Sie sind auf Seite 1von 9

Peranan Nanoteknologi Bahan Anti kusut Pada Serat Kapas Dalam Proses

Penyempurnaan Tekstile di Era Revolusi Industri

Ratih Tsalasatuti Santika


190551556011
S2 Pendidikan Kejuruan
Abstract :

Along with the development of the age of development of science and technology has
increased, which has changed human life for the better to the present. with technological
knowledge that is growing and has been proven significantly, today is aware of the needs and
demands for needs that are increasing, not least that is felt in the industrial world. Therefore,
the need for mastery of the latest technology to be applied in the national industry. One
technological development that has penetrated the industrial world is nano technology where
its application and application in the industrial world to improve quality globally and
competitively. One of the greatness of nanotechnology is that it can be a driving force for
new businesses in Indonesia so that many companies take part in the development and
application of nano technology to strengthen the national industry. Texture Industry is one
industry that applies nano technology to add quality to their ingredients, one of which is anti-
crease material. Tangle resistance is a combination of resistance of a material to creasing and
also the ability to return to its original shape. In this tangled resistance the emphasis is on the
ability to return to its original shape. Many materials are resistant to creasing, which means
they are resistant to deformation, because it is rigid. Basically, this progress will only help in
the future. Industries that apply nano technology in their production processes will
significantly outperform other industries because of the technological content, quality,
affordable prices and relief.

Keywords: Nanotechnology, Anti-Tangle, Texture

Abstrak :

Seiring berkembangnya zaman pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


semakin meningkat, yang telah merubah kehidupan manusia menjadi lebih baik hingga saat
ini. dengan pengetahuan teknologi yang semakin berkembang dan telah terbukti secara
signifikan, dewasa ini sadar akan kebutuhan serta permintaan akan kebutuhan yang
meningkat, tak terkecuali yang dirasakan pada dunia industri. Oleh karena itu, diperlukannya
penguasaan teknologi terkini untuk dapat diterapkan dalam industri nasional. Salah satu
perkembangan teknologi yang telah merambah pada dunia industri adalah nano teknologi
dimana aplikasi dan penerapannya pada dunia industri untuk peningkatkan kualitas secara
global maupun kompetitif. Kehebatan nanoteknologi salah satunya yaitu dapat menjadi motor
penggerak bagi bisnis-bisnis baru di indonesia sehingga banyak perusahaan mengambil
bagian dalam pengembangan dna penerapan nano teknologi untuk penguatan industri
nasional. Industri Tekstile salah satu industri yang menerapkan nano teknologi untuk
menambah kualitas pada bahan mereka, salah satunya adalah bahan anti kusut. Tahan kusut
adalah kombinasi antara ketahanan dari suatu bahan terhadap kekusutan dan sekaligus
kemampuan untuk kembali kebentuk semula. Dalam sifat tahan kusut ini titik beratnya pada
kemampuan pengembalian kebentuk semula. Banyak bahan yang tahan terhadap kekusutan ,
artinya tahan terhadap deformasi (perubahan bentuk), karena kaku. Pada dasarnya kemajuan
ini justru akan membantu pada masa depan. Industri - industri yang menerapkan nano
teknologi dalam proses produksinya secara nyata akan mengungguli industri lainnya karena
kandungan teknologi, kualitas, harga yang terjangkau dan keringanannya.

Kata Kunci : Nanoteknologi, Anti Kusut, Tekstile

Pendahuluan

Pemanfaatan nano teknologi pada serat-serta tekstile sangat beragam, Perkembangan


teknologi serat tekstil saat ini tidak bisa dilepaskan dari perkembangan IPTEKS secara
global. Widodo (2004) mengungkapkan rekayasa sifat serat dan integrasi berbagai senyawa
kimia dan elektronik ke dalam bahan tekstil dipengaruhi oleh kemajuan di bidang
nanoteknologi. Nanoteknologi secara literal dan sederhana dapat dipahami sebagai teknologi
yang bekerja pada skala nano, yaitu skala atom dan molekul. Secara konsep, nanoteknologi
didefinisikan sebagai teknologi yang memungkinkan kendali struktural tiga-dimensi secara
penuh atas bahan, proses dan alat (devices) pada skala atom. Artinya, teknologi ini
memungkinkan orang untuk membuat suatu produk dengan sifat apapun yang diinginkan
melalui pengaturan struktur bahan pada skala atom.

