Sie sind auf Seite 1von 6

ARTIKEL ASLI

MEDICINA 2019, Volume 50, Number 1: 168-173


P-ISSN.2540-8313, E-ISSN.2540-8321

Hubungan antara tipe kusta dengan neuropati


perifer melalui pemeriksaan elektroneuromiografi di
RSUP Sanglah periode April-Juni 2018

Juliyanti,1* Luh Made Mas Rusyati,2 I Gusti Ngurah Purna Putra3 CrossMark

ABSTRACT

Leprosy is a chronic granulomatous infection caused by M. leprae, smear test in Dermato-Venereology Polyclinic of Sanglah General
and disability is one of stigma in leprosy patient, due to high affinity Hospital Denpasar and electroneuromyography test in Neurology
in Schwann cell. Peripheral neuropathy affects paucibacillary and Polyclinic of Sanglah General Hospital Denpasar from April to June
multibacillary type of leprosy. Paucibacillary has low bacterial 2018. The data was analysed, using Fisher’s Exact Test, Mann-
index, and neuropathy can be detected earlier than multibacillary Whitney, and Contingent Coefficient Test.The result of this study
with high bacterial index. Electroneuromyography test confirms revealed that axonal-demyelinating polyneuropathy affected both
early diagnosis of peripheral neuropathy, so that disability due type of leprosy, multibacillary type leprosy have a greater number
to leprosy can be minimized. The aim of this study is to know the of nerve involvement compared to pausibacillary type leprosy,
association between leprosy type and peripheral neuropathy by and multibacillary type leprosy has more suralis nerve paresis
electroneuromyography test.This study performed an analytic than involvement compared to pausibacillary type leprosy.There
cross-sectional study. 50 patients including paucibacillary and is an association between leprosy type and peripheral neuropathy
multibacillary type of leprosy required in inclusion and exclusion by electroneuromyography test, which can be considered
criteria, were recruited by consecutive-sampling, had slit skin electroneuromyography test as a routine test for leprosy patients.

Keywords: leprosy, peripheral neuropathy, axonal-demyelinating polyneuropathy


Cite This Article: Juliyanti, Rusyati, L.M.M., Putra, I.G.N.P., 2019. Hubungan antara tipe kusta dengan neuropati perifer melalui pemeriksaan
elektroneuromiografi di RSUP Sanglah periode April-Juni 2018. Medicina 50(1): 168-173. DOI:10.15562/Medicina.v50i1.429

ABSTRACT

Kusta merupakan infeksi granulomatosa kronis oleh karena M. leprae, sayatan kulit di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP
dan memberi stigma kecacatan di masyarakat, akibat dari afinitas Sanglah Denpasar dan pemeriksaan ENMG di Poliklinik Saraf RSUP
yang tinggi M. leprae pada sel Schwann. Pada kusta tipe PB maupun Sanglah Denpasar periode April hingga Juni 2018. Data dianalisis
MB, dapat terjadi neuropati perifer. Kusta tipe PB dengan indeks menggunakan perangkat lunak dengan uji Fischer’s Exact Test,
1
PPDS Ilmu Kulit dan Kelamin, bakteri rendah, neuropati perifer diketahui lebih awal, namun kusta Mann-Whitney.Hasil penelitian ini antara lain jenis neuropati perifer
Fakultas Kedokteran, Universitas
Udayana-RSUP Sanglah Denpasar, tipe MB memiliki indeks bakteri tinggi, neuropati perifer diketahui kusta tipe PB dan MB adalah polineuropati aksonal-demielinating,
Bali-Indonesia lebih lambat. Pemeriksaan ENMG berguna untuk mengkonfirmasi kusta tipe MB memiliki jumlah keterlibatan saraf yang lebih banyak
2
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit diagnosis dini neuropati perifer sehingga risiko cacat kusta dapat dibandingkan dengan kusta tipe PB, serta kusta tipe MB memiliki
dan Kelamin, Fakultas Kedokteran, diminimalkan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan keterlibatan paresis saraf suralis yang lebih banyak dibandingkan
Universitas Udayana-RSUP antara tipe kusta dengan neuropati perifer melalui pemeriksaan dengan kusta tipe PB.Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
Sanglah Denpasar, Bali-Indonesia
3
Departemen Ilmu Penyakit Saraf, ENMG.Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional disimpulkan adanya hubungan antara tipe kusta dengan neuropati
Fakultas Kedokteran, Universitas analitik. Pengambilan sampel dengan teknik consecutive sampling, perifer melalui pemeriksaan ENMG, sehingga dapat dipertimbangkan
Udayana-RSUP Sanglah Denpasar, didapatkan 50 subjek kusta meliputi tipe PB dan MB, yang memenuhi bahwa pemeriksaan ENMG sebagai pemeriksaan rutin bagi penderita
Bali-Indonesia kriteria inklusi dan eksklusi untuk dilakukan pemeriksaan hapusan kusta.

