Sie sind auf Seite 1von 13

NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH MENULIS EKSPRESIF “PENGALAMAN EMOSIONAL”


TERHADAP EMOSI MARAH PADA MAHASISWA FAKULTAS
PSIKOLOGI UNISSULA

Disusun oleh:
Zaidatus Solichah
07.211.1064

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
ii
1

EXPRESSIVE WRITING “EMOTIONAL EXPERIENCE” EFFECTS


ON ANGRY EMOTION OF PSYCHOLOGY FACULTY STUDENT
By:
ZaidatusSolichah
Faculty of Psychology, Sultan Agung Islamic University

ABSTRACT
The aim of the research was to determine expressive writing
“emotional experience” effects on angry emotion of psychology faculty
student. There was twenty college student whit the characteristic 18 to 21
years of age. It separated in two groups, the first was the experiment group
and the other was control group. This research used Pretest-Posttest Control
Group Design. Data was collected by observation, interview/discussion,
expressive writing book, homework assignment sheets and sheets of self-
monitoring. The hypothesis was: Expressive writing “emotional
experience”can reduce angry emotion of psychology faculty student.
Statistical test used non-parametric.Mann-Whitney U showed Asymp
sig (1-tailed) for pretest (sig. = 0.106)> 0.05, posttest (sig. = 0.032)<0.05,
the follow-up (sig. = 0.081)> 0.05. Wilcoxon test in experiment group
pretest-posttest phase (sig. = 0.222)> 0.05, posttest–follow up (sig. =
0.0485)< 0.005, pretest-follow up (sig. = 0.053)> 0.05. It means that
expressive writing “emotional experience”can reduce angry emotion of
psychology faculty student, in experiment group. Result of wilcoxon test in
control group pretest-posttest phase (sig. = 0.439)> 0.05, posttest–follow up
(sig. = 0.086)> 0.05, pretest-follow up (sig. = 0.2225)> 0.05. It means that
expressive writing “emotional experience”can not reduce angry emotion of
psychology faculty student, in control group.
Based on the results of self-monitoring and analysis of visual
inspection showed a decrease in frequency of angry emotions before and
after expressive writing.

Keywords: Expressive writing, emotional experience, angry emotion.


2

PENDAHULUAN
Fenomena marah sering kali memunculkan problem baru dalam kekeruhan
masalah yang sedang dihadapi, marah sendiri merupakan salah satu bentuk emosi
negatif, seperti yang dikatakan oleh Gohm dan Clore (Safaria & Saputra,
2009)bahwa salah satu kategori emosi yakni emosi negatif termasuk diantaranya
adalah marah. Setiap orang disegala usia pasti pernah bahkan sering mengalami
emosi marah, Aristoteles(Crips, 2000) mengatakan “Siapapun bisa marah, tetapi
marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat,
demi tujuan yang benar, dengan cara yang baik bukanlah hal yang mudah.”
Tingkat emosional dikatakan sudah mencapai kematangan apabila tidak lagi
meledakkan emosi dihadapan orang lain, melainkan menunggu waktu dan tempat
yang tepat untuk mengungkapkan emosi dengan cara yang bijaksana. Individu
yang matang secara emosi akan dapat memberikan reaksi emosi yang stabil
(Harlock, 1994). Fenomena remaja yang masih mudah untuk melampiaskan emosi
secara meledak-ledak menunjukan bahwa masa remaja masih jauh dari kata
matang secara emosional. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa masih dalam
kondisi emosi yang belum matang dan belum stabil. Konsekuensinya, mahasiswa
pun memiliki kemungkinan untuk melampiaskan atau mengeluarkan emosi marah
dengan cara dan waktu yang tidak tepat sehingga akan berakibat pada
meruncingnya permasalahan yang dimiliki. Begitupun dengan mahasiswa yang
masih dalam masa transisi dari sekolah menengah atas ke perguruan tinggi.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh University of California-Los Angeles
(Santrock, 2007), terhadap lebih dari 300.000 mahasiswa tingkat satu di lebih dari
500 kampus dan universitas, yang mengalami stres dan depresi.Tekanan untuk
berhasil di perguruan tinggi, memperoleh pekerjaan bergengsi, dan menghasilkan
banyak uang merupakan masalah yang banyak dialami oleh mahasiswa.
Shedd dalam (Purwanto & Mulyono, 2006) menekankan bahwa emosi
marah dapat menimbulkan dampak buruk dalam hal fisiologis, psikologis dan
sosial, hasil analisa Shedd tersebut menyatakan“three minutes of anger will sop
your strength quicker than eight hour of work” yang berarti bahwa kemarahan
yang terjadi selama tiga menit akan melemahkan kekuatan atau energi dalam
3

