Sie sind auf Seite 1von 23

193

MEMAHAMI TEORI-TEORI ETIKA:


CAKRAWALA DAN PANDANGAN

Oleh: Mohammad Maiwan

ABSTRACT

This study discusses ethical theory. The method used is descriptive analysis with a
qualitative approach. Ethics affirms the principles of behavior that must be carried
out by individuals to adjust to the good they receive. We know several ethical theories,
namely: First, sosial morality theory. This theory states that society is the most
authorized in describing sosial truth. Something that is considered good or bad,
appropriate or inappropriate, moral or immoral if it is in harmony with values, norms,
and law in society. Second, personality virtue theory. This theory argues that efforts
to develop morals must lead to the formation of noble and best character. Problems
that are more emphasized are individual or human dimensions, and not actions. Third,
teleological theory. This theory states that good or bad actions depends on the goals
achieved. An action that means good, but does not produce anything meaningful,
according to this theory is not called good. The theory emphasizes the impact of the
actions. Teleological theory divided into two school of thought, namely; utilitarianism
and egoism. Fourth, deontology theory. This theory confirms that good or bad
behavior is not assessed based on its impact, but because of obligation. The behavior
is never good because the results are good, but only because they are needed. So
determining value is a good, right, and moral are from characteristic actions.

Keywords: Ethics, morals, theory.

Pendahuluan berkembang pesat, aspek-aspek yang


Pembahasan tentang teori menyangkut dimensi etika seringkali
etika amat penting dilakukan terabaikan dalam praktek kehidupan
mengingat dalam setiap sepak terjang nyata. Meskipun orang menggebu-
kehidupan kita senantiasa berkaitan gebu berbicara tentang etika moral di
dengan individu dan kelompok lain. sepanjang segi-segi kehidupan, baik
Perbedaan-perbedaan dalam sikap, ekonomi, politik, sosial, pendidikan,
nilai, dan pandangan membawa budaya, teknologi, dan lain-lain,
implikasi pada hubungan sosial yang tetapi hakikatnya praktek kehidupan
lebih luas. Dewasa ini, dalam kita belum sepenuhnya sejajar dengan
kehidupan manusia modern yang etika moral ideal yang diharapkan.


Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Jakarta
194

Adanya pergeseran orientasi pembahasan tentang teori-teori etika


dan cara pandang manusia dalam untuk memberikan landasan
memecahkan persoalan kehidupan pemahaman yang baik, tentang
menyebabkan wujud perubahan nilai- bagaimana kita menilai berbagai
nilai serta standar etika yang berlaku. fenomena yang ada serta bertindak
Pada kenyataannya, kita mengetahui sesuai dengan etika. Secara khusus,
bahwa eksistensi individu bukanlah kajian ini lebih bersifat menggali
semata-mata produk dirinya, tetapi perspektif-perspektif tentang teori
juga lingkungan sosialnya. Manusia etika serta relevansinya dengan
hakikatnya berdimensi monopluralis, persoalan kemanusiaan yang dihadapi
dalam arti selain merepresentasikan hari ini.
jati dirinya sebagai individu,
Konsep dan Makna Etika
sekaligus bagian dari lingkungan
Istilah etika (ethice) berasal
sosialnya, sehingga memiliki tingkat
dari Bahasa Yunani yang berarti
kesadaran yang berbeda-beda tentang
perilaku seseorang, adat istiadat
nilai hidup. Selain itu, sebagai subyek
(kebiasaan), perasaan batin, watak,
atau pelaku, agen, penilai, penyebar,
serta kecenderungan hati, untuk
bahkan pengkritik moral, manusia
melakukan suatu perbuatan. Selain itu,
sesungguhnya juga adalah obyek
istilah etika juga dipahami sebagai
moral itu sendiri, baik itu sebagai
kajian tentang tingkah laku manusia,
konsekwensi interrelasi dengan
tentang apa itu baik atau buruk, benar
sesama maupun tatanan sistem
atau salah, sengaja atau tidak.
kehidupan yang hadir (Palese 2013:
Menurut pakar filsafat Mesir yang
366).
tersohor, Ahmad Amin (1983: 3),
Harapan akan kehidupan yang
etika adalah ilmu yang menjelaskan
damai dan membahagiakan
arti baik dan buruk, menerangkan apa
senantiasa bersandar pada nilai-nilai
yang seharusnya dilakukan oleh
etika dan kemoralan. Kesadaran akan
manusia, menyatakan tujuan yang
nilai-nilai tersebut perlu dipupuk
harus dituju oleh manusia di dalam
secara terus menerus. Berdasarkan
perbuatan mereka dan menunjukkan
pandangan tersebut, kajian ini akan
jalan untuk melakukan apa yang
menumpukan perhatian pada
195

seharusnya diperbuat. Sementara komunitas. Secara ilmiah, etika


Hamzah Ya’qub (1983: 12) adalah suatu kajian ilmiah tentang
menyatakan etika sebagai ilmu yang perilaku manusia dalam masyarakat,
menyelidiki mana yang baik dan yakni suatu bidang yang
mana yang buruk dengan mendefenisikan perilaku manusia
memperhatikan amal perbuatan sebagai benar atau salah, baik atau
manusia sejauh yang dapat diketahui buruk, patut atau tidak patut.
oleh akal pikiran. M. Amin Abdullah Sedangkan dalam perspektif ajaran
(2002: 15) mengartikan etika sebagai Islam, etika merujuk pada tingkah
ilmu yang mempelajari tentang baik laku yang baik dan betul berdasarkan
dan buruk. Beliau selanjutnya nilai-nilai Islam, yakni merujuk pada
menyatakan bahwa, etika berfungsi al-Qur’an dan al-Sunnah. Oleh karena
sebagai teori perbuatan baik dan itu, bagi kaum Muslim, di manapun
buruk, yang praktiknya dapat juga rujukan terhadap kebaikan etis
dilakukan dalam disiplin filsafat. tidak dipisahkan dari patokan al-
Etika menegaskan prinsip- Qur’an dan al-Sunnah yang secara
prinsip perilaku yang perlu ditempuh empirik mampu membentuk pribadi
individu agar bersesuaian dengan yang baik.
kebajikan yang diterima. Melalui Dalam lingkup kehidupan
etika individu dapat mengontrol sehari-hari, kita mengenal adanya
seluruh sikap dan perbuatannya agar berbagai macam pedoman etika atau
tidak bertentangan dengan orang lain. kode etik, mulai dari etika organisasi,
Etika sangat dipengaruhi pengalaman lembaga-lembaga pemerintah dan
pribadi dan sosial seseorang serta swasta, korporasi, sekolah, pesantren,
tingkat perkembangan psikologisnya. serta profesi, yang menjadi pemandu
Dengan demikian, penerapan prinsip- bagi perilaku individu, atau kelompok
prinsip etis juga merupakan refleksi dalam organisasi atau profesi
dari kematangan pribadi seseorang. pekerjaan. Dalam dunia kedokteran,
Dalam konteks yang lebih luas, pengacara, konsultan, insinyur,
perbuatan etis mengarahkan orang birokrasi, anggota parlemen, guru,
pada satu tanggungjawab tertentu kita mengenal adanya etika masing-
untuk mewujudkan kebaikan dalam masing bidang profesi tersebut. Etika
196

