Sie sind auf Seite 1von 29

ABSTRACT

May Sri Achmadini (1143020107) : “Review Of Sharia Economic Law

Against Automatic Withdrawal Of Zakat On Deposit Products At Bank BRI

Sharia Branch Office Citarum”

Bank BRI Syariah Branch Office Citarum is a sharia financial

institution which in its activities not only run business activities, but also

perform social functions. One of the social functions performed is the receipt

of zakat funds and channeling it to the zakat management organization.

Zakah funds can be obtained by Bank through deposits from customers,

including through mudharabah deposits.

The purpose of this research is to know: 1) Implementation of

automatic zakat withdrawal on deposit products at Bank BRI Syariah Branch

Office Citarum, 2) Review of Sharia Economic Law on the implementation

of automatic withdrawal of zakat at Bank BRI Syariah Branch Office

Citarum.

This research is based on the idea that in Islamic teachings, every

obligations granted to each person is always followed by the applicable rules.

Including the obligations of zakat there are some provisions that must be met,

including haul and nishab, because haul is a mandatory requirement of zakat,

and nishab is a compulsory cause that must be met before pay zakat. So
based on that matter there is a incompatibility between the rules according to

Sharia Economic Law with the practice of execution of automatic withdrawal

of zakat.

The method used in this research is descriptive method, namely by

describing and explaining the implementation of automatic withdrawal of

zakat done in Bank BRI Sharia. Data collection techniques are done through

interviews to the funding officers of the Bank and supported by literature

studies and documentation studies.

The results of this research conclude that: first, the withdrawal of

Zakah on deposits which is conducted by Bank BRI Sharia had previously

been approved by the customer at the time of filling the form and signing the

contract. Withdrawal of the Zakah is an option for customers whether the

customer is willing or not to perform a zakah payment of 2.5% of the profit

received. If the customer agrees, then automatically Bank will perform

withdrawal of zakah by 2.5% per month from profit sharing received by

customers. Secondly, the analysis of Sharia Economic Laws against the

practice of implementation the automatic withdrawal of zakat is still not

appropriate with the provisions of Islamic Law, because not paying attention

to the requirement of haul and nishab. Therefore, it is illegitimate and can't

be said as zakat if done before the nishab is met. As for the payment of zakat
‫‪before haul, the majority of ulama’ allow it with the nishab requirement has‬‬

‫‪been perfect.‬‬

‫‪Keywords: Zakat, Automatic Withdrawal, Haul, Nishab‬‬

‫الملخص‬

‫مششي سششري أشششماديني )‪" ::: (1143020107‬قاششاناون القاتصششاد السششلمي للناسششحاب‬

‫التلقائي للزكاة على منتجات التوفير في بنك ‪ BRI‬الشريعة فرع مكتب ‪Citarum‬‬

‫"‬

‫بنك ‪ BRI‬الشريعة فرع مكتب ‪ Citarum‬ه و مؤسس ة مالي ة الش ريعة ف ي أنش طتها‬

‫ليس فقط تشغيل النشطة التجارية ‪ ،‬ولكن أيضا أداء وظائف اجتماعية‪ .‬إحدى الوظائف‬

‫الجتماعية التي يتم تنفيذها هي تلقي أموال الزكاة وتوجيهها إلى منظم‪:‬ات إدارة الزك‪:‬اة‪.‬‬

‫يمكن الحصول على أموال الزكاة من البنك من خلل ودائع العملء ‪ ،‬بم‪:‬ا ف‪:‬ي ذل‪:‬ك م‪:‬ن‬

‫خلل ودائع المضاربة‪.‬‬

‫الهدف من هذه الدراسة هو معرفة‪ (1 :‬تنفيذ سحب الزكاة التلقائي على منتجات الدخار‬

‫ف‪::‬ي بن‪::‬ك ‪ BRI‬الش ريعة ف رع مكت ب ‪ (Citarum 2‬مراجع ة الق انون القاتص ادي‬
‫السلمي ح‪::‬ول تط‪::‬بيق الس‪::‬حب التلق‪::‬ائي للزك‪::‬اة ف‪::‬ي بن‪::‬ك ‪ BRI‬الش ريعة ف رع مكت ب‬

‫‪Citarum‬‬

‫تقوم هذه الدراسة عل‪:‬ى فك‪::‬رة أن ه ف‪::‬ي التع‪:‬اليم الس‪:‬لمية ‪ ،‬ف‪::‬إن ك‪:‬ل ال‪:‬تزام يعط‪:‬ى لك‪:‬ل‬

‫شخص يتبعه دائمما القواعد‪ .‬بما في ذلك اللتزام بالزكاة هن‪::‬اك العدي‪::‬د م‪::‬ن الحك‪::‬ام ال‪::‬تي‬

‫يجب الوفاء بها ‪ ،‬بما في ذلك مسافر ونش‪::‬اب ‪ ،‬لن الش‪::‬حن ه‪:‬و ش‪::‬رط إلزام‪:‬ي للزك‪::‬اة ‪،‬‬

‫ونيشاب هو السبب اللزامي الذي يجب الوف‪:‬اء ب ه قاب‪:‬ل دف‪:‬ع الزك‪:‬اة‪ .‬وبن‪:‬امء عل‪:‬ى ذل‪:‬ك ‪،‬‬

‫هناك تناقاض بين القواعد وفمقا لحكام الشريعة القاتصادية وبي ن ممارس‪:‬ة تنفي‪:‬ذ الس‪:‬حب‬

‫التلقائي للزكاة‪.‬‬

‫الطريقة المستخدمة في هذا البحث هي المنه‪::‬ج الوص‪::‬في ‪ ،‬وذل‪::‬ك بوص‪::‬ف وش‪::‬رح تنفي‪::‬ذ‬

