Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
This study discusses ethical theory. The method used is descriptive analysis with a
qualitative approach. Ethics affirms the principles of behavior that must be carried
out by individuals to adjust to the good they receive. We know several ethical theories,
namely: First, sosial morality theory. This theory states that society is the most
authorized in describing sosial truth. Something that is considered good or bad,
appropriate or inappropriate, moral or immoral if it is in harmony with values, norms,
and law in society. Second, personality virtue theory. This theory argues that efforts
to develop morals must lead to the formation of noble and best character. Problems
that are more emphasized are individual or human dimensions, and not actions. Third,
teleological theory. This theory states that good or bad actions depends on the goals
achieved. An action that means good, but does not produce anything meaningful,
according to this theory is not called good. The theory emphasizes the impact of the
actions. Teleological theory divided into two school of thought, namely; utilitarianism
and egoism. Fourth, deontology theory. This theory confirms that good or bad
behavior is not assessed based on its impact, but because of obligation. The behavior
is never good because the results are good, but only because they are needed. So
determining value is a good, right, and moral are from characteristic actions.
Dosen Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Jakarta
194
Kepribadian yang ada pada manusia Sementara pada pihak lain ada
itu perlu diasuh, dipelajari dan sebagian orang yang cenderung pelit
dipraktekkan, baik itu melalui latihan dan sukar mengeluarkan uang. Pihak
serta pengamalan sehingga menjadi yang pertama disebut sebagai
kebiasaan, tabiat, cara hidup dan pemboros, sedangkan yang kedua
menyenangkan diri sendiri. Seperti adalah kikir atau pelit. Kita dapat
disampaikan Kees Bertens (1975: mengambil nilai keutamaan dalam
162), pandangan ini menjelaskan membelanjakan uang ini dengan
bahwa untuk memperoleh keutamaan, mengambil jalan tengah dari dua titik
kita mesti melakukan perbuatan- ekstrim tersebut. Nilai keutamaan ini
perbuatan yang baik secara obyektif ialah “kemurahan hati”, yakni tidak
saja, artinya perbuatan-perbuatan terlalu boros dan tidak terlalu pelit.
yang oleh umum dianggap baik. Dengan demikian, setiap keutamaan
Secara lambat laun suatu kebiasan dapat menentukan jalan tengah antara
yang baik dan terpuji itu akan dua titik ekstrem yang berlawanan.
terbentuk dalam diri kita, sehingga Keutamaan selalu merupakan
selanjutnya kita melakukan pertengahan antara kelebihan dan
perbuatan-perbuatan baik tersebut kekurangan. Berdasarkan andaian
berdasarkan keutamaan. tersebut sesuatu yang betul, benar,
Selain itu, teori kepribadian baik dan bermoral itu ialah perilaku
mulia menyatakan bahwa untuk yang mengikut kadar sederhana atau
mencapai kemuliaan hidup, manusia pertengahan.
perlu mengikuti “jalan tengah”. Jalan Menurut Aristoteles, berdasarkan
tengah ialah tingkah laku yang jenisnya, terdapat dua jenis
sederhana, moderat, yaitu tidak kepribadian mulia, yakni kepribadian
berlebihan dan keterlaluan serta juga mulia intelektual dan kepribadian
tidak terlalu kurang. Sebagai contoh mulia moral. Kepribadian mulia
(Bertens 1975: 163), dalam hal intelektual ialah keutamaan melalui
membelanjakan uang ada proses berpikir, yang
kemungkinan dua sikap ekstrim. Di menyempurnakan langsung rasio itu
satu pihak ada orang yang dapat sendiri. Kepribadian jenis ini dapat
mengeluarkan uang begitu banyak. dipelajari. Sementara kepribadian
201
mulia moral diperoleh melalui latihan, yang banyak. Sedangkan bagi yang
praktek, dan kebiasaan dalam lain jika ia merasa dirinya sehat.
kehidupan sehari-hari (Bertens 2005: Sebagian lagi yang lain merasa
243). Pandangan ini berhadapan bahagia jika bisa bersedekah. Ada
dengan berbagai kritikan. yang bahagia kalau bisa menang
Aristoteles juga berpendapat dalam dalam judi. Dengan demikian,
konsep etikanya bahwa tujuan akhir kebahagiaan sesungguhnya bersifat
manusia adalah untuk mencari relatif.
kebahagiaan (eudaimonia) dalam Kedua, kepribadian mulia
hidup. Menurut beliau, orang yang mungkin juga dapat terjadi secara
bahagia bukanlah seseorang yang palsu dan pura-pura. Banyak orang
kehidupannya dipenuhi dengan yang berpribadi mulia di depan umum
kenikmatan pasif, namun orang yang karena peraturan. Misalnya ada orang
mampu melampaui seluruh aktifitas yang tidak melanggar peraturan
dan kecerdasan yang merupakan ciri dalam urusan di kantor, jujur dalam
dari manusia. Kebahagiaan bukanlah urusan kantor, tetapi melanggar
sekedar kepuasan, namun kesehatan, peraturan ketika melintas di jalan raya.
bisa menggunakan fakultas-fakultas Dalam satu situasi mereka taat, tetapi
mental secara imajinatif dan produktif, dalam situasi lain mereka melanggar.