organisasi ialah garis pedoman untuk perlu dipatuhi bersama. Adanya


menjalankan tugas seperti berpegang peraturan di dalam masyarakat sangat
pada prinsip bersih, cakap, amanah, diperlukan karena peraturan tersebut
jujur, benar, ikhlas, dapat menjamin kenyamanan hidup
bertanggungjawab dan adil. Etika bermasyarakat, prinsip dalam
profesi (professional ethics) ialah hubungan kemanusiaan lingkungan.
kode yang menggariskan apa-apa Tanpa peraturan, masyarakat manusia
yang harus dibuat dan tidak harus tidak dapat berfungsi secara efektif
dibuat oleh pelaksana profesi tersebut karena nilai-nilai individu akan
(Davis 2014: 2). Misalnya, etika bertentangan dengan nilai-nilai
Aparatur Sipil Negara (ASN), yang masyarakat memungkinkan
menggariskan prinsip-prinsip yang seseorang itu kelihatan seenaknya,
perlu dipegang teguh setiap ASN sombong, individualis, kurang ajar,
yang meliputi: Sikap jujur, tulus, sehingga boleh jadi merusak
netral, bertanggungjawab, komited, masyarakat. Kita bisa melihat hal ini
adil, terbuka, melayani, yang menjadi dari beberapa insiden, misalnya:
panduan dalam bekerja. Adanya perilaku kebut-kebutan di
Adalah menjadi jalan, begal motor, penyalahgunaan
tanggungjawab setiap individu agar narkotika, korupsi, pencurian,
mematuhi prinsip-prinsip etika sesuai perusakan lingkungan dan sebagainya,
bidang kehidupan masing-masing. yang menunjukkan tidak dipatuhinya
Dalam kaitan ini, konsep etika peraturan.
berkaitan erat dengan moral dan insan Dalam konteks Indonesia
bermoral, yang bermaksud bahwa yang memiliki masyarakat beragam
seseorang yang mempunyai perilaku yang terdiri dari berbagai suku bangsa,
etis dapat dianggap sebagai bermoral asal daerah, lapisan sosial, serta
(Ljupco 2017: 86). Ada tiga aspek keyakinan dan tradisi yang berbeda
penting yang dapat dikemukakan di maka kepatuhan dan saling
sini berkaitan dengan konsep etika, memahami nilai dan peraturan adalah
yakni: Isi, bentuk, serta dimensi etika. sangat penting dalam menjaga
Aspek isi adalah berkaitan dengan kestabilan masyarakat. Kesadaran
peraturan dalam masyarakat yang individu maupun kelompok dalam
197

memahami perbedaan akan otoritas yang berwenang perlu


menjauhkan dari konflik nilai, dipertahankan. Kelompok
prasangka, yang dapat menggugat masyarakatlah yang paling
kedamaian. Etika persamaan dan berwenang dalam menggariskan
kebebasan misalnya perlu dipahami kebenaran sosial. Karena itu
dengan matang dan dipraktekkan peraturan moral bersifat kolektif.
secara wajar mengikuti tata nilai yang Dalam masyarakat ada persoalan-
berlaku. Kebebasan bukanlah semata- persoalan yang dianggap baik dan
mata bebas untuk melakukan semua dianggap buruk. Masyarakat
tindakan, tetapi perlu memikirkan mempengaruhi tindak tanduk, sikap
dampak yang diakibatkannya lebih dan cara berpikir individu. Segala
jauh. Apa yang hari ini disebut peraturan, larangan, dan pantangan
sebagai kebebasan yang yang ditetapkan oleh masyarakat
bertanggungjawab perlu dilihat dalam adalah untuk kepentingan masyarakat
konteks ini. dan bukannya individu. Individu
hanya perlu patuh kepada peraturan
Beberapa Teori Moral
yang ada dan jangan membantah.
1. Teori Moralitas Sosial (Sosial
Memenuhi kehendak individu yang
Morality Theory)
bertentangan dengan peraturan
Teori bersumber dari
masyarakat adalah dianggap salah
pemikiran Thomas Hobbes (1588-
dan tidak bermoral.
1679), Emile Durkheim (1858-1917)
Teori moralitas sosial
dan Max Weber (1864-1920). Teori
menekankan bahwa segala peraturan,
ini menyatakan bahwa manusia itu
nilai, norma dan tatasusila yang
hidup bermasyarakat, karena itu
diwujudkan dalam sebuah
moralitas sosial menjadi landasan
masyarakat itu adalah sesuatu yang
dalam kehidupan. Moralitas sosial
disetujui bersama. Kewujudannya
perlu untuk menjamin manusia
juga adalah untuk kebaikan,
sebagai anggota masyarakat akan
kepentingan dan keselamatan
hidup dalam keadaan aman dan damai.
kelompok masyarakat tersebut.
Peraturan masyarakat yang
Contohnya, masyarakat menuntut
ditetapkan oleh kelompok ataupun
nilai berdikari, hormat menghormati,
198

kasih sayang, kebersihan, membantu, Kelemahan teori ini adalah


kerjasama, gotong royong, bersyukur, karena terlalu memberikan
menghormati agama dan adat orang keutamaan pada autoriti masyarakat
lain. Keadaan ini menjadikan keadaan (kelompok) maka kebebasan individu
kehidupan kita secara umum akan dikekang, sehingga tidak
berlangsung damai. Masyarakat juga memberikan keleluasaan. Keadaan
menolak sikap tamak, zalim, korupsi, tersebut bisa melahirkan wujudnya
kebohongan yang dapat mengganggu individu-individu yang tidak kritis
kesejahteraan hidup. dan pengekor, mengikuti peraturan-
Semua nilai-nilai di atas pada peraturan masyarakat yang telah
intinya perlu disokong dan dipatuhi digariskan. Padahal dalam kehidupan
setiap individu sebagai bagian dari bermasyarakat diperlukan individu-
rasa tanggungjawab mereka sebagai individu kreatif yang bukan hanya
pribadi maupun anggota masyarakat. menjadi penurut tetapi juga kritis
Sebuah masyarakat yang aman dan menyikapi keadaan. Selain itu, karena
damai adalah masyarakat yang kebenaran moral itu bersifat dinamis,
senantiasa patuh dan mengamalkan berkembang dari waktu ke waktu,
peraturan-peraturan kolektif dari satu jaman kepada jaman yang
kehidupan. Sejauh kepentingan lain, maka sangat mungkin ada
kelompok di tempatkan dalam posisi sebagian nilai-nilai moral itu dapat
yang tinggi, di atas kepentingan berkembang dengan realitas
individu, maka tidak akan ada konflik kehidupan, sehingga masyarakat
di antara individu yang tidak bisa dapat “terkungkung” karena tidak ada
diatasi. Jadi, teori ini menekankan yang berani menentang kebenaran
pada kepatuhan pada autoriti. Sesuatu moral yang sudah berlaku.
tindakan itu dianggap baik atau buruk,
2. Teori Kepribadian Mulia
patut atau tidak patut, bermoral atau
(Personality Virtue Theory)
tidak bermoral jika selaras dengan
Teori ini bersumber dari
nilai-nilai, norma-norma, dan
pemikiran Aristoteles (384-322 SM).
undang-undang dalam masyarakat
Menurut Aristoteles, etika dikaitkan
tersebut.
pada kepribadian, sifat, perangai atau
199