*
Correspondence to:
Juliyanti, PPDS Ilmu Kulit dan Kata Kunci: kusta, neuropati perifer, polineuropati aksonal-demielinating
Kelamin, Fakultas Kedokteran,
Cite This Article: Juliyanti, Rusyati, L.M.M., Putra, I.G.N.P., 2019. Hubungan antara tipe kusta dengan neuropati perifer melalui pemeriksaan
Universitas Udayana-RSUP Sanglah
Denpasar, Bali-Indonesia elektroneuromiografi di RSUP Sanglah periode April-Juni 2018. Medicina 50(1): 168-173. DOI:10.15562/Medicina.v50i1.429
julieskartika@gmail.com

PENDAHULUAN
Diterima: 2018-09-01
Disetujui: 2019-01-10 Kusta merupakan salah satu penyakit infeksi yang Health Organization (WHO), terutama di nega-
Publish masih mendapatkan perhatian khusus dari World ra-negara berkembang. Insidens kusta di seluruh

168
ARTIKEL ASLI

dunia pada tahun 2015 sebanyak 213.899 kasus, neuropati dan mendeteksi keterlibatan saraf yang
sekitar 81% berasal dari tiga negara endemis utama rusak secara dini sehingga risiko cacat kusta dapat
yaitu India, Brazil, dan Indonesia. Indonesia mene- diminimalkan.10
mpati peringkat ketiga untuk temuan kasus kusta Penelitian nested case-control study yang
baru di seluruh dunia setelah Brazil dan India dilakukan yang memeriksa 166 penderita kusta
yaitu sejumlah 17.025 kasus. Selain itu, Indonesia yang mengalami neuropati perifer menggunakan
merupakan penyumbang kasus kusta baru tipe ENMG, dilaporkan bahwa 128 penderita menun-
multibasiler (MB) tertinggi di Asia Tenggara yaitu jukkan abnormalitas saraf sensorik atau sensory
14.213 kasus atau 83,4%.1 Berdasarkan laporan nerve action potential (SNAP) dan saraf motorik atau
Dinas Kesehatan Pemerintah Provinsi Bali tahun compound muscle action potential (CMAP) pada
2013, ditemukan kasus kusta baru sebanyak 84 hasil pemeriksaan ENMG, yaitu mononeuropati
kasus (9 kusta tipe pausibasiler (PB) dan 75 kusta (31,3%), dan polineuropati (4,7%); dengan distri-
tipe multibasiler).2 Jumlah total pasien kusta busi saraf yang paling banyak terlibat adalah saraf
yang melakukan rawat jalan di Poliklinik Kulit ulnaris dan saraf peroneus komunis.10 Penelitian
dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) lain yang melaporkan bahwa hasil pemeriksaan
Sanglah Denpasar per Januari 2015 hingga Januari ENMG kusta tipe MB dan tipe PB menunjukkan
2016 sejumlah 44 kasus, 30 kasus diantaranya neuropati saraf sensorik lebih banyak dibanding-
merupakan kusta tipe MB.3 kan saraf motorik, dan jenis neuropati perifer yang
Kusta merupakan penyakit infeksi granuloma- paling banyak terjadi adalah neuropati campuran
tosa kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium (aksonal-demielinating).11
leprae (M. leprae), bersifat obligat intraseluler Berdasarkan penelitian tersebut bahwa pada
dengan tingkat virulensi rendah, dan memiliki afini- kusta telah terjadi neuropati perifer meskipun
tas tinggi terutama pada sel Schwann.4 Manifestasi belum menunjukkan manifestasi klinis. Oleh
klinis penderita kusta berbeda-beda pada tiap indi- karena itu, peneliti ingin meneliti lebih lanjut