tubuh manusia lebih cepat dibandingkan dengan ketika seseorang melakukan


suatu pekerjaan selama delapan jam, hal ini menunjukan bahaya fisiologis yang
akan timbul akibat emosi marah, selain bahayaf isiologis emosi marah juga
menjadi salah satu faktor pada bahaya psikologis. Setelah individu tersadar dari
emosi marahnya maka rasa penyesalan akan muncul, rasa penyesalan yang
mendalam dapat menjadi beban penyakit jiwa (sickness of soul), akibat psikis lain
emosi marah yakni stres, insomnia atau bahkan psikosomatik yang sangat
merugikan diri sendiri. Bahaya selanjutnya yang dapat ditimbulkan dari emosi
marah yakni bahaya sosial, emosi marah mengakibatkan disharmonis, seperti
putusnya hubungan dengan seseorang yang dicintai, putusnya hubungan
persahabatan, dan sebagainya.
Agar dapat mengungkapkan dan mengatasi kemarahan yang sedang muncul
tanpa menghadirkan permasalahan baru yang dapat memperkeruh permasalahan
yang sedang dihadapi, seorang individu dapat menggunakan cara anger control, di
sisi lain saat berusaha menggunakan cara anger control, kemarahan dapat
dituangkan dalam bentuk tulisan. Menulis ekspresif (Thompson, 2014) dikatakan
akan dapat memungkinkan penulis untuk merenungkan, dengan demikian secara
kognitif menaksir pengalaman-pengalaman yang telah dialami, selain itu menulis
ekspresif juga memungkinkan untuk mengungkapkan perasaan negatif yang
berkaitan dengan pengalaman yang dimiliki dan tidak menutup kemungkinan
bahwa perasaan negatif tersebut adalah emosi marah sebagai hasilnya, paparan
yang ditulispun akan berulang pada aspek-aspek negatif yang menyebabkan
individu akan lebih memahami pengalaman-pengalaman emosional negatif yang
pernah dirasakan sehingga pikiran negatif terhadap hal tersebut pun akan mulai
berkurang. Hal ini akan memberikan proses berpikir positif pada individu untuk
menuju perbaikan diri.
METODE PENELITIAN
Subjek
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 20 mahasiswa fakultas
psikologi UNISSULA. 10 mahasiswa menjadi kelompok eksperimen dan 10
lainnya menjadi kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik
4

matching yakni mengambil subjek dengan skor emosi marah tinggi, yang
diketahui dengan pengisian skala emosi marah. Sebelum teknik matching
dilakukan skrinning terhadap subjek penelitian dilakukan terdahulu dalam proses
skrinning subjek yang dipilih adalah subjek dengan karakteristi berusia 18-21
tahun, aktif sebagai mahasiswa fakultas psikologi UNISSULA, sedang dalam
masa transisi, dan bersedia mengikuti serangkaian penelitian yang dibuktikan
dengan pengisian lembar informed consent.
Instrumen
1. Skala Emosi Marah
Skala emosi marah diberikan pada tahap pre test, post test dan follow up
untuk mengethui perubahan skor emosi marah yang terjadi pada subjek
penelitian sebelum dan setelah pemberian Perlakuan.
2. Modul Pemberian Perlakuan
Materi pada modul berdasarkan pada pengaruh terapi ekspresif menulis
pengalaman emosional terhadap emosi marah pada mahasiswa fakultas
psikologi unissula mengacu pada konsep dasar menulis ekspressif yang
ditulis oleh (Pennebaker, 2005).
3. Lembar Inventarisisr Kejadian Kurang Menyenangkan
Isi dalam lembar inventarisir kejadian kurang menyenangkan terdiri dari
nomor kejadian, waktu kejadian serta keterangan mengenani kejadian kurang
menyenangkan yang dialami. Lembar ini peneliti gunakan sebagai penugasan
di rumah guna mendapatkan keterangan lebih detail terkait emosi marah yang
sewaktu-waktu muncul ketika subjek berada di rumah.
4. Buku Expressive Writing
Isi dalam buku expressive writing terdiri dari lembaran-lembaran kosong
bergaris yang disediakan untuk menulis.
5. Lembar Self Monitoring
Lembar self monitoring akhir terdiri dari 5 pertanyaan yang disertai
penjelasan dalam menjawabnya terkait dengan efektifitas subjek dalam
melakukan expressive writing.
5