ciri-ciri perwatakan. Usaha sendiri. Sementara sikap suka


pengembangan moral seharusnya menolong orang lain akan membantu
mengarah pada pembentukan watak orang dalam memecahkan sebagian
mulia dan terbaik, bukan kepatuhan urusan hidupnya. Sifat tegas akan
kepada peraturan masyarakat. menjadikan kita lebih berprinsip dan
Melalui pengembangan watak mulia, dihormati, tidak mudah diombang-
nilai-nilai etis secara intrinsik lebih ambingkan oleh situasi. Sedangkan
mudah tertanam. Aristoteles sikap bekerja keras membawa pada
menggariskan sejumlah watak mulia sifat kesungguhan, kecemerlangan
manusia yang bermoral sesuai dengan dan keberhasilan. Dengan demikian,
jaman beliau hidup, seperti: Keadilan, pribadi mulia akan mendorong pada
kejujuran, persahabatan, amanah, perilaku bermoral. Sifat dasar
bijaksana, murah hati, berani, dan manusia hakikatnya memiliki
sebagainya. Pada hari ini, sifat-sifat kecenderungan untuk menjadi lebih
tersebut dapat kita elaborasi lebih baik. Aristoteles sendiri sangat
jauh sesuai dengan perkembangan menekankan bahwa manusia
kehidupan. Berdasarkan teori ini, mencapai kebahagiaan bukan dengan
masalah yang lebih ditekankan adalah mengejar kesenangan dan
dimensi individu atau manusianya, menghindari perasaan sakit (seperti
dan bukan perbuatan yang diajarkan kaum hedonis), atau dengan
dihasilkannya. Dalam pandangan mengharapkan pemenuhan segala
Aristoteles, manusia perlu fokus keinginan, melainkan melalui
kepada usaha membina kepribadian tindakan yang mengaktualisasikan
mulia, seperti yang dikatakannya potensi-potensi dalam dirinya.
sebagai etika virtue (Bailey 2010: 2). Dengan kata lain, kebahagiaan
Wujudnya pribadi mulia manusia dicapai melalui usaha
dengan sifat-sifat yang terpuji akan pengembangan diri (Grcic 2013: 416).
menciptakan keseimbangan dan Teori ini juga menjelaskan
kebahagiaan hidup. Sebagai suatu bahwa memiliki pribadi mulia
contoh, sifat jujur dan amanah dapat bukanlah sesuatu yang bersifat
menjauhkan kita dari watak korupsi alamiah, maksudnya manusia tidak
dan perbuatan mementingkan diri dilahirkan dengan sifat baik atau jahat.
200

Kepribadian yang ada pada manusia Sementara pada pihak lain ada
itu perlu diasuh, dipelajari dan sebagian orang yang cenderung pelit
dipraktekkan, baik itu melalui latihan dan sukar mengeluarkan uang. Pihak
serta pengamalan sehingga menjadi yang pertama disebut sebagai
kebiasaan, tabiat, cara hidup dan pemboros, sedangkan yang kedua
menyenangkan diri sendiri. Seperti adalah kikir atau pelit. Kita dapat
disampaikan Kees Bertens (1975: mengambil nilai keutamaan dalam
162), pandangan ini menjelaskan membelanjakan uang ini dengan
bahwa untuk memperoleh keutamaan, mengambil jalan tengah dari dua titik
kita mesti melakukan perbuatan- ekstrim tersebut. Nilai keutamaan ini
perbuatan yang baik secara obyektif ialah “kemurahan hati”, yakni tidak
saja, artinya perbuatan-perbuatan terlalu boros dan tidak terlalu pelit.
yang oleh umum dianggap baik. Dengan demikian, setiap keutamaan
Secara lambat laun suatu kebiasan dapat menentukan jalan tengah antara
yang baik dan terpuji itu akan dua titik ekstrem yang berlawanan.
terbentuk dalam diri kita, sehingga Keutamaan selalu merupakan
selanjutnya kita melakukan pertengahan antara kelebihan dan
perbuatan-perbuatan baik tersebut kekurangan. Berdasarkan andaian
berdasarkan keutamaan. tersebut sesuatu yang betul, benar,
Selain itu, teori kepribadian baik dan bermoral itu ialah perilaku
mulia menyatakan bahwa untuk yang mengikut kadar sederhana atau
mencapai kemuliaan hidup, manusia pertengahan.
perlu mengikuti “jalan tengah”. Jalan Menurut Aristoteles, berdasarkan
tengah ialah tingkah laku yang jenisnya, terdapat dua jenis
sederhana, moderat, yaitu tidak kepribadian mulia, yakni kepribadian
berlebihan dan keterlaluan serta juga mulia intelektual dan kepribadian
tidak terlalu kurang. Sebagai contoh mulia moral. Kepribadian mulia
(Bertens 1975: 163), dalam hal intelektual ialah keutamaan melalui
membelanjakan uang ada proses berpikir, yang
kemungkinan dua sikap ekstrim. Di menyempurnakan langsung rasio itu
satu pihak ada orang yang dapat sendiri. Kepribadian jenis ini dapat
mengeluarkan uang begitu banyak. dipelajari. Sementara kepribadian
201

mulia moral diperoleh melalui latihan, yang banyak. Sedangkan bagi yang
praktek, dan kebiasaan dalam lain jika ia merasa dirinya sehat.
kehidupan sehari-hari (Bertens 2005: Sebagian lagi yang lain merasa
243). Pandangan ini berhadapan bahagia jika bisa bersedekah. Ada
dengan berbagai kritikan. yang bahagia kalau bisa menang
Aristoteles juga berpendapat dalam dalam judi. Dengan demikian,
konsep etikanya bahwa tujuan akhir kebahagiaan sesungguhnya bersifat
manusia adalah untuk mencari relatif.
kebahagiaan (eudaimonia) dalam Kedua, kepribadian mulia
hidup. Menurut beliau, orang yang mungkin juga dapat terjadi secara
bahagia bukanlah seseorang yang palsu dan pura-pura. Banyak orang
kehidupannya dipenuhi dengan yang berpribadi mulia di depan umum
kenikmatan pasif, namun orang yang karena peraturan. Misalnya ada orang
mampu melampaui seluruh aktifitas yang tidak melanggar peraturan
dan kecerdasan yang merupakan ciri dalam urusan di kantor, jujur dalam
dari manusia. Kebahagiaan bukanlah urusan kantor, tetapi melanggar
sekedar kepuasan, namun kesehatan, peraturan ketika melintas di jalan raya.
bisa menggunakan fakultas-fakultas Dalam satu situasi mereka taat, tetapi
mental secara imajinatif dan produktif, dalam situasi lain mereka melanggar.
dan dapat menjalin hubungan Dengan kata lain, kepribadian mulia
personal, professional, dan publik pada taraf tertentu mencetuskan
yang baik (Graham 2015: 77). hipokrisi. Ketiga, kepribadian mulia
Namun demikian, terlepas menurut Aristoteles bukanlah watak
dari berbagai kelebihan pandangan dan kemampuan yang bersifat
Aristoteles, teori ini mendapatkan alamiah. Argumen ini bertentangan
sejumlah kritik tajam. Di antaranya dengan ajaran agama, di mana semua
ialah: Pertama, teori ini lupa bahwa nabi memiliki akhlak mulia secara
ukuran kebahagiaan untuk setiap alamiah, sejak dilahirkan. Maksudnya,
manusia tidaklah sama. Antara satu banyak perilaku baik atau buruk tidak
individu dengan yang lain berbeda. dipelajari tetapi diperoleh melalui
Bagi sebagian individu, kebahagiaan contoh keteladanan. Keempat,
adalah jika ia mempunyai kekayaan menyangkut konsep “jalan tengah”,
202