vidu, hal ini dipengaruhi oleh paparan M. leprae, mengenai hubungan antara tipe kusta dengan
dan faktor imunitas host.4 Penderita kusta dengan neuropati perifer melalui pemeriksaan ENMG di
sistem imunitas seluler tinggi akan menghasilkan RSUP Sanglah, serta ingin mengetahui peranan
spektrum kusta tipe PB, ditandai dengan indeks pemeriksaan ENMG dalam mengkonfirmasi
bakteri (IB) rendah. Sebaliknya sistem imunitas diagnosis dini neuropati perifer dan mendeteksi
seluler rendah akan menghasilkan spektrum kusta keterlibatan saraf yang rusak secara dini pada
tipe MB ditandai dengan IB tinggi.5 Pada kusta penderita kusta sehingga risiko cacat kusta dapat
tipe MB maupun PB, dapat terjadi kerusakan saraf. diminimalisasi.
Pada kusta tipe PB, manifestasi klinis kerusakan
saraf berupa penebalan dan kekakuan pada saraf,
BAHAN DAN METODE
kesemutan, rasa tebal, penurunan hingga hilang
sensibilitas dan nyeri, diketahui lebih awal, menge- Penelitian observasional analitik dengan menggu-
nai satu saraf tepi (mononeuropati) atau beberapa nakan rancangan cross-sectional adalah rancangan
saraf tepi (polineuropati).6 Sedangkan pada kusta penelitian yang dipilih untuk mengetahui adanya
tipe MB manifestasi klinisnya kerusakan saraf hubungan antara tipe kusta dengan neuropati
berupa penurunan hingga hilang sensibilitas; nyeri perifer melalui pemeriksaan elektroneuromiografi.
neuropati seperti terbakar, teriris, atau kesetrum Penelitian akan dilakukan di Poliklinik Kulit dan
listrik; dan terjadi paresis, paralisis, hingga atropi Kelamin RSUP Sanglah Denpasar selama tiga
otot yang dipersarafi, yang diketahui lebih lambat, bulan, dimulai pada bulan April 2018 sampai
dan polineuropati.7 dengan Juni 2018. Pemeriksaan hapusan sayatan
Neuropati perifer pada kusta melibatkan saraf kulit untuk mengetahui adanya basil tahan asam
sensorik, saraf motorik, dan saraf otonom, apabila dilakukan di Laboratorium Poliklinik Kulit dan
kerusakan lebih dari 30% dari serabut saraf tepi Kelamin RSUP Sanglah Denpasar. Pemeriksaan
akan memberikan manifestasi klinis.8 Meskipun elektroneuromiografi dilakukan di Poliklinik Saraf
neuropati perifer belum memberikan manifestasi Subdivisi Neurofisiologi RSUP Sanglah Denpasar.
klinis, namun deteksi dini neuropati perifer pada Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien
kusta dapat diketahui melalui pemeriksaan elek- kusta baru dan lama yang memenuhi kriteria diag-
troneuromiografi (ENMG).9 Pemeriksaan ENMG nosis kusta dan bersedia menjadi sampel dalam
berguna untuk mengidentifikasi mononeuropati penelitian ini untuk dilakukan pemeriksaan elek-
atau polineuropati; neuropati tipe aksonal, tipe tromiografi. Penelitian ini msudah mendapatkan
demielinating, maupun tipe campuran (akson- kelaik etik dari Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.
al-demielinating), mengkonfirmasi diagnosis dini Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah subjek

