Sie sind auf Seite 1von 7

ISSN 2338-4344

Jurnal Ilmiah Biologi Eksperimen dan Keanekaragaman Hayati eISSN 2686-200X


Vol. 6 No.1 Agustus 2019: hal. 1-7

Maya Index Analysis of Dengue Fever Vector in East Metro


Sub-District Lampung Province Indonesia
Betara Sona*, Emantis Rosa, M. Kanedi, Tugiyono

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung


Jl. Soemantri Brojonegoro, Gedong Meneng, Bandar Lampung, 35145, Lampung, Indonesia
*E-mail : betara.sona@gmail.com

ABSTRACT
Dengue fever was one of the dangerous diseases due to it might cause death in a short
time. It transmitted through its vectors, namely, Aedes aegypti and Aedes albopictus. Maya
index is an indicator that used to identify a high-risk area or not as a breeding ground
for Aedes sp. The purpose of this study was to determine the type of landfill which has the
potential as a breeding ground for mosquitoes, to find out the larvae found in various landfill
sites, and to know the Maya index status in Metro Timur Subdistrict which was carried out in
November-December 2017. This research conducted by a direct survey of 100 residents'
houses in East Metro. The results indicated that the type of controlled water reservoir that
had the most potential as a breeding place for mosquitoes was a bathtub, while the type of
water reservoir that was not controlled which had the potential as a place for mosquito
breeding was a fish pond usage. There were 2 types of larvae found, namely, Aedes
aegypti larvae with a percentage of 47.7% and Aedes albopictus larvae with a percentage of
52.3%. The Maya index status detected there, was a medium category, which obtained from
the BRI combination and HRI category. Besides, it did not mean that the area has been free
from dengue cases. The role of the community is still very much needed in eradicating
landfills which has the potential as a breeding place for dengue mosquitoes vector.

Keywords: maya index, dengue fever, larva of Aedes sp.

PENDAHULUAN Metro cenderung fluktuatif, namun harus


tetap perlu dilakukan penanganan serius.
DBD (Demam Berdarah Dengue) meru-
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam
pakan penyakit yang diakibatkan oleh virus
upaya membantu penanggulangan kasus
yang dapat menyebabkan kematian dalam DBD, yaitu dengan melakukan analisis
waktu yang sangat singkat. Vektor utama tempat perindukan yang berisiko tinggi
DBD ialah nyamuk Aedes aegypti, melalui analisis maya index.
sedangkan vektor potensialnya ialah Aedes
albopictus (Natadisastra, 2009). Berbagai upaya telah dilakukan dalam
upaya penanggulangan DBD namun
Di Provinsi Lampung, kasus DBD terjadi di hasilnya masih kurang optimal yang ditandai
beberapa kota dan kabupaten, antara lain di dengan masih ditemukannya kasus DBD
kota Metro. Kota Metro merupakan salah dari tahun ke tahun (Nahla, 2009). Maya
satu daerah endemis DBD dengan kasus index digunakan untuk mengidentifikasi
yang cukup tinggi. Kasus DBD tersebar di suatu area yang berisiko tinggi sebagai
22 kelurahan dari 5 kecamatan yang ada di tempat perkembangbiakan (breeding site)
Kota Metro. Pada tahun 2015, Kecamatan nyamuk Aedes sp. didasarkan pada status
Metro Timur mempunyai kasus DBD kebersihan lingkungan HRI (Hygiene Risk
tertinggi dengan jumlah 96 kasus dan Indikator) dan ketersediaan tempat-tempat
Kecamatan Metro Selatan mempunyai yang mungkin berpotensi sebagai tempat
kasus DBD terendah dengan jumlah 10 perkembangbiakan nyamuk BRI (Breeding
kasus (Dinas Kesehatan Kota Metro, 2015). Risk Index) (Satoto, 2005). Dengan
Beberapa tahun terakhir kasus DBD di Kota diketahuinya maya index suatu daerah,
diharapkan dapat memberikan informasi
Maya Index Analysis... / 2