apakah setiap keutamaan itu selalu yang lebih tua, adalah baik, karena
merupakan jalan tengah antara hasil dari perbuatan tersebut adalah
“kurang” dan “terlalu banyak”. Hal baik. Bukan karena sifat-sifat interen
ini tidak dapat dipraktekkan pada dari perbuatan tersebut. Begitu juga
semua persoalan. Apalagi di jaman dengan perilaku berbohong, sombong,
sekarang yang serba kompleks. melanggar hak orang lain, menipu
Meskipun demikian, terlepas dari masyarakat, adalah buruk, karena apa
segala kelebihan dan kekurangan, yang dihasilkan dari perbuatan
teori ini dapat menjadi panduan kita tersebut adalah buruk. Dengan
dalam mewujudkan kehidupan demikian, penilaian terhadap sesuatu
bersama yang damai dalam perilaku atau tindakan itu, apakah itu
masyarakat. Adanya kemuliaan bermoral atau tidak bermoral adalah
pribadi pada individu diharapkan berdasarkan pada akibat yang
mendorong wujudnya prinsip-prinsip ditimbulkan dari perbuatan tersebut.
kebaikan yang dijunjung secara Jika perbuatan tersebut memberi
kolektif serta memberi ruang bagi akibat baik, maka perbuatan tersebut
terbentuknya watak-watak terpuji. dianggap bermoral dan kalau
perbuatan tersebut meninggalkan
3. Teori Teleologi (Teleological akibat yang buruk maka perbuatan
Theory) tersebut dianggap sebagai tidak
Istilah teleologi berasal dari bermoral. Jadi sekali lagi, teori ini
Bahasa Yunani, “telos”, yang berarti mementingkan dampak dari suatu
tujuan. Teori ini menyatakan bahwa perbuatan. Dengan kata lain, sebelum
baik atau buruknya suatu perbuatan seseorang itu melakukan sesuatu
itu tergantung pada tujuan yang tindakan atau perbuatan, maka ia
dicapainya. Suatu perbuatan yang perlu memikirkan terlebih dahulu
memang bermaksud baik, tetapi tidak dampak apa yang ditimbulkan, baik
menghasilkan sesuatu yang bermakna, atau buruk. Kita dapat meneruskan
menurut aliran ini tidak pantas perbuatan sekiranya itu berdampak
disebut baik (Bertens 2000: 67). baik, sebaliknya tidak akan
Berlaku jujur, bijaksana, komited melakukan sesuatu perbuatan
pada janji, ikhlas, menghormati orang sekiranya berdampak buruk. Dalam
203

prakteknya, teori ini menekankan 3.1. Utilitarianisme


pada individu untuk Aliran utilitarian dicetuskan
mempertimbangkan konsekwensi oleh filosof Inggris, yakni Jeremy
dari perilakunya (Baumane-Vitolina, Bentham (1748-1832) dan John
Cals, Sumilo 2016: 110). Stuart Mill (1806-1873). Kata “utility”
Bagaimanapun juga setiap perilaku bermakna “berguna” atau “kegunaan”.
akan membawa konsekwensi- Menurut teori ini, suatu perbuatan
konsekwensinya sendiri. Tanpa adalah baik jika membawa manfaat
adanya pertimbangan yang matang pada masyarakat secara keseluruhan
maka individu akan jatuh pada situasi atau banyak orang, dan bukan pada
yang tidak diinginkan. satu atau dua orang saja. Kriteria
Di kalangan para ahli, teori ini untuk menentukan baik buruknya
kemudian mencetuskan perdebatan. suatu perbuatan adalah, the greatest
Muncul suatu pertanyaan, tentang happiness of the greatest number,
siapakah yang lebih utama, apakah yakni kebahagiaan terbesar dari
individu atau masyarakat, yang harus jumlah orang terbesar. Jadi perbuatan
menerima manfaat dari akibat baik yang mengakibatkan orang banyak
sesuatu perbuatan? Selanjutnya, bahagia adalah perbuatan terbaik
timbul pula persoalan tentang apa (Bertens 2000: 66). Kenapa kita harus
yang dikatakan baik dan jahat? berlaku jujur dan tidak melakukan
Perdebatan ini, telah memunculkan korupsi? Kaum utilitarian menjawab,
aliran Utilitarianisme dan Egoisme. karena dengan berperilaku jujur maka
Meskipun demikian, kedua aliran ini pembangunan akan berjalan baik,
menekankan pada asumsi dasar yang sehingga kualitas kesejahteraan
sama, bahwa perilaku dan tindakan masyarakat luas meningkat. Ini
manusia haruslah didasarkan pada berarti kebahagiaan bagi sebagian
akibat atau dampak tindakan yang besar orang. Dengan demikian,
dapat membawa kebaikan atau doktrin utilitarianisme mempunyai
keburukan. watak yang sepenuhnya bersifat
kuantitatif, di mana satu-satunya
tolok ukur perbedaan adalah quantum
kebahagiaan yang ditimbulkan oleh
204

tindakan yang berbeda-beda Suatu perbuatan yang bertujuan baik


(Schmandt 2002: 445). tidak boleh dilakukan dengan cara-
Persoalan individu tidak cara yang tidak dapat dibenarkan
dipentingkan dalam aliran ini, malah secara moral. Kritikan lain terhadap
individu perlu berkorban untuk teori utilitarian ialah, dapat
kesenangan manusia terbanyak. Dari menimbulkan konflik keadilan, di
penjelasan di atas, dapat dipahami mana tindakan-tindakan yang diambil
bahwa aliran utilitarianisme sangat seseorang tidak menjamin berlakunya
menekankan pentingnya dampak atau keadilan bagi hak setiap individu.
konsekwensi dari suatu perbuatan Walaupun kepentingan masyarakat
dalam menilai baik dan buruknya. lebih utama, tetapi perilaku bermoral
Jika suatu perbuatan mengakibatkan mestilah juga menghormati hak-hak
manfaat paling besar, dalam arti mutlak individu. Kita bisa melihat
memajukan kesejahteraan, contoh bagaimana tindakan yang
kebahagiaan, serta kemakmuran bagi diambil sebagian pemimpin-
orang banyak maka itu adalah pemimpin politik yang atas nama
perbuatan baik. Namun, jika masyarakat luas (terbanyak) meraih
sebaliknya yang terjadi maka itu ambisinya mengobarkan perang dan
adalah perbuatan buruk. kemudian membawa dampak
Konsekwensi di sini amat penderitaan pada sebagian orang.
dipentingkan, karena menentukan Contoh lain misalnya, pembunuhan
seluruh kualitas moralnya. Dari segi besar-besaran terhadap kelompok-
ini, aliran utilitarianisme seringkali kelompok kriminal, seperti
disebut sebagai, “konsekuensialisme” penembakan misterius di tahun 1980-
(Bertens 2000: 67). an jaman Orde Baru, yang melampaui
Pada tahap ini, aliran hak-hak sebagian orang meskipun
utilitarian seringkali dianggap tujuannya untuk membuat
membuka peluang lahirnya tindakan masyarakat Indonesia secara luas
menghalalkan segala cara (ends aman.
always justify the means), di mana
orang bertindak dengan cara-cara
yang jahat agar tujuannya tercapai.
205