Keuntungan dan peluang yang ditawarkan iptek nano memberikan hasrat baru bagi
negara-negara maju dan berkembang termasuk Indonesia untuk berlomba-lomba
mengembangkanya. Potensi penerapan yang luas diharapkan mampu memompa dan
menghidupkan sendi-sendi perekonomian yang berujung pada meningkatnya kesejahteraan.
Saat ini berbagai macam aplikasi nanoteknologi telah berkembang mulai dari bidang
elektronik, kedokteran, farmasi, konsruksi, industri makanan, tekstil, keramik dan lain-lain.
Sebagai contoh, perkembangan nanoteknologi dalam dunia industri di bidang tekstile telah
mengubah serat kain agar mudah dalam kegunaannya, seperti serat anti kusut, hal ini dapat
meningkatan kemampuan dan kapasitas yang luar biasa, sehingga memungkinkan
penyelesaian masalah dalam proses pembuata busana akan sangat bervariatif.

Gambar 1. Perbandingan Dampak masyarakat dari beberapa revolusi industri dan


nanoteknologi
Sumber : Masyarakat Nano Indonesia (MNI)

Oleh karena itu, nanoteknologi merupakan tenaga penggerak bagi bisnis-bisnis baru
dan Indonesia harus segera mengambil bagian dalam pengembangan dan penerapan
nanoteknologi untuk penguatan industri nasional. Pemanfaatan keunggulan material
berukuran nano menjanjikan peluang eksplorasi untuk menciptakan teknologi baru dengan
pencapaian melampaui apa yang telah diciptakan oleh industri garment di beberapa dekade
ini. Penerapannya diharapkan mampu membawa perubahan infrastruktur yang dramatis,
semisal pembuatan tekstile sangat cepat, membuat jenis serat tekstile baru lebih ringan, dan
yang lain-lain.

Proses nanoteknologi juga digunakan untuk merekayasa sifat serat tekstil agar
memiliki kemampuan dan nilai fungsi yang tinggi. Beberapa pusat penelitian di berbagai
negara saat ini terus mengembangkan material tekstil dengan kemampuan luar biasa. Tahan
kusut adalah kombinasi antara ketahanan dari suatu bahan terhadap kekusutan dan sekaligus
kemampuan untuk kembali kebentuk semula. Dalam sifat tahan kusut ini titik beratnya pada
kemampuan pengembalian kebentuk semula. Banyak bahan yang tahan terhadap kekusutan ,
artinya tahan terhadap deformasi (perubahan bentuk), karena kaku. Tetapi untuk dapat
kembali ke keadaan semula harus ada lentingan yang mencakup sifat ketahanan terhadap
kekusutan dan sekaligus kembali kebentuk semula dengan cepat. Oleh karena itu banyak
istilah yang diberikan kepada kain-kain yang mempunyai sifat tahan kusut misalnya wrinkle
resistant, non crush, anti crease, ever fresh, air dried, minimum care, non ironing, wash and
wear, drip dry dan sebagainya. Tahan kusut kain dipengaruhi oleh konstruksi kain, jenis serat
penyusun kain dan stabilitas dimensi kain. Untuk kain-kain yang stabilitas dimensinya baik
maka sifatnya akan lebih tahan kusut dibandingkan dengan serat yang stabilitasnya jelek.
Kemampuan kembali kain dari kekusutan adalah sifat dari kain yang memungkinkannya
untuk kembali dari lipatan.

Nano Teknologi

Nanoteknologi adalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengontrol zat, material
dan sistem pada skala nanometer, sehingga menghasilkan fungsi baru yang belum pernah ada.

Menurut Departemen Perindustrian Nanoteknologi pada Industri tekstil sudah mulai


diaplikasikan meski pengembangannya belum berjalan lama, terutama untuk meningkatkan
kualitas produk yang telah ada dipasaran. Penerapan nanoteknologi dilakukan dalam tiga
tahap, meliputi jangka pendek, menengah dan panjang, sehingga diharapkan dapat, memberi
pengaruh yang signifikan secara komersial. Berikut merupakan roadmap penerapan
nanoteknologi di industri tekstil :

Tabel 1. Road Map Penerapan NanoTeknologi di Industri Tekstile

Jangka pendek (1-5 tahun) Jangka menengah (5-10 Jangka panjang (>20 tahun)
tahun)

Pengembangan proses Aplikasi nanomaterial pada Pengembangan tekstil


finishing fabric, seperti sifat proses pewarnaan dan dengan kendali bau atau
anti air, anti minyak, anti bau pembuatan serat dapat menangkap bau
dan lain-lain terwarnai (dyeable fiber).
Pengembangan pakaian
Aplikasi nanomaterial dengan regulator temperatur.
fungsional pada proses
produksi serat untuk Pengembangan material
menambahkan sifat tertentu: reflektif dan pelindung sinar
anti air, anti minyak, anti UV.
noda, anti kusut dan pengatur Pengembangan nanokapsul
kelembaban dengan bahan perubah fasa.
(breathable/humidity
transport). Pengembangan tekstil
dengan material cerdas baru.

Aplikasi material superior


(misal CNT) pada tekstil.

