Sie sind auf Seite 1von 15

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.

3, Nopember 2010

EKSPLORASI PERASAAN IBU YANG MENGALAMI STRES PASCA ABORTUS SPONTAN


DI RSUD CILACAP

Ratna Ningtyas1 Desiyani Nani2 Keksi Girindra S3


1, 2, 3 Jurusan Keperawatan FKIK Universitas Jenderal Soedirman

ABSTRACT
Pregnancy was a natural condition which was desired by a women, but sometimes the
problem of pregnancy occurred unpredictable, such as spontaneous abortion. Women who
got spontaneous abortion tends to have high risk psycological nuisance after abortion, which is
stress after abortion. This research aimed to explore of mother’s feeling and the factors that
caused to stress spontaneous after abortion at regional hospital of Cilacap regency. The
method used on this research was qualitative descriptive. The research was done at four
districts of reginal hospital in Cilacap regency working area. The districts were Gunung
Sumping Gumilir, Jeruk Legi, and Donan. There were five persons as the participants who got
stressed after spontaneous abortion. The result of the research showed that the factor of age
could cause tostress because the old age was so much harder and at risk to have child.
Factors caused to spontaneous abortion on mother after abortion was the cause to pregnancy
traume and cause to pathologist of mother’s uterus. The low economic level could cause to
stress. Someone whose the economic status was low, could support them to get harder
stressed.so much easily. The factor of pregnancy status could cause to stress, abortion of the
first baby made women see the importance of pregnancy status to become a mother. So that,
abortion of the first child was very special looses. The factor of pregnancy age could cause to
stress toward the pregnancy age that was so much higher if they got spontaneous abortion
caused to stress spontaneous after abortion. The age that was getting older, things caused to
abortion, low economic level, the pregnancy status of the first child, and the pregnancy period
could cause to make stress on women of spontaneous after abortion at regional hospital in
Cilacap regency working area.

Key words: Stress, Spontaneous after abortion.

PENDAHULUAN
Dalam kehidupan seorang wanita kebahagian di masa yang akan datang.
menjadi ibu adalah salah satu hal yang Selama kehamilan ibu mengalami banyak
paling diidam-idamkan dan dianggap perubahan, baik biologis maupun
sebagai pemenuh kodrat hidupnya sebagai psikologis. Selain itu, meskipun kehamilan
manusia. Kehamilan biasanya dianggap merupakan kondisi alamiah, namun wanita
sebagai waktu yang istimewa dalam hamil sangat berisiko mengalami
kehidupan wanita. Pada saat seorang gangguan atau masalah dengan
wanita mengetahui bahwa dirinya sedang kehamilannya. Salah satu masalah yang
hamil, ia akan memperlakukan dirinya dapat terjadi selama kehamilan adalah
sebagai seorang yang akan mendapatkan abortus (Murphi, 2000).

149
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

Abortus adalah berakhirnya kesehatan secara profesional sangat


kehamilan melalui cara apapun sebelum diperlukan untuk melakukan konselor.
janin mampu bertahan hidup disertai Disamping merawat fisik pasien, perawat
keluarnya janin yang beratnya kurang dari juga harus dapat memahami kondisi
500 gram, umur kehamilan kurang dari 20 kejiwaan dan tekanan yang dialami pasien
minggu (Pitchard et al., 1991). Dalam setelah mengalami abortus agar dapat
dunia medis dikenal beberapa jenis memberikan perawatan yang
abortus yaitu abortus spontan (abortus komprehensif mencakup biopsikososio dan
tanpa disengaja) dan abortus provokantus spiritual.
(abortus yang disengaja). Abortus spontan Data WHO (1998) memperkirakan,
adalah abortus yang terjadi dengan di Asia Tenggara 4,2 juta abortus
sendirinya tanpa disengaja disebabkan dilakukan setiap tahunnya, dan Indonesia
oleh trauma kecelakaan atau sebab-sebab sekitar 750.000 sampai 1.500.000 kasus
alami (Mochtar, 1998). Abortus dapat setiap tahun. Angka abortus di Indonesia
menimbulkan risiko yang tinggi bagi ibu menurut perkiraan nasional terjadi 2 juta
baik risiko fisik maupun psikologis. Wanita kasus, artinya terdapat 43 kasus abortus
yang mengalami abortus spontan per 100 kelahiran hidup atau 37 kasus per
cenderung akan mengalami risiko tinggi 1000 kelahiran hidup. Angka kejadian
gangguan kejiwaan pasca abortus, wanita abortus di Indonesia sangat sulit dihitung
pasca abortus biasanya mengalami secara akurat, karena tidak ada laporan,
gangguan kejiwaan yang disebut dengan kecuali jika terjadi komplikasi. Abortus
sindroma pasca abortus (post abortion merupakan komplikasi kehamilan dini yang
syndrome) (WHO, 1998). paling sering terjadi. Data dari beberapa
Menurut Gunawan & Sumadino negara berkembang memperkirakan
(2007), ketidakmampuan untuk bahwa antara 10-15% kehamilan yang
merencanakan dan mengembangkan terdiagnosis secara klinis berakhir dengan
tujuan merupakan salah satu keadaan abortus. Sedangkan pada kehamilan yang
yang dapat menimbulkan stres. Stres tidak diketahui terdapat 15-20% kehamilan
terjadi bila kesejahteraan dan integritas yang berakhir dengan abortus (Utomo,
seseorang dalam kehidupan seseorang 2001).
terancam. Abortus merupakan stresor Pada kasus abortus spontan
psikososial (peristiwa yang menimbulkan prevalensi berhubungan dengan umur
perubahan di dalam kehidupan) yang penderita. Pada penderita umur kurang
dapat menimbulkan stres kehidupan, dari 20 tahun sebanyak 30%, pada umur
merupakan salah satu penyebab terjadinya ideal reproduksi 20-30 tahun kurang dari
stres (Hawari, 1999). Pada umumnya 20 % dan pada usia lebih dari 35 tahun
wanita yang mengalami gangguan prevalensi meningkat menjadi lebih dari
kejiwaan pasca abortus menampakkan 50%. Frekuensi abortus spontan
gejala-gejala post abortion syndrome meningkat bersamaan dengan
seperti perasaan bersalah, harga diri meningkatnya angka graviditas. Pada
rendah, putus asa, cemas, insomnia, kehamilan pertama atau kedua frekuensi
mimpi mengenai bayinya, suka melamun. kejadian abortus sebanyak 6%. Angka ini
Peran perawat dan keterlibatan petugas