Desain penelitian
Desain penelitian ini adalah pretest-posttest control group design. Pada
desain ini terdapat dua kelompok penelitian yakni kelompok kontrol yang tidak
diberi perlakuan dan kelompok treatment atau Perlakuan yang diberi
perlakukan.Desain penelitian yang akan dilakukan dapat digambarkan sebagai
berikut:
Tabel 1.
Desain Penelitian

KE O1=== X ===O2 ===O3


KK O1=== ===O2 === O3
Keterangan:
KE : Kelompok Eksperimen
KK : Kelompok Kontrol
O1 : Pre-test

O2 : Post-test

O3 : Follow Up
X : Pemberian perlakukan
Perlakuan
Perlakuandilakukan dengan menulis ekspresif “pengalaman emosional”
(emosi marah). Perlakuan dilakukan selama 4 hari mengacu pada penelitian yang
dilakukan oleh (Rahmawati, 2014), waktu 4 hari yang digunakan juga mengacu
pada penelitian yang pernah dilakukan oleh (Pennebaker, 2005)yang dijelaskan
pada akun blog miliknya. Selain itu penugasan di rumahjuga diberikan pada
subjek penelitian dengan memberikan lembar inventarisir kejadian kurang
menyenangkan dan pemberian lembar self monitoring pada pertemuan terakhir.
Pengisian skala emosi marah juga dilakukan pada tahap post test dan follow
up.Follow up dilakukan setelah 1 minggu Perlakuan diberikan selisih waktu yang
digunakan untuk melakukan follow up mengacu pada penelitian serupa yang telah
dilakukan oleh (Fikri, 2012).
Analisis
Analisis data statistik dilakukan dengan metode statistik non parametrik,
U Mann Whitney digunakan untuk mengetahui pengaruh pemberian
6

perlakuanpada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol


yang tidak diberi perlakuan. Sedangkan Wilcoxon Signed Rank Test digunakan
untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada
kelompok eksperimen. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 17.00 for windows.
Analisis kualitatif/deskriptif juga dilakukan pada hasil menulis ekspresif
pada „buku expressive writing’, hasil pengisian inventarisir kejadian kurang
menyenangkan, yang digambarkan dengan inspeksi visual, serta pengisian lembar
self monitoring.
HASIL PENELITIAN
Uji Hipotesis
Hipotesis yang digunakan dalam peneliatian ini adalah hipotesis satu arah
yakni Ada pengaruh menulis ekspresif pengalaman emosional dalam menurunkan
emosi marah mahasiswa fakultas psikologi UNISSULA.
Hasil analisis lengkap dapatdilihat dalam tabel berikut:
Tabel 2.
HasilUji HipotesisdenganU Mann Whitney

Nilai Pre-test Post-test Follow Up


Z -1.249 -1.854 -1.400
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.212 0.064 0.162
Exact Sig. [2*(1-tailed sig.)] 0.218a 0.063a 0.165a

Taraf signifikansi pada uji statistik ini menggunakan uji hipotesis satu arah
sehingga dengan ketentuan nilai signifikansi output yang didapat menggunakan
uji one tailed maka hasilnya dibagi dua. Uji hipotesis menunjukan nilai post-test
0.064/ 2 (sig = 0.032) < 0.05, hal ini menunjukan bahwa hipotesis diterima,
artinya menulis ekspresif “pengalaman emosiona”l dapat menurunkan emosi
marah pada mahasiswa fakultas psikologi Unissula, yang berada pada kelompok
eksperimen.
7