Medicina 2019; 50(1): 168-173 | doi: 10.15562/Medicina.v50i1.429 169


ARTIKEL ASLI

yang telah menyelesaikan pengobatan MDT atau sebanyak 2 (4%), sedangkan tanpa riwayat reaksi
release from treatment (RFT), subjek yang sedang kusta sebanyak 33 orang (66%).
mengalami reaksi kusta, yaitu reaksi reversal (RR) Tipe neuropati perifer pada seluruh subyek
atau eritema nodosum leprosum (ENL), subjek penelitian adalah polineuropati campuran (akson-
yang pernah atau sedang menderita penyakit siste- al-demielinating). Berdasarkan hasil ENMG,
mik antara lain penyakit gagal ginjal kronik, penya- keseluruhan jumlah saraf yang diperiksa adalah
kit jantung koroner, artritis reumatoid, systemic 6 saraf terdiri dari saraf medianus, saraf ulnaris,
lupus erythematosus (SLE), diabetes melitus, sirosis saraf radialis, saraf peroneus komunis, saraf tibialis
hepatis, penyakit tiroid, multipel sklerosis, kega- posterior dan saraf suralis. Jumlah saraf yang paling
nasan dan infeksi HIV. Subjek yang pernah atau banyak terkena yaitu 6 saraf (total) sebanyak 30 orang
sedang menderita neuropati seperti guillain-barre (60%), sedangkan jumlah saraf yang paling sedikit
syndrome (GBS), carpal tunnel syndrome, dan cervi- terkena yaitu 2 saraf dan 3 saraf, masing-masing
cal root syndrome, Subjek adalah seorang perokok. sebanyak 1 orang (2%). Lokasi saraf yang sebagian
Neuropati perifer dalam penelitian ini adalah besar terkena neuropati perifer adalah saraf radialis
kerusakan saraf tepi berupa neuropati demielinat- sebanyak 50 orang (100%), saraf ulnaris sebanyak
ing, neuropati aksonal dan neuropati campuran, 48 orang (96%), saraf medianus sebanyak 46 orang
yang diketahui melalui penilaian latensi distal, (92%). Namun saraf peroneus komunis merupakan
amplitudo, dan kecepatan hantaran saraf, pada saraf yang paling sedikit terkena neuropati perifer,
pemeriksaan motorik atau CMAP dan pemer- yaitu sebanyak 35 orang (70%). Pola distribusi
iksaan sensorik atau SNAP, dengan nilai normal neuropati perifer pada subyek paling banyak yaitu
berdasarkan Preston (2013) melalui pemeriksaan dekstra-sinistra sebanyak 48 orang (96%), namun
ENMG menggunakan alat elektroneuromyography
Keypoint Dantex 6 Ch Amp produksi Jerman tahun
2015. Analisis data dalam penelitian ini menggu- Tabel 1  Karakteristik subjek penelitian
nakan bantuan perangkat lunak SPSS version 20.0 Karakteristik Jumlah n=50 (%)
for windows. Analisis dalam penelitian ini menggu- Usia (tahun), rerata ± SB 41,38 ± 14,61
nakan uji Fischer’s Exact Test, Mann-Whitney.
17-25 7 (14%)
26-35 14 (28%)
HASIL
36-45 8 (16%)
Karakteristik subjek penelitian dijabarkab pada 46-55 13 (26%)
tabel 1, Distribusi jenis kelamin pada penelitian
56-65 5 (10%)
ini didapatkan lelakilebih banyak dibandingkan
perempuan, masing-masing sebanyak 32  orang >65 3 (6%)
(64%) dan 18 orang (36%). Karakteristik usia Jenis Kelamin
subyek penelitian menunjukkan usia paling Laki-laki 32 (64%)
muda adalah 19 tahun, dan usia paling tua adalah Perempuan 18 (36%)
80 tahun. Rerata usia pada subyek penelitian adalah
Tipe Kusta
41,38 ± 14,61 tahun, dengan kelompok usia paling
banyak adalah usia 26-35 tahun sebanyak 14 orang Multibasiler 40 (80%)
(28%), dan paling sedikit adalah usia diatas Pausibasiler 10 (20%)
65 tahun sebanyak 3 orang (6%). Berdasarkan tipe Indeks Bakteri (IB)
kusta didapatkan tipe multibasiler merupakan tipe IB 0 13 (26%)
paling banyak yaitu 40 orang (80%), dan sisanya
IB +1 2 (4%)
tipe pausibasiler sebanyak 10 orang (20%). Derajat
keparahan kusta dinilai berdasarkan jumlah IB IB +2 13 (26%)
dengan nilai minimum 0 dan nilai maksimum IB +3 13 (26%)
6. Pada penelitian ini didapatkan IB 0 sebanyak IB +4 8 (16%)
13 orang (26%), IB +1 sebanyak 2 orang (4%), IB +5 1 (2%)
IB  +2 sebanyak 13 orang (26%), IB+3 sebanyak
IB +6 0 (0%)
13 orang (26%), IB +4 sebanyak 8 orang (16%),
IB +5 sebanyak 1 orang (2%), dan tidak didapatkan Riwayat Reaksi Kusta
subyek penelitian dengan IB +6. Pada penelitian ENL 15 (30%)
ini, beberapa subyek terdapat riwayat reaksi kusta RR 2 (4%)
yaitu erythema nodosum leprosum (ENL) sebanyak
Tidak ada 33 (66%)
15 orang (30%) dan riwayat reaksi reversal (RR)