150
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

meningkat menjadi 16% pada kehamilan kerja RSUD Kabupaten. Situasi sosial
ke-3 dan seterusnya (Klebanof, 1991). dalam penelitian ini adalah warga
Di RSUD Kabupaten Cilacap Kabupaten Cilacap yang masuk dalam
angka kejadian abortus spontan cukup wilayah kerja RSUD Kabupaten Cilacap.
tinggi. Berdasarkan survei awal yang Partisipan di dalam penelitian ini adalah
dilakukan peneliti diperoleh data pada ibu yang mengalami stres pasca abortus
tahun 2004 kasus abortus spontan spontan dari masing-masing partisipan di
sebanyak 149 kasus, tahun 2005 wilayah kerja RSUD Kabupaten Cilacap.
sebanyak 103 kasus, tahun 2006 Penelitian ini menggunakan lima
sebanyak 300 kasus, tahun 2007 orang partisipan. Partisipan yang peneliti
sebanyak 215 kasus dan terakhir sampai pilih adalah ibu yang mengalami stres
bulan April sebanyak 71 kasus. Dari pasca abortus spontan dengan
kejadian abortus spontan pada bulan april pertimbangan partisipan tersebut mampu
tahun 2008 sebanyak 71 kasus didapatkan memberikan informasi yang dibutuhkan.
data bahwa dari 71 kasus didapatkan data Untuk mencapai titik kejenuhan, peneliti
ibu pasca abortus sebanyak 11 orang melakukan pengambilan data secara
diantaranya mengalami gangguan berulang-ulang. Pengambilan data
kejiwaan yang disebut dengan sindroma dilakukan minimal sebanyak 3 kali pada
pasca abortus. Berdasarkan kenyataan waktu dan kesempatan yang berbeda
tersebut peneliti tertarik untuk melakukan dengan partisipan yang sama, hingga
penelitian tentang ”Eksplorasi Perasaan data yang peneliti peroleh sudah mencapai
Ibu Menyebabkan Terjadinya Stres Pasca titik jenuh yaitu semakin sering
Abortus Spontan di RSUD Kabupaten pengambilan data yang dilakukan secara
Cilacap” berulang-ulang maka data dan informasi
yang didapat tidak bertambah.
METODE PENELITIAN Penentuan sumber data pada
Mengeksplorasi perasaan ibu yang orang dilakukan secara purposive
mengalami stres pasca abortus spontan, sampling, yaitu dipilih dengan
dengan unsur-unsur pokok yang harus pertimbangan dan tujuan tertentu
ditemukan sesuai dengan butir-butir (Sugiyono, 2008). Strategi purposive
rumusan masalah, tujuan, dan manfaat sampling ini menggunakan jenis critical
penelitian, maka digunakan metode case sampling, yaitu memilih kasus kanker
deskriptif kualitatif yaitu proses berfikir serviks dan kanker payudara (lokasi dan
yang dimulai dari data yang dikumpulkan individu) yang memiliki kekhususan atau
kemudian diambil kesimpulan secara penting untuk alasan tertentu. Teknik
umum. Penelitian ini dilaksanakan pada pengumpulan data pada penelitian ini
tanggal 1 November-30 Desember 2008 di menggunakan teknik wawancara
empat kecamatan wilayah kerja RSUD mendalam dan teknik dokumentasi. Teknik
Kabupaten Cilacap, yaitu Kecamatan analisis data yang digunakan dalam
Gunung Simping, Gumilir, Jeruk legi, dan penelitian ini adalah analisis data secara
Donan. Peneliti memilih wilayah kerja kualitatif dengan menggunakan model
RSUD Kabupaten Cilacap sebagai tempat analisis interaktif menurut Miles dan
penelitian dengan alasan bahwa di wilayah Huberman (1984) dalam Sugiyono (2008).

151
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

Aktivitas dalam analisis data yaitu data Partisipan terdiri dari ibu yang mengalami
collection, data reduction, data display, stres pasca abortus spontan. Peneliti
dan conclusion drawing/verification. dalam mencari partisipan mencatat data-
data partisipan agar mengetahui latar
HASIL DAN BAHASAN belakangnya dibedakan berdasarkan
Karakteristik Partisipan umur, pendidikan, jenis pekerjaan. Dengan
Partisipan yang digunakan dalam demikian akan didapat informasi dari
penelitian ini adalah ibu pasca abortus berbagai sudut pandang yang berbeda
spontan yang dirawat di RSUD Kabupaten (contrast). Data-data karakteristik
Cilacap. Penelitian ini merupakan partisipan yang diwawancarai dalam
penelitian deskriptif kualitatif dengan penelitian ini disajikan dalam Tabel 1
jumlah partisipan sebanyak lima orang. berikut.

Tabel 1. Karakteristik partisipan ibu pasca abortus spontan (di Wilayah Kerja RSUD
Kabupaten Cilacap
No. Nama Umur (Th) Pendidikan Pekerjaan
1. Partisipan 1 26 SD Pembantu RT
2. Partisipan 2 30 SD Ibu rumah tangga
3. Partisipan 3 27 SD Pembantu RT
4. Partisipan 4 31 SD Pembantu RT
5. Partisipan 5 32 SMA Ibu rumah tangga
Sumber data: data primer November-Desember 2008