yang tepat dan akurat dalam upaya menentukan kategori maya index rendah,
penanggulangan kasus DBD khususnya di sedang dan tinggi (Supartha, 2008).
Kecamatan Metro Timur.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Keadaan TPA yang berpotensi sebagai
jenis TPA yang berpotensi sebagai tempat
Tempat Perindukan Nyamuk di Keca-
perindukan nyamuk, mengetahui larva yang
matan Metro Timur
ditemukan di berbagai TPA, dan mengetahui
Hasil survei berbagai jenis tempat
status maya index di Kecamatan Metro
penampungan air yang dapat berpotensi
Timur.
sebagai tempat perindukan nyamuk dan
jumlah tempat penampungan air yang
METODE PENELITIAN
ditemukan larva disajikan pada tabel 1.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
November sampai dengan Desember 2017. Tabel 1. Jenis Kontainer dan Keberadaan Larva
Pengambilan sampel dilaksanakan di Aedes spp. pada 100 rumah warga di
Kecamatan Metro Timur, Provinsi Lampung Kecamatan Metro Timur
dan identifikasi larva dilaksanakan di Jumlah
Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Jenis Tempat Jumlah
Kotainer
Penampungan Air Kontainer
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Positif Larva
Alam Universitas Lampung. Controllable
289 23
Container
Penelitian ini menggunakan metode survei Ember 8 1
pada daerah endemis demam berdarah di Bak Mandi 102 15
Kecamatan Metro Timur. Pengamatan se- Wadah
46 1
cara langsung dilaksanakan di 100 rumah penampung air
warga. Hasil penelitian dipaparkan dalam Gentong 24 6
bentuk deskriptif yang menggambarkan dan
Tempat Minum
menjelaskan fakta indeks keberadaan larva 19 0
Burung
nyamuk yang ditemukan pada berbagai Dispenser 14 0
tempat penampungan air baik yang masih Akuarium 1 0
terkontrol ataupun tidak terkontrol serta Kolam ikan 2 0
kategori maya index yang didasarkan pada Disposable
51 21
indikator BRI (Breeding Risk Index) dan HRI Container
(Hygiene Risk indikator). Pada masing- Wadah
masing tempat penampungan air yang penampung air 5 4
ditemukan positif larva diambil sampel bekas
larvanya untuk dilakukan identifikasi larva. Bak mandi bekas 1 1
Ban bekas 9 3
Analisis data dengan cara mengkom- Akuarium bekas 3 2
binasikan 2 indikator yaitu Breeding Risk Ember bekas 9 3
Tempat minum
Index (BRI) dan Hygiene Risk Indikator 1 1
burung bekas
(HRI) yang nantinya dikategorikan menjadi
Kolam bekas 7 5
rendah, sedang dan tinggi dengan
Kaleng bekas 7 2
menggunakan perhitungan distribusi
Botol bekas 4 0
tertinggi. BRI yang rendah menunjukkan
Pot bekas 3 0
bahwa hanya terdapat sedikit contralable Drum bekas 2 0
sites dan memiliki resiko rendah untuk
terjadi perkembangbiakan larva dan begitu Tabel 1. memperlihatkan jenis-jenis tempat
pula sebaliknya. HRI yang rendah penampungan air baik yang masih bisa
menunjukkan bahwa terdapat sedikit jumlah dikontrol ataupun tidak dapat dikontrol yang
disposable sites yang termasuk dalam
berpotensi sebagai tempat perindukan
kategori kotor. Nilai BRI dan HRI di setiap nyamuk yang terdapat pada 100 rumah di
rumah disusun dalam matriks 3x3 untuk
Kecamatan Metro Timur pada bulan
November 2017. Pada tempat penam-
3 / Sona, B., E. Rosa, M. Kanedi, Tugiyono