170 Medicina 2019; 50(1): 168-173 | doi: 10.15562/Medicina.v50i1.429


ARTIKEL ASLI

Tabel 2  Gambaran neuropati perifer subjek penelitian hanya 2 orang (4%) dengan distribusi dekstra.
Kecepatan hantar saraf pada compound motor action
Jumlah
Variabel n=50 (%)
potential (CMAP) mengalami gangguan yang sama
besarnya dengan sensory nerve action potential
Tipe Neuropati perifer (SNAP) yaitu masing-masing sebanyak 50  orang
Mononeuropati demielinating 0 (0) (100%) (Tabel 2).
Mononeuropati aksonal 0 (0) Tidak terdapat perbedaan neuropati perifer
antara kusta tipe MB dan PB pada saraf medianus,
Mononeuropati campuran 0 (0)
ulnaris, radialis, peroneus komunis, dan tibialis
Polineuropati demielinating 0 (0) posterior (p>0,05). Kemudian terdapat perbedaan
Polineuropati aksonal 0 (0) yang bermakna pada neuropati perifer saraf suralis
Polineuropati campuran 50 (100) antara kelompok MB dan PB, dimana kelompok
Lokasi MB cenderung memiliki neuropati perifer saraf
suralis yang lebih banyak dibandingkan dengan
Saraf medianus 46 (92)
tipe PB (Tabel 3).
Saraf ulnaris 48 (96) Median jumlah saraf yang terkena neuropati
Saraf radialis 50 (100) perifer pada kusta tipe multibasiler adalah 5,53 ±
Saraf peroneus komunis 35 (70) 0,78, sedangkan rerata jumlah saraf yang terkena
Saraf tibialis posterior 44 (88) neuropati perifer pada kusta tipe PB adalah 4,80 ±
1,22, melalui uji Non-Parametric Mann Whitney-U
Saraf suralis 46 (92)
didapatkan nilai p<0,05 sehingga dapat disimpulkan
Jumlah bahwa terdapat perbedaan yang bermakna terha-
2 saraf 1 (2) dap jumlah saraf yang terkena neuropati perifer
3 saraf 1 (2) antara kusta tipe MB dan PB. Dengan demikian,
4 saraf 6 (12)
pada kusta tipe MB jumlah saraf terkena neuropati
perifer lebih banyak dibandingkan dengan kusta
5 saraf 12 (24)
tipe PB (Tabel 4).
6 saraf 30 (60)
Pola Distribusi
DISKUSI
Dekstra 2 (4)
Berdasarkan hasil pemeriksaan elektroneuro-
Sinistra 0 (0)
miografi, semua subyek penelitian menunjukkan
Dekstra-Sinistra 48 (96) polineuropati campuran (aksonal-demielinating).
Gangguan Kecepatan Hantar Saraf Hal tersebut mirip dengan penelitian yang dilaku-
Saraf motorik (CMAP) 50 (100) kan di India, melaporkan bahwa penilaian elek-
Saraf sensorik (SNAP) 50 (100) trofisiologi pada saraf tepi 365 penderita kusta
menunjukkan neuropati perifer (92%), namun
Tabel 3  P
 erbedaan tipe kusta berdasarkan neuropati perifer yang yang mengalaminneuropati campuran yaitu kehi-
dialami langan struktur akson dan mielin sekitar 60%.12
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Chaurasia
MB PB
yaitu hasil pemeriksaan konduksi saraf tepi pada
Neuropati Perifer n % n % p 40 penderita kusta tipe MB dan tipe PB secara
Ya 37 80,4 9 19,6 1,000 signifikan menunjukkan neuropati perifer campu-
Saraf Medianus ran atau demielinating dengan aksonal secara
Tidak 3 75 1 25
bersamaan.13
Saraf Ulnaris Ya 38 79,2 10 20,8 1,000
Polineuropati campuran (aksonal-demielinat-
Tidak 2 100 0 0 ing) pada kusta tidak hanya disebabkan oleh invasi
Saraf Radialis Ya 40 80 10 20 - M. leprae terhadap sel Schwann, namun dapat diin-
Tidak 0 0 0 0 duksi oleh dinding sel M. leprae yang telah mati. Hal
tersebut didukung oleh penelitian secara in vivo dan
Saraf Peroneus komunis Ya 30 85,7 5 14,3 0,143
in vitro, bahwa kerusakan saraf dimulai sejak saraf
Tidak 10 66,7 5 33,3 terinfeksi oleh M. leprae hingga kematian M. leprae
Saraf Tibialis Posterior Ya 37 84,1 7 15,9 0,086 karena pengobatan atau reaksi kusta.6 Meskipun
Tidak 3 50 3 50 infeksi M. leprae sudah diatasi dengan pengobatan
Saraf Suralis Ya 39 84,8 7 15,2 0,022* MDT, namun kerusakan saraf terus berlanjut
bahkan hingga selesai pengobatan MDT, karena
Tidak 1 25% 3 75
pengobatan MDT hanya memberikan sepertiga

