Sie sind auf Seite 1von 10

Jurnal Teknologi Pendidikan

http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jtp

Vol. 21, No. 3, Desember 2019

Tittel
First Author1, Second Author2, …3

Info Artikel

Abstract: To develop a model of English language teaching materials


based on a contextual approach. English learning in elementary school is
the mastery and increase in the number and enrichment of vocabulary to
Sejarah Artikel: support the mastery of the four English language skills, namely speaking,
Diterima: 10 Oktober 2019
Direvisi: 15 November 2019
listening, reading and writing. This study uses mixed methods, research
Dipublikasikan: Desember and development of teaching materials in research, adapted from the
2019 models of Borg and Gall and models of Dick, Carey and Carey. The four
stages in this research are (1) the stage of research and information
gathering, (2) the stage of draft development, (3) the stage of testing and
product revision, (4) the stage of finalization and dissemination. The
results of the research and development were obtained in the fifth grade
e-ISSN: 2620-3081 English language teaching material model. Through a series of stages of
p-ISSN: 1411-2744 developing instructional materials, a product of English language
teaching materials for the fifth-grade elementary school was obtained
based on a contextual approach that fulfills the characteristics of good
teaching materials that can be used by fifth grade students throughout
DOI: https://doi.org/10.2100 Indonesia.
9/JTP2001.6
Keyword: research and development, english language, elementary
school, teaching material, contextual approach

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan model bahan ajar


Bahasa Inggris berbasis pendekatan kontekstual untuk siswa sekolah
dasar. Pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar agar penguasaan
dan meningkatan jumlah kosakata dan pengayaan untuk menunjang
penguasaan ke-empat keterampilan bahasa Inggris, yaitu berbicara,
menyimak, membaca dan menulis. Penelitian ini menggunakan mixed
methods, penelitian dan pengembangan bahan ajar dalam penelitian,
diadaptasi dari model Borg dan Gall dan model Dick, Carey dan Carey.
Empat tahapan dalam penelitian ini yaitu (1) tahap riset dan
pengumpulan informasi, (2) tahap pengembangan draft, (3) tahap uji
coba dan revisi produk, (4) tahap finalisasi dan diseminasi. Hasil dari
penelitian dan pengembangan ini didaptakan model bahan ajar bahasa
Inggris kelas untuk kelas lima sekolah dasar. Melalui serangkaian
beberapa tahap dalam pengembangan bahan ajar, didapatlah produk
model bahan ajar bahasa inggris untuk kelas lima sekolah dasar berbasis
pendekatan kontekstual yang memenuhi karakteristik-karakteristik bahan
ajar yang baik yang dapat digunakan oleh siswa kelas lima sekolah di
seluruh Indonesia.

Kata kunci: model pengembangan, bahasa inggris, sekolah dasar, bahan


ajar, pendekatan kontekstual

© 2019 PPS Universitas Negeri Jakarta

73
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 21, No. 3, Desember 2019

1
Faculty, Institution, Address, email, mobile phone
2
Faculty, Institution, Address, email, mobile phone
3
Faculty, Institution, Address, email, mobile phone