Pada Tabel 1 usia partisipan yang Berdasarkan Tabel 1 juga bisa


mengalami abortus spontan lebih banyak dilihat bahwa pendidikan partisipan
berusia > 25 tahun. Hal ini sesuai dengan terbanyak SD. Hanya satu orang partisipan
penelitian yang dilakukan oleh Potter & saja yang berpendidikan SMP. Hal ini akan
Perry (2005) menyatakan bahwa pada usia sangat berpengaruh terhadap
tersebut yang termasuk dalam kategori pengetahuan tentang reproduksi. Hal ini
dewasa awal, dimana biasanya lebih aktif diperkuat dengan pendapat Miller &
dan cenderung mengabaikan gejala fisik Deborah (2005) yang menyatakan bahwa
yang dialami dan sering menunda dalam kasus abortus spontan pada kategori
mencari perawatan kesehatan. Namun penderita dengan tingkat pendidikan
demikian pasien pada tahap rendah (SD), hal itu dapat disebabkan
perkembangan ini dapat mengambil rendahnya pengetahuan tentang
manfaat dari pengkajian gaya hidup pribadi reproduksi. Pengetahuan yang minim
misalnya pola makan, perilaku seksual, membuat mereka tidak mengetahui dirinya
pola istirahat, olah raga yang dapat hamil sehingga tidak menjaga kehamilan
membantu untuk mengidentifikasi yang sebagaimana mestinya atau
kebiasaan yang meningkatkan resiko pengetahuan bagaimana seharusnya
terjadinya abortus. merawat kehamilan dengan baik. Pada
kategori pendidikan menengah (SMA)

152
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

didapatkan hanya 1 orang partisipan, hal Respon Psikologis Ibu Pasca Abortus
ini mendukung bahwa pendidikan yang Spontan
tinggi dapat membuat rendahnya tingkat Banyak perubahan yang dialami
abortus spontan, karena informasi yang wanita pasca abortus spontan, wanita
didapat cukup memadai pengetahuan yang melakukan abortus spontan
tentang reproduksi membuat wanita dalam cenderung akan dapat menimbulkan risiko
kategori ini dapat merawat kehamilan. baik gangguan fisik maupun gangguan
Berdasarkan Tabel 1 juga bisa psikologis. Abortus merupakan stresor
dilihat bahwa pekerjaan partisipan psikososial yang dapat menimbulkan stres
terbanyak pembantu rumah tangga dan kehidupan, yang merupakan salah satu
dua partisipan lainnya adalah ibu rumah pencetus dan penyebab terjadinya
tangga. Hal ini sesuai dengan penelitian gangguan jiwa. Wanita pasca abortus
yang dilakukan oleh James (1996) bahwa biasanya mengalami gangguan kejiwaan
persentase tingginya kasus abortus yang disebut dengan sindroma pasca
spontan pada wanita bekerja disebabkan abortus. Berikut respon perasaan ibu
aktivitas dan stres yang tinggi sebab pasca abortus spontan.
disamping bekerja, mereka juga harus a. Sedih
melaksanakan tugas sehari-hari mengurus Ibu pasca abortus biasanya
rumah tangga. Hal ini didukung dengan mengalami gangguan psikologis pasca
tingginya abortus pada wanita bekerja abortus yaitu sedih, suatu perasaan yang
sebanyak 3 orang partisipan, sedangkan diungkapkan seseorang ketika mengalami
pada wanita tidak bekerja terdapat 2 orang kehilangan. Apalagi kehilangan seseorang
partisipan. Hal ini dapat dimungkinkan yang sangat dinanti dan dicintai pasti
pada kelompok wanita tidak bekerja stres sangat sedih. Berdasarkan hasil
dan aktivitas fisiknya tidak begitu tinggi wawancara partisipan yang
dibanding wanita yang bekerja. mengungkapkan sedih.

”.... Perasaane saya sedih mba,sedih banget mba”. (Partisipan 1)


“....Perasaan saya sangat sedih lah mba, merasa seperti tidak bisa tidur mba, malas
mau ngapa-ngapin mba, rasanya sedih banget”.(Partisipan 2)
“....Ya pasti sedih mba, aku sangat sedih mba... aku suka nangis sendiri mba kalau liat
foto bayi suami aku, pasti nangis mba. Semenjak keguguran aku sering
sedih”.(Partisipan 3)
“....Ya sedih lah mba, sapa si yang gak sedih kehilangan bayinya mba, apalagi anak
pertama mba, aku kecewa banget pokoknya mba pertama gak
percaya”.(Partisipan 4)

Berdasarkan hasil wawancara dari pasca abortus baik langsung maupun tidak
seluruh partisipan 1, 2, 3, dan 4 langsung akan berpengaruh terhadap
mengungkapkan bahwa mereka setelah kesehariannya, sikap di sini ditunjukkan
mengalami abortus spontan perasaan dengan sering menangis, tidak bisa tidur,
mereka sangat sedih. Ibu yang sering dan malas melakukan sesuatu sebagai
sedih terhadap apa yang telah ibu alami bentuk penyaluran frustasi. Hal ini sesuai

153
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

dengan pendapat Adikusumo (1999), universal dan unik secara individual.


faktor-faktor yang mempengaruhi Kehilangan karena kematian adalah suatu
pembentukan sikap terdiri dari bermacam- keadaan pikiran, perasaan, dan aktivitas
macam salah satunya faktor emosional yang mengikuti kehilangan. Keadaan ini
yaitu suatu sikap yang dilandasi oleh mencakup dukacita dan berkabung.
emosi yang fungsinya sebagai semacam Dukacita adalah proses mengalami reaksi
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk psikologis, sosial, dan fisik terhadap
mekanisme pertahanan ego. kehilangan yang diekspresikan. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara partisipan
b. Kehilangan mengenai respon kehilangan.
Kehilangan adalah peristiwa dari
pengalaman manusia yang bersifat

”.... Perasaane saya sedih mba, saya merasa kehilangan sekali mba, sangat
kehilangan mba”.
“....Perasaan saya sangat sedih mba, merasa seperti tidak bisa tidur mba, malas mau
ngapa-ngapin mba, rasanya sedih banget, kehilangan banget mba, stres saya”.
“....Ya sedih lah mba, sapa si yang gak sedih kehilangan bayinya mba, apalagi anak
pertama mba, aku kecewa banget pokoknya mba pertama gak percaya”.