Tabel 3.
Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Nilai Asymp Sig
(2 tailed)
Asymp Sig
Keterangan N Z
(2 tailed)
KK 10 -0.153 0.878
Pre test – Post test
KE 10 -0.765 0.444
KK 10 -0.364 0.173
Post test – Follow up
KE 10 -0.661 0.097
KK 10 -0.764 0.445
Pre test – Follow up
KE 10 -1.612 0.107
Berdasarkan tabel diatas, pada kelompok eksperimen menunjukan hasil
analisis antara posttest-follow up dengan jumlah subjek 10 orang memiliki rata-
rata ranking 2.83, nilai Z sebesar -0.661 dengan Asymp. Sig. (2-tailed) = 0.097
maka nilai p-value = 0.097/2 = 0.048 <0.005. Artinya menulis ekspresif
“pengalaman emosional” dapat menurunkan emosi marah mahasiswa fakultas
psikologi unissula pada kelompok eksperimen setelah pemberian perlakuan.
Tabel 4.
Hasil Uji Hipotesis Berdasarkan Mean Skor Emosi Marah
Keterangan N Mean
KE 10 53.400
Pre test
KK 10 58.7
KE 10 49.6
Post test
KK 10 59
KE 10 44.200
Follow up
KK 10 55.2
Berdasarkan tabel di atas, memperlihatkan bahwa terjadi penurunan skor
rata-rata emosi marah pada kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dari pre-
test ke post-test (53.400 menjadi 49.6), post-test ke follow-up (49.6 menjadi
44.200) sertapre-test ke follow-up (53.400 menjadi 44.200).
Berdasarkan hasil pengisian lembar self monitoring dan analisis visual
inspeksi, wawancara/diskusi dan observasi menunjukan adanya penurunan
frekuensi emosi marah sebelum dan setelah pemberian perlakuan. Hal ini
memperlihatkan bahwa ada pengaruh menulis ekspresif pengalaman emosional
pada penurunan emosi marah mahasiswa fakultas psikologi Unissula.
8

PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh menulis ekspresif
pengalaman emosional dalam rangka menurunkan emosi marah pada mahasiswa
di fakultas psikologi UNISSULA. Hasil uji signifikansi dengan menggunakan U
Mann-Whitneydan Wilcoxon Signed Rank Test yang menunjukan bahwa ada
pengaruh menulis ekspresif pengalaman emosionat terhadap penurunan emosi
marah mahasiswa fakultas psikologi UNISSULA. Mendukung hasil analisis
kuantitatif, hasil anialisis kualitatif/deskriptif yang dilakukan dengan wawancara,
observasi, analisis buku expressive writing, analisis lembar penugasan di rumah
serta ananlisis lembar self monitoring akhir juga menunjukan adanya pengaruh
kegiatan menulis ekspresif pengalaman emosional dalam rangka menurunkan
emosi marah pada mahasiswa di fakultas psikologi UNISSULA.
Menulis ekspresif pengalaman emosional merupakan suatu kegiatan
mencurahkan atau menuangkan segala pikiran serta perasaan terkait dengan
pengalaman emosional dimana ketika sesorang melakukan kegiatan tersebut akan
berada dalam suasana emosi tertentu yang akan mengarahkan pada kejelasan,
intensitas, seberapa dalam pemahaman serta kecenderungan individu untuk
mengekspresikan emosi yang sedang dirasakan (Safaria&Saputra, 2009)
Menulis ekspresif digunakan sebagai wadah untuk perasaan atau persepsi
individu guna memperdalam pemahaman tentang diri, sehingga individu dapat
memperbaiki keadaan emosional, menemukan solusi dari konflik yang dialami,
sebagai akibatnya individu akan dapat menemukan rasa kesejahteraan atau
kenyamanan dalam dirinya (Malchiodi, 2005).
Hasil analisis lembar self monitoring akhir yang menunjukan bahwa subjek
penelitian dalam kelompok eksperimen mengalami perubahan emosi marah
setelah pemberian perlakuan hal tersebut diperjelas dengan jawaban subjek pada
pertanyaan “Bagaimanakah perasaan marah yang Anda alami setelah melakukan
kegiatan menulis ekspresif ? ”, subjek NW mengatakan “ sekarang udah jarang
marah”, subjek CAK dan S mengatakan “menjadi lega dan lebih baik dari
sebelumnya” sedangkan subjek RD dan RAC mengatakan bahwa setelah menulis
ekspresif bisa lebih berpikir positif sebelum meluapkan emosimarah, subjek BPS,
9