3.2. Egoisme kesempatan pada hasrat untuk


Aliran egoisme merupakan cabang mewujudkan ego individu pada
dari Teori Teleologi. Tokoh pencetus tataran yang lebih tinggi sehingga
teori ini adalah Friedrich Wilhelm menjadi Ubermensch (manusia
Nietzsche (1844-1900). Nietzsche unggul). Manusia unggul atau super
merupakan tokoh filsafat yang yang adalah manusia yang kuat, berani,
menentang kecenderungan moral berbudi luhur, berbudaya, estetik,
masyarakat yang mengaitkan autoriti bebas, yang tidak dihadang belas
agama dan Tuhan. Menurut beliau, kasih dengan yang lemah, dan yang
jika Tuhan dan daya supernatural seperlunya bertindak kejam (Franz
disingkirkan dari pikiran manusia, Magnis-Suseno 1997: 198).
maka seluruh fondasi nilai-nilai moral Menurut Nietzsche, secara
tradisional juga runtuh (Graham esensial setiap tindakan manusia
2015: 38). Nietzsche menentang didorong oleh “kehendak untuk
pandangan umum yang berlaku ketika berkuasa”. Adapun yang dimaksud
itu, di mana moral dikaitkan dengan Nietzsche sebagai “kehendak untuk
pengorbanan diri, suara batin, serta berkuasa” adalah hasrat untuk
konsep pahala dan dosa. Nietzche menang dalam pertarungan yang
memandang bahwa pengkaitan moral merupakan kondisi esensial manusia.
dengan dimensi spiritual seperti itu Karena itu, filsafat pemikirannya
hanya akan mengkerdilkan manusia digolongkan sebagai egoisme
serta melahirkan mentalitas moral (Graham 2015: 41). Dalam kaitan ini,
“budak” yang merendahkan martabat beliau menentang segala peraturan
manusia. mutlak dari autoriti. Peraturan
Padahal, menurut beliau, haruslah bersifat individualistik,
moral mestilah dikaitkan dengan membelakangkan semangat
pemeliharaan diri, kepentingan diri, kemasyarakatan, mengarahkan
peningkatan martabat serta tekad individu agar lebih kuat, cakap dan
individu untuk unggul dalam berkuasa. Prinsip utama aliran
kehidupan. Manusia sudah egoisme adalah, bahwa sebagai agen
sepatutnya didorong untuk memilih moral, individu bertanggungjawab
unsur kehidupan yang memberikan
206

memajukan diri dengan sebanyak dan lain-lain, yang dengan penuh


mungkin kebaikan. keegoisan mengumbar nafsu
Kebijaksanaan mementingkan berkuasa dengan melakukan
diri dan mengutamakan diri petualangan politik yang
merupakan satu tindakan moral yang mengakibatkan kerugian pada
betul, benar, mulia dan terpuji. Dalam sebagian besar rakyat. Mereka
pandangan Nietzsche, sifat-sifat akhirnya tumbang juga dari
seperti itu akan membebaskan kekuasaan. Dengan demikian, aliran
individu dari belenggu-belenggu egoisme sesungguhnya bertentangan
psikis yang tidak perlu, yang dengan dimensi keadilan, kesetaraan,
menjerumuskan manusia pada demokrasi dan mendorong manusia
ketakutan dan surutnya semangat untuk bertindak zalim.
hidup. Jadi, dalam konteks kehidupan, Secara teoritik, terdapat
menurut aliran ini nilai baik dan beberapa faktor yang menyuburkan
bermoral adalah nilai yang dapat munculnya aliran egoisme ini, yakni:
memberi keuntungan pada diri, dan Pertama, pengaruh lingkungan sosial.
sebaliknya nilai buruk (tidak Banyak perilaku dan sifat-sifat
bermoral) jika sesuatu itu merugikan manusia dihasilkan karena
diri sendiri. Teori ini jelas lingkungan sosial. Di antara perilaku
bertentangan dengan teori kemoralan satu individu dan individu lain tidak
sosial sehingga menganggap ada yang sama persis karena
kemoralan sosial sebagai “kemoralan perbedaan lingkungan sosial mereka.
hamba” dan manusia tidaklah Kedua, karena adanya sikap
sepantasnya menjadi hamba. mempertahankan diri (ego), dalam
Pandangan aliran ini, dalam arti wujudnya perasaan mengagumi
prakteknya diikuti sebagian diri sendiri. Dorongan tersebut
pemimpin-pemimpin dunia yang semata-mata karena manusia
pada akhirnya jatuh juga dari berusaha untuk eksis dan saling
kekuasaan. Sebagai contoh kita bisa mengungguli. Ketiga, adanya motif
melihat tokoh-tokoh seperti: Stalin, peribadi yang kekal, di mana manusia
Lenin, Saddam Hussein, Hitler, Syah dalam berhubungan dengan orang
Reza Pahlevi, Muammar Gaddafi, lain selalu terpikir untuk kebaikan diri
207