dan dapat menjalin hubungan Dengan kata lain, kepribadian mulia
personal, professional, dan publik pada taraf tertentu mencetuskan
yang baik (Graham 2015: 77). hipokrisi. Ketiga, kepribadian mulia
Namun demikian, terlepas menurut Aristoteles bukanlah watak
dari berbagai kelebihan pandangan dan kemampuan yang bersifat
Aristoteles, teori ini mendapatkan alamiah. Argumen ini bertentangan
sejumlah kritik tajam. Di antaranya dengan ajaran agama, di mana semua
ialah: Pertama, teori ini lupa bahwa nabi memiliki akhlak mulia secara
ukuran kebahagiaan untuk setiap alamiah, sejak dilahirkan. Maksudnya,
manusia tidaklah sama. Antara satu banyak perilaku baik atau buruk tidak
individu dengan yang lain berbeda. dipelajari tetapi diperoleh melalui
Bagi sebagian individu, kebahagiaan contoh keteladanan. Keempat,
adalah jika ia mempunyai kekayaan menyangkut konsep “jalan tengah”,
202
apakah setiap keutamaan itu selalu yang lebih tua, adalah baik, karena
merupakan jalan tengah antara hasil dari perbuatan tersebut adalah
“kurang” dan “terlalu banyak”. Hal baik. Bukan karena sifat-sifat interen
ini tidak dapat dipraktekkan pada dari perbuatan tersebut. Begitu juga
semua persoalan. Apalagi di jaman dengan perilaku berbohong, sombong,
sekarang yang serba kompleks. melanggar hak orang lain, menipu
Meskipun demikian, terlepas dari masyarakat, adalah buruk, karena apa
segala kelebihan dan kekurangan, yang dihasilkan dari perbuatan
teori ini dapat menjadi panduan kita tersebut adalah buruk. Dengan
dalam mewujudkan kehidupan demikian, penilaian terhadap sesuatu
bersama yang damai dalam perilaku atau tindakan itu, apakah itu
masyarakat. Adanya kemuliaan bermoral atau tidak bermoral adalah
pribadi pada individu diharapkan berdasarkan pada akibat yang
mendorong wujudnya prinsip-prinsip ditimbulkan dari perbuatan tersebut.
kebaikan yang dijunjung secara Jika perbuatan tersebut memberi
kolektif serta memberi ruang bagi akibat baik, maka perbuatan tersebut
terbentuknya watak-watak terpuji. dianggap bermoral dan kalau
perbuatan tersebut meninggalkan
3. Teori Teleologi (Teleological akibat yang buruk maka perbuatan
Theory) tersebut dianggap sebagai tidak
Istilah teleologi berasal dari bermoral. Jadi sekali lagi, teori ini
Bahasa Yunani, “telos”, yang berarti mementingkan dampak dari suatu
tujuan. Teori ini menyatakan bahwa perbuatan. Dengan kata lain, sebelum
baik atau buruknya suatu perbuatan seseorang itu melakukan sesuatu
itu tergantung pada tujuan yang tindakan atau perbuatan, maka ia
dicapainya. Suatu perbuatan yang perlu memikirkan terlebih dahulu
memang bermaksud baik, tetapi tidak dampak apa yang ditimbulkan, baik
menghasilkan sesuatu yang bermakna, atau buruk. Kita dapat meneruskan
menurut aliran ini tidak pantas perbuatan sekiranya itu berdampak
disebut baik (Bertens 2000: 67). baik, sebaliknya tidak akan
Berlaku jujur, bijaksana, komited melakukan sesuatu perbuatan
pada janji, ikhlas, menghormati orang sekiranya berdampak buruk. Dalam
203
Tiada nilai moral yang tetap yang beliau memberikan argumen tentang
menjadi pegangan. Nilai-nilai moral karakter fundamental dan rasional
senantiasa berubah mengikuti dari pemikiran dan tindakan moral.
tanggapan dan tafsiran manusia serta Kant mencetuskan Prinsip Kewajiban
keperluan dan situasi masanya. (principle of duty) yang bermaksud
Golongan eksistensialis tanggungjawab perlu dilaksanakan
menitikberatkan kebebasan memilih semata-mata karena perbuatan
dalam situasi terkini. Apakah kita tersebut adalah suatu tanggungjawab.
adalah pencipta nilai? Sartre Menurut Immanuel Kant, suatu
menjawab, ya. Kita adalah pencipta perbuatan adalah baik jika dilakukan
nilai, dalam arti “kita” sebagai bagian atau harus dilakukan karena
dari komunitas, etnik, ras, kultur di kewajiban. Selanjutnya ia
mana kita hidup. Dengan demikian menyatakan, suatu perbuatan adalah
sesuatu itu bisa disebut nilai dan baik jika dilakukan berdasarkan
bernilai ataupun tidak bernilai “imperatif kategoris”.
bergantung pada konteks. Jika nilai Imperatif kategoris mewajibkan
dibebaskan dari konteks, hal tersebut kita begitu saja, tidak tergantung pada
tidak masuk akal, tidak akan menjadi syarat apapun. Misalnya uang yang
nilai. Karena itu, filsafat nilai paham telah dipinjam harus dikembalikan.
eksistensialisme seringkali disebut Keharusan itu berlaku begitu saja
sebagai “relativisme”. tanpa syarat. Bukan karena kita takut
akan dilaporkan ke polisi, terkena
4.2. Teori Prinsip
denda, atau dimarahi peminjamnya.
Kewajiban
Bukan karena hal-hal tersebut,
Teori ini dipelopori oleh
melainkan seharusnya dikembalikan.
Immanuel Kant (1724-1804), salah
Tanpa syarat apapun (Bertens 2000:
seorang tokoh filsafat Jerman yang
70). Teori moral yang dikemukakan
terkenal. Beliau merupakan ahli
secara mendalam oleh Kant ini
filsafat moral yang terkenal sepanjang
akhirnya melahirkan etika Kant
masa dan memberikan pengaruh
(Kant’s ethics) atau etika Kantian
besar pada pemikiran modern.
(Kantian ethics).
Melalui pemikiran-pemikirannya
211