Medicina 2019; 50(1): 168-173 | doi: 10.15562/Medicina.v50i1.429 171


ARTIKEL ASLI

Tabel 4  P
 erbedaan jumlah neuropati perifer antara kusta tipe MB Rerata jumlah saraf yang terkena neuropati
dan PB perifer pada kusta tipe multibasiler adalah
5,53  ±  0,78, sedangkan rerata jumlah saraf yang
Neuropati Perifer MB PB z p
terkena neuropati perifer pada kusta tipe PB adalah
Jumlah keterlibatan (rerata ± SB 5,52 ± 0,78 4,80 ± 1,22 4,80 ± 1,22, dan terdapat perbedaan yang bermakna
-2,17 0,030*
Median (min-max) 6(3-6) 5(2-6) terhadap jumlah saraf yang terkena neuropati
perifer antara kusta tipe MB dan PB. Dengan
demikian, kusta tipe MB memiliki jumlah saraf
(30%) perlindungan terhadap proses kerusakan
terkena neuropati perifer lebih banyak dibanding-
saraf.14 Hal ini mencerminkan bahwa terjadinya
kan dengan tipe PB. Data ini sesuai dengan data
kerusakan saraf dimulai dari proses demielinisasi
penelitian Capadia, yaitu 335 penderita kusta tipe
yang terus berlanjut hingga kerusakan pada akson,
MB (92%) menunjukkan lebih dari 5 saraf tepi
sehingga pemeriksaan elektrofisiologi pada saraf
mengalami neuropati perifer melalui pemeriksaan
tepi ditemukan kerusakan aksonal dan demielinat-
ENMG.12
ing secara bersamaan.6 Selain itu, adanya masa
Berdasarkan spektrum kusta itu sendiri, tipe
inkubasi yang lama dari M. leprae yaitu rerata 3-10
pausibasiler dengan tingkat imunitas seluler
tahun sehingga infeksi M. leprae maupun reaksi
tinggi, namun memiliki IB rendah, menyebabkan
inflamasi pada saraf terus berlangsung, sebelum
M. leprae dapat terlokalisir yang ditandai dengan
timbul lesi kulit, dan manifestasi klinis neuropati
gambaran granulomatosa lokal pada saraf tepi dan
yang timbul setelah terjadi kerusakan saraf 30%.
jarang terdapat M. leprae pada lesi. Sebaliknya pada
Dengan demikian, telah terjadi keterlambatan diag-
tipe MB memiliki tingkat imunitas seluler rendah,
nosis dari neuropati perifer pada kusta, sehingga
dengan IB tinggi, dan kadar titer antibodi yang
kerusakan saraf yang terjadi cenderung berat dan
tinggi terhadap antigen M. Leprae, sehingga M.
permanen.10
leprae tidak dapat dilokalisir dan menginvasi satu
Hubungan tipe kusta dengan lokasi saraf yang
hingga beberapa saraf tepi. Imunitas seluler rendah
terkena neuropati perifer yaitu saraf peroneus
pada kusta tipe MB menimbulkan aktivasi imunitas
komunis, saraf tibialis posterior dan saraf suralis,
humoral yang diperantarai sel Th2 untuk mempro-
terlihat perbedaannya antara kusta tipe PB dengan
duksi sitokin proinflamasi, antara lain TNF, IL-6,
kusta tipe MB, yaitu kusta tipe MB lebih tinggi