sendiri. Kepentingan yang demi (1724-1804). Dalam teori ini yang


kebaikan orang lain akan ditempuh menjadi dasar baik dan buruknya
sekiranya berkaitan dengan suatu perilaku itu adalah kewajiban.
kebaikannya sendiri. Suatu perbuatan itu baik, dan karena
Kelemahan lain teori ini adalah, itu kita wajib melakukannya.
tidak memperhatikan sifat-sifat Sementara perbuatan itu buruk, maka
manusia yang beragama, serta dilarang bagi kita. Teori ini
kecenderungan naluriah spiritual menegaskan baik atau buruknya suatu
yang dimiliki. Di mana tidak semua perilaku itu tidak dinilai berdasarkan
niat baik perbuatan individu semata- dampak yang ditimbulkannya, tetapi
mata bermotifkan kepentingan kewajiban. Sebagai contoh, kenapa
pribadi semata-mata. Padahal ada kita harus berlaku jujur, adil, ikhlas,
kecenderungan dalam diri manusia amanah, tidak menyakiti orang lain,
untuk bekerjasama, saling menolong, karena itu adalah kewajiban. Begitu
berbakti, toleran, sifat haru, juga kenapa kita dilarang mencuri,
mengasihi satu sama lain secara tulus. korupsi, iri hati, karena hal tersebut
Selain itu, teori egoisme secara dilarang dalam semua ajaran agama.
mentah-mentah menolak ajaran Prinsip deontologi menyatakan,
agama dan mengingkari prinsip- konsekwensi yang lahir setelah
prinsip moralitas agama. Seolah-olah perbuatan itu dilakukan, adalah
individu bisa memecahkan sendiri persoalan lain dan tidak boleh
semua urusannya tanpa bantuan orang menjadi pertimbangan.
lain, serta tanpa bimbingan kebenaran Perbuatan tidak pernah
dari Tuhan. menjadi baik karena hasilnya baik,
melainkan hanya karena wajib
4. Teori Deontologi (Deontological
dilakukan. Karena itu, bisa
Theory)
dimengerti bahwa deontologi selalu
Istilah deontologi berasal dari
menekankan bahwa perbuatan tidak
perkataan Yunani, “deon”, yang
dihalalkan karena tujuannya.
berarti, “kewajiban” atau “sesuatu
Meskipun suatu perbuatan itu
yang diwajibkan”. Tokoh teori
tujuannya baik, namun cara yang
deontologi adalah Immanuel Kant
ditempuh salah maka tetap tidak bisa
208

dianggap baik. Contoh misalnya, ada sendiri yang menentukan apakah


mahasiswa yang bertujuan untuk suatu tindakan itu bermoral atau tidak.
memperoleh nilai indeks prestasi Dalam kaitan ini, ada beberapa
yang tinggi, tetapi ketika dia ujian bentuk teori deontologi, yakni:
melakukan segala cara agar dapat Deontologi tindakan, seperti
nilai yang baik, termasuk dengan cara eksistensialisme (etika situasi) dan
menyontek dan sebagainya. Maka deontologi peraturan seperti, Prinsip
perilaku semacam itu tetap tidak bisa Kewajiban. Deontologi peraturan
dianggap baik. Jadi teori ini sangat menyatakan bahwa pertimbangan
bertolak belakang dengan teori moral diukur bergantung pada
teleologis yang kita bahas standard yang berlaku dan bukan
sebelumnya. karena kenikmatan (kesenangan) atau
Secara substansial, aliran ini kesengsaraan. Tindakan yang sesuai
berpandangan bahwa perilaku dengan peraturan dianggap bermoral.
bermoral itu mesti melibatkan Sementara deontologi tindakan
kesadaran diri pelaku, yakni berpendapat bahwa bermoral atau
menekankan sifat perilaku manusia. tidaknya suatu perilaku itu
Manusia dikatakan melakukan bergantung pada cara kita
sesuatu itu tidaklah semata-mata melaksanakan tanggungjawab pada
karena tindakan tersebut dipikirkan orang lain. Adapun yang termasuk
baik atau buruk, bukan pula karena bagian dari deontologi tindakan
adanya sesuatu dampak perbuatan adalah teori eksistensialisme.
tersebut, bukan pula perbuatan
tersebut akan membawa dampak bagi 4.1. Teori Eksistensialisme
sebanyak mungkin orang, tetapi kita Teori ini bersumber dari
melakukan perbuatan tersebut karena pemikiran Soren Kierkegaard (1813-
nilai perbuatan tersebut (Dierksmeier 1855), Albert Camus (1913-1960)
2013: 3). Jadi penentuan nilai baik, dan Jean Paul Sartre (1905-1980).
betul, wajar dan bermoral sesuatu Aliran ini muncul setelah Perang
tindakan atau perbuatan itu karena Dunia Kedua. Salah pandangan
ciri-ciri atau sifatnya sendiri. Sifat eksistensialis berasal dari gagasan
perilaku dan ciri-ciri perilaku itu Kierkegaard tentang tiga gaya hidup
209

yang bersifat estetis, etis, dan yang bisa menjelaskan atau


religious, yang bertransformasi menjustifikasi siapakah
menemukan pijakan hidup, yakni sesungguhnya diri kita. Kesadaran
bagaimana kita harus mengisi mengenai kondisi tanpa pijakan atau
kehidupan ini? Aliran dasar inilah yang disebut Albert
Eksistensialisme menekankan Camus sebagai, “absurd”.
kepentingan individu untuk Menurut Sartre, manusia wujud
memenuhi kehendak pribadi. dahulu sebelum fungsinya ditetapkan,
Manusia bebas dan tidak terikat yang berarti kewujudan manusia
dalam menentukan pilihan-pilihan mendahului esensinya hidupnya.
dalam kehidupan mereka. Manusia Dengan kata lain, manusia wujud
juga bertanggungjawab dengan dahulu sebelum tujuan hidupnya
pilihan dan tindakan yang ditentukan. Sesudah manusia hidup,
dilakukannya. Aliran ini menolak ide- barulah dia menentukan corak
ide, norma-norma, peraturan dan kehidupannya. Dalam pandangan
kekuasaan yang datang dari luar diri eksistensialis kondisi manusia
manusia, karena manusialah yang merupakan kebebasan sehingga
lebih berhak dan pantas menentukan menuntut tanggungjawab, yang tiada
dirinya sendiri. henti-hentinya pada kita, agar
Jadi manusia bertanggungjawab memilih nilai kita dan berkomitmen
atas dirinya sendiri untuk menetapkan dengan nilai tersebut. Inti dari
tujuan dan membuat keputusan atau eksistensialisme adalah kebebasan
pilihan yang bebas dari norma-norma radikal (Graham 2015: 132). Aliran
dan peraturan masyarakat. Konsep ini jelas bertentangan dengan ajaran
manusia berdasarkan aliran ini adalah agama dan meniadakan kewujudan
bebas, tidak ada ikatan, menentukan Tuhan yang menciptakan manusia.
baik atau buruk untuk dirinya sendiri, Sartre menegaskan, bahwa oleh
serta mencorakkan kehidupannya karena tidak wujudnya Tuhan, berarti
sendiri. Pada segi ini tidak ada satu segala-galanya diizinkan, maka tidak
hal pun yang dominan menentukan ada hukuman Tuhan atau nilai agama,
pilihan hidup kita, karena kita bebas, dan nilai obyektif disediakan untuk
dan karenanya juga tidak ada satu pun diikuti manusia.
210

