Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
OLEH :
UNIVERSITAS WARMADEWA
FAKULTAS EKONOMI JURUSAN AKUNTANSI
TAHUN AJARAN 2019
1
ABSTRACT
Coffee is a plant that shape of the tree and included in the Rubiaceae family’s.
These plants grow upright, branched, and can reach a height of up to 12 meters. Coffee is
an export commodity that has a high economic value in the world market. Due to an
insistence of modernization, coffee consumption has now become part of the lifestyle for
everyone. This research is purpose to identify the key internal and external factors that
influence the marketing of Lumbung Mas coffee powder at UD. Lumbung Mas and
simultaneously formulating alternative strategies that can be selected by the company.
The research used data analysis in the form of internal environmental factor
analysis using matrix IFAS with indicators such as the strengths and weaknesses as well
as external environmental factor analysis using matrix EFAS with indicators such as
opportunities and threats. Then proceed with formulating the strategy through the
matching of the matrix Internal External (IE), and at this stage will be strengthened with
the SWOT matrix to obtain an alternative strategies at companies.
The results showed that internal environmental factors that affect the marketing
strategy of Lumbung Mas coffee is good quality of ground coffee, the price of the products
cheaper than competitors products, companies are still doing activities independently with
simple equipment, as well as a limited amount of capital company. As for the external
environmental factors that affected is availability of sufficient raw materials, demand of
consumption of beverages such as coffee, competition with similar companies, as well as
the increasing number of product substitution. Alternative strategies that need to be done
by a company that is developing a marketing network, improve service quality to
customers, strengthen cooperation with government agencies, improving the quality of
human resources by training, improve promotion and advertising, set prices to face the
competition, improve the use of technology, as well as suppress any the possibility of
leakage of operational costs.
ABSTRAK
Kopi merupakan spesies tanaman berbentuk pohon dan termasuk dalam famili
Rubiaceae. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang, dan dapat mencapai tinggi hingga 12
meter. Kopi merupakan komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomis yang relatif
tinggi di pasaran dunia. Adanya desakan modernisasi, mengonsumsi kopi kini telah
menjadi bagian dari gaya hidup setiap lapisan masyarakat. Tujuan penelitian adalah untuk
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengarui pemasaran kopi
bubuk Lumbung Mas pada UD. Lumbung Mas serta sekaligus merumuskan berbagai
alternatif strategi yang dapat dipilih oleh perusahaan.
Penelitian menggunakan analisis data berupa analisis faktor lingkungan internal
menggunakan matriks IFAS dengan indikator berupa kekuatan dan kelemahan serta
analisis faktor lingkungan eksternal menggunakan matriks EFAS dengan indikator berupa
peluang dan ancaman. Dilanjutkan dengan merumuskan strategi melalui pencocokan
terhadap matriks Internal Eksternal (IE), serta pada tahap ini akan diperkuat dengan
matriks SWOT untuk mendapatkan berbagai alternatif strategi pada perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor lingkungan internal yang
mempengaruhi strategi pemasaran kopi Lumbung Mas adalah kualitas kopi bubuk yang
baik, harga produk yang lebih murah dibandingkan produk pesaing, posisi usaha yang
masih melakukan kegiatan secara mandiri dengan peralatan sederhana, serta jumlah modal
perusahaan yang terbatas. Sedangkan untuk faktor lingkungan eksternal yang
mempengaruhi adalah ketersediaan bahan baku yang cukup, kebutuhan masyarakat akan
konsumsi minuman berupa kopi, persaingan dengan perusahaan yang sejenis, serta
semakin meningkatnya produk substitusi. Alternatif strategi yang perlu dilakukan oleh
perusahaan yaitu mengembangkan jaringan pemasaran, meningkatkan kualitas layanan
kepada para pelanggan, memperkuat kerjasama dengan instansi pemerintahan,
meningkatkan kualitas SDM dengan pelatihan, meningkatkan kegiatan promosi dan
periklanan, menetapkan harga untuk menghadapi persaingan, meningkatkan penggunaan
teknologi, serta menekan segala kemungkinan adanya kebocoran biaya operasional.