‫الس‪::‬حب التلق‪::‬ائي م‪::‬ن الزك‪::‬اة ال‪::‬تي أجري‪::‬ت ف‪::‬ي بن‪::‬ك ‪ BRI‬الش ريعة ف رع مكت ب‬

‫‪ .Citarum‬أجريت تقنيات جمع البيانات من خلل مقابلت مع مسؤولي المالية بالبنك‬

‫وبدعم من الدراسات الدبية والدراسات التوثيقية‪.‬‬

‫خلصت نتائج هذه الدراس‪::‬ة إل‪::‬ى أن‪ :‬أولم ‪ ،‬س‪::‬حب الزك‪::‬اة م‪::‬ن الودائ‪::‬ع ال‪::‬تي قا‪::‬دمها بن‪::‬ك‬

‫‪ BRI‬الشريعة فرع مكتب ‪ Citarum‬تمت الموافقة عليها م ن قاب ل العمي ل ف ي وقا ت‬

‫ملء النموذج وتوقايع العقد‪ .‬السحب‪ :‬الزكاة هي الخيار للعميل إذا كان العميل يرغب في‬

‫دفع الزكاة أو عدم دفعها بنسبة ‪ ٪2.5‬من الرباح المس‪::‬تلمة‪ .‬إذا واف‪::‬ق العمي‪::‬ل ‪ ،‬فس‪::‬وف‬

‫يقوم البنك تلقائميا بسحب الزكاة بنسبة ‪ ٪2.5‬ش‪::‬هرميا م‪::‬ن مش‪::‬اركة الرب‪::‬اح ال‪::‬تي يتلقاه‪::‬ا‬
‫ ل يزال تحليل الشريعة السلمية حول ممارسة سحب الزكاة التلقائي ل‬، ‫ وثانيام‬.‫العميل‬

، ‫ذلك‬:‫ ل‬.‫اب‬:‫ول والنش‬:‫ات اله‬::‫ لنه ل يلتفت إلى حاج‬، ‫يتفق مع أحكام الشريعة السلمية‬

‫بة‬::‫ا بالنس‬::‫ أم‬.‫ابة‬::‫تيفاء النش‬::‫ل اس‬::‫فهو باطل ول يمكن أن يقال على أنه زكاة إذا تم ذلك قاب‬

.‫ فإن أغلبية العلماء تسمح لهم بمتطلبات النشابة كانت مثالية‬، ‫لدفع الزكاة قابل النقل‬

‫ ناصاب‬، ‫ الهأوال‬، ‫ الناسحاب التلقائي‬، ‫ الزكاة‬:‫كلمات البحث‬

1. PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Masalah

Syariat Islam yang dibawa oleh Rasul terakhir memiliki sifat istimewa

yakni komprehensif dan universal. Komprehensif berarti mencakup seluruh

aspek kehidupan baik ritual (ibadah) maupun sosial (muamalah). Universal,

bermakna bahwa syariat dapat diterapkan dalam setiap waktu dan tempat

dan dalam keadaan apapun sampai akhir nanti.1 Keuniversalan tersebut

tampak jelas sekali terutama dalam bidang muamalah, dimana ia bukan saja

luas dan fleksibel bahkan tidak memberikan perlakuan khusus bagi muslim

dan membedakannya dari non muslim..


1 Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep dan Aplikasi,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 15
Konsep kepemilikan dalam Islam menjelaskan bahwa segala sesuatu

yang ada di langit dan di muka bumi ini sebenarnya adalah milik Allah,

termasuk harta benda yang diperoleh manusia bahkan manusia itu sendiri

adalah milik Allah. Kepemilikan manusia terhadap harta yang bersifat

relatif hanya sebatas hak pakai.2 menurut Mustafa Ahmad Zarqa’ yang

dikutip oleh Nasrun Haroen bahwa dalam kepemilikan dan penggunaan

harta, disamping untuk kemaslahatan pribadi pemilik harta, juga harus dapat

memberikan manfaat dan kemaslahatan untuk orang lain.3

Sebagai seorang muslim dalam segala aspek kehidupan termasuk

ekonomi tidak dapat dipisahkan dengan ajaran islam. Pada zaman modern

ini kegiatan perekonomian tidak akan sempurna tanpa adanya lembaga

perbankan, maka kedudukan bank Islam merupakan salah satu bentuk

perekonomian yang dianjurkan oleh Islam. Bank Islam didirikan untuk

menciptakan kemaslahatan umat Islam, maka dalam praktiknya tidak boleh

bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam itu sendiri. Prinsip utama yang

menjadi dasar operasional bank Islam diantaranya prinsip At-Ta’awun

merupakan prinsip untuk saling membantu dan bekerja sama antara anggota

masyarakat dalam berbuat kebaikan, prinsip menghindar Al-Ikhtinaz seperti

membiarkan uang tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi

2 Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking... hlm. 17

3 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), hlm. 75
masyarakat umum.4 Selain itu, prinsip utama yang dianut oleh bank Islam

diantaranya: (1) Larangan riba (bunga) dalam berbagai bentuk transaksi, (2)

Menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan yang berbasis pada

memperoleh keuntungan yang sah menurut syariah, (3) Memberikan zakat,

karena Islam menjadikan harta sebagai objek zakat.5 Dalam ekonomi Islam,

pelaku ekonomi harus memperhatikan kepentingan umat dengan

memberikan tanggung jawab sosial terhadap orang miskin. Itulah sebabnya

Islam melarang kekayaan hanya bertumpuk pada segelintir orang, dan zakat

merupakan bagian dari strategi dari masalah tersebut.