PENDAHULUAN di sekolah dasar, bahan ajar memuat kosakata


sehari-hari yang bersifat “here” and “now” yang
Bahasa Inggris merupakan mata pelajaran
sering ditemui anak dalam kehidupannya sehari-
yang dibelajarkan di lembaga-lembaga
hari disertai dengan ilustrasi dan penempatan
pendidikan, mulai dari pendidikan dasar sampai
kosakata tersebut dalam konteks yang tepat
perguruan tinggi. Di sekolah-sekolah dasar di
untuk mempermudah anak memahami kosakata
Indonesia terutama yang terletak di kota-kota
tersebut sehingga terciptalah komunikasi dalam
besar seperti Jakarta, bahasa Inggris dipelajari
konteks yang bermakna. (Wasik, Iannone-
sebagai bahasa asing (English as a foreign
Campbell, 2012:321), ditemukan di lapangan
language) dalam mata pelajaran muatan lokal
adalah petunjuk pengerjaan soal/ latihan
(mulok) maupun ekstrakurikuler. Tujuan
(direction) yang terdapat dalam bahan ajar yang
pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar
seringkali malah membingungkan para siswa
yang terutama adalah pada penguasaan dan
dalam mengerjakan suatu tes/ latihan.
peningkatan jumlah dan pengayaan kosakata
Penelitian ini menggunakan pendekatan
(vocabulary building and enrichment) untuk
Contextual Teaching Learning (CTL) sebagai
menunjang penguasaan ke-empat keterampilan
dasar dari pengembangan bahan ajar yang akan
berbahasa Inggris, yaitu berbicara (speaking),
dilakukan. Hal ini dikarenakan pendekatan
menyimak (listening), membaca (reading) dan
kontekstual mempunyai karakteristrik-
menulis (writing). Pada umumnya siswa sekolah
karakteristik yang unggul yang akan sangat
dasar di Indonesia merupakan pemelajar bahasa
sesuai sebagai dasar pengembangan bahan ajar
Inggris pemula (beginners), dan umumnya
bahasa Inggris untuk siswa sekolah dasar antara
pemula dalam pembelajaran bahasa Inggris, para
lain: (1) membuat keterkaitan-keterkaitan yang
siswa juga mengalami hambatan dalam
bermakna (making meaningful connections), (2)
mempelajari keterampilan. Hal ini terutama
melakukan kegiatan-kegiatan yang berarti (doing
disebabkan karena terbatasnya jumlah dan
significant work), (3) melakukan pembelajaran
pemahaman kosakata bahasa Inggris
yang diatur sendiri (self-regulated learning), (4)
(vocabularies) mereka. (Suyanto, 2018) Bahan
bekerja sama (collaborating), (5) berpikir kritis
ajar-bahan ajar bahasa Inggris yang sekarang
dan kreatif (critical and creative thinking), (6)
dipakai juga memuat kosakata bahasa Inggris
membantu individu untuk tumbuh dan
(vocabularies) yang jarang dijumpai para siswa
berkembang (nurturing the individual), (7)
sekolah dasar pada penggunaan sehari-hari,
mencapai standar yang tinggi (reaching high
seyogyanya untuk pembelajaran bahasa Inggris
standar) dan menggunakan penilaian autentik

74
Yanuar Al-Fikri dkk, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Minat Baca…

(using authentic assessment). Pembelajaran mereka menangkap makna dalam materi


kontekstual itu adalah suatu sistem pembelajaran akademis yang mereka terima dan menangkap
yang cocok dengan kinerja otak untuk menyusun makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka
pola-pola yang mewujudkan makna dengan cara bisa mengaitkan informasi baru dengan
menghubungkan muatan akademis dengan pengetahuan dan pengalaman yang mereka sudah
konteks kehidupan sehari-hari peserta didik miliki sebelumnya. Dari pendapat-pendapat di
(Sukra, 2016). atas terlihat kaitan yang jelas antara kemampuan
Berdasarkan hal tersebut maka penelitian peserta didik dalam memahami makna dan
dan pengembangan model bahan ajar bahasa kemampuan dalam menguasai pembelajaran
Inggris untuk kelas V sekolah dasar ini berbasis yang diberikan. Dalam hal ini berarti peserta
pada pendekatan konstekstual. Penelitian ini didik didorong untuk memahami makna
direncanakan akan dilaksanakan selama dua pembelajaran yang diberikan termasuk
tahun sampai menghasilkan bahan ajar/ buku memahami manfaat pembelajaran tersebut dan
bahasa Inggris untuk kelas V sekolah dasar bagaimana mencapai hasil pembelajaran secara
berbasis pendekatan konstekstual yang valid. maksimal.
Penelitian dan pengembangan ini dilandasi teori Pembelajaran kontekstual (CTL)
belajar bahasa konstruktivisme yang melandasi didasarkan pada asumsi-asumsi berikut: (1)
pendekatan kontekstual atau pembelajaran mengajar dan belajar adalah suatu proses
kontekstual (CTL) mengakar pada teori John interaksional, dalam hal ini peserta didik harus
Dewey pada tahun 1918 bahwa siswa akan memutuskan untuk belajar dan berpartisipasi
belajar dengan baik jika yang dipelajarinya dalam proses attentional, intelektual, dan
terkait dengan pengetahuan dan kegiatan yang emosional dalam proses pembelajaran. (2)
telah diketahuinya dan terjadi di sekelilingnya Mengajar tidak dapat terlaksana jika belajar tidak
(Hasibuan, 2014:2) Pendekatan kontekstual terjadi. (3) Belajar adalah sebuah proses
adalah landasan filosofis dari konstruktivisme. perkembangan yang terjadi sepanjang hayat
(Martin dkk dalam Suryawati dan Osman (Sears, 2003:9). Asumsi-asumsi pembelajaran di
2018:63) menyatakan bahwa pembelajaran atas mengimplikasikan bahwa dalam
melalui konstruktivisme akan meningkatkan pembelajaran konstekstual (CTL) interaksi dari
keterampilan-keterampilan berpikir kritis dan pihak-pihak yang terlibat dalam pembelajaran
memecahkan masalah yang dihadapi peserta dalam hal ini guru dan peserta didik terjadi
didik dengan menggunakan metode ilmiah, dan dengan intens, atau dengan kata lain tanpa
secara berkesinambungan menyerap dan keterlibatan pengajar dan peserta didik secara
mengolah informasi yang didapat. Johnson aktif maka pembelajaran tidak akan mencapai
(2007:14) menjabarkan pendapat di atas dengan hasil yang diharapkan atau bahkan tidak dapat
menyatakan bahwa CTL adalah sebuah sistem terlaksana dengan baik.
belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa Menyetujui pendapat-pendapat di atas
peserta didik mampu menyerap pelajaran apabila Johnson (2007:64) menyatakan bahwa