PENDAHULUAN
minum kopi di Indonesia mulai meningkat hingga 0,9 kg per kapita per tahun. Awalnya,
penikmat kopi di Indonesia merupakan kalangan orang tua dan pekerja kasar seperti kuli
bangunan dan buruh proyek. Namun seiring berjalannya waktu telah terjadi pergeseran
citra dan pandangan masyarakat tentang konsumsi kopi tersebut. Kini penikmat kopi
hampir tidak pandang usia lagi mulai dari remaja hingga orang dewasa bahkan manula,
serta tidak memandang sektor apa yang digelutinya. Terlebih lagi adanya desakan
modernisasi, kopi kini telah menjadi bagian dari gaya hidup setiap lapisan masyarakat,
serta dengan semakin banyaknya kafe khusus kopi (coffee shop) dan inovasi dalam
pembuatan kopi, sehingga melahirkan semakin banyak pecandu kopi di dunia ini.
Konsumen mendatangi gerai kopi bukan semata-mata ingin minum kopi, melainkan
karena ada sentuhan emosi yang dihadirkan gerainya. Entah itu perasaan bangga, gengsi,
atau kehangatan (Herlyana, 2012).
Demikian pesatnya perkembangan produksi kopi di Indonesia sudah tentu
ditunjang penuh oleh usaha dan industri rumah tangga penghasil kopi. Strata industri kopi
dalam negeri sangat beragam, dimulai dari unit usaha berskala home industry hingga
industri kopi berskala multinasional. Salah satunya adalah usaha penggilingan kopi pada
UD. Lumbung Mas.
UD. Lumbung Mas merupakan salah satu produsen kopi bubuk di Bali. UD.
Lumbung Mas berlokasi di Banjar Pande, Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar,
Kabupaten Gianyar, Bali. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pengolahan kopi biji
menjadi kopi bubuk dengan merek dagang “Lumbung Mas”. Bahan baku yang digunakan
dalam proses produksinya adalah berupa kopi biji (green beans). Bahan baku ini
didapatkan dari petani kopi ataupun pedagang pengumpul yang tersebar di beberapa
daerah di Bali. Berikut ini merupakan data produksi dan penjualan kopi yang dilakukan
oleh UD. Lumbung Mas dari tahun 2000 hingga 2014.
6
Tabel 1.
Data Produksi dan Penjualan Kopi Bubuk Lumbung Mas pada UD. Lumbung Mas
Sumber : Data sekunder UD. Lumbung Mas (2014) yang sudah diolah
Catatan : *sampai bulan Juni
Berdasarkan data yang diuraikan di atas dapat diketahui bahwa terjadi penurunan
jumlah produksi dan penjualan yang cukup tajam pada tahun 2003. Anjloknya produksi
dan pemasaran di tahun ini diakibatkan oleh adanya dampak tidak langsung dari tragedi
bom Bali I. Pasca tragedi ini, Bali semakin menjadi perhatian dunia dan banyak pemodal-
pemodal domestik yang mulai mengembangkan usaha di Bali. Berbagai jenis dan merek
kopi mulai tumbuh dan berkembang di pasaran. Hal ini tentu menimbulkan persaingan
yang semakin ketat pula dalam memasarkan produk kepada konsumen. Menurunnya
7
jumlah penjualan di tahun 2003 ini diikuti oleh pengurangan jumlah produksi pula.
Pengurangan jumlah produksi ini merupakan sebuah pengendalian yang dilakukan
perusahaan untuk meminimalisir terjadinya kerugian.
Seiring berjalannya waktu, perusahaan mulai mengembangkan usahanya lagi
untuk mencapai target yang diinginkan. Hingga saat ini perusahaan masih tetap
berproduksi walaupun dengan kapasitas yang masih jauh lebih rendah dari tahun sebelum
tragedi, sehingga secara umum dapat disimpulkan bahwa jumlah produk yang terjual
masih cenderung menurun.