IL-8, IL-10, IL-12, IL-16, IL-18, 1L-15 dan IL-1β.
daripada kusta tipe PB. Namun, neuropati perifer
Dengan demikian, kusta tipe MB menimbulkan
saraf suralis memiliki perbedaan bermakna secara
neuropati perifer yang lebih menyeluruh, dan
statistik antara kusta tipe MB dengan kusta tipe PB.
progresif terhadap seluruh saraf tepi.16
Pada saraf suralis, kusta tipe multibasiler lebih
banyak terjadi neuropati perifer saraf suralis
dibandingkan dengan kusta tipe PB. Berdasarkan SIMPULAN
penelitian Marahatta, menyatakan bahwa saraf
Seluruh jenis neuropati perifer antara kusta tipe
suralis merupakan saraf sensorik yang paling
PB dan tipe MB adalah polineuropati aksonal-de-
sering mengalami neuropati perifer pada kusta.11
mielinating. Kusta tipe MB memiliki jumlah saraf
Pada kusta tipe MB didapatkan abnormalitas saraf
terkena neuropati perifer lebih banyak dibanding-
sensorik (52%) lebih banyak daripada saraf motorik
kan dengan kusta tipe PB. Kusta tipe MB memiliki
(37%).12 Hal yang sama dilaporkan oleh Chaurasia
memiliki keterlibatan nervus suralis yang lebih
melaporkan kusta tipe MB secara signifikan
banyak dibandingkan dengan kusta tipe PB.
mengalami penurunan kecepatan hantar saraf dan
amplitudo pada saraf sensorik yang lebih banyak
bila dibandingkan dengan kusta tipe PB.13 DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan patogenesis kerusakan saraf akibat 1. World Health Organization (WHO). Global Leprosy
kusta, M. leprae lebih mudah melakukan penetrasi Update, 2014. Weekly Epidemiological Record.
dan invasi pada saraf tepi yang tidak bermielin 2015;62(16):278-280.
2. Dinkes Bali. Profil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2014.
maupun bermielin tipis yaitu serabut saraf C dan Denpasar: Dinas Kesehatan Provinsi Bali. 2014.
serabut saraf Aδ.14 Saraf suralis merupakan saraf 3. Yudianto, Didik B, Boga H, Titu AS. Pengendalian
sensorik yang termasuk kedalam serabut saraf tipe Penyakit. Dalam: Profil Kesehatan Republik Indonesia
Tahun 2014: Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik
C yaitu tidak bermielin dengan ukuran kecil (diam- Indonesia. 2015. p. 134-68.
eter 0,3-1,5 nm) untuk persepsi suhu, nyeri, dan 4. Kumar KH, Kumar B, editors. IAL Textbook of Leprosy.
tekanan.15 Dengan demikian, terlihat perbedaan- Edisi ke-1. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers.
2010. h. 74-86.
nya antara kedua tipe kusta ini apabila neuropati 5. Nascimento OJM. Leprosy Neuropathy: Clinical
yang diteliti hanya pada saraf sensorik. Presentations. Arq Neuropsiquiatr. 2013; 71(9-B):661-666.