Pada realitas kontemporer muncul beragam aktivitas ekonomi yang

tidak ada di masa lampau. Hal itu membutuhkan penjelasan hukum dan

asas-asas perhitungan zakat atas harta dan perhitungan tersebut, misalnya

aktivitas investasi harta dalam bentuk saham dan obligasi, investasi dalam

bidang industri, agrobisnis, atau jasa telekomunikasi dan internet yang

dilakukan oleh individu ataupun perusahaan.

Dalam masalah ini salah satu bentuk realisasinya adalah dengan

adanya bank syariah yang ikut mengelola urusan zakat sebagaimana bank

BRISyariah yang berfungsi memberikan kemudahan kepada para

nasabahnya untuk berzakat yang dipotong secara otomatis dari bagi hasil

4 Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking... hlm. 296

5 Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking... hlm. 298


yang diterima dari pada nasabahnya. Berdasarkan informasi yang diperoleh,

fasilitas penarikan zakat secara otomatis yang disediakan dalam produk

Deposito di BRISyariah ini diambil dari jumlah bagi hasil yang diterima

para nasabah. Ketika sejak awal pengisian formulir, nasabah ditawarkan

fasilitas penarikan zakat secara otomatis.

b. Rumusan Masalah
Hukum zakat mal merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

memiliki harta dan telah mencapai dua syarat, yakni nishab atau batas

minimal yang telah ditentukan dari jumlah harta, serta haul atau masa

tersimpannya harta selama satu tahun. Untuk memudahkan pelaksanaan

zakat tersebut maka, Bank BRI Syariah menyediakan fitur penarikan zakat

secara otomatis bagi nasabahnya. Namun dalam praktiknya penarikan zakat

tersebut tidak memperhatikan dua syarat yang telah ditentukan.


Berdasarkan rumusan ini, maka dapat diajukan beberapa pertanyaan

sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan penarikan zakat otomatis pada produk

Deposito di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Citarum?


2. Bagaimana analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap

pelaksanaan penarikan zakat otomatis pada produk Deposito di Bank

BRI Syariah Kantor Cabang Citarum?

c. Tujuan dan Kegunaan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan penarikan zakat otomatis pada produk

Deposito di Bank BRI Syariah Kantor Cabang Citarum.


2. Untuk mengetahui analisis Hukum Ekonomi Syariah terhadap

pelaksanaan penarikan zakat otomatis pada produk Deposito di Bank

BRI Syariah Kantor Cabang Citarum.

Hasil dari penelitian ini dapat memberi manfaat bagi:

1. Kegunaan Teoritis
Dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk penelitian lanjutan,

dengan tema yang sama akan tetapi dengan metode dan teknis analisa

yang berbeda, sehingga dapat dilakukan proses verifikasi demi

kelanjutan ilmu pengetahuan.


2. Kegunaan Praktis
Memberi informasi dan menambah wawasan pengetahuan

mengenai pelaksanaan penarikan zakat secara otomatis pada produk

Deposito dan pengetahuan mengenai analisis hukum ekonomi syariah

terhadap penarikan zakat secara otomatis pada produk Deposito di Bank

BRI Syariah KC Citarum.


Sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Strata 1 sebagai sarjana

hukum

2. METODOLOGI
Penelitian ini mempergunakan metode deskriptif yakni dengan cara

mengumpulkan, mempelajari, menganalisa, dan menafsirkan serta

memaparkan data-data yang ada kaitannya dengan pemotongan zakat dari


bagi hasil Deposito BRISyariah iB di Bank BRI Syariah. Metode deskriptif

yaitu suatu metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai kejadian

dengan tujuan untuk menggambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang

diselidiki. Penelitian secara deskriptif mencoba memperoleh jawaban atas

pertanyaan siapa (who), apa (what), kapan/bilamana (when), dan kadang

kala/bagaimana (how). Maka hasil penelitian ini berupa pendeskripsian

berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat.6


Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif. Data kualitatif adalah

data yang diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data

misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi, terfokus, atau observasi

yang telah dituangkan dalam catatan lapangan (transkrip). Bentuk lain data

kualitatif adalah gambar yang diperoleh melalui pemotretan atau rekaman

video
Adapun langkah terakhir yang dilakukan oleh penulis adalah

menganalisis data dengan cara mengklasifikasikan data tersebut dan

menyusun kedalam satuan-satuan menurut rumusan masalah,

menghubungkan antara data yang ditemukan dengan data lain dengan

berpedoman pada kerangka pemikiran yang telah ditentukan, menganalis data

dengan menggunakan metode kualitatif kemudian menghubungkan data

6 Ninit Alfianika, Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia, (Yogyakarta:


Depublish, 2016), hlm. 20.
dengan teori. menarik kesimpulan dari data yang telah dianalisis sebelumnya

dengan memperhatikan kerangka pemikiran.