Perbandingan antara jumlah produksi dengan jumlah penjualan tiap tahunnya
selalu mengalami ketimpangan, dimana jumlah penjualan selalu lebih rendah daripada
jumlah produksi. Artinya, perusahaan belum mampu memasarkan produknya sesuai
dengan target produksi. Perbedaan nilai ini selalu terjadi dari tahun ke tahun yang juga
merupakan suatu permasalahan yang dihadapai perusahaan dalam bidang pemasaran.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka sangat penting bagi
perusahaan untuk menemukan dan menentukan strategi pemasaran yang paling tepat
diterapkan oleh perusahaan sesuai dengan kondisi saat ini. Perusahaan diharapkan mampu
untuk mengembangkan suatu strategi bersaing yang tepat untuk menghadapi segala
kemungkinan perubahan - perubahan yang terjadi di lingkungan perusahaan. Dalam
menetapkan strategi bersaing yang tepat, perusahaan membutuhkan analisis mengenai
lingkungan usahanya, yang meliputi lingkungan eksternal dan lingkungan internal
perusahaan. Melalui analisis lingkungan usaha, perusahaan dapat mengidentifikasi
kekuatan dan peluang yang dapat dimanfaatkan dalam strategi bersaing sekaligus juga
menghindari serta mengatasi ancaman dan kelemahan perusahaan. Sehingga sangat
menarik bagi peneliti untuk mengangkat tema mengenai strategi pemasaran pada UD.
Lumbung Mas dengan mengangkat judul “Strategi Pemasaran Kopi Bubuk Lumbung
Mas, Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar”
8
TINJAUAN PUSTAKA
Di Indonesia, tanaman kopi dibawa oleh bangsa Belanda pada tahun 1896. Mereka
memperkenalkan jenis kopi arabika. Pada perkembangannya, terjadi serangan penyakit
karat daun (HV) yang menyebabkan kematian tanaman secara masal. Kemudian
pemerintahan kolonial memperkenalkan jenis kopi liberika dan robusta yang lebih tahan
penyakit HV.
2.1.2 Jenis kopi budidaya
Jenis kopi yang paling populer adalah arabika. Para penikmat kopi menghargai
jenis kopi arabika lebih dibanding jenis kopi lainnya. Faktor penentu mutu kopi selain
jenisnya antara lain habitat tumbuh, teknik budidaya, penanganan pasca panen dan
pengolahan biji. Jenis kopi yang ada di bumi ini sangat banyak ragamnya. Namun hanya
empat jenis kopi yang dibudidayakan dan diperdagangkan secara masal. Sebagian hanya
dikoleksi pusat-pusat penelitian dan ditanam secara terbatas. Sebagian lagi masih tumbuh
liar di alam.
Dikutip dari Alamtani.com (2014), terdapat empat jenis kopi yang banyak
dibudidayakan di dunia, yaitu jenis kopi arabika, robusta, liberika, dan excelsa. Sekitar
9
70% jenis kopi yang beredar di pasar dunia adalah kopi arabika. Disusul jenis kopi robusta
menguasai 28%, sisanya adalah kopi liberika dan excelsa.
1. Kopi arabika
Kopi arabika (Coffea arabica) merupakan jenis kopi yang paling disukai karena
rasanya dinilai paling baik. Jenis kopi ini disarankan untuk ditanam di ketinggian 1000
s.d 2100 meter dpl. Namun masih bisa tumbuh baik pada ketinggian di atas 800 meter dpl.
Bila ditanam di dataran yang lebih rendah, jenis kopi ini sangat rentan terhadap penyakit
HV.