75
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 21, No. 3, Desember 2019

pembelajaran berbasis pendekatan kontesktual/ mereka juga mencatat tiga hasil positif dari
CTL adalah sebuah proses pendidikan yang penerapan pembelajaran kontekstual yaitu antara
bertujuan untuk menolong para peserta didik lain: dalam penelitian yang telah dilakukan
dalam melihat makna di dalam materi akademik ditemukan bahwa masalah autentik dalam proses
yang mereka pelajari dengan cara pembelajaran dapat meningkatkan pemikiran
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan kritis dan kreatif peserta didik, selain itu
konteks dalam kehidupan keseharian mereka, pembelajaran yang berpusat kepada siswa akan
yaitu konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya membuat pembelajaran menjadi menarik,
mereka. Pendapat-pendapat di atas secara nyata menantang, dan merangsang interaksi sosial
membuktikan bahwa pembelajaran kontekstual untuk pencapaian tujuan belajar. Sedangkan dari
dapat digunakan untuk mendorong peserta didik sisi gurunya, pembelajaran CTL dapat berfungsi
dalam membuat hubungan antara pengetahuan dalam meningkatkan fungsi guru sebagai
yang dipelajari dengan penerapannya dalam fasilitator untuk membimbing peserta didik
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka
masyarakat. Dalam hal ini peserta didik didorong dalam rangka menjadi orang yang pintar, kreatif
untuk dapat mengembangkan cara belajarnya dan inovatif seperti yang diharapkan oleh tujuan
sendiri dan mengembangkan cara untuk dapat pendidikan di abad 21 ini. Mengenai pendidikan
mengaplikasikan konsep pembelajaran yang di abad modern ini, Baker dkk (2009:5)
telah dipelajarinya dalam kehidupan. menyatakan bahwa suatu pendidikan agar dapat
Berdasarkan hal tersebut itulah tujuh komponen berhasil dalam merespon terhadap kebutuhan-
berikut ini menjadi pokok dari pembelajaran kebutuhan dari dunia kerja yang semakin
Kontekstual/ CTL yaitu Teori Konstruktivisme menantang ini haruslah bekerja sama dengan
(Constructivism), Inkuiri (Inquiry), Bertanya peserta didik untuk membangun keterampilan-
(Questioning), Masyarakat Belajar (Learning keterampilan dasar dan meningkatkan
Community), Pemodelan (Modelling), Refleksi kemampuan mereka dalam mentransfer
(Reflection) dan Penilaian Autentik (Authentic keterampilan-keterampilan dari satu konteks ke
Assessment) (Sardiman, 2016:223-229). konteks lainnya, berpikir kritis dan secara
Selanjutnya Hasibuan (2014:3-4) berkesinambungan mempelajari ilmu dan
menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual keterampilan-keterampilan baru. Usaha-usaha ini
menekankan pada pengetahuan dan pengalaman penting untuk dilakukan dalam menghasilkan
atau dunia (real world learning), berfikir tingkat peserta didik yang mempunyai kualitas
tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, kemampuan untuk berfikir secara kritis dan
kreatif, memecahkan masalah, belajar kreatif, inovatif dan dapat beradaptasi dengan
menyenangkan, mengasyikan dan tidak perubahan, bekerja secara mandiri ataupun dalam
membosankan, dan menggunakan berbagai tim, dan dapat menjadi pemelajar yang reflektif
sumber belajar. Suryawati dan Osman (2018:62, seperti yang dituntut oleh kehidupan dan
http://www. ejmste.com) melalui hasil penelitian lapangan kerja di abad 21 (PSTD, 2014:4).