3. KERANGKA TEORITIK
Dalam prinsip ekonomi Islam, seorang muslim yang mempunyai

kekayaan melebihi tingkat tertentu (nishab) diwajibkan untuk mengeluarkan

zakat atas hartanya tersebut. Zakat merupakan zakat merupakan alat

distribusi sebagian kekayaan orang kaya, yang diberikan kepada orang

miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Menurut pendapat para ulama,

kadar zakat yang wajib dikeluarkan untuk semua kekayaan yang tidak

produktif (idle asset) sebesar 2,5%, termasuk didalamnya uang kertas,

deposito, emas, perak, dan permata, pendapatan bersih dari transaksi.7


Dalam menjalankan aktifitasnya, salah satu fungsi bank syariah adalah

sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat, dan

penerimaan serta penyaluran dana kebajikan,8 sebagaimana tercantum dalam

Pasal (4) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah

yang menyatakan bahwa Bank Syariah boleh menerima dana yang berasal

dari zakat, infaq, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan

menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.9 Dalam hal ini, produk

7 Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking... hlm. 290

8 Veitzhal Rivai, dan Arviyan Arifin, Islamic Banking... hlm.307

9 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah


Deposito pada Bank BRI Syariah menyediakan fitur penarikan zakat secara

otomatis yang diambil dari bagi hasil yang diterima nasabahnya, dan terdapat

sekitar 50% nasabah dalam produk ini bersedia dipotong jumlah bagi

hasilnya sebagai zakat.


Meskipun pada awalnya terdapat perjanjian antara kedua belah pihak,

namun perlu ditinjau lebih dalam lagi mengenai penarikan zakat secara

otomatis pada salah satu produk di Bank BRI Syariah ini. Apakah telah

sesuai dengan ketentuan zakat bila ditinjau dari hukum ekonomi syariah.
Layanan ini disediakan untuk memudahkan serta mengefektifkan

pelayanan produk Deposito dan pembayaran zakat, sehingga masyarakat

lebih peduli dan mengaplikasikan zakat dalam rangka mendekatkan diri

kepada sang pencipta serta meningkatkan kepedulian sosial.


Sesuai dengan ketentuan ajaran Islam yang selalu menetapkan aturan

pada setiap kewajaban yang diberikan kepada umatnya, maka pada kewajiban

zakat pun terdapat beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Antara lain

adalah haul (genap satu tahun) sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat

Al-An’am [6] Ayat 141:

... ‫صاد ههه‬


‫ح ص‬ ‫هۥ ي وصو ص‬
‫م ص‬ ‫ق ه‬ ‫وصصءاهتوا ا ص‬...
‫ح ق‬
“dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan

disedekahkan kepada fakir miskin)” (Q.S Al-An’am [6]: 141)10

10 Soenarjo, dkk, Al-Qur’an dan terjemahnya... Q.S: 6/141


Selain haul, syarat wajibnya zakat juga harus mencapai nishab (batas

minimal harta yang dikenakan zakat), sebagaimana Hadits yang diriwayatkan

oleh Abu Dawud, al-Baihaqi dari Ali r.a., dari Rasulullah Saw.,

‫ي صلى اللله عليه وسلم صقا ص‬


َ:‫ل‬ ‫ن الن قب ه ي‬ ‫ل‬
‫ن ع صهلي رضي الله عنه ع ص ه‬
‫عص ا‬

‫م‬
‫ةد صصراه ه ص‬
‫سسس ه‬
‫م ص‬
‫خ ا‬ ‫ل فص ه‬
‫في اصها ص‬ ‫ل ع صل صي اهصسساال ا ص‬
‫حو ا ه‬ ‫مائ صصتاد هارهصم م وص ص‬
‫حسسا ص‬ ‫ت لص ص‬
‫ك ه‬ ‫ذا ص‬
‫كان ص ا‬ ‫إ ص‬

‫ن‬ ‫ع ا‬
‫شسسهرو ص‬ ‫ن ل صسس ص‬
‫ك ه‬ ‫حت قسسى ي صك هسسوا ص‬ ‫يءْءي صعاهني هفي السسذ قهص ه‬
‫ب ص‬ ‫س ع صل صي ا ص‬
‫ك ص‬
‫ش ا‬ ‫وصل صي ا ص‬

‫ل فص ه‬
‫فيهصسسا‬ ‫ل ع صل صي اهصسسا ال ا ص‬
‫حسسؤ ا ه‬ ‫حسسا ص‬
‫ن هديصنارراوص ص‬ ‫ع ا‬
‫شسسهرو ص‬ ‫ن ل صسس ص‬
‫ك ه‬ ‫ذا ك صسسا ص‬
‫د هي اصناررافصإ ه ص‬

‫ب ذ صل ه ص‬
(‫ك )رواه أبو داود‬ ‫سا ه‬ ‫ما صزاد ص فصب ه ه‬
‫ح ص‬ ‫ف هديصنارم فص ص‬
‫ص ه‬
‫نه ا‬

Dari Sahabat ‘Ali r.a. ia meriwayatkan dari Nabi S.A.W., beliau

bersabda: “Bila engkau memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu

satu tahun (sejak memilikinya), maka padanya engkau dikenai zakat

sebesar lima dirham. Dan engkau tidak berkewajiban membayar zakat

sedikitpun – maksudnya zakat emas- hingga engkau memiliki dua

puluh dinar. Bila engkau telah memiliki dua puluh dinar dan telah

berlalu satu tahun (sejak memilikinya), maka padanya engkau dikenai

zakat setengah dinar. Dan setiap kelebihan dari (nishab) itu, maka
zakatnya disesuaikan dengan hitungan itu”. (Riwayat Abu Daud 2/100

no.1573)11

4. PEMBAHASAN
a. Pelaksanaan Penarikan Zakat Otomatis Pada Produk Deposito

Di Bank BRI Syari’ah KC Bandung Citarum

Deposito BRI Syariah iB merupakan produk perbankan yang dipakai

untuk melakukan investasi berjangka dari BRI Syariah yang dikelola

berdasarkan prinsip syariah. Produk deposito ini diperuntukkan bagi

nasabah perorangan maupun nasabah perusahaan yang memberikan

keuntungan optimal. Dalam produk ini akad yang digunakan adalah akad

Mudharabah Mutlaqah, dimana nasabah sebagai shahibul mal

menyerahkan uangnya kepada bank sebagai mudharib yang akan

mengelola dana tersebut, juga keuntungan yang akan dibagikan sesuai

nisbah yang telah disepakati bersama.