Arabika akan tumbuh optimal pada kisaran suhu 16 s.d 20oC. Untuk mendapatkan
hasil panen yang baik, kopi arabika membutuhkan bulan kering sekitar tiga bulan per
tahun. Arabika mulai bisa dipanen setelah berumur empat tahun. Dengan produktivitas
rata-rata sekitar 350 s.d 400 kg/ha/tahun. Namun bila dipelihara secara intensif bisa
menghasilkan hingga 1500 s.d 2000 kg/ha/tahun.
Apabila telah matang, buah arabika berwarna merah terang. Buah yang telah
matang mudah sekali rontok, jika dibiarkan buah tersebut akan menyerap bau-bauan yang
ada di tanah sehingga mutunya turun. Arabika sebaiknya dipanen sebelum buah rontok ke
tanah. Rendemen atau persentase antara buah yang panen dengan biji kopi (green bean)
yang dihasilkan sekitar 18 s.d 20%.
Para petani kopi arabika biasa mengolah buah kopi dengan proses basah. Meski
memerlukan biaya dan waktu lebih lama, tetapi mutu biji kopi yang dihasilkan jauh lebih
baik.
2. Kopi robusta
Kopi robusta (Coffea canephora) lebih toleran terhadap ketinggian lahan
budidaya. Jenis kopi ini tumbuh baik pada ketinggian 400 s.d 800 meter dpl dengan suhu
21 s.d 24oC. Budidaya jenis kopi ini sangat cocok dilakukan di dataran rendah dimana
kopi arabika rentan terhadap serangan penyakit HV. Dahulu setelah ada serangan penyakit
HV yang masif, pemerintah kolonial mereplanting tanaman kopi arabika dengan kopi
robusta.
Jenis kopi robusta lebih cepat berbunga dibanding arabika. Dalam waktu sekitar
2,5 tahun robusta sudah mulai bisa dipanen meskipun hasilnya belum optimal.
Produktivitas robusta secara rata-rata lebih tinggi dibanding arabika yakni sekitar 900 s.d
1.300 kg/ha/tahun. Dengan pemeliharaan intensif produktivitasnya bisa ditingkatkan
hingga 2000 kg/ha/tahun.
Untuk berbuah dengan baik, jenis kopi robusta memerlukan waktu panas selama
3 s.d 4 bulan dalam setahun dengan beberapa kali hujan. Buah robusta bentuknya
10
membulat dan warna merahnya cenderung gelap. Buah robusta menempel kuat di
tangkainya meski sudah matang. Rendemen kopi robusta cukup tinggi sekitar 22%. Para
penggemar kopi menghargai robusta lebih rendah dari arabika. Karena harganya yang
murah, para petani seringkali mengolah biji kopi robusta dengan proses kering yang lebih
rendah biaya.
3. Kopi liberika
Kopi liberika (Coffea liberica) bisa tumbuh dengan baik di dataran rendah di
mana robusta dan arabika tidak bisa tumbuh. Jenis kopi ini paling tahan pada penyakit
HV dibanding jenis lainnya. Mungkin inilah yang menjadi keunggulan kopi liberika.
Ukuran daun, percabangan, dan tinggi pohon jenis kopi liberika lebih besar dari arabika
dan robusta.
Kopi liberika mutunya dianggap lebih rendah dari robusta dan arabika. Ukuran
buahnya tidak merata, ada yang besar ada yang kecil bercampur dalam satu dompol.
Selain itu rendemen kopi liberika juga sangat rendah yakni sekitar 12%. Hal ini yang
membuat para petani malas menanam jenis kopi ini.
Produktivitas jenis kopi liberika ada pada kisaran 400 s.d 500 kg/ha/tahun.
Liberika dapat berbunga sepanjang tahun dan cabang primernya dapat bertahan lebih
lama. Dalam satu buku bisa berbunga lebih dari satu kali. Di Indonesia, jenis kopi ini
ditanam di daerah Jawa dan Lampung.