Hasil wawancara dari partisipan 1, tersebut terjadi secara mendadak dan


2, 4 menyatakan bahwa mereka merasa dialami didepan mata. Peristiwa kematian
sangat kehilangan bayinya. Pada saat yang terjadi secara tiba-tiba membuat
seseorang merasa kehilangan mekanisme mereka yang ditinggalkan mengalami
koping mempengaruhi kemampuan berbagai perasaan yang kuat dan
seseorang untuk menghadapi dan mendalam.
menerima kehilangan. Kehilangan sangat
mempengaruhi tingkat stres seseorang Faktor-faktor yang menyebabkan
dan setiap individu berespon terhadap terjadinya stres pada ibu pasca abortus
kehilangan secara berbeda. Pada waktu spontan
ibu hamil akan terjadi peningkatan kadar Abortus merupakan stresor
estrogen yang salah satu fungsinya adalah psikososial yang dapat menimbulkan stres
terjadinya peningkatan emosi. kehidupan. Stres yang diakibatkan oleh ibu
Emosi dan perasaan sensitif yang pasca abortus spontan, akan
jika terpelihara tanpa mekanisme koping menyebabkan kondisi dimana ibu
yang baik maka bisa memungkinkan untuk mengalami penuh ketegangan dan
lebih mengarah kearah kejiwaan tekanan setelah melakukan abortus
seseorang baik itu langsung maupun tidak spontan yang responnya dimanifestasikan
langsung dan berlangsung baik itu cepat secara fisik, emosi, kognitif, dan
atau tidak. Tidaklah mudah mengalami perubahan perilaku. Faktor-faktor yang
peristiwa kehilangan dimana kehamilan menyebabkan stres pada ibu pasca
adalah peristiwa yang ditunggu-tunggu abortus spontan yang akan dibahas pada
oleh setiap wanita, apalagi bila peristiwa penelitian ini antara lain: usia, penyebab

154
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

keguguran, tingkat ekonomi, usia subur lebih mudah untuk mendapatkan


kehamilan, status kehamilan: keturunan. Kemunduran fungsi merupakan
a. Usia yang semakin menua salah satu akibat proses menua Dimana
Abortus pada usia yang tua akan terasa organ reproduksi dan kondisi rahim pada
sangat berat oleh ibu pasca abortus usia subur masih sangat mendukung.
spontan, karena dapat menimbulkan risiko Pada wanita Usia tua yang mana wanita
atau bahaya kehamilan. Risiko keguguran akan megalami masa menopause, apabila
memang semakin bertambah seiring menopause wanita tidak memiliki
dengan pertambahan umur. Usia yang tua kesempatan lagi untuk memiliki keturunan.
akan mengalami kesulitan untuk memiliki Hal ini sesuai dengan pernyataan
keturunan, dibanding usia muda atau usia partisipan berikut ini.

…..“Usiane aku wis tua mba, kalau semakin tua punya anak kan kata orang juga
beresiko mba mumet mba engko malah ora duwe anak priwe ya mba”.
(Partisipan 1)
….. “ Umur saya sudah tua mba, takut susah punya momongan resiko juga kalau
sudah tua kata dokter mba”. (Partisipan 4)
.....”Lah umurku wis tua banget mba, suruh nunda kata dokternya jaditambah pusing
mba, bisa punya anak gak”.(Partisipan 5)

Hasil wawancara dari seluruh dalam tubuh (Lutfi, 2008). Proses menjadi
partisipan 1, 2, 3, 4, dan 5 menyatakan tua merupakan proses yang terjadi di
bahwa mereka sangat takut terhadap usia dalam tubuh yang berjalan perlahan-lahan
mereka yang semakin menua karena tapi pasti, dimana terjadi penurunan fungsi
semakin berisiko apabila mereka hamil. tubuh secara berangsur. Penurunan fungsi
Biasanya menikah pada usia dewasa, ini meliputi anatomi, biokimiawi,
dimana harapan untuk memiliki anak pada keseimbangan hormonal dan lain-lain.
masa awal pernikahan sangat tinggi, dan Wanita yang hamil di usia kurang dari 20
muncul kekhawatiran pada kehamilan tahun atau lebih dari 30 tahun ketika hamil
dikarenakan telah mendekati atau bahkan anak pertama memiliki resiko kehamilan
telah masuk usia rawan bagi ibu untuk yang cukup tinggi.
melahirkan. Ketakutan itu akan semakin
bertambah ketika mereka berfikir tentang b. Hal yang menyebabkan keguguran
umur semakin tua pasti sulit untuk memiliki Abortus spontan yaitu abortus
anak lagi. Mereka berfikir seperti itu karena yang terjadi dengan sendirinya manipulasi
didukung dengan kenyataan terhadap dari luar baik dengan obat-obatan maupun
orang-orang yang memiliki pengalaman dengan alat, abortus terjadi tanpa
hidup seperti itu. Mereka takut jika hal itu disengaja, penyebab yang biasa terjadi
juga akan menimpa mereka. Padahal, rasa pada abortus spontan yaitu pada ibu
takut yang berlebihan dapat melemahkan dengan trauma kehamilan ataupun
seseorang secara psikis yang akhirnya keadaan patologis lain misalnya rahim
dapat menurunkan kekebalan tubuh atau yang lemah, namun sering kali abortus
daya immunitas yang secara alamiah ada spontan tidak mempunyai sebab yang

155
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

jelas. Trauma kehamilan terhadap Pada saat hamil tetap bisa melakukan
penyebab yang berasal dari luar atau aktivitas seperti biasa. Hanya saja, ibu
eksternal yaitu diantaranya adalah seperti hamil harus mengukur diri, terutama
jatuh, kecelakaan, atau terpleset. kehamilan di masa kehamilan trimester
Pekerjaan ibu yang terlalu berat dan pertama. Hal ini sesuai dengan pernyataan
menggunakan energi besar dapat memicu partisipan 1, 3, dan 5 berikut ini.
terjadinya keguguran pada kehamilan ibu.