Untuk mengetahui dan memahami proses pelaksanaan serta

mekanisme produk deposito mudharabah di BRI Syariah Kantor Cabang

Citarum, penulis menggunakan metode wawancara yaitu teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab

11 H.R Abu Daud: 1573, Sunan Abu Daud, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab fii

zakaati as saaimah, Juz. 2, hlm.100


secara langsung dengan Ibu Agustin Ayu S sebagai funding officer di BRI

Syariah Kantor Cabang Citarum.


Adapun pelaksanaan penarikan zakat otomatis pada produk deposito

mudharabah di bank BRI Syariah Kantor Cabang Citarum adalah sebagai

berikut:
1. Nasabah melakukan pembukaan deposito mudharabah di

Bank BRI Syariah Kantor Cabang Citarum


2. Menentukan nominal dan jangka waktu
3. Persetujuan kedua belah pihak
4. Perjanjian kedua belah pihak
Dalam hal ini pihak nasabah dan bank melakukan perjanjian

dengan akad mudharabah mutlaqah. Dalam akad juga nasabah

menentukan pilihan apakah menyetujui atau tidak menyetujui

pembayaran zakat atas nisbah bagi hasil yang diterima. Perjanjian

tersebut bersifat mengikat serta merupakan satu kesatuan yang tidak

terpisahkan dengan syarat dan ketentuan umum.


5. Penarikan zakat secara otomatis atas bagi hasil yang diterima
Penarikan zakat yang dilakukan secara otomatis dari bagi hasil

yang didapatkan merupakan salah satu fasilitas yang bersifat pilihan

yang disediakan oleh pihak bank dalam produk deposito mudharabah.

Pada saat nasabah melakukan pengisian formulir permohonan

penempatan deposito mudharabah, terdapat kolom yang berupa

pilihan apakah nasabah bersedia atau tidak bersedia untuk dipotong

zakat atas bagi hasil yang diterimanya sebesar 2,5%, selain pada

formulir penempatan deposito, pilihan pembayaran zakat atas bagi


hasil yang diterima juga terdapat dalam akad yang telah

ditandatangani kedua belah pihak. Dalam hal ini jika nasabah bersedia

dan menyetujui itu maka secara otomatis bagi hasil yang diterimanya

setiap bulan akan dipotong sebesar 2,5%. Dari dana zakat yang

terkumpul tersebut pihak bank selanjutnya akan menyalurkannya ke

rekening badan amal yakni BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional).

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penarikan zakat

otomatis hanya dapat dilakukan oleh Bank jika sebelumnya nasabah sudah

menyetujui dan bersedia untuk melakukan pembayaran zakat. Nasabah

akan mengisi formulir penempatan deposito dan menendatangani akad

mudharabah yang di dalamnya terdapat pernyataan apakah nasabah

bersedia atau tidak untuk melakukan pembayaran zakat. Jika disetujui,

maka secara otomatis pihak bank akan melakukan penarikan dana zakat

sebesar 2,5% dari bagi hasil nasabahnya. Penarikan dana zakat tersebut

dilakukan setiap bulan. Dari dana zakat yang telah terkumpul, selanjutnya

Bank akan menyalurkannya ke rekening Badan Amil Zakat Nasional

(BAZNAS).

Aktifitas penarikan zakat yang dilakukan di Bank BRI Syariah

Kantor Cabang Citarum ini dalam hukum positif didasari oleh Undang-

Undang No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, dalam Pasal 4 Ayat
(2) UU No. 21 Tahun 2008 menyatakan bahwa bamk syariah dapat

menerima dana yang berasal dari zakat dan menyalurkannya kepada

organisasi pengelola zakat sebagai bentuk pelaksanaan fungsi sosialnya.

Selanjutnya dalam Pasal 4 Ayat (4) UU No. 21 Tahun 2008 disebutkan

bahwa pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada Ayat (2)

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Maka

dalam hal ketentuan penarikan zakat ini, perundang-undangan yang

dimaksud merujuk kepada UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan

Zakat, dalam Pasal 2 poin (a) menyatakan bahwa pengelolaan zakat

dilakukan berdasarkan syariat Islam, dalam Pasal 4 Ayat (4) juga

menyatakan bahwa perhitungan zakat dilakukan sesuai dengan syariat

Islam.

Adapun dalam Fatwa MUI, aktifitas penarikan zakat ini diatur dalam

Fatwa MUI Nomor 15 Tahun 2011 Tentang Penarikan, Pemeliharaan, dan

Penyaluran Harta Zakat. Oleh karena aturan penarikan zakat dalam

Undang-Undang dan fatwa dikembalikan kepada syariat Islam, maka

penarikan zakat yang dilakukan di Bank BRI Syariah juga harus sesuai

dengan syariat Islam atau Hukum Islam.


b. Analisis Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Pelaksanaan

Penarikan Zakat Otomatis Pada Produk Deposito di BRI Syariah

Kantor Cabang Citarum

Menurut para ulama kontemporer, mata uang di setiap negara yang

berlaku pada masa sekarang ini termasuk dalam kategori emas dan perak.

Begitu juga segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito,

cek, saham, atau surat berharga lainnya. Maka dalil wajibnya

mengeluarkan zakat atas deposito adalah dianalogikan (diqiyaskan)

dengan kewajiban mengeluarkan zakat atas simpanan emas dan perak.