pungan air yang terkontrol (Controllable dari 1 bak mandi bekas ditemukan positif
container) , terdapat 81 ember namun yang larva, dari 9 ban bekas hanya ditemukan 3
ditemukan positif larva hanya ada 1 ember, ban yang positif larva, dari 3 akuarium bekas
dari 102 bak mandi ditemukan 15 yang ditemukan 2 akuarium yang positif larva, dari
positif larva, dari 46 bak air hanya ditemukan 9 ember bekas ditemukan 3 ember yang
1 bak air yang positif larva, dari 24 gentong positif larva, dari 1 tempat minum burung
ditemukan 6 gentong yang positif larva, bekas ditemukan positif larva, dari 7 kolam
kemudian dari 19 tempat minum burung, 14 bekas yang sudah tidak ada ikannya
dispenser, 1 akuarium, 2 kolam ikan, ditemukan 5 kolam yang positif larva, dari 7
keseluruhannya tidak ditemukan adanya kaleng bekas ditemukan 2 kaleng yang
yang positif larva, sehingga dari 289 positif larva kemudian dari 4 botol bekas, 3
kontainer tempat penampungan air yang pot bekas, 2 drum bekas, keseluruhannya
terkontrol, ditemukan 23 kontainer yang tidak ditemukan adanya yang positif larva,
positif larva Aedes. Kontainer yang paling sehingga dari 51 kontainer tempat
banyak ditemukan adanya larva Aedes yaitu penampungan air yang sudah tidak
bak mandi. terkontrol, ditemukan 21 kontainer yang
positif larva Aedes. Kontainer tidak terkontrol
Sebagian besar bak mandi yang dijumpai yang paling banyak ditemukan adanya larva
adanya larva masih terbuat dari semen dan Aedes yaitu kolam bekas yang sudah tidak
tanah berukuran besar. Hal ini berkaitan ada ikan didalamnya namun berisi air.
dengan ketersediaan makanan bagi jentik.
Pada kontainer berbahan semen Tempat penampungan air yang ditemukan
mikroorganisme yang menjadi bahan adanya larva tidak berhubungan secara
makanan larva lebih mudah tumbuh pada langsung dengan tanah. Menurut
dindingnya dan nyamuk betina lebih mudah Yotopranoto (1998), nyamuk Aedes tidak
mengatur posisi tubuh pada waktu dapat berkembang biak di selokan, got, atau
meletakkan telur, dimana telur secara teratur kolam yang keadaan airnya langsung
diletakkan di atas permukaan air, berhubungan dengan tanah. Larva Aedes
dibandingkan kontainer berbahan keramik banyak ditemukan di tempat-tempat yang
dan plastik yang cenderung licin. Pada sudah tidak terkontrol seperti ban bekas,
kontainer berbahan licin nyamuk betina tidak ember bekas, bak bekas, botol bekas, dll
dapat berpegangan erat dan mengatur yang dapat menjadi tempat penampungan
posisi tubuhnya dengan baik sehingga pada air pada saat hujan sehingga dapat menjadi
saat bertelur, telur disebarkan di permukaan tempat perkembangbiakan larva. Hal ini
air dan menyebabkan mati terendam sejalan dengan artikel WHO (2009) yang
sebelum menetas. menyebutkan bahwa di Asia dan Amerika
Aedes aegypti berkembang biak dalam
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian wadah buatan manusia seperti: kendi, besi
Badrah dan Hidayah (2011) di Kabupaten beton, drum, sampah plastik bekas
Penajam Paser Utara mengenai hubungan makanan, ban mobil bekas dan barang
antara tempat perindukan nyamuk Aedes lainnya yang dapat menampung air hujan.
aegypti dengan kasus DBD bahwa ada
hubungan antara bahan kontainer dengan Identifikasi Larva yang Ditemukan
keberadaan jentik Aedes aegypti. Penelitian Hasil identifikasi larva yang ditemukan pada
ini menemukan dari 340 kontainer yang berbagai tempat penampungan air di
diperiksa 86,7% kontainer berbahan semen Kecamatan Metro Timur dengan
dan 40% berbahan tanah positif jentik Aedes berpedoman pada buku kunci identifikasi
aegypti. Hasil ini juga selaras dengan larva Aedes, Ditjen PP & PL (2008) disajikan
bionomik nyamuk Aedes yang senang pada
pada tabel 2. Berdasarkan tabel 2. dapat
kelembaban tinggi dan takut sinar
dilihat bahwa jenis larva nyamuk Aedes
(photopobia).
Sedangkan pada tempat penampungan air yang ditemukan hanya ada 2 jenis, yaitu
yang tidak terkontrol (Disposable container) , Aedes aegypti de-ngan persentase 47,7%
terdapat 5 wadah air bekas namun yang dan Aedes albopictus 52,3%.
ditemukan positif larva hanya ada 4 wadah,
Maya Index Analysis... / 4