76
Yanuar Al-Fikri dkk, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Minat Baca…

Kompetensi target dari tuntutan pendidikan bagian pendahuluan, kegiatan belajar (KB),
seperti di atas jelas dapat diraih dengan rangkuman, dan tes formatif. Dalam
penggunaan pendekatan kontekstual/ CTL dalam pengembangan model ini, isi bahan ajar bahasa
pembelajaran sebagai sistem atau proses Inggris untuk kelas V sekolah dasar berbasis
pembelajaran yang sesuai dan cocok dengan pendekatan kontekstual tentunya disesuaikan
perkembangan jaman yang semakin maju di abad dengan konteks pendidikan bahasa Inggris untuk
ini. kelas V sekolah dasar. Bagian pendahuluan
Jika dianalis dari penjelasan di atas terlihat dalam model bahan ajar sebaiknya memasukkan
bahwa pembelajaran berbasis pendekatan kerangka isi, tujuan, deskripsi singkat, relevansi
kontekstual/ CTL memiliki ciri-ciri tersendiri isi bab dan kata kata kunci. 
yang membuatnya menjadi berbeda dengan Model bahan ajar bahasa Inggris untuk
pendekatan-pendekatan/ metode-metode kelas V sekolah dasar berbasis pendekatan
pembelajaran lainnya. Johnson (2007:65-66) kontekstual yang dikembangkan dibuat dalam
menyatakan terdapat delapan komponen bentuk modul. Modul yang dikembangkan dalam
pendekatan kontekstual/ CTL sebagai berikut: (1) bahan ajar bahasa Inggris untuk kelas V sekolah
membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna dasar berbasis pendekatan kontekstual ini harus
(making meaningful connections), (2) melakukan memiliki beberapa karakteristik yaitu:
kegiatan-kegiatan yang berarti (doing significant a. Self instructional, hal ini bermakna
work), (3) melakukan pembelajaran yang diatur bahwa model bahan ajar dapat membuat
sendiri (self-regulated learning), (4) bekerja peserta didik mampu membelajarkan diri
sama (collaborating), (5) berpikir kritis dan
sendiri dengan modul yang
kreatif (critical and creative thinking), (6)
dikembangkan. Untuk itu di dalam bahan
membantu individu untuk tumbuh dan
ajar harus terdapat tujuan yang
berkembang (nurturing the individual), (7)
dirumuskan dengan jelas, baik tujuan
mencapai standar yang tinggi (reaching high
standar) dan menggunakan penilaian autentik
akhir maupun tujuan antara. Materi

(using authentic assessment). pembelajaran idealnya dikemas ke dalam


Pendekatan kontekstual bisa digunakan unit-unit atau kegiatan yang lebih
dalam pembelajaran sekolah dasar dengan spesifik.
membuat rancangan model yang akan digunkan b. Self contained, hal ini bermakna bahwa
pada penelitian ini. Rancangan model bahan ajar seluruh materi pelajaran dari satu unit
bahasa Inggris untuk kelas V sekolah dasar kompetensi atau subkompetensi yang
berbasis pendekatan kontekstual yang
dipelajari terdapat dalam satu model
dikembangkan dalam penelitian ini terdiri atas
bahan ajar secara utuh.
sebuah kerangka (a framework) yang mencakup
c. Stand alone, hal ini bermakna bahawa
cara pengorganisasian isi/ kegiatan-kegiatan ke
model bahan ajar yang dikembangkan
dalam bahan ajar. Isi bahan ajar terdiri dari