Sumber : Departemen Perindustrian

Penerapan Nano Teknologi di Industri Tekstil

Nanoteknologi memiliki potensi komersial yang nyata dalam industri tekstil, selain itu
aplikasinya sangat luas mulai dari baju sehari-hari, T-Shirt dan kostum olahraga hingga
tekstil rumah tangga seperti tirai, seprai dan penutup sofa. Dampak dari nanoteknologi juga
terdapat dalam rangkaian proses mulai dari pembuatan serat hingga produk jadi. Hal ini
dikarenakan pada kenyataan bahwa metode konvensional yang digunakan untuk
menghasilkan bermacam-macam sifat pada kain tidak dapat memberikan efek permanen, dan
akan kehilangan fungsinya setelah penggunaan atau pencucian. Nanoteknologi dapat
memberikan afinitas yang lebih baik sehingga meningkatkan daya tahan kain.

Tabel 2. Penerapan Nanoteknologi berdasarkan jenis industri

Sumber : Departemen Perindustrian

Tabel 2 memperlihatkan data jumlah industri yang telah menerapkan nanoteknologi


dalam aktivitasnya. Industri tekstil menjadi industri yang paling banyak menerapkan
nanoteknologi, disusul oleh industri keramik dan industri cat atau pelapisan. Sedikitnya
jumlah industri yang menerapkan nanoteknologi kemungkinan disebabkan pemahaman
bahwa nanoteknologi merupakan teknologi mutakhir dan memerlukan biaya yang tidak
sedikit terutama untuk infrastruktur.
Menurut Dasapuspa, dkk (2010) Aplikasi nanoteknologi pada tekstil yang paling
berkembang saat ini adalah pada tahap proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan tekstil
adalah salah satu proses yang ada pada rangkain proses pembuatan bahan tekstil. Serat
sebagai bahan utama tekstil diolah sedemikian rupa sehingga menjadi kain jadi yang
kemudian bisa lakukan proses penyempurnaan. Proses penyempurnaan dapat dilakukan
dengan nano-emulsifikasi yang dapat memberi efek kimia kepada serat lebih baik
dibandingkan metode tradisional. Senyawa kimia dapat secara langsung dan inheren terikat
pada serat pada skala nano, dimana metode konvensional yang biasanya menggunakan
pengikat atau pelapis hanya dapat mengaplikasikan senyawa kimia pada permukaan saja.

Serat Kapas

Gambar 2. Serat Kapas


Sumber : Laboratorium Nanoteknologi Tekstile (Cornell Univercity College of Human
Ecology)
Kain kapas mempunyai kelebihan yaitu dalam hal daya serapnya yang tinggi sehingga
terasa nyaman bila dipakai dan sangat cocok bila dipakai di daerah tropis seperti Indonesia,
akan tetapi kain kapas juga mempunyai kelemahan yaitu mudah kusut. Ketahaan kusut pada
bahan tekstil adalah suatu sifat dari kain yang berhubungan dengan kemampun kembali dari
deformasi lipatan yang terjadi selama pemakaian. Kain kapas mudah kusut karena kain kapas
mempunyai elastisitas yang jelek dan susunan molekulnya berbentuk amorf atau tidak teratur.
Molekul tersebut akan bergeser saat terlipat dan akan sulit kembali ke posisi semula ketika
lipatan atau tekukan dilepas (Murdoko,1980).
Penyempurnaan Anti Kusut (Resin) Pada Serat Kapas

Penyempurnaan resin anti kusut merupakan pengerjaan secara kimia dengan tujuan
untuk meningkatkan mutu kain terutama sifat tahan kusutnya. Pada proses penyempurnaan
resin harus dibentuk didalam serat, karena resin pada permukaan akan menyebabkan
kekakuan bahan yang tinggi. Penyempurnaan resin diharapkan dapat memperbaiki ketahanan
kusut, stabilitas dimensi, dan sifat-sifat lainnya dengan tidak mengurangi kelembutan bahan
aslinya. Resin terbentuk bila sejumlah molekul-molekul sederhana dengan berat molekul
rendah bergabung membentuk molekul yang jauh lebih panjang, baik linear maupun siklik.
Pada saat penggabungan (polimerisasi) dapat terbentuk cabang-cabang atau ikatan-ikatan
silang. Pembentukan resin terjadi di celah-celah dari bagian amorf selama proses pemanas
awetan. Reaksi tersebut terjadi karena terbentuknya ikatan metilen dan eter dari gugus reaktif
prakondensat yang disertai dengan pembebasan air dan formaldehid. Pada saat terbentuknya
resin, gugus-gugus aktif dari prakondensat ini juga akan mengikat gugus –OH dari rantai
molekul selulosa yang berdekatan sehingga terjadi ikatan silang antar molekul selulosa yang
berdekatan sehingga terjadi ikatan silang antar molekul selulosa melalui jembatan resin.
Reaksinya sebagai berikut :

2 sel-OH +HO-H2C-resin-CH2-OH Sel-O-H2C-resin-CH2-O-Sel + H2O

Semakin banyak jumlah resin yang ditambahkan dapat menyebabkan turunnya


kekuatan tarik kain karena polimerisasi resin akan rnembentuk ikatan antara serat dengan
resin yang sifatnya kaku dan pendek sehingga menyebabkan serat mudah rapuh dan
kekuatannya menjadi menurun. Selain itu menambah berat serat sehingga terjadi
ketidakseimbangan dengan serat, yang akan menyebabkan turunnya kekakuan.