Zakat uang dianalogikan dengan zakat emas atau perak, bukan

dengan hasil pertanian, buah-buahan dan atau barang tambang karena

tidak ada kesamaan illat hukum (sebab hukum) diantara ketiganya dengan

uang. Oleh karenanya segala ketentuan yang berlaku pada zakat emas dan

perak berlaku juga pada zakat deposito. Dengan demikian, deposito wajib

dizakati apabila telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat yang meliputi:

1) Islam, 2) Merdeka, 3) Harta dimiliki secara sempurna, 4) Telah

mencapai nishab, 5) Telah sampai haul.

Patokan dalam nishab zakat deposito adalah nishab emas, karena itu

akan sebanding atau mendekati nishab zakat lainnya seperti nishab pada

binatang ternak (unta, sapi, dan kambing) dari pada nishab perak. Nishab
emas besarannya adalah 20 mitsqal (20 Dinar) atau sebanding dengan 85

gram emas, dan dibayarkan ketika kepemilikannya telah genap satu tahun

(haul). Adapun kadar zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2,5%.

Merujuk kepada permasalahan pemotongan dana zakat yang

dilakukan di Bank BRI Syariah KC Citarum, mengenai syarat wajib zakat

berupa nishab jika ditinjau dari Hukum Ekonomi Syariah harta yang

kurang dari dua puluh mitsqal maka tidak ada zakatnya, hal ini sesuai

dengan hadits Nabi SAW:

‫ص‬
‫ وصل صي اسس ص‬, ‫ة‬
‫س‬ ْ‫صسسد صقص ء‬
‫مسسره ص‬
‫ن الت ق ا‬
‫مسس ص‬
‫ق ه‬
‫سسس م‬
‫سسسةه أوا ه‬
‫م ص‬
‫خ ا‬
‫ن ص‬
‫دو ص‬
‫ما ه‬ ‫ل صي ا ص‬
‫س هفي ص‬

‫ص‬
‫ن‬
‫دو ص‬
‫مسسا ه‬ ‫ وصل صي ا ص‬, ‫ة‬
‫س هفي ص‬ ْ‫صد صقص ء‬ ‫ن ال اوصره ه‬
‫ق ص‬ ‫م ص‬
‫ق ه‬
‫س أصوا م‬
‫م ه‬
‫خ ا‬
‫ن ص‬
‫دو ص‬
‫ما ه‬
‫هفي ص‬

ْ‫صد صقص ء‬
‫ة‬ ‫ل ص‬
‫ن ال هب ه ه‬ ‫س ذ صواد م ه‬
‫م ص‬ ‫م ه‬
‫خ ا‬
‫ص‬

“Tidak ada kewajiban zakat pada kurma (atau hasil pertanian, pent)

yang kurang dari 5 wasaq (setara dengan 900 kg). Tidak ada

kewajiban zakat pada wariq/perak yang kurang dari 5 uqiyah (1

uqiyah berjumlah 40 dirham). Dan tidak ada kewajiban zakat pada

onta yang kurang dari 5 ekor.” (HR. Bukhari II/119 no. 1459)12

12 H.R Bukhari: 1459, Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab laisa fiimaa
duuna khomsin dzudu shodaqotin Juz.2, hlm. 119
Nishab merupakan syarat wajib yang disepakati mayoritas ulama,

dan hampir tidak ada perbedaan pendapat diantara para ulama terutama

keempat imam madzhab dalam masalah nishab ini. Mereka

menganalogikan hal tersebut seperti orang shalat belum masuk waktu,

untuk itulah ulama bersepakat bahwa tidak boleh membayar zakat

sebelum mencapai nishab.

Ibnu Qudamah menambahkan bahwa jika ada orang yang membayar

zakat sedangkan nishabnya belum terpenuhi maka hal tersebut hukumnya

tidak diperbolehkan karena dia telah mendahulukan hukum sebelum

sebab.13 Selain itu, dalam ensiklopedi fiqh juga dijelaskan bahwa tidak ada

perbedaan diantara para ulama mengenai tidak bolehnya membayar

kaffarah sumpah sebelum sumpah itu diucapkan, dan hal itu sama dengan

menunaikan zakat sebelum mencapai satu nishab atau mendahulukan

shalat sebelum masuk waktunya.14

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa membayar zakat

sebelum mencapai nishab maka zakatnya tidak sah, dalam artian harta

yang dikeluarkan tersebut tidak terhitung dan tidak dianggap sebagai

zakat. Meskipun orang yang mengeluarkannya mendapat pahala sedekah

dari harta yang telah diberikan kepada fakir miskin.

13 Al-Syarbaini Al-Khatib, Al-Mughni, (Beirut: t.t), Jilid.2, hlm.495

14 al-Mausu’ah al-Fiqhiyah 35/48


Sedangkan syarat wajib haul, bagi zakat deposito adalah telah genap

satu tahun qomariyah. Adapun jika seseorang menunaikan zakat sebelum

datang masa haulnya, maka dalam hal ini terdapat dua pendapat yang

berbeda.