......”Aku kecapean mba siange kan aku kerja mba nyuci, aku kepleset mba dulu gak
dengerin suami saya mba jadi nyesel banget aku kan suruh brenti kerja tapi saya
ngeyel”. (Partisipan 1)
…..”Aku kecapean kerjaan, jane udah dibilang gak boleh kerja suamiku mba, kan aku
pembantu mba waktu itu kepleset mba”. (Partisipan 3)
......”Saya gara-gara kecelakaan mba, jatuh dari motor mba dah dibilang ibu saya mba
saya gak manut kecewa banget mba”. (Partisipan 5)

Hasil wawancara dari partisipan 1, penyebab terjadinya abortus spontan salah


3, dan 5 menyatakan bahwa mereka satunya karena adanya trauma mekanis
mengalami trauma pada saat hamil yang atau fisik, sehingga aktivitas yang
menyebabkan abortus spontan. Masa menggunakan tenaga berat rentan
kehamilan trimester pertama merupakan terhadap terjadinya abortus spontan.
masa yang rawan bagi wanita hamil. Wanita bekerja disebabkan aktivitas dan
Karena pada masa ini merupakan awal stres yang tinggi sebab di samping
pembentukan organ, sehingga kondisinya bekerja, mereka juga harus melaksanakan
masih sangat lemah. Wanita hamil tetap tugas sehari-hari mengurus rumah tangga.
bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Adakalanya, proses pembentukan rahim
Hanya saja, ia harus mengukur diri. Jika tidak berlangsung mulus. Maka, terjadilah
tiba-tiba kondisi turun harus segera beberapa kelainan rahim. Akibatnya
beristirahat sejenak dan jangan terlalu sejumlah wanita mengalami masalah
dipaksakan, terutama di masa kehamilan kehamilan.
trimester pertama. Rahim adalah tempat janin
Dilihat dari pekerjaan dibesarkan. Penyebab dengan bentuk
menunjukkan bahwa partisipan adalah ibu patologis rahim yaitu keadaan rahim yang
yang mengalami abortus dengan terlalu lemah, merupakan kelainan bawaan
pekerjaan sebagai pembantu rumah dari wanita tersebut. Gangguan fungsi dan
tangga yang mana pekerjaan itu adalah pertumbuhan lapisan dalam rahim
pekerjaan yang memerlukan tenaga yang (endometrium), menyebabkan gangguan
banyak. Kurangnya istirahat dapat penempelan calon janin di dalam rahim
menyebabkan kontraksi. Kontraksi ini atau gangguan dalam pertumbuhan calon
adalah terbukanya mulut rahim yang janin, sehingga tidak mampu menahan
menyebabkan terjadinya pendarahan dan berat janin yang sedang berkembang.
bisa menyebabkan keguguran. Hal ini Kehamilan seperti ini biasanya hanya
sesuai pendapat Kinney (2008) bahwa mampu bertahan sampai akhir semester

156
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

pertama saja. Hal ini sesuai dengan pernyataan partisipan 1, 2, 3, dan 4.

…..“ Rahim saya juga lemah banget mba ditambah kepleset mba saya gak hati-hati
menyesal banget mba”. (Partisipan 1)
…..”Jane udah dibilang dokter mba kalau rahim aku lemah kan boleh kecapean eh,
malah aku kerja mba ya uwis”. (Partisipan 3)
.....” Aku rahimnya lemah kata doktere si mba suruh istirahat total mba miring sana
miring sini tu gak boleh mba istirahat terus, aku kena diare bolak balik kamar
mandi langsung keluar bercak ”.(Partisipan 4)

Hasil wawancara dari partisipan 1, Secara umum, dikatakan bahwa


2, 3 dan 4 menyatakan bahwa mereka status ekonomi yang rendah pada
memiliki rahim yang lemah sehingga seseorang menyebabkan orang tersebut
menyebabkan abortus spontan. Rahim mudah mengalami stres yang lebih berat.
lemah dapat menyebabkan abortus Salah faktor yang berpengaruh terhadap
berulang, ibu bisa hamil namun dapat timbulnya stres adalah stresor psikososial,
menyebabkan abortus berulang. Banyak yang termasuk stresor kronik adalah
wanita yang khawatir setelah megalami ekonomi yang rendah. Faktor yang
keguguran karena rahim yang lemah, melatarbelakangi adanya hubungan yang
apalagi bila ibu hamil lagi ibu berarti harus bermakna antara stres dengan status
istirahat total. Apabila tidak menjaga ekonomi pada pasien pasca abortus dalam
kehamilan maka dapat menyebabkan penelitian ini karena mereka siap
keguguran yang berulang. Hal ini diperkuat menghadapi kehamilan, tetapi mereka
dengan pendapat Gunawan (2008) yang tidak siap dengan risiko yang mungkin
mengemukakan bahwa rahim yang terlalu dialami pada proses kehamilan dengan
lemah tidak mampu menahan berat janin kondisi keuangan yang dimilikinya
yang sedang berkembang. Kehamilan sekarang. Berdasarkan hasil wawancara
seperti ini biasanya hanya mampu tentang tingkat ekonomi partisipan.
bertahan sampai akhir trimester pertama
saja, dan kemudian janin akan keluar.

.....” Untuk kebutuhan sehari-hari kurang mba, Saya pinjam tetangga mba buat operasi
kemarin, belum lunas mba stres la mba tiap bulan aja kurang gimana balikine
mba”. (Partisipan 2)
.....” Tiap bulan pesti kurange mba, la nyelang mba maring mertuane arep balekna
bingung mba duit sekang ngendi”. (Partisipan 3)
.....”Pasti kurang mba tiap bualne mesti nombok, la kebutuhan akeh, minjem mba tapi
cuma setengah tok, be bingung baleknane”. (Partisipan 4)
.....” Kurang mbak, tergantung butuhe, pinjem mba biaya operasi duit sebanyak itu
mendadak gak mungkin punya mba”. (Partisipan 5)

