pure Foods Internasiotal juga mendapatkan
overcooking; (b) Di luar retort dengan udara,
sertifikat mutu yang dikeluarkan oleh Pihak
kaleng panas diletakan di dalam ruangan
Ketiga (BRC, CMI, dll). Sertifikat hanya
dan dibiarkan dingin; (c) Di dalam retort
berlaku untuk jangka waktu tertentu dan
dengan air, setelah selesai sterilisasi ke
akan diperiksa oleh auditor yang
dalam retort dimasukan air bercampur uap
memastikan kualitas produk benar-benar
air atau udara. Cara ini harus dilakukan
terjamin.
dengan hati-hati karena memungkinkan
kaleng pecah akibat tekanan di dlaam kaleng
4.4 Penerapan HACCP dalam Proses
lebih besar daripada di luar.
Pengalengan Ikan
Pada PT. Sinar Pure Foods
Pembersihan dan pencucian kaleng (Case
International memiliki empat bagian yang
Up/ Washing)
menjadi titik Critical Control Points (CCP),
Setelah ikan kaleng yang berada di
yaitu pada tahap receiving, metal detector,
ruang pendinginan menjadi dingin maka
double seaming, dan retorting. Masing-
ikan-ikan kaleng dibawa ke ruangan
masing CCP memiliki batas kritis atau critical
pembersihan yang di sebut case up area
limit. Keempat titik ini merupakan titik dimana

Buletin Matric Vol. 13 No. 2 Desember 2016 51


POJOK ILMIAH

bahaya mungkin terjadi dari semua proses Menurut Wardanu (2009), masing-
produksi. Dengan pengawasan pada titik ini masing titik penerapan tindakan pencegahan
dapat meminimalisasi kontaminasi bahaya. yang telah ditetapkan diuji dengan
Bahaya disini dapat disebabkan oleh zat menggunakan CCP decision tree untuk
kimia, kontaminasi mikrobiologi, atau zat menentukan CCP. Decision tree ini berisi
asing. Selain itu berfungsi mengetahui urutan pertanyaan mengenai bahaya yang
penyebab dan memperbaiki cara produksi mungkin muncul dalam suatu langkah
makanan jika produk yang dihasilkan tidak proses, dan dapat juga diaplikasikan pada
sesuai dengan standard. Pengawasan mutu bahan baku untuk mengidentifikasi bahan
yang dilakukan terhadap produk baku yang sensitif terhadap bahaya atau
menggunakan parameter fisik, kimia, dan untuk menghindari kontaminasi silang. Suatu
mikrobiologi. CCP dapat digunakan untuk mengendalikan
satu atau beberapa bahaya, misalnya suatu
CCP secara bersama-sama dapat
dikendalikan untuk mengurangi bahaya fisik
dan mikrobiologi.
Bagi industri pengolahan pangan,
sistem HACCP sebagai sistem penjamin
keamanan pangan mempunyai kegunaan
dalam hal, yaitu : (1) Mencegah penarikan
produk pangan yang dihasilkan, (2)
Mencegah penutupan pabrik, (3)
Meningkatkan jaminan keamanan produk,
(4) Pembenahan dan pembersihan pabrik,
Gambar 06. Pelabelan ikan kaleng (5) Mencegah kehilangan pembeli/pelanggan
atau pasar, (6) Meningkatkan kepercayaan
konsumen dan (7) Mencegah pemborosan
biaya atau kerugian yang mungkin timbul
karena masalah keamanan produk

4.5 Pemanfaatan Limbah Pengalengan


Dalam proses pengalenganikan
banyak imbah yang dihasilkan baik limbah
padat, cair dan gas. Dari pengamatan di
lapangan limbah padat berupa sisa-sisa
tulang, daging coklat dan jeroan
dimanfaatkan untuk diolah menjadi bahan
baku tepung ikan (fish meal)
Gambar 7. Pengepakan ikan kaleng