Pendapat pertama datang dari Malikiyah dan Zahiriyah, mereka

mengatakan tidak boleh mengeluarkan zakat sebelum datangnya masa

haul. Alasannya karena zakat merupakan ibadah seperti shalat yang tidak

boleh dilakukan sebelum datang syarat wajibnya. Dan karena haul

merupakan syarat zakat maka tidak boleh mendahulukan zakat sebelum

haul.15

Pendapat kedua merupakan pendapat yang datang dari jumhur ulama

(Syafi’iyah, Hanafiyah, Hanabilah) yang menyatakan bolehnya membayar

zakat sebelum tiba haul sebagai bentuk ibadah sunnah, juga karena zakat

merupakan kewajiban atas harta, sehingga pembayarannya boleh

didahulukan sebagaimana bolehnya pembayaran hutang sebelum jatuh

tempo.16 Dan ini merupakan pendapat yang lebih kuat karena berdasarkan

hadits Nabi SAW yang diriwayatkan Ali bin Abi Thalib, Ia berkata:

15 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu... hlm.187

16 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu... hlm.187


‫ي صسلى اللسه عليسه‬ ‫سسأ ص ص‬
‫ل الن قهبس ق‬ ‫مط قل ه ه‬
‫ب ص‬ ‫ن ع صب اد ه االسس ه‬ ‫ن ال اعصقبا ص‬
‫س با ص‬
‫ص‬
‫أ ق‬
‫وسلم في تعجيل صدقصت هه قصب ص ص‬
‫ي ذ صل ه ص‬
‫ك‬ ‫ص لص ه‬
‫ه فه ا‬ ‫َّ فصصر ق‬,‫ل‬
‫خ ص‬ ‫ح ق‬
‫ن تص ه‬
‫لأ ا‬ ‫ه ا صا ه ا ه ص ص ه ا‬

“Bahwasanya Al-’Abbas bin Abdul Muththalib bertanya kepada

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam tentang maksudnya untuk

menyegerakan pengeluaran zakatnya sebelum waktunya tiba. Maka

Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memberi kelonggaran

kepadanya untuk melakukan hal itu.” (HR. Ad-Darimi 2/1017

no.1676)17

Juga dalam riwayat lain, dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa Nabi

SAW pernah berpesan kepada Umar bin Khattab r.a, Ia berkata:

‫م ال صوق ه ا‬
‫ل ل هلصعام ه‬ ‫عا ص‬
‫س ص‬ ‫ا‬
‫كاة ص العصقبا ه‬ ‫إ هقنا قصد ا أ ص ص‬
‫خذ اصنا صز ص‬

“Saya telah menarik zakatnya Abbas, tahun kemarin untuk tahun

ini.” (HR. Turmudzi 2/56 no.679).18

17 H.R Ad-Darimi: 1676, Sunan Ad-Darimi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab fii ta’jiili az
zakaati, Juz.2, hlm.1017

18 H.R At-Turmudzi: 679, Sunan At-Turmudzi bisyaari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab


maa jaa’a fii ta’jiili az zakati, Juz.2, hlm.56
Juga pernyataan dari ad-Darimi setelah menyebutkan hadits diatas,

beliau mengatakan:

‫كاةه ب صاأسا ر‬
‫ل القز ص‬ ‫ص‬
‫خذ ه ب ههه وصل ص أصرىَ هفى ت صعا ه‬
‫جي ه‬ ‫آ ه‬

“Saya mengambil pendapat ini, dan saya berpendapat, boleh

menyegerakan zakat.” (Sunan ad-Darimi, 5/107 no.1676)19

Haul dalam zakat merupakan syarat wajibnya, dan seseorang boleh

melakukan ibadah sebelum datang syarat wajib ibadah. Contohnya,

diantara syarat wajibnya shalat adalah baligh, namun anak-anak tamyiz

yang belum baligh boleh melakukan shalat meskipun dia belum

diwajibkan shalat.

Dengan demikian terdapat dua hal yang perlu dibedakan, yakni

membayar zakat sebelum haul, dan membayar zakat sebelum nishab.

Sebab wajibnya zakat adalah telah memiliki harta yang mencapai satu

nishab, sementara haul merupakan syarat wajib zakat. Maka dari itu

membayar zakat sebelum nishab hukumnya tidak sah, karena sama dengan

membayar zakat sebelum waktunya sebagaimana seseorang shalat

19 H.R Ad-Darimi: 1676, Sunan Ad-Darimi, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab fii

ta’jiili az zakaati, Juz.2, hlm.1017


sebelum masuk waktunya. Adapun menyegerakan zakat ketika sebabnya

telah ada yakni nishab yang telah sempurna, sebagian besar ulama

berpendapat bahwa membayar zakat sebelum haul hukumnya boleh

dengan catatan harta yang dizakati telah mencapai nishab.

5. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat disimpulkan sebagai berikut:


a. Pelaksanaan penarikan zakat otomatis pada produk deposito di BRI

Syari’ah KC Citarum, pertama nasabah diharuskan mengisi formulir

permohonan penempatan deposito mudharabah dan menanda tangani

akad mudharabah untuk pembukaan deposito, yang mana di dalam

formulir dan klausul akad tersebut terdapat pilihan bagi nasabah apakah

bersedia atau tidak untuk melakukan pembayaran zakat atas nisbah yang

diterimanya sebesar 2,5%. Apabila nasabah menyetujui pembayaran

zakat tersebut, maka secara otomatis pihak bank akan memotong bagi

hasil yang diterima nasabah tiap bulannya sebesar 2,5% sebagai

pembayaran zakat. Dari dana zakat yang sudah terkumpul, selanjutnya

pihak bank akan menyalurkannya ke rekening BAZNAS (Badan Amil

Zakat Nasional).
b. Analisis hukum ekonomi syariah terhadap penghimpunan dana zakat

yang dilakukan BRI Syariah KC Citarum, yang melakukan pemotongan


secara otomatis sebesar 2,5% dari bagi hasil yang diberikan setiap

bulannya, hal tersebut bertolak belakang dengan ketentuan pelaksanaan

zakat menurut al-Qur’an dan Sunnah. Oleh karena bank tidak

memperhatikan syarat wajib zakat khususnya mengenai nishab dan haul,

padahal nishab merupakan sebab wajib zakat yang apabila ditunaikan

sebelum nishabnya sempurna maka tidak sah dan tidak dapat dikatakan

sebagai zakat, meskipun orang orang yang mengeluarkannya mendapat

pahala sedekah dari harta yang telah diberikan. Adapun pelaksanaan

zakat sebelum haul, menurut sebagian besar ulama hal tersebut boleh

dilakukan dengan catatan nishabnya sudah terpenuhi.