4. Kopi excelsa
Kopi excelsa (Coffea excelsa) merupakan salah satu jenis kopi yang paling toleran
terhadap ketinggian lahan. Kopi ini bisa tumbuh dengan baik di dataran rendah mulai 0
s.d 750 meter dpl. Selain itu, kopi excelsa juga tahan terhadap suhu tinggi dan kekeringan.
Pohon kopi excelsa bisa menjulang hingga 20 meter. Bentuk daunnya besar dan
lebar dengan warna hijau keabu-abuan. Kulit buahnya lembut, bisa dikupas dengan mudah
oleh tangan. Kopi excelsa memiliki produktivitas rata-rata 800 s.d 1.200 kg/ha/tahun.
Kelebihan lain jenis kopi excelsa adalah bisa tumbuh di lahan gambut. Di Indonesia,
excelsa ditemukan secara terbatas di daerah Tanjung Jabung Barat, Jambi.
Keempat jenis kopi tersebut merupakan jenis-jenis kopi yang paling umum
ditemui dalam perdagangan global. Namun, berdasarkan penelusuran literatur, terdapat
ribuan spesies kopi di dunia. Adapun beberapa jenis lainnya seperti Coffea dewevrei,
Coffea khasiana, Coffea arnoldiana, Coffea abeokutae, Coffea wightiana, Coffea
bengalensis, Coffea traverncorensis, Coffea recemosa, Coffea salvatrix, Coffea congenis,
Coffea kapakata, Coffea stenophylla, Coffea eugenioides, Coffea recemosa, Coffea
zanguebariae, dan sebagainya (Alamtani.com, 2014).
11
Menurut Kotler (1997), strategi pemasaran terdiri atas prinsip-prinsip dasar yang
melandasi manajemen untuk mencapai sasaran, bauran pemasaran, dan alokasi pemasran.
Dalam strategi pemasaran terdapat bauran pemasaran (marketing mix) yang merupakan
seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan dalam
pasar sasaran. Keputusan-keputusan dalam bauran pemasaran dapat dikelompokan
menjadi empat elemen yang terdiri atas produk (product), harga (price), distribusi (place),
dan promosi (promotion).
b. Budaya perusahaan
Budaya perusahaan adalah sekumpulan kepercayaan, harapan dan nilai yang
dipahami serta dilaksanakan oleh tiap-tiap anggota perusahaan dan akan
membentuk perilaku orang-orang di dalam perusahaan tersebut.
c. Sumberdaya perusahaan
Sumberdaya perusahaan adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan oleh
perusahaan guna mendukung perkembangan perusahaan, diantaranya sumberdaya
manusia, sumberdaya produksi, sumberdaya keuangan, pemasaran serta penelitian
dan pengembangan.
2. Analisis lingkungan eksternal
Umar (2008) menjelaskan, lingkungan eksternal merupakan suatu proses yang
dilakukan oleh perencanaan strategi untuk memantau sektor lingkungan dalam
menentukan peluang dan ancaman bagi perusahaan. Faktor lingkungan eksternal
terdiri dari :
a. Faktor ekonomi
Umar (2008) menjelaskan, kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat
mempengaruhi iklim bisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi ekonomi,
semakin buruk pula iklim berbisnis. Beberapa faktor kunci yang perlu
diperhatikan dalam menganalisis ekonomi suatu daerah atau negara adalah : siklus
bisnis, ketersediaan energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan
jasa, produktivitas, dan tenaga kerja.
b. Faktor sosial, budaya, demografi dan lingkungan
Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan mencakup keyakinan,
nilai, sikap, opini yang berkembang dan gaya hidup dari orang-orang di
lingkungan eksternal perusahaan. Faktor-faktor ini biasanya dikembangkan dari
kondisi kultural, ekologis, pendidikan dan kondisi etnis. Seandainya faktor sosial
berubah maka permintaan untuk berbagai produk dan aktivitas juga turut
mengalami perubahan. Perusahaan juga harus dapat memperhatikan tentang hal-
hal yang menyangkut faktor demografi diantaranya adalah ukuran populasi,
distribusi geografi (lokasi/jalur distribusi sampai ke agen-agen), pencampuran
etnis serta distribusi pendapatan.