77
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 21, No. 3, Desember 2019

tidak tergantung pada bahan ajar lain atau sekolah dasar sehari-hari. Padahal seyogyanya
tidak harus digunakan bersama-sama untuk pembelajaran bahasa Inggris di sekolah

dengan bahan ajar lain. dasar, bahan ajar memuat kosakata sehari-hari
yang bersifat “here” and “now” yang selalu
d. Adaptive, hal ini bermakna bahwa model
ditemui anak dalam kehidupannya disertai
bahan ajar hendaknya memiliki daya
dengan ilustrasi dan penempatan kosakata
adapatif yang tinggi terhadap
tersebut dalam konteks yang tepat untuk
perkembangan ilmu dan teknologi.
mempermudah anak memahami kosakata
e. User friendly, hal ini bermakna bahwa tersebut. Kelemahan lain dari bahan ajar-bahan
setiap instruksi dan paparan informasi tersebut yang terekam dalam temuan pada studi
yang tampil bersifat membantu dan pendahuluan adalah petunjuk pengerjaan soal/
bersahabat dengan pemakainya termasuk latihan (direction) yang terdapat dalam bahan
kemudahan pemakai dalam merespon, ajar yang seringkali malah membingungkan para
mengakses sesuai dengan keinginan. siswa dalam mengerjakan suatu tes/ latihan.

Sebuah model bahan ajar yang baik harus Sedangkan temuan dari hasil analisis kebutuhan

mencakup petunjuk belajar (bagi guru dan menunjukkan bahwa baik guru bahasa Inggris di

peserta didik), kompetensi yang akan dicapai, sekolah dasar maupun siswa kelas V sekolah

informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk dasar sama-sama menghendaki tersedianya

kerja, dan evaluasi bahan ajar bahasa Inggris untuk siswa sekolah
dasar yang sesuai dengan perkembangan
karakteristik dan bahasa siswa sekolah dasar
yang disesuaikan dengan konteks yang dihadapi
oleh siswa sekolah dasar hadapi sehari-hari
sehingga bisa mereka aplikasikan secara nyata.

METODE PENELITIAN

Responden penelitian adalah siswa kelas V


sekolah dasar yang terlibat dalam penelitian dan
pengembangan bahan ajar bahasa inggris ini.
Adapun responden yang lain adalah: 1) Ahli
Gambar 1. Model Rancangan Bahan Ajar Bahasa
Inggris untuk Kelas V Sekolah Dasar Berbasis Bahasa Inggris untuk Anak-anak (English for
Pendekatan Kontekstual Young Learner/ English for Children Experts); 2)
Ahli Media 3) Pengguna Bahan Ajar. Penelitian
Bahan ajar bahasa Inggris yang sekarang ini penggunaan mixed methods. Pemilihan
dipakai juga memuat kosakata bahasa Inggris penggunaan pendekatan ini didasari oleh
(vocabularies) yang jarang dijumpai para siswa pertimbangan bahwa jenis data yang akan