6. DAFTAR PUSTAKA

Al-Baqi, Abdurrahman. Terjemahan Shahih Bukhari Muslim. Jakarta: Mizan,

2004.

Alfianika, Ninit. Metode Penelitian Pengajaran Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: Depublish, 2016.

Al-Jaziri, Abdurrahman. Kitab ‘ala Mazahib al Arba’ah. Beirut: Dar al Fikri,

1990.

Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Juz III. terj. Abdul Hayyie

al-Kattani. Jakarta: Gema Insani, 2011.


Az-Zuhaily, Wahbah. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung, Remaja

Rosdakarya, 1997.

Effendy, Agus dan Burhanudin Fananny. Zakat Kajian Berbagai Mazhab.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008.

El-Madani. Fiqh Zaka. Yogyakarta: Diva Press, 2013.

Ghazaly, Abdul Rahman. Fiqh Muamalat. Jakarta: Kencana Prenada

MediaGroup, 2010.

Hakim, Atang Abd. Fiqih Perbankan Syariah. Bandung: Refika Aditama,

2011.

Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007.

Hasan, M. Ali. Zakat dan Infak Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial

di Indonesia. Jakarta: Prenada Media Group, 2006.

Hirsanuddin. Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Yogyakarta: Genta

Press, 2008.

Kamal, Abu Malik. Ensiklopedi Puasa dan Zakat, terj. Abu Syafiq. Solo:

Roemah Buku Sidowayah, 2010.

Karim, Adiwarman. Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2014.

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2008.
Kurnia, Hikmat. dan Ade Hidayat. Panduan Pintar Zakat. Jakarta: Qultum

Media, 2008.

Laila, Nur. Lembaga Keuangan Islam Non Bank. Surabaya: IAIN Sunan

Ampel Press. 2013.

Machmud, Amir dan Rukmana. Bank Syariah: Teori, Kebijakan, dan Studi

Empiris di Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010.

Nawawi, Ismail. Zakat Dalam Perspektif Fiqh, Sosial dan Ekonomi.

Surabaya: Putra Media Nusantara, 2010.

Qardawi, Yusuf. Hukum Zakat. terj. Salman Harun. Bogor: Pustaka Litera

AntarNusa, 1996.

Rafi’, Mu’inan. Potensi Zakat Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta: Citra

Pustaka, 2011.

Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014

Rivai, Veitzhal. dan Arviyan Arifin. Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep

dan Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.

Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit

Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.

Sjahdeini, Sutan Remi. Perbankan Islam Dan Kedudukannya Dalam Tata

Hukum Perbankan Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 2007.

Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2009.


Soenarjo, dkk. Al-Qur’an dan terjemahnya. Jakarta: Departemen Agama

Republik Indonesia, 1997.

Suhendi, Hendi. Fiqh Muamalah. Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014.

Aziz, Muhammad. “Regulasi Zakat di Indonesia: Upaya Menuju Pengelolaan

Zakat yang Profesional”. Jurnal Studi Keislaman AL-HIKMAH. Vol.4.

No.1. Maret 2014

Masruroh, Nikmatul. “Zakat di Perbankan Syariah”. Jurnal al-Mashraf. Vol.

2. No. 1. Oktober 2015.

Azka RM, Muhammad. “Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah Terhadap

Penarikan Zakat Otomatis di BRI Syari’ah KCP Citarum”. Skripsi.

Jurusan Muamalah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung

Djati Bandung. 2016.

Nurfalah, Nira. “Pengelolaan dan Pendayagunaan Dana Zakat, Infaq,

Shadaqah di Bank Islam Dana Tijarah Cimahi Bandung”. Skripsi.

Jurusan Muamalah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung

Djati Bandung.

Nurizki. “Pelaksanaan Bagi Hasil Pada Produk Deposito Mudharabah Di

Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Jatinangor”. Skripsi.

Jurusan Muamalah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung

Djati Bandung. 2014.


Utami, Vina Novia. “Pelaksanaan Pencairan Deposito Mudharabah Sebelum

Jatuh Tempo Ditinjau dari Hukum Ekonomi Syariah di Bank Syariah

Mandiri KCP Antapani”. Skripsi. Jurusan Muamalah, Fakultas Syariah

dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Baits, Ammi Nur. Membayar Zakat Sebelum Haul,

http://konsultasisyariah.com/28051-membayar-zakat-sebelum-haul/

(Diakses 15 Februari, 2018)

Peraturan Perundang-Undangan, http://pusat.baznas.go.id/peraturan-

perundang-undangan/ (Diakses 6 Maret, 2018)

Sejarah BRISyariah, https://brisyariah.co.id/tentang_kami.php?f=sejarah

(Diakses 25 Februari, 2018)

Tuasikal, Muhammad Abduh. Mengeluarkan Zakat Lebiah Awal Dari

Waktunya, http://rumaysho.com/2492-mengeluarkan-zakat-lebih-awal-

dari-waktunya/ (Diakses 15 Februari, 2018)

Visi Misi BRISyariah, https://brisyariah.co.id/tentang_kami.php?f=visimisi

(Diakses 25 Februari, 2018)

Das könnte Ihnen auch gefallen