c. Faktor politik dan kebijakan pemerintah
Arah, kebijakan, dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor penting bagi para
16
pengusaha untuk menjalankan usaha. Beberapa hal yang perlu di perhatikan dari
faktor politik agar bisnis dapat berkembang dengan baik adalah undang-undang
tentang lingkungan dan perburuhan, peraturan tentang perdagangan luar negeri,
stabilitas pemerintahan, peraturan tentang keamanan dan kesehatan kerja, dan
sistem perpajakan (Umar, 2008).
d. Faktor teknologi
Untuk menghindari keusangan dan meningkatkan inovasi suatu perusahaan maka
harus disadari akan perubahan teknologi yang dapat mempengaruhi industrinya.
Adaptasi teknologi yang kreatif dapat memiliki dampak terhadap perencanaan
perusahaan melalui pengembangan proses produksi dan pemasaran produk suatu
perusahaan.
e. Pesaing
Intensitas persaingan cenderung meningkat apabila jumlah pesaing bertambah
karena perusahaan yang bersaing menjadi setara dalam ukuran dan kemampuan
(David, 2004). Strategi yang dijalankan oleh salah satu perusahaan dapat berhasil
hanya sejauh strategi itu menyediakan keunggulan bersaing atas strategi yang
dijalankan oleh perusahaan pesaing. Persaingan ini terjadi karena satu atau lebih
pesaing melihat peluang untuk memperbaiki posisi.
Alternatif Strategi
Rekomendasi
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Strategi Pemasaran Kopi Bubuk Lumbung Mas,
Kelurahan Beng, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar.
20
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di perusahaan kopi bubuk Lumbung Mas yaitu UD.
Lumbung Mas yang berlokasi di Jl. Gunung Agung No. 48, Banjar Pande, Kelurahan
Beng, Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Bali mulai bulan Desember 2014
hingga Februari 2015. Penelitian diawali dari studi awal untuk identifikasi masalah,
pengumpulan data, pengolahan data, serta interpretasi data. Lokasi penelitian dipilih
dengan metode purposive, yaitu pemilihan secara sengaja (Antara, 2010).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif digunakan dalam pembobotan, pemberian rating, dan
penghitungan skor dari faktor internal dan eksternal, sedangkan data kualitatif
digunakan pada penjelasan deskriptif mengenai gambaran umum perusahaan,
alternatif strategi yang dihasilkan, dan penjelasan deskriptif tentang faktor-faktor
internal dan eksternal. Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini ada dua
yaitu data perimer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara
langsung dari sumbernya, sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari
hasil pengelolaan pihak kedua dari hasil penelitian lapangnya (Iskandar, 2008). Data
ini didapatkan dari literatur-literatur maupun instansi/lembaga yang mampu
memberikan informasi terkait penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian
ini terdiri dari metode observasi, wawancara, studi pustaka, dan dokumentasi.
internal terdiri dari indikator kekuatan dan kelemahan sedangkan variabel eksternal
terdiri dari peluang dan ancaman. Masing-masing indikator mempunyai beberapa
parameter yang telah ditentukan sesuai dengan keadaan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
AEKI. 2013. Luas dan Areal Produksi. Internet. [Artikel on-line]. http://www.aeki-
aice.org/page/areal-dan-produksi/id. Diunduh tanggal 29 Juli 2014.
Alamtani.com. 2014. Mengenal Jenis - jenis Kopi Budidaya. Internet. [Artikel on- line].
http://www.alamtani.com/jenis-kopi.html. Diunduh 15 Agustus 2014.
Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran, Edisi Millenium. PT. Prehalindo, Jakarta. Oka,
I.B. 2012. Sistem Pemasaran Kopi Bubuk Sari Buana pada UD. Mega Jaya.
Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. 1(1): 53-60.
Rangkuti, F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.