78
Yanuar Al-Fikri dkk, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Minat Baca…

dihasilkan dalam penelitian ini berupa data dasar berbasis pendekatan kontekstual yang telah
kuantitatif dan kualitatif. Sedangkan jenis melalui proses validitas. Analisis data dilakukan
penelitian metode campuran (mixed methods untuk merumuskan kesimpulan dari hasil
research) yang dipakai dalam penelitian ini pengembangan.
adalah penelitian dan pengembangan (Research Penelitian ini akan menghasilkan data
and Development/ R&D). kuantitatif dan kualitatif. Data yang diperoleh
Adapun mekanisme perencanaan dan dari hasil evaluasi yang berupa angket, dianalisa
penyusunan model bahan ajar dalam penelitian dengan menggunakan teknik deskriptif. Teknik
ini diadaptasi dari model Borg dan Gall dan ini digunakan untuk untuk menganalisis data
model Dick, Carey dan Carey. Berdasarkan hal dengan cara menggambarkan data yang telah
tersebut, maka metode penelitian yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa maksud
diterapkan dalam tiap tahapan penelitian ini membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum
adalah analisis isi untuk analisis dokumen dan atau generalisasi (Sugiyono, 2008). Maka
purposif sampling untuk penetapan subjek langkah-langkah analisa data kualitatif yang
penelitian. Ada empat tahapan besar dalam dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai
penelitian ini yaitu (1) tahap riset dan berikut: (1) menyiapkan data yang akan
pengumpulan informasi yang mencakup studi dianalisis; (2) membaca kembali semua data
pendahuluan dan analisis kebutuhan, (2) tahap dengan seksama dan teliti; (3) mereduksi data;
pengembangan draft yang mencakup (4) peneliti memasukkan data yang telah
perencanaan dan pengembangan bentuk awal direduksi ke dalam matriks atau bagan
produk, (3) tahap uji coba dan revisi produk yang kategori/tema agar memudahkan proses analisis
mencakup uji/ validasi ahli (expert djugement), dan penafsiran data; (5) menganalisis serta
uji satu-satu (one to one evaluation), uji menafsirkan data; dan langkah terakhir (6)
kelompok kecil (small group evaluation), uji kesimpulan dan menulis laporan.
lapangan (field test), dimana dalam setiap ujicoba
dimungkinkan terjadinya revisi terhadap produk
HASIL DAN PEMBAHASAN
yang dikembangkan, serta yang terakhir (4) tahap
Dari hasil analisis kebutuhan didapatkan
finalisasi dan diseminasi.
gambaran kompetensi-kompetensi bahasa Inggris
Dalam penelitian ini digunakan tiga jenis
yang mesti dicapai para siswa kelas V sekolah
instrumen pengumpulan data yaitu angket,
dasar yang akan dipergunakan sebagai data awal
pedoman wawancara dan tes (tes penguasaan
dalam penyusunan model bahan ajar bahasa
bahan ajar berupa pre-test dan post-test). Pada
Inggris untuk kelas V sekolah dasar berbasis
tahap analisis kebutuhan dilakukan pengumpulan
pendekatan kontekstual. Analisis kebutuhan
data dengan mempergunakan instrumen
yang pertama dilakukan terhadap standar
pedoman wawancara. Setelah itu, dilakukan uji
kompetensi dan kompetensi standar mata
coba guna menghasilkan produk akhir model
pelajaran bahasa Inggris kelas V SD. Terdapat
bahan ajar bahasa Inggris untuk kelas V sekolah

79
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 21, No. 3, Desember 2019

delapan topic dalam bahasa inggris SD kelas v bahan ajar dan karakteristik yang merupakan
yaitu : 1.Greetings, Introducing Self and Others rambu-rambu pengembangan materi untuk tiap-
2. Things in The Classroom and Around The tiap komponen dasar yang ada. Model draft 1
School 3. Parts of Body 4. Time and Daily menggambarkan dimensi isi bahan ajar dan
Activities 5. My Family and My Family karakteristiknya yang dapat dilihat pada bagan
Members' Occupations 6. Around the House 7. berikut ini:
Public Places 8. Asking and Giving Directions.
Maka dengan demikian bahan ajar bahasa
Inggris untuk kelas V sekolah dasar berbasis
pendekatan yang dikembangkan akan
mengakomodasi kedelapan topik-topik di atas
untuk selanjutnya dikembangkan menjadi
kerangka dasar dasar dari bahan ajar. Sementara
itu hasil dari wawancara terhadap guru yang
mengajar bahasa Inggris di kelas V sekolah dasar
didapat data bahwa ada dasarnya kompetensi
pembelajaran bahasa Inggris di kelas V sekolah Gambar 2. Model bahan ajar yang dikembangkan

dasar telah mencakup pelatihan keempat


keterampilan berbahasa Inggris (listening, Model bahan ajar ini dikembangkan dalam

speaking, reading and writing) yang sesuai bagi bentuk modul pembelajaran agar para siswa

siswa kelas V sekolah dasar. Namun di sisi lain kelas V sekolah dasar dapat lebih mudah