Berdasarkan hasil wawancara dari menyatakan bahwa mereka


seluruh partisipan 1, 2, 3, 4 dan 5 menyampaikan informasi tentang tingkat

157
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

ekonomi didapatkan hasil yaitu faktor ekonomi menjadi salah satu hal
pendapatan keluarga tidak cukup untuk yang mendasari terjadinya stres.
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan Adanya beban biaya juga akan
selalu kurang (partisipan 1, 2, 3, 4, dan 5). menambah pikiran seorang wanita pasca
Hal ini memungkinkan apabila terdapat abortus, lebih lagi apabila biaya yang
kebutuhan yang mendadak (kebutuhan digunakan untuk abortus bukan biaya
untuk biaya aborsi), seseorang menjadi sendiri tetapi pinjaman dari orang lain. Ini
lebih mudah cemas dan stres yaitu dalam akan menambah beban pikirannya yang
hal mendapatkan uang untuk jangka waktu akan menyebabkan stres yang jauh lebih
yang cepat. Hal ini semakin diperkuat berat apabila tidak ada solusi yang terbaik.
dengan pendapat Bharoto (2008), status Kenyataan ini akan berbeda sekali dengan
ekonomi yang rendah menyebabkan wanita pasca abortus yang melakukan
seseorang tersebut mengalami stres yang aborsi dengan uangnya sendiri. Mungkin
lebih berat. Pendapat Bharoto juga yang dialami ibu hanya tekanan-tekanan
didukung oleh pendapat Prawirohusodo yang berasal dari perasaan kehilangan
(1998), faktor yang berpengaruh terhadap seorang bayi yang dinanti. Hasil ini
stres adalah stresor psikososial, yang menunjukkan bahwa stres bersifat individu
termasuk dalam stresor kronik adalah dan terganggu atau tidaknya individu
kemelaratan. tergantung pada persepsi terhadap
Faktor yang melatarbelakangi peristiwa yang dialaminya, dan persepsi ini
adanya hubungan yang bermakna antara akan berbeda antar individu. Pernyataan
stres dengan status ekonomi pada pasien ini semakin diperkuat Yulia (2008), stres
pasca abortus spontan dalam penelitian ini bersifat individu dan pada dasarnya
karena mereka siap menghadapi bersifat merusak apabila tidak ada
kehamilan tetapi tidak siap menghadapi keseimbangan daya tahan mental individu
resiko yang mungkin dialami pada proses dengan beban mental yang dirasakan.
kehamilan ini karena dengan kondisi Namun berhadapan dengan suatu stresor
keuangan yang dimilikinya sekarang. tidak terlalu mengakibatkan gangguan
Kesimpulan ini didukung pendapat Hadad secara psikologis maupun fisilogis.
(1998) yang menyatakan bahwa Terganggu atau tidak terganggunya
penggolongan status ekonomi individu tergantung pada persepsi
berdasarkan tingkat penghasilan terhadap peristiwa yang dialaminya.
tergantung dimana orang itu tinggal. Hasil Dengan kata lain, bahwa reaksi terhadap
observasi diketahui bahwa partisipan yang stres dipengaruhi oleh bagaiman tubuh
melakukan abortus di RSUD Kabupaten individu memandang suatu peristiwa.
Cilacap adalah penduduk sekitar daerah Stresor yang sama dapat dipersepsikan
Cilacap di mana diketahui bahwa biaya secara berbeda. Pernyataan Yulia semakin
hidup untuk kebutuhan sehari-hari relatif diperkuat pendapat Murphi (2000), pada
lebih mahal yang hampir sama dengan seseorang dengan keadaan status
kota besar lainnya. Dengan pengahasilan ekonomi rendah dianggap lebih banyak
yang rendah ini mereka tidak bisa mengalami stres.
mencukupi dan memenuhi kebutuhan Keguguran dapat menjadi musibah
hidup dengan layak yang mengakibatkan yang menyedihkan, terutama bagi

158
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

pasangan yang sedang mendambakan yang pertama sehingga abortus anak


anak. Abortus bayi pertama membuat pertama merupakan kehilangan yang
wanita mengerti pentingnya status sangat khusus. Hal ini sesuai dengan hasil
kehamilan untuk menjadi ibu bagi wawancara partisipan menganai status
masyarakat dan bagi diri sendiri. kehamilan ibu pada saat mengalami
Walaupun kehamilan berikutnya bisa abortus spontan.
berhasil, bayi tersebut bukan seperti bayi

.....” ini kehamilan yang pertama mba, saya sudah mengharap nantinya mba, mertua
saya, orang tua saya, suami saya semua orang kecewa mba, saya sedih mba
sudah mengecewakan mereka”. (Partisipan 1)
.....” Kehamilan yang pertama mbak, mertua dan orang tua sangat sedih karena
mereka sangat menantikannya”. (Partisipan 3)
.....” Kehamilan pertama, aku ma masku sangat berharap banget, mertua, lah orang
tua kabeh pokoke mba kecewa kabeh”. (Partisipan 4)

Hasil wawancara dari seluruh pentingnya status hamil untuk menjadi ibu
partisipan 1, 2, 3, 4, dan 5 menyatakan bagi masyarakat dan bagi diri sendiri.
bahwa mereka mengalami keguguran Walaupun kehamilan berikutnya dapat
pada status kehamilan pertama. berhasil, bayi tersebut tidak seperti bayi
Kehamilan adalah suatu peristiwa yang di yang pertama sehingga abortus anak
tunggu-tunggu oleh setiap wanita. Betapa pertama merupakan kehilangan yang
indahnya keluarga, ketika hadirnya sangat khusus.
seorang buah hati. Apalagi kehamilan Sekitar 20 persen kehamilan pada
anak pertama, kehamilan yang sangat di trimester awal berisiko mengalami
nanti oleh seluruh keluarga. Di samping itu keguguran. Kasus ini biasanya terjadi pada
keguguran merupakan momok bagi setiap masa awal kehamilan hingga sekitar
ibu hamil. Keguguran memang paling di minggu kedelapan usia kehamilan. Risiko
takuti oleh banyak wanita hamil. abortus spontan paling besar terjadi usia
Keguguran bisa saja terjadi secara tiba- kehamilan pada trimester pertama. sekitar
tiba. Keguguran dapat menjadi musibah 10-15 persen kehamilan berakhir dengan
yang menyedihkan, terutama bagi keguguran spontan selama tiga bulan
pasangan yang sedang mendambakan pertama. Meski demikian keguguran
kehadiran sang buah hati. Ini spontan juga bisa terjadi pada usia
menyebabkan ibu merasa sangat bersalah kandungan diatas delapan minggu hingga
dan sedih karena kehamilan pertama 12 minggu, namun tingkat keguguran pada
merupakan kehamilan yang sangat dinanti usia ini terbilang kecil, demikian pula pada
oleh partisipan, dan orang-orang disekitar usia kandungan diatas 12 minggu Hal ini
partisipan seperti mertua, suami, orang tua sesuai dengan hasil wawancara mengenai
(partisipan 1, 3, dan 4). Hal ini didukung usia kehamilan ibu yang mengalami
menurut Murphi (2000), abortus bayi abortus spontan.
pertama membuat wanita mengerti