Tiada nilai moral yang tetap yang beliau memberikan argumen tentang
menjadi pegangan. Nilai-nilai moral karakter fundamental dan rasional
senantiasa berubah mengikuti dari pemikiran dan tindakan moral.
tanggapan dan tafsiran manusia serta Kant mencetuskan Prinsip Kewajiban
keperluan dan situasi masanya. (principle of duty) yang bermaksud
Golongan eksistensialis tanggungjawab perlu dilaksanakan
menitikberatkan kebebasan memilih semata-mata karena perbuatan
dalam situasi terkini. Apakah kita tersebut adalah suatu tanggungjawab.
adalah pencipta nilai? Sartre Menurut Immanuel Kant, suatu
menjawab, ya. Kita adalah pencipta perbuatan adalah baik jika dilakukan
nilai, dalam arti “kita” sebagai bagian atau harus dilakukan karena
dari komunitas, etnik, ras, kultur di kewajiban. Selanjutnya ia
mana kita hidup. Dengan demikian menyatakan, suatu perbuatan adalah
sesuatu itu bisa disebut nilai dan baik jika dilakukan berdasarkan
bernilai ataupun tidak bernilai “imperatif kategoris”.
bergantung pada konteks. Jika nilai Imperatif kategoris mewajibkan
dibebaskan dari konteks, hal tersebut kita begitu saja, tidak tergantung pada
tidak masuk akal, tidak akan menjadi syarat apapun. Misalnya uang yang
nilai. Karena itu, filsafat nilai paham telah dipinjam harus dikembalikan.
eksistensialisme seringkali disebut Keharusan itu berlaku begitu saja
sebagai “relativisme”. tanpa syarat. Bukan karena kita takut
akan dilaporkan ke polisi, terkena
4.2. Teori Prinsip
denda, atau dimarahi peminjamnya.
Kewajiban
Bukan karena hal-hal tersebut,
Teori ini dipelopori oleh
melainkan seharusnya dikembalikan.
Immanuel Kant (1724-1804), salah
Tanpa syarat apapun (Bertens 2000:
seorang tokoh filsafat Jerman yang
70). Teori moral yang dikemukakan
terkenal. Beliau merupakan ahli
secara mendalam oleh Kant ini
filsafat moral yang terkenal sepanjang
akhirnya melahirkan etika Kant
masa dan memberikan pengaruh
(Kant’s ethics) atau etika Kantian
besar pada pemikiran modern.
(Kantian ethics).
Melalui pemikiran-pemikirannya
211

Kant banyak memperjuangkan Seperti dicontohkan oleh Gordon


kebebasan manusia, harkat dan Graham (2015: 147) berikut:
martabat manusia, serta pandangan
…ada seseorang yang bekerja
bahwa kewajiban moral bukan
untuk lembaga amal internasional.
diperoleh dari Tuhan; atau bukan dari Dia mengumpulkan uang dan
mengorganisasi penyaluran obat-
otoritas manusia dan masyarakat; atau
obatan bagi orang-orang yang
dari kegemaran dan keperluan agen- tinggal di kamp pengungsian. Di
saat terjadi bencana besar dia
agen manusia tetapi dari proses
bekerja dan berupaya keras untuk
berpikir. Hal ini sejajar dengan mengumpulkan uang dan
mengumpulkan sejumlah besar
pengertian deontologi yang berasal
obat-obatan yang sangat
dari kata “deon” dalam Bahasa diperlukan. Namun akibat suatu
kesalahan yang bukan diperbuat
Yunani yang bermakna “yang
olehnya, gudang penyimpanan
diharuskan atau diwajibkan”. mengalami masalah sehingga stok
obat-obatan terkontaminasi.
`Teori etika ini menyatakan
Sayangnya, mereka tidak
bahwa nilai moral suatu tindakan mengetahui kondisi ini sehingga
kemudian tingkat kematian di
tidak boleh dinilai pada dampaknya
kamp pengungsian jauh melebihi
(hasil atau kebaikan yang akan sebelum obat-obatan tersebut tiba.
Ini tentu saja merupakan sebuah
diperoleh), karena kesudahannya
tragedi besar. Namun meski
tidak jelas dan tidak dapat ditentukan pekerja lembaga amal tersebut
merasa sangat bersalah, dia
pada saat tindakan tersebut dilakukan.
sebenarnya bukan pihak yang
Nilai prinsip bermoral sesuatu bertanggungjawab atas kejadian
ini. Kesalahan utama adalah pada
tindakan itu bergantung kepada niat
‘nasib buruk’ atau ‘hal-hal buruk
seseorang itu sebelum ia membuat lainnya…
keputusan atau melakukan suatu
Dalam pandangan Immanuel
tindakan. Dampak atau akibat-akibat
Kant, niat dan upaya pekerja amal
dari tindakan kita sebenarnya tidak
tersebut akan “tetap mengkilap
berada di bawah kontrol kita.
seperti permata, seperti sebuah benda
Sementara motif atau niatlah yang
yang memiliki makna penuh bagi
ada di bawah kontrol kita, dan karena
dirinya sendiri”. Menurut Kant, sifat-
itu kita harus bertanggungjawab
sifat seperti kebaikan, keberanian,
secara moral atas motif kita untuk
ketabahan, kepandaian, kekayaan
membuat kebaikan atau keburukan.
212

serta kehormatan adalah diingini Dalam pandangan beliau, manusia


semua orang. Namun semua hal perlu berperilaku mengikuti peraturan
tersebut tidak dapat dianggap baik universal. Pertimbangan moral,
atau buruk tanpa syarat. Sesuatu itu apakah itu benar atau salah
baik, buruk, bermoral atau tidak, bergantung pada kepatuhan peraturan
bergantung pada tekad baik atau universal, yang mencakup prinsip-
buruk yang diniatkan oleh individu prinsip: Kebebasan, keadilan,
yang bersangkutan. Motif tunggal kebijaksanaan, pilihan yang tepat.
tekad baik adalah melaksanakan Dengan adanya kebebasan dan
kewajiban (Walschots 2015: 103- keadilan kita boleh menggunakan
104). Mengamalkan kewajiban kebijaksanaan untuk membuat pilihan
haruslah dengan tekad baik secara tindakan yang bersifat universal.
batin. Jadi manusia yang baik dari Suatu prinsip bertindak hanyalah
segi moral ialah manusia yang benar apabila dapat
senantiasa bertindak atas dasar diuniversalisasikan, yakni dapat
kewajiban atau karena peraturan. diberlakukan pada siapa saja dan
Berperilaku yang semata-mata komunitas mana saja.
dilandasi oleh kecenderungan Penguniversalan ini ciri hakiki
alamiah saja dianggap tidak rasional kewajiban moral (Franz Magnis-
dan tidak melibatkan nalar pikir yang Suseno 1997: 148).
bebas. Kehendak baik adalah Pada kenyataannya, teori
kehendak rasional murni. Prinsip Kewajiban ini mengundang
Dengan hidup menurut berbagai kritik. Salah satunya adalah,
hukum moral yang rasional manusia pandangan Kant yang menyatakan
tidak menyerahkan diri pada sesuatu bahwa kita perlu bertindak mengikuti
yang asing bagi dirinya (heteronom). “motif kewajiban” dan bukan
Di sinilah manusia dapat menemukan mengikuti “kecenderungan”.
“otonomi kehendak”, yang serentak Bagaimanapun hal ini mengingkari
juga menemukan kebebasannya. kenyataan, di mana dalam kehidupan
Dalam konteks perbuatan manusia, ini banyak perilaku bermoral kita
Kant menolak segala bentuk yang dilakukan dengan sebab
kewujudan dan campur tangan Tuhan. kewajiban, seperti: membayar pajak,
213