FSM dan DP mengatakan bahwa setelah menulis ekspresif menjadi lebih bias
mengontrol dan menganalisa emosi marah yang dirasakan.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil analisis Mann-Whitney U menunjukan asumsi signifikansi
untuk uji satu arah pada post-test (sig.=0.032)<0.05. Hasil tersebut
menunjukan bahwa berdasarkan U Mann Whitney, menulis ekspresif
ekspresif “pengalaman emosional” dapat menurunkan emosi marah
mahasiswa fakultas psikologi Unissula, setelah pemberian perlakuan pada
kelompok eksperimen.
2. Berdasarkan uji Wilcoxon pada kelompok eksperimen tahap post-test –follow-
up (sig.=0.0485)<0.05. Hal ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh menulis
ekspresif “pengalaman emosional” pada penurunan emosi marah mahasiswa
fakultas psikologi Unissula. Selain itu penurunan juga terlihat pada rata-rata
skor emosi marah subjek penelitian yang di beri perlakuan dari pre-test ke
post-test (53.400 menjadi 49.6), post-test ke follow-up (49.6 menjadi 44.200)
serta pre-test ke follow-up (53.400 menjadi 44.200).
3. Pada kelompok kontrol menunjukan bahwa nilai Asymp. Sig. antara pretest-
post test 0.878/ 2 = 0.439 >0.05,post test-follow up meniliki nilai Asymp. Sig.
0.173/ 2 = 0.086 >0.05, pretest-follow up meniliki nilai Asymp. Sig. 0.445/ 2
= 0.2225>0.05. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh „menulis
ekspresif‟ pengalaman emosional pada penurunan emosi marah mahasiswa
fakultas psikologi unissula, dalam kelompok kontrol.
4. Berdasarkan hasil pengisian lembar self monitoring dan analisis inspeksi
visual menunjukan adanya pengaruh menulis ekspresif “pengalamn
emoasional” pada penurunan frekuensi emosi marah mahasiswa fakultas
psikologi Unissula setelah pemberian perlakuan.
SARAN
Bagi Subjek
Subjek dapat menggunakan cara expressive writing dalam kehidupan
sehari-harinya, cara ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk meluapkan emosi
marah. Menulis ekspresif memberikan wadah untuk perasaan atau persepsi
10

individu guna memperdalam pemahaman diri sehingga individu dapat


memperbaiki keadaan emosional serta memperoleh rasa kenyamanan atas emosi
yang tersalurkan.
Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Sebaiknya di lakukan randombaik pada teknik pengambilan sampel,
maupun pengelompokan subjek penelitian (kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol).
b. Sebaiknya dilakukan penambahan jumlah subjek agar hasil lebih
representatif.
c. Menggunakan skala yang berbeda pada tahap pre-test, post-test dan follow-
up. Skala yang sama bisa digunakan jika sebelumnya skala tersebut telah
diacak terlebih dahulu atau alternatif lain yang dapat dilakukan adalah
dengan membagi 2 jumlah aitem yang sudah ada kemuadian dijadikan
sebagai 2 alat ukur yang berbeda namun tetap mengukur hal yang sama.
11

DAFTAR PUSTAKA

Crisp, R. (2000). Aristotle (Nicomachaen Ethics). Australia: Cambridge


University Press .

Fikri, H. T. (2012). Pengaruh menulis pengalaman emosional dalam terapi


ekspresif terhadap emosi marah pada remaja. Humanitas , 103-122.

Harlock, E. (1994). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang


Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.

Malchiodi, C. A. (2005). Expressive Therapies. New York: The Guilford Press.

Pennebaker. (2005). Writing to Heal. Retrieved 01 05, 2015, from The University
of Texas at Austin :
http://www.utexas.edu/features/archive/2005/writing.html

Purwanto, Y., & Mulyono, R. (2006). Psikologi Marah. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Qonitatin, N., Widyawati, S., & Asih, G. Y. (2011). Pengaruh katarsis dalam
menulis ekspresif sebagai intervensi depresi ringan pada mahasiswa. Jurnal
Psikologi Undip , 21-32.

Rahmawati, M. (2014). Menulis ekspresif sebagai strategi mereduksi stres untuk


anak-anak korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Jurnal Ilmiah
Psikologi Terapan (JIPT) , Vol2, No 02.

Safaria, T., & Saputra, N. E. (2009). Manajemen Emosi. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Santrock, J. W. (2007). Remaja, Edisis 11 Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Thompson. (2014). Encyclopedia of Health Communication. New Delhi, India:


SAGE Publication.

Das könnte Ihnen auch gefallen