dari hasil wawancara juga didapat temuan bahwa memahami konsep yang diberikan bagian, per

dengan jumlah jam pelajaran bahasa Inggris pada bagian tanpa kehilangan konsep keseluruhan dari

kelas V sekolah dasar yang hanya 2 JP per bahan ajar. Draft kerangka model bahan ajar

minggu dimana hanya 2 x 35 menit dan dengan bahasa Inggris untuk kelas V sekolah dasar

jumlah siswa dalam satu kelas yang cukup berbasis pendekatan kontekstual yang telah

banyak maka dirasa sulit memenuhi ketercapaian dihasilkan, mencakup delapan modul. Bentuk

seluruh target kompetensi yang telah ditentukan modul pembelajaran didisain untuk memenuhi

terutama untuk mencapai target kompetensi karakteristik-karakteristik dari sebuah modul

keterampilan bahasa Inggris berbicara dan pembelajaran yang baik yaitu pertama, self

menulis (speaking and writing skills). instructional, karena membuat para siswa

Berdasarkan hasil dari analisis kebutuhan mampu membelajarkan diri sendiri dengan bahan

seperti yang telah diuraikan di atas, maka ajar yang dikembangkan dimana setiap modul

dikembangkanlah model draft 1 bahan ajar yang dalam bahan ajar ini dirancang untuk dilengkapi

merupakan hasil pengembangan detail dari dengan kompetensi yang diharapkan dapat

kerangka dasar bahan ajar yang sudah dibuat dicapai setelah mempelajari materi modul.

sebelumnya. Detail ini mencakup dimensi isi

80
Yanuar Al-Fikri dkk, Pengaruh Metode Pembelajaran dan Minat Baca…

Dalam setiap modul pembelajaran juga didapatlah satu produk model bahan ajar bahasa
dirancang untuk dilengkapi dengan latihan- Inggris untuk kelas V sekolah dasar berbasis
latihan dan tugas-tugas yang berbasis pada pendekatan kontekstual yang valid dan
pendekatan kontekstual yang akan memenuhi karakteristik-karakteristik bahan ajar
mempermudah para siswa dalam melatih untuk siswa sekolah dasar di seluruh Indonesia.
keterampilan-keteramilan bahasa Inggris untuk
lebih menajamkan pemahaman mereka akan DAFTAR PUSTAKA
materi ajar. Kedua, self contained, karena seluruh Anderson, Loin W. dan David R. Kartwohl.
Kerangka landasan untuk pembelajaran,
materi pelajaran dari satu unit kompetensi atau
pengajaran dan asesmen, Jakarta: Pustaka
sub-kompetensi yang dipelajari terdapat dalam Pelajar, 2015.
satu bahan ajar secara utuh. Ketiga, stand alone, Basri, Hasan, Paradigma Baru Sistem
Pembelajaran, Bandung: Pustaka
karena bahan ajar yang dikembangkan tidak
Setia,2015.
tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus
Chamidah, D., Kristianto, S., Sunaryo,
digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain. Fajarianto, O., Ahmad, A., Ani Setyo
Dewi, Y., … Indriawati, P. (2019).
Keempat, adaptive, yaitu bahan ajar memiliki
Feasibility of Based Augmented Reality
daya adapatif yang tinggi terhadap Devices Discovery Learning on Students
Learning Outcomes in Morphology of
perkembangan ilmu dan teknologi. Untuk itu
Wijaya Kusuma Flower (Epiphyllum
pengembang bahan ajar berupaya mencari anguliger). In Journal of Physics:
Conference Series.
sumber-sumber penyusunan bahan ajar yang up
https://doi.org/10.1088/1742-
to date yang sejalan dengan prinsip yang terakhir 6596/1175/1/012261
adalah user friendly, yaitu setiap instruksi dan Chipman, Susan F, Judith W.Segal dan Rebert
paparan informasi yang tampil bersifat Glaser, Thinking and Learning Skill, Vol
2: Research and open question, New
membantu dan bersahabat dengan pemakainya York: Routledge, 2009.
termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, Daryanto, Rahmawati. Teori Belajar dan Proses
mengakses sesuai dengan keinginan. Pembelajaran yang Mendidik,
Yogyakarta: Gava Media, 2015.
Gredler, Margaret E, Learning and Instruction:
KESIMPULAN Teori dan Aplikasi, terjemahan Tri
Hasil dari penelitian dan pengembangan Wibowo, Jakarta: Remaja kencana,2011.