Serat kapas merupakan bahan baku tekstil yang paling banyak digunakan untuk tekstil
sandang karena nyaman dipakai, kekuatan dan daya cuci yang cukup tinggi, serta tahan
terhadap panas, Serat Tekstil yang memiliki kekurangan mudah kusut adalah serat kapan, hal
ini diakibatkan karena kapas memiliki ikatan hidrogen. Sehingga pada saat mengalami
tekanan kain akan kusut akibat pemutusan ikatan hidogren dan pembentukan hidrogen baru.
maka digunakannya resin anti kusut yang dapat memeprbaiki kekurangan serat kapas.
Menurut Rukaesih Usaha untuk memperbaiki sifat kapas yang mudah kusut telah banyak
dilakukan dan yang paling umum dan mudah adalah dengan cara penyempurnaan
menggunakan resin sintetik yang dapat bereaksi dengan serat serta berpolimer di dalam serat.
Dengan penyempurnaan resin tersebut, selain tahan kusut meningkat, akan diperoleh pula
stabilitas dimensi yang lebih baik, tetapi kekuatan tarik , kekuatan sobek, dan mulur kain
akan menurun, serta naiknya kadar formaldehida bebas

Kesimpulan :

Pengembangan dan aplikasi produk smart textile akan terus berkembang seiring
kemajuan teknologi di berbagai bidang. Untuk pengembangan produk smart
textile dibutuhkan integrasi dan kolaborasi antar disiplin ilmu seperti elektronika, mesin,
kimia, kesehatan dan tekstil. Kapas salah satu serat kain yang perlu akan kecanggihan
nanoteknologi yaitu dengan sentuhan penyempurnaan anti kusut dapat dengan mudah di
terapkan. Tahan kusut adalah kombinasi antara ketahanan dari suatu bahan terhadap
kekusutan dan sekaligus kemampuan untuk kembali kebentuk semula. Dalam sifat tahan
kusut ini titik beratnya pada kemampuan pengembalian kebentuk semula. Banyak bahan yang
tahan terhadap kekusutan , artinya tahan terhadap deformasi (perubahan bentuk), karena
kaku. Pada dasarnya kemajuan ini justru akan membantu pada masa depan. Industri - industri
yang menerapkan nano teknologi dalam proses produksinya secara nyata akan mengungguli
industri lainnya karena kandungan teknologi, kualitas, harga yang terjangkau dan
keringanannya

Daftar pustaka

Darapuspa, dkk (2010). Nanoteknologi pada tekstile. Jurnal Fisika : ITB

Departemen Perindustrian (2008) Road Map Pengembangan Teknologi Industri Berbasis


Nanoteknologi

Haryono, dkk (2008) Kondisi Terkini Penerapan Nanoteknologi Pada Industri di Indonesia.
Prosiding Pertemuan Ilmiah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan 2008. ISSN 1411-2213

Hidayat,Taufik (2013) Makalah Penyempurnaan Tanah Kusut.


https://taufikhidayah05.wordpress.com/2013/03/10/makalah-penyempurnaan-tahan-kusut/.
Diakses pada 25 maret 2020

Laboratorium Nanoteknologi Tekstile. Cornell Univercity College of Human Ecology. USA

Mohammad Widodo(2004), Aplikasi NanoTeknologi di Bidang Tekstil, kumpulan makalah


seminar Texchem Student Science Fair 2004 mahasiswa kimia tekstil 9 Maret 2004,
Bandung: STTT
Mukhes Kumar Singh (2004). The State Of Art Smart Textile, Pakistan Textile Journal,
Agustus 2004.

Masyarakat Nano Indonesia, MNI (-). Konsep dan Panduan Membangun Generasi Iptek
Nano Indonesia.

Murdoko, et al 1980, Evaluasi Tekstil Bagian Fisika, Institut Teknologi Tekstil, Bandung.

Rukaesih, Okay (-). Penyempurnaan Anti Kusut Kapas dengan Resin Dimetilol Dihidroksi
Etilen Urea dan Dialoksi Dihidroksi Etilen Urea. Jurnal : Balai Besar Litbang Industri Tekstil

Das könnte Ihnen auch gefallen