159
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

.....” usia 3 bulan mba sedih rasanya gak bisa pertahanin sedih mba”.(Partisipan 1)
.....” usia kehamilan 3 bulan mba sedih liat janinnya ”.(Partisipan 2)
.....” masuk 3 bulan mba sedih mba udah gak bisa ditolong”.(Partisipan 3)
.....” kira-kira 3 bulan mbapas liat bayinnya rasane pengen nangis”.(Partisipan 5)

Hasil wawancara dari ketiga pertama yaitu tiga bulan kalender sel janin
partisipan di atas menyatakan bahwa terus berdiferensiasi dan berkembang
partisipan yang mengalami abortus kedalam sel organ yang penting, dan
spontan sedang memasuki usia setiap organ amat sangat rapuh terhadap
kehamilan antara usia 3-4 bulan. Pada gangguan dari lingkungan, dan pada
penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian trimester ini mudah terpajan oleh teratogen
abortus paling banyak dialami pada usia yang salah satunya dapat menyebabkan
kehamilan timester 1 (di bawah 12 minggu) abortus spontan. Pada masa ini terjadi
yaitu sebanyak 4 orang partisipan. Dapat pertumbuhan dan perkembangan janin, di
diambil kesimpulan bahwa usia kehamilan mana pada usia 10-12 minggu korion
berpengaruh pada stres pada pasien mulai tumbuh dengan cepat dan hubungan
pasca abortus spontan. Masa kehamilan antara villi korialis makin erat
trisemester pertama merupakan masa (Sastrawinata, 2005). Kondisi ini
yang rawan bagi wanita hamil, karena mengakibatkan semakin eratnya jalinan
merupakan awal pembentukan organ, kedekatan antar janin dengan ibunya, lebih
sehingga kondisinya masih sangat lemah. lagi jika janin tersebut makin besar maka
Hal ini memberikan gambaran bahwa pada janin akan semakin bisa merasakan apa
usia kehamilan ini rawan terjadi abortus yang ibunya rasa. Hal ini juga
spontan, hal ini diperkuat dengan dikemukakan oleh partisipan 4 yang
pendapat Potter & Perry (2005) yang mengalami abortus spontan pada usia
menyatakan bahwa pada trimester kehamilan trimester kedua.

.....” usia 4 bulan mba, sudah besar ya mba, saya menyesal mba kemaren liat
janinnya udah besar”.(Partisipan 4)

Hasil wawancara dari partisipan 4 terputus karena kematian bayi maka


menyatakan bahwa keguguran pada jalinan kasih sayang yang mulai tumbuh
trimester kedua membuat ibu semakin tiba-tiba terputus, maka ibu dengan cepat
merasa sedih yang mendalam, hal ini pasti akan merasakan. Jadi dapat
terjadi karena keterlibatan emosi antara disimpulkan semakin tua umur kandungan
ibu dan bayi yang dikandungnya seiring seorang ibu maka jalinan kasih sayang
bertambahnya usia kehamilan. Hal ini tidak yang terikat antara keduanya makin kuat
jauh dari fakta yang ada yaitu apa yang ibu akibatnya rasa kehilangan akan semakin
makan juga dimakan oleh bayinya, mereka dirasakan oleh ibu. Pendapat Murphi
satu aliran darah di mana pengaturan (2000) semakin memperkuat pernyataan
hormonal terpusat pada satu tempat. Ini ini, bahwa pengaruh abortus terhadap
mengakibatkan apa yang dirasa ibu juga kejiwaan ibu tergantung pada perasaan ibu
dirasa oleh janin. Jika hal ini tiba-tiba terhadap calon bayi sebelum keguguran,

160
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

disamping juga tergantung pada alasan abortus spontan, hasil penelitian ini dapat
kehamilan dan besarnya keterkaitan dijadikan sebagai data rekomendasi dalam
emosional antara ibu dan calon bayi. meneliti lebih lanjut tentang faktor-faktor
Abortus yang terjadi pada kehamilan tua, yang menyebabkan stres pada pasien
maka akan semakin menyerupai kelahiran pasca abortus spontan.
yang sesungguhnya. Wanita yang
mengalami abortus pada usia kehamilan DAFTAR PUSTAKA
19 minggu atau lebih kemungkinan sudah Adikusumo, A. (1999). Penatalaksanaan
menghasilkan ASI antara 2-3 hari setelah stres. Terdapat pada:
abortus. Keadaan inilah yang http://www.kalbe.co.id/files/cdk/file
menyebabkan wanita pasca abortus stres s/10PenatalaksanaanStres123.pdf
secara emosional, karena menambah rasa /10PenatalaksanaanStres123.pdf.
kehilangan dan juga menyiksa secara fisik. [Diakses tanggal 21 Juli 2008]
Bharoto. (2008). Pengendalian Stres.
SIMPULAN DAN SARAN Terdapat
Respon psikologis ibu pasca pada:http://indonesiamembercare.
abortus spotan yaitu sedih dan kehilangan. googlepages.com/PengendalianSt
Usia yang menua dapat menyebabkan res-Handling Stress.pdf. [Diakses
terjadinya stres pada pasien pasca abortus tanggal 19 Desember 2008]
spontan. Status ekonomi yang rendah Bowles. (2000). Acut and Post Traumatic
pada seseorang menyebabkan orang Stres Disorder After Spontaneous
tersebut mudah mengalami stres yang Abortion. Terdapat pada:
lebih berat. Kehamilan pada trimester awal http;//www.aafp.org/afp/20000315/
sangat beresiko mengalami keguguran 1689.html. [Diakses tanggal 22 Juli
spontan. Tenaga kesehatan hendaknya 2008]
memberikan informasi yang sejelas- Bianchi & Demicheli. (2007). Psychiatri
jelasnya mengenai abortus spontan. and Psychological Consequences
Aktivitas terlalu berat, rahim lemah, usia of Abortion, Pubmed. Vol. 406, No.
yang tua dapat menyebabkan abortus 98.
spontan. Dalam menghadapi ibu pasca Catatan Rekam Medis. (2008). RSUD
abortus spontan tidak hanya memberikan Kabupaten Cilacap.
perhatian pada penanganan fisik semata, Dua, S. (1993). Makan Untuk Mengurangi
tetapi juga penanganan emosional dan Stres. Terdapat pada:
psikologis ibu. http://spiritia.or.id/cst/dok/gizi1.pdf.
Khususnya bagi perawat hasil [Diakses tanggal 20 Agustus 2008]
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan Ellie & Aldine. (2004). Abortion
masukan sehingga dalam perawatan Motherhood and Mental Health
pasien pasca abortus yang mengalami Medicalizing Reproduction in the
stres dapat diberikan asuhan keperawatan United States and Great Britain.
yang lebih komprehensif dan holistik BMJ 328(10) 293.
meliputi biologi, psikologi, sosial dan Sari, E. (2004). Karakteristik penderita
spiritual. Bagi peneliti yang merasa tertarik abortus spontan di RSUD prof Dr.
terhadap penelitian mengenai stres pasca