taat berlalu lintas, bersih-bersih kita mengenal adanya berbagai


lingkungan, dan sebagainya. Namun, macam pedoman etika atau kode etik,
banyak juga perilaku moral kita yang mulai dari etika organisasi, lembaga-
dilakukan karena kecenderungan lembaga pemerintah dan swasta,
alamiah untuk melakukan tindakan korporasi, sekolah, pesantren, serta
tersebut, di mana kita mendapat profesi, yang menjadi pemandu bagi
kepuasan dari tindakan seperti itu. perilaku individu, atau kelompok
Perilaku ini justru lebih memberi dalam organisasi atau profesi
kesan mendalam, karena membawa pekerjaan.
kepuasan inheren dalam diri kita, Sejauh yang kita kenal ada
yang bisa jadi karena dorongan beberapa teori etika, yakni: Pertama,
agama. Pemikiran Kant yang teori moralitas sosial (sosial morality
sepenuhnya bertitik tolak dari nilai theory). Teori ini menyatakan bahwa
sekularisme tentu tidak akan ketemu manusia hidup bermasyarakat, karena
dengan nalar moral seperti itu. itu kelompok masyarakatlah yang
paling berwenang dalam
Kesimpulan menggariskan kebenaran sosial.
Berdasarkan penjelasan yang Masyarakat mempengaruhi tindak
disampaikan di atas dapat tanduk, sikap dan cara berpikir
dikemukakan bahwa etika adalah individu. Sesuatu tindakan itu
suatu kajian ilmiah tentang perilaku dianggap baik atau buruk, patut atau
manusia dalam masyarakat, yakni tidak patut, bermoral atau tidak
suatu bidang yang mendefenisikan bermoral jika selaras dengan nilai-
perilaku manusia sebagai benar atau nilai, norma-norma, dan undang-
salah, baik atau buruk, patut atau undang dalam masyarakat tersebut.
tidak patut. Etika menegaskan Kedua, adalah, teori kepribadian
prinsip-prinsip perilaku yang perlu mulia (personality virtue theory).
ditempuh individu agar bersesuaian Teori ini bersumber dari pemikiran
dengan kebajikan yang diterima. Aristoteles (384-322 SM). Menurut
Kesadaran akan nilai-nilai tersebut teori ini, usaha pengembangan moral
perlu dipupuk secara terus menerus. seharusnya mengarah pada
Dalam lingkup kehidupan sehari-hari, pembentukan watak mulia dan terbaik,
214

bukan kepatuhan kepada peraturan ditimbulkannya, tetapi kewajiban.


masyarakat. Berdasarkan teori ini, Perbuatan tidak pernah menjadi baik
masalah yang lebih ditekankan adalah karena hasilnya baik, melainkan
dimensi individu atau manusianya, hanya karena wajib dilakukan. Jadi
dan bukan perbuatan yang penentuan nilai baik, betul, wajar dan
dihasilkannya. Dalam pandangan bermoral sesuatu tindakan atau
Aristoteles, manusia perlu fokus perbuatan itu karena ciri-ciri atau
kepada usaha membina kepribadian sifatnya sendiri. Ada beberapa bentuk
mulia, seperti yang dikatakannya teori deontologi, yakni: Deontologi
sebagai etika virtue. tindakan, seperti eksistensialisme
Ketiga, teori teleologi. Teori (etika situasi) dan deontologi
ini menyatakan bahwa baik atau peraturan seperti, Prinsip Kewajiban.
buruknya suatu perbuatan itu
tergantung pada tujuan yang DAFTAR PUSTAKA
dicapainya. Suatu perbuatan yang
memang bermaksud baik, tetapi tidak Ahmad Amin. 1983. Etika (Ilmu
Akhlak), Terj. KH. Farid Ma’ruf,
menghasilkan sesuatu yang bermakna,
Jakarta: Bulan Bintang.
menurut aliran ini tidak pantas
Bailey, Olivia. 2010. “What
disebut baik. Jika perbuatan tersebut
Knowledge is Necessary for
memberi akibat baik, maka perbuatan Virtue?”, Journal of Ethics &
Sosial Philosophy, Vol. 4, No. 2
tersebut dianggap bermoral dan kalau
(February), p. 1-17.
perbuatan tersebut meninggalkan
Baumane-Vitola, Cals, Igo, Sumilo,
akibat yang buruk maka perbuatan
Erika. 2016. “Is Ethics
tersebut dianggap sebagai tidak Rational? Teleological,
Deontological and Virtue
bermoral. Teori ini mementingkan
Ethics: Theories Reconciled in
dampak dari suatu perbuatan. Teori the Context of Traditional
Economic Decision Making”,
teleologi terbagi menjadi dua, yakni
Procedia Economics and
aliran Utilitarianisme dan Egoisme. Finance, Vol 39, p. 108-114.
Keempat adalah, teori deontologi.
Bertens, K. 1975. Sejarah Filsafat
Teori ini menegaskan baik atau Yunani: Dari Thales Ke
Aristoteles, Yogyakarta:
buruknya suatu perilaku itu tidak
Kanisius.
dinilai berdasarkan dampak yang
215

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Palese, Emma. 2013. “Ethics without


Bisnis, Yogyakarta: Kanisius. Morality, Morality without
Ethics-Politics, Identity,
Bertens, K. 2005. Etika, Jakarta: Responsibility in Our
Gramedia. Contemporary World”, Open
Journal of Philosophy, Vol. 3.
Davis, Michael. 2014. “Professional No. 3, p. 366-371.
Ethics without Moral Theory: A
Practical Guide for the Schmandt, Henry J. 2002. Filsafat
Preplexed Non-Philosopher”, Politik: Kajian Historis Dari
Journal of Applied Ethics and Zaman Yunani Kuno Sampai
Philosophy, Vol. 6, No. 9, p. 1- Zaman Modern, Terj. Ahmad
9. Baidlowi & Imam Baehaqi,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dierksmeier, Claus. 2013. “Kant on
Virtue”, Journal Business Suikkanen, Jussi. 2009.
Ethics, April, p. 1-8. “Consequentialism, Constrains
and the Good Relation-to: A
Franz Magnis-Suseno. 1997. 13 Reply to Marx Schroeder”,
Tokoh Etika: Sejak Zaman Journal of Ethics & Sosial
Yunani Sampai Abad Ke 19, Philosophy, March, p. 1-8.
Yogyakarta: Kanisius.
Walschots, Michael H. 2015. Moral
Graham, Gordon. 2015. Teori-Teori Sense Theory and the
Etika, Terj. Irfan M. Zakkie, Development of Kant’s Ethics,
Bandung: Nusa Media. Thesis Doctor of Philosophy,
The School of Graduate and
Grcic, Joseph. 2013. “Virtue Theory, Post Doctoral Studies The
Relativism and Survival”, University of Western Ontario,
International Journal of Sosial Canada.
Science and Humanity, Vol. 3,
No. 4, Juli, p. 416-419.

Hamzah Ya’qub. 1983. Etika Islam,


Bandung: Diponegoro.

Ljupco, Ristovski. 2017. “Morality


and Ethics in Politics in the
Contemporary Societies”,
Journal of Liberty and
International Affairs, Vol. 2,
No. 3, p. 83-93.

M. Amin Abdullah. 2002. Filsafat


Etika Islam, Bandung: Mizan.

Das könnte Ihnen auch gefallen