Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
Oleh :
Puspa Rini, SE, M.Si
puspayovrin22@yahoo.com
ABSTRACT
B. TELAAH PUSTAKA
B.1 Pengertian Biaya
Menurut Armanto Witjaksono (2006:6) mendefiniskan biaya
sebagai: “Cost is the cash or cash equivalen value sacrificed foor goods
and service that are bring a current of future benefit to the organization”.
Menurut Hansen dan Mowen (2004:40) dalam Fitriasari dan Kwary,
pengertian biaya adalah: “Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang
dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan
member manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi”.
Menurut Mulyadi (2008:8) biaya adalah “Pengorbanan sumber
ekonomi yang diukur dalam satuan mata uang yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”.
1. Customer value
Activity based costing berfokus pada penciptaan value bagi
konsumen dengan proses yang cost effective, yaitu merupakan
sebuah kondisi di mana biaya yang timbul sedapat mungkin
dikarenakan sebagai akibat dari proses yang mengandung nilai
tambah.
2. Continuous improvement
Activity based costing adalah sistem informasi yang memacu
personel melakukan peningkatan sevara berkelanjutan para proses
yang dilakukan oleh perusahaan dalam menciptakan value bagi
konsumen.
3. Cross functional
Activity based costing sebagai sebuah sistem informasi yang
menunjang keterpaduan antar fungsi dalam menciptakan value
bagi konsumen. Paradigma ini mengisyaratkan perusahaan yang
sesuai untuk menggunakan activity based costing adalah
perusahaan yang menerapkan cross functional organization.
4. Employee empowerment
Activity based costing sebagai sistem informasi yang
memberdayakan para karyawan untuk melakukan pengambilan
keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawab. Activity
based costing merupakan sebuah sistem informasi biaya yang
menempatkan aktivitas sebagai faktor utama (focal point).
C.8 Penerapan Activity Based Costing (ABC) dan Just In Time (JIT)
Untuk Menetapkan Harga Pokok Produk Yang Akurat.
Just in time sebagai suatu filosofi dapat diterapkan secara
bersamaan dalam perhitungan harga pokok produk dengan metode ABC.
Apabila metode ABC diterap-kan pada organisasi yang menggunakan
sistem JIT untuk menentukan harga pokok akan menyebabkan beberapa
perbedaan yang cukup signifikan apabila dibandingkan dengan organisasi
yang tidak menerapkan sistem JIT tetapi menggunakan metode ABC.
Perbedaan-perbedaan tersebut akan terjadi dalam beberapa hal
berikut:
a. Pada organisasi yang menerapkan JIT penggolongan aktivitas-
aktivitas akan cenderung berubah menjadi aktivitas berlevel unit,
aktivitas berlevel sel, Aktivitas berlevel produk, dan aktivitas
berlevel fasilitas.
b. Pada organisasi yang menerapkan JIT penetapan harga pokok
produk akan lebih teliti.
c. Mengurangi perlunya alokasi biaya jasa dengan adanya pabrik mini
(sel).
d. Mengubah perilaku dan relatif pentingnya biaya tenaga kerja
langsung.
e. Mempengaruhi sistem penentuan harga pokok produk.
Perhitungan
Biaya Mesin
Tarif = Anggaran BOP = Rp. 8.000.000,- = Rp. 1.600 jam
Anggaran jam mesin 5.000 Jam mesin mesin/unit
Produk A = Rp. 1.600 x 1 jam mesin = Rp. 1.600/unit
Produk B = Rp. 1.600 x 2 jam mesin = Rp. 3.200/unit
Biaya Set up
Tarif set up = Anggaran BOP = Rp. 4.000.000,- = Rp.1.000.000
Jumlah set 4 kali set up tiap set up
Produk A = Rp.1.000.000 : 500 unit = Rp. 2.000/unit
Produk B = Rp.1.000.000 : 1.000 unit = Rp. 1.000/unit
Biaya Fasilitas
Tarif fasilitas = Anggaran BOP = Rp. 8.000.000,- = Rp. 800/JKL
Jumlah JKL 10.000 JKL
Produk A = Rp. 800 x 2 JKL = Rp. 1.600/unit
Produk B = Rp. 800 x 4 JKL = Rp. 3.200/unit
D. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan yang dilakukan, maka disimpulkan hal-
hal sebagai berikut ini:
1. Kemampuan menetapkan harga pokok produk sangat penting untuk
menetapkan harga jual yang tepat serta mampu bersaing.
2. Metode konvensional yang awalnya digunakan untuk melakukan
alokasi biaya overhead menyebabkan adanya distorsi, di mana biaya
yang dialokasikan tidak sesuai dengan yang dikonsumsi sehingga
tidak mampu menetapkan harga pokok produk yang akurat dan
kesalahan penetapan harga jual. Ada produk yang memiliki harga
pokok terlalu tinggi, sehingga ada harga jual yang terlalu mahal dan
ada produk yang memiliki harga pokok terlalu rendah sehingga ada
harga jual yang terlalu murah.
3. Activity based costing digunakan untuk menggantikan metode
konvensional. Kemampuan activity based costing untuk melakukan
alokasi biaya overhead sesuai dengan biaya yang dikonsumsi
menyebabkan adanya kemampuan menetapkan harga pokok produk
yang akurat guna menetapkan harga jual produk yang tepat.
4. Penerapan metode Activity based costing dengan system Just in time
mampu menetapkan harga pokok produksi yang akurat.
E. DAFTAR PUSTAKA
Erlina, 2002, Fungsi dan Pengertian Akuntansi Biaya, Digitized by USU
Digital Library, Hal: 1-4.
Mahani, A., dan A.H. Nasution, 2008, Perancangan Model Activity Based
Costing untuk Menentukan Standard Unit Cost Pendidikan Program
S-1 (Studi Kasus: Jurusan Statistik - ITS), Jurusan Teknik Industri,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Hal: 1-12.
Singgih, M.L., dan Mariska, 2008, Penentuan Harga Pokok Produksi dan
Pencapaian Cost Reduction dengan Metode Activity Based
Management di PT X, Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Hal: 1-10.