Tabel 2. Hasil Identifikasi Larva sebesar 16%, kategori sedang sebesar


57%, dan kategori rendah sebesar 27%.
No Nama Spesies Persentase Jadi, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan
nilai BRI menunjukkan bahwa rumah di
1 Aedes aegypti 47,7% Kecamatan Metro Timur masuk dalam
2 Aedes albopictus 52,3% kategori Breeding Risk Index (BRI) sedang
karena persentase rumah dalam kategori
Kategori Rumah berdasarkan Breeding sedang paling tinggi dibandingkan rumah
Risk Index, Hygiene Risk Index, Dan dengan kategori rendah dan tinggi yaitu
Maya Index dengan persentase 57%.

Adapun berdasarkan hasil survey pada 100 Semakin tinggi nilai BRI di suatu daerah
rumah di Kecamatan Metro Timur, diperoleh menunjukkan semakin banyak tempat
kategori rumah berdasarkan Breeding Risk penampungan air terkontrol yang dapat
Index, Hygiene Risk Indikator, dan Maya berpotensi sebagai tempat perindukan
Index dapat dilihat pada tabel 3. nyamuk Aedes spp. Menurut Supartha
(2008), BRI yang rendah menunjukkan
Tabel 3. Kategori Rumah di Kecamatan bahwa hanya terdapat sedikit kontainer yang
Metro Timur Berdasarkan berpotensi sebagai tempat perindukan
Breeding Risk Index, Hygiene nyamuk dan memiliki resiko rendah untuk
Risk Index, dan Maya Index. terjadi perkembangbiakan larva nyamuk dan
begitu pula sebaliknya.
Hygiene
Breeding Maya
Risk
Kategori Risk Index Index
Indikator
(BRI) (MI)
(HRI)
Rendah 27 rumah 0 24 rumah

Sedang 57 rumah 95 rumah 58 rumah

Tinggi 16 rumah 5 rumah 18 rumah

Total 100 100 100

Tabel 3. memperlihatkan bahwa berda-


sarkan hasil survey pada 100 rumah di
Kecamatan Metro Timur terdapat 27 rumah
dengan kategori Breeding Risk Index
rendah, 57 rumah dengan kategori Breeding
Risk Index sedang, dan 16 rumah dengan
kategori Breeding Risk Index tinggi.
Kemudian berdasarkan Hygiene Risk Gambar 1. Persentase kategori Breeding Risk
Indikator, terdapat 95 rumah berkategori Index pada 100 rumah di
sedang, 5 rumah berkategori tinggi, namun Kecamatan Metro Timur
tidak ditemukan adanya rumah yang
Walaupun BRI di daerah Kecamatan Metro
berkategori rendah. Selanjutnya berda-
Timur masih dalam kategori sedang bukan
sarkan Maya Index, terdapat 24 rumah
berarti sudah bebas dari kasus demam
dengan kategori rendah, 58 rumah dengan
berdarah. Kasus demam berdarah masih
kategori sedang, dan 18 rumah dengan
sangat memungkinkan terjadi di Kecamatan
kategori tinggi.
Metro Timur karena masih banyak
ditemukan tempat penampungan air yang
Kategori Breeding Risk Index (BRI)
dapat dijadikan sebagai tempat perindukan
Berdasarkan gambar 1 dapat dilihat bahwa
nyamuk dan masih dijumpai adanya larva
jumlah rumah yang mempunyai Breeding
vektor utama dan vektor potensial dari
Risk Index (BRI) dengan kategori tinggi
5 / Sona, B., E. Rosa, M. Kanedi, Tugiyono

demam berdarah, yaitu Aedes aegypti dan sedang namun daerah tersebut tetap
Aedes albopictus. Oleh karena itu, potensial sebagai tempat perkembang-
masyarakat tetap harus waspada dan biakan nyamuk.
melakukan pencegahan terhadap
perkembangbiakan nyamuk. Hal ini sejalan
dengan penelitian Joharina (2014) bahwa
walaupun sebagian besar rumah
mempunyai BRI kategori rendah, namun
masyarakat tetap perlu memperhatikan
lingkungan di sekitar rumah terutama pada
musim penghujan yang berpotensi
munculnya genangan air pada kontainer
bekas yang berada di luar rumah.