ini adalah model bahan ajar bahasa Inggris untuk Hamid Hasan, Pendidikan Sejarah untuk
memperkuat Pendidikan Karakter,
kelas V sekolah dasar berbasis pendekatan Paramita Vol. 22 No. 1 - Januari 2012
kontekstual. Bahan ajar tersebut di kembangkan Jihad, Asep dan Abdul Haris, Evaluasi
melalui serangkaian tes uji coba, sehingga bisa Pembelajaran, Yogyakarta: Multi
Presindo, 2010.
menjadi model bahan ajar bahasa Inggris untuk
Kirby, John R, Angela Ball dan B. Kelly Geier,
kelas V sekolah dasar berbasis pendekatan The Development of Reading Interest and
Its relation to Reading Ability, Journal of
kontekstual yang valid. Dengan demikian dapat
Research in reading, Volume 34, Issue 3,
disimpulkan bahwa melalui serangkaian tahap 2011.
pengembangan bahan ajar tersebut akan

81
Jurnal Teknologi Pendidikan Vol. 21, No. 3, Desember 2019

Kochhar, S. K. Pembelajaran Sejarah:


Teaching of History, Terj. Purwanta dan
Yovita Hardiwati, Jakarta: PT Grasindo,
2008.
Makmun, Abin S. Psikologi Kependidikan:
Perangkat sistem Pengajaran Modul,
Bandung: Remaja Rosdakarya,2009.
Ortlieb, Evans. Beyond Just Book: Sparking’s
Children Interest in Reading, International
Journal of Education 2010, Vol. 2, No. 2. Slameto. Belajar dan faktor yang
Palani, K.K. Promoting Reading habits And mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta,
Creating Literate Society, Journal of Arts, 2010.
Science & Commence. Vol.-III, Issue 2(1), Slavin, Robert E. Psikologi pendidikan: Teori
April 2012. dan Praktik, Jakarta: PT.Indeks, 2008.
Renninger, K. Ann dan Suzanne E. Hidi, The Suprijono, Agus, Model-model Pembelajaran
Power of Interest for motivation and Emansipatoris, Yogyakarta: Pustaka
Engagement, New York: Routledge,2016. Pelajar, 2016.
Rathus, Spencer A, Psychology: Concepts and Suyono dan Hariyanto, Implementasi Belajar
Connections, Belmont: Wadsworth,2010. dan Pembelajaran, Bandung: Rosdakarya,
Ruqiah Bibi dan Manzoor H.Arif, Effect of 2015.
PQ4R study strategy in scholastic Susanto, Heri. Seputar Pembelajaran Sejarah:
achievement of Secondary School Student Isu, Gagasan, dan Strategi Pembelajaran,
in Punjab (Pakistan), Language in India. Yogyakarta: Aswaja, 2014.
Volume 11 : 12 December 2011.
Semiawan, Corry R. Landasan Pembelajaran
Rostini, D., Wijanarko, D. S., Fajarianto, O., dalam Perkembangan manusia, Jakarta:
Ratnawati, E., Siswoyo, M., & Harsono, Pusat Pengembangan kemampuan
Y. (2019). Innovation education character Manusia, 2007.
based on management learning at junior
high school. International Journal of Suprijono, Agus. Model-model Pembelajaran
Recent Technology and Engineering. Emansipatoris, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2016.
Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar, Jakarta: Grafindo, 2007. Trianto, Mendesain model pem-belajaran
inovatif, progresif, dan kontekstual:
Sarimanah, Eri. Efectivenes of PQ4R konsep, landasan dan implementasinya
Metacognitive stategy based reading pada kurikulum 2013 (kurikulum tematik
learning models in junior high school. integratif/ TKI), Jakarta: Prenadamedia
International Journal of Language Group, 2014.
Education and Culture Review, Vol. 2 (1)
2016.

82

Das könnte Ihnen auch gefallen