Gbr 09. Limbah pengalengan yang akan


diolah menjadi fish meal
Gambar 8. Jenis-jenis produk ikan kaleng

Buletin Matric Vol. 13 No. 2 Desember 2016 52


POJOK ILMIAH

V. KESIMPULAN DAN SARAN Pengalengan dan Pengalengan Secara


Umum. UGM Yogyakarta
5.1 Kesimpulan Codex Alimentarius Commission, 1997.
Dari hasil studiproses pengalengan Hazard Analysis And Critical Control
ikan di PT. Sinar Pure Foods International Point System and Guidelines For Its
Bitung, dapat disimpulkan : (1) Poses Applicattion
pengalengan ikan, meliputi beberapa tahap, Adawiyah, R. 2014. Pengolahan dan
yaitu : Penerimaan bahan baku, Pengawetan Ikan. Penerbit PT. Bumi
penyusunan ikan dalam baki, pengukusan, Aksara
pendinginan, pemisahan kulit dan daging, Fadli, Wan Khairul, 2011. Manajemen Proses
pemisahan daging coklat dan daging putih, Pada Pengalengan Ikan Lemuru
pengisian medium, penghampaan dan (Sardinella longiceps) di PT. Pasific
penutupan kaleng, sterilisasi, pendinginan, Harvest Banyuwangi, Jawa Timur.
pembersihan dan pencucian kaleng, Akademi Perikanan Sidoardjo
pemberian label; (2) Pada proses Mayasari, Lina Dwi, 2013. Pengaruh Hasil
pengalengan ikan di PT. Sinar Pure Foods Tangkapan Ikan Lemuru Terhadap
International memiliki empat bagian yang Produksi Pengalengan Ikan PT. Maya
menjadi titik Critical Control Points (CCP), Muncar Banyuwangi. Fakultas Ekonomi
yaitu pada tahap receiving, metal detector, Universitas Negeri Surabaya
double seaming, dan retorting; (3) Limbah Moeljanto, R. 1982. Pengalengan Ikan.
dari hasil pengalengan ikan, berupa limbah Penerbit PT. Penebar Swadaya
padat tulang ikan dimanfaatkan untuk bahan Moeljanto, R. 1992. Pengolahan dan
baku pembuatan tepung ikan. Pengawetan Hasil Perikanan. Penerbit
PT. Penebar Swadaya
5.2 Saran Murniyati, A.S., Sunarman, 2000. Pendinginan
Saran yang dapat diberikan oleh penulis, Pembekuan dan Pengawetan Ikan.
yaitu : (1) Perusahaan tetap selekif dalam Penerbit Kanasius
menerima bahan baku, yaitu dengan Saadiah, Z. 2005. Kajian Ekuitas Marek Ikan
pengontrolan dan pengecekan yang teliti Kaleng dan Implikasinya Terhadap
terhadap ikan yang baru datang sehingga Bauran (Studi Kasus di Kota Bogor) IPB
apabila bahan baku tersebut tidak Bogor
sesuaidengan standar yang ditetapkan atau Standar Nasional Indonesia SNI 01.2712.1-
terjadi penyimpangan maka dapat dilakukan 1992 : Bahan Baku Tuna Dalam Kaleng.
tindakan penolakan kepada supplier bahan Dewan Standarisasi Nasional-DSN.
baku: (2) Pada saat melakukan pembongkaran Jakarta. 6 hal
dan penanganan bahan baku ikan harus Taufik, H. 2013. Pengalengan Ikan. www.x3-
dilakukan secara hati-hati karena dapat prima.com/2009/12/pengalengan-ikan-
merusak dan menyebabkan kemunduran htm. Diakses tanggal 10 November 2016
mutunya; (3) Peningkatan kinerja dan Wardanu, A.R., 2009. Peneraan HACCP
kesadaran para karyawan terhadap Dalam Upaya Meningkatkan Keamanan
pekerjaannya dan penerapan program sanitasi Pangan.
dan higiene disekitar lingkungan perusahaan, https://apwardhanu.wordpress.com/2009
dengan cara memberikan pengarahan dan /07/14/penerapan-haccp-dalam-upaya-
pelatihan kepada para karyawan, serta meningkatkan-keamanan-pangan/
memberikan perlengkapan kerja untuk diakses tanggal 10 November 2016
melindungi para karyawan dan mencegah Winarno, F.G. 2004. HACCP dan
terjadinya kontaminasi. Penerapannya dalam Industri Pangan.
Bogor: M-Brio Press
DAFTAR PUSTAKA Wulandari, Dyah Agsutin., Indah Wahyuni
Abida., Akhmad Farid., 2009. Kualitas
Anggraeini, R., S. Shelica., Bhatara Ayi Mutu Bahan mentah dan Produk Akhir
Maeta., Elka Annisa Kuncoro., Itiqomah., Pada Unit Pengalengan Ikan Sardine di
Rinto Felly Hartana2013. Makalah PT. Karya Manunggal Prima Sukses
Proses Thermal Hasil Perikanan Sejarah Muncar Banyuwangi. Jurnal Kelatan
Volume 2. No.1

Buletin Matric Vol. 13 No. 2 Desember 2016 53

Das könnte Ihnen auch gefallen