172 Medicina 2019; 50(1): 168-173 | doi: 10.15562/Medicina.v50i1.429


ARTIKEL ASLI

6. Ooi WW, Srinivasan J. Leprosy and The Peripheral 13. Chaurasia RN, Garg RK, Singh MK, Verma R, Shukla R.
Nervous System: Basic and Clinical Aspects. Muscle Nerve Conduction Studies in Paucibacillary and
Nerve. 2004;8(1):393-409. Multibacillary Leprosy: A Comparative Evaluation. Indian
7. Haanpaa M, Lockwood DNJ, Hietaharju A. Neuropathic J Lepr. 2011;83:15-22.
Pain in Leprosy. Lepr rev. 2004;75:7-18. 14. Rambukkana, A. How Does Mycobacterium leprae Target
8. Spierings E, Boer TD, Zulianello L, Ottenhoff THM. Novel the Peripheral Nervous System ?. Trends in Microbiology.
Mechanisms in the Immunopathogenesis of Leprosy 2000;8(1):23-8.
Nerve Damage: The Role of Schwann Cells, T Cells and 15. Shelley BP, and Shenoy MM. Revisiting Hansen’s Disease:
Mycobacterium leprae. Immunology and Cell Biology. Recognizing the Many Neurodermatologic Faces and
2000;78:349-355. Its Diagnostic Challenges. Arch Med Health Sci. 2018;6:
9. Albert CJ, Smith WC, Meima A, Wang L, Richardus JH. 157-70.
Potential Effect of the World Health Organization’s 2011- 16. Vital RT, Illarramendi X, Nascimento O, Hacker MA, Sarno
2015 Global Leprosy Strategy on the Prevalence Grade 2 EN, Jardim MR. Progression of Leprosy Neuropathy: A
Disability: A Trend Analysis. Bulletin of the World Health Case Series Study. Brain and Behaviour. 2012;2(3):249-255.
Organization. 2011;89:487-95.
10. Lima POD, Cunha FMB, Goncalves HD, Aires MAP,
Almeida RLF, Kerr LRFS. Correlation Between Clinical
Tests and Electroneuromyography for the Diagnosis of
Leprosy Neuropathy. Lepr Rev. 2016;87:60-70.
11. Marahatta S, Bhattarai S, Paudel BH. Electrophysiological This work is licensed under a Creative Commons Attribution
Profiles of Leprosy Neuropathy. Lepr Rev. 2017;88:373-380.
12. Capadia GD, Shetty VP, Khambatti FA, Ghate SD. Effect
of Corticorticosteroid Usage Combined with Multidrug
Therapy on Nerve Damage Assessed Using Nerve
Conduction Studies: A Prospective Cohort Study of 365
Untreated Multibacillary Leprosy Patients. Journal of
Clinical Neurophysiology. 2010;27(1):38-47.

Medicina 2019; 50(1): 168-173 | doi: 10.15562/Medicina.v50i1.429 173

Das könnte Ihnen auch gefallen