161
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

Margono Soekarjo. Skripsi. Age During the Reproductive


Univeristas Jenderal Soedirman. Years. Terdapat pada:
Gunawan, R. (2008). Kenali Berbagai http//www.emedicine.com/.
Penyebab Keguguran. Terdapat [Diakses tanggal 20 Desember
pada: http://jambi- 2008]
independent.co.id/home/modules. Lutfi. (2008). Post Abortion Syndrome.
php?article&sid=4258. [Diakses Terdapat pada: http//forum-
tanggal 26 Desember 2008] sehat.blogspot.com/. [Diakses
Gunawan & Sumadino. (2007). Stres dan tanggal 20 Desember 2008]
Sistem Imun Tubuh Suatu Maramis, W. F. (1998). Catatan Ilmu
Pendekatan Psikoneuroimunologi. kedokteran. Surabaya: Airlangga
Dari : http://www.kalbe. University Press.
co.id/files/154_08_Stresimunitastu Miller, S. & Deborah L. (2005). Abortion
buh.pdf/154_08_Stresimunitastubu and Postabortion Care: Ethical,
h.html. [Diakses tanggal 21 Juli Legal, andPolicy Issues in
2008] Developing Countries. Journal of
Hadad, T. (1998) Ketika Rakyat Mendadak Midwifery & Women’s Health.
Miskin. 14 Mei: hal 5 kol 5-9. 50:341–343.
Jakarta: Kompas. Mochtar, R. (1998). Abortus dan Kelainan
Hawari, D. (1997) Al Quran ilmu dalam Kehamilan Tua Dalam
kedokteran jiwa dan kesehatan Sinopsis Obstetri. Jilid 1. Jakarta:
jiwa. Jakarta: Dana Bakti Prima EGC.
Jasa. Moleong, L. (2006). Metode penelitian
Hamilton, P.M. (1995). Dasar-dasar kualitatif. Edisi revisi. Bandung:
keperawatan maternitas. Edisi 6. Remaja Rosdakarya.
Jakarta: EGC. Murphi. (2000). Keguguran apa yang perlu
James, D. K. (1996). High Risk Pregnancy diketahui. Jakarta: Arcan
Management Options. P 35-87. Pitchard. (1991). Obstetri Williams. Edisi
London. W.B Sauder Compani. 17. Surabaya: Airlangga University
Karnadi, J. (1999). Stres Dalam Press.
Kehidupan Sehari-hari. Terdapat Potter & Perry. (2005). Buku ajar
pada: fundamental keperawatan. Edisi
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/file 4. Vol. 1. Jakarta: EGC.
s/09StresdalamKehidupanSehari- Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu
hari123.pdf. [Diakses tanggal 10 Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina
Juli 2008] Pustaka.
Klebanof, S. (1991). Spontaneous and Rosana, Y. (1998). Gambaran depresi
Induced Abortion Among Resident pada pasien pasca abortus di
Physicians. The Journal of the bangsal kebidanan dan
American Medical Association. kandungan RSUP Dr. Sardjito
Vol. 265, No. 21. Yogyakarta. Skripsi. Universitas
Kinney, A. J. (2008). Smoking, Alcohol and Gadjah Mada.
Caffeine in Relation to Ovarion

162
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 5, No.3, Nopember 2010

Reardon, D. (1991). The Aftereffectc of


Abortion. Terdapat pada:
http://www.abortionfacts.com/reard
on/after_effect_of_abortion.asp.
[Diakses tanggal 19 Juli 2008]
Sastrawinata. (2005). Obstetri Patologi.
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Simons, W. (1994). Learning to Care on
the Gynaecology cuard. Jakarta:
EGC.
Stuart & Sundeen. (1998). Keperawatan
jiwa. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Sugiyono. (2008). Metodologi penelitian
kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.
Utomo, et al. (2001). Incidence and Social
Psychological Aspects of Abortion
in Indonesia. A Community-Based
Survey in 10 Major Cities and 6
Districts. Jakarta. Center for
Health Research University of
Indonesia.
World Health Organization. (1998). Unsafe
Abortion: Global and Regional
Estimates of Incidence of and
Mortality due to Unsafe Abortion
with a Listing of Available Country
Data. Third Edition. Division of
Reproductive Health WHO.
Geneva.
Yulia, A. (2008). Mitos Penyebab
Keguguran. Terdapat pada:
http://www.kafebalita.com/content/
articles/read/2008/05/10-mitos-
penyebab-keguguran/319.
[Diakses tanggal 19 Desember
2008].

163

Das könnte Ihnen auch gefallen