Kategori Hygiene Risk Indikator (HRI)


Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa
jumlah rumah yang mempunyai Hygiene
Risk Index (HRI) dengan kategori tinggi
sebesar 5%, kategori sedang sebesar 95%,
Gambar 2. Persentase kategori Hygiene Risk
dan tidak ada rumah yang berkategori HRI
Indikator pada 100 rumah di
rendah. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Metro Timur
rumah di Kecamatan Metro Timur masuk
dalam kategori Hygiene Risk Index (HRI) Status Maya Index (MI)
sedang karena persentase rumah dalam Status Maya Index (MI) berdasarkan
kategori Breeding Risk Index (BRI) dan
kategori sedang lebih tinggi dibandingakan
Hygiene Risk Index (HRI) dapat dilihat
rumah dalam kategori tingi, yaitu dengan bahwa jumlah rumah yang mempunyai
persentase mencapai 95% atau dengan kata maya index dengan kategori rendah sebesar
lain status kebersihan di daerah tersebut 24%, kategori sedang sebesar 58%, dan
masuk ke dalam kategori sedang. HRI kategori tinggi sebesar 18%. Jadi, dapat
sedang menunjukkan masih adanya tempat diartikan bahwa berdasarkan maya index
yang tidak terkontrol yang ditemukan di menunjukkan bahwa rumah di Kecamatan
Metro Timur termasuk dalam kategori
Kecamatan Metro Timur walaupun tidak
sedang karena persentase rumah dalam
banyak namun masih berpotensi sebagai kategori sedang paling tinggi, yaitu 58%. Hal
tempat perindukan nyamuk. Tempat yang ini berarti resiko daerah tersebut dijadikan
tidak dikontrol tersebut adalah tempat yang sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk
apabila tergenang air akan dapat menjadi Aedes sp. masih dalam kategori sedang
tempat perkembangbiakan larva. Tempat namun bukan berarti sudah bebas dari
tersebut di antaranya adalah botol bekas, kasus DBD.
ember bekas, ban bekas, drum bekas, bak
Menurut data Dinas Kesehatan, di
air bekas, bak mandi bekas, tempat minum Kecamatan Metro Timur kasus DBD masih
burung bekas, akuarium bekas, dll. Sesuai tergolong tinggi yaitu terdapat 71 kasus
dengan pendapat Supartha (2008), HRI yang tersebar di 5 kelurahan pada tahun
yang rendah menunjukkan bahwa terdapat 2016. Hal ini menunjukkan bahwa status
sedikit jumlah kontainer tak terkontrol yang maya index sedang juga sangat berisiko
terhadap penularan DBD apabila
berpotensi sebagai tempat perindukan
masyarakat kurang memperhatikan tempat-
nyamuk yang termasuk dalam kategori tempat yang dapat berpotensi sebagai
kotor. Menurut Dhewantara (2012) Dinata tempat perindukan nyamuk dan juga
(2012) Walaupun Hygiene Risk Index (HRI) kebersihan lingkungan. Hal tersebut sesuai
di suatu daerah masih dalam kategori dengan penelitian Purnama (2012) ada
hubungan antara status maya index dengan
Maya Index Analysis... / 6

kejadian DBD. Status maya index tinggi KESIMPULAN


memiliki risiko 3,088 kali dibandingkan
Berdasarkan hasil penelitian dapat
dengan yang memiliki maya index rendah
disimpulkan bahwa jenis tempat pe-
untuk terkena DBD. Walaupun maya index
nampungan air terkontrol yang paling
suatu daerah dalam kategori rendah-
berpotensi sebagai tempat perindukan
sedang, tetapi jika masih terdapat kontainer
nyamuk dan paling banyak ditemukan larva
yang positif jentik maka daerah tersebut
Aedes sp. adalah bak mandi, sedangkan
menjadi potensial terkena DBD.
jenis tempat penampungan air yang sudah
tidak terkontrol yang paling berpotensi
sebagai tempat perindukan nyamuk dan
paling banyak ditemukan larva Aedes sp.
adalah kolam ikan bekas yang sudah tidak
terdapat ikan di dalamnya. Jenis larva yang
ditemukan pada berbagai tempat
penampungan air di Kecamatan Metro Timur
ada 2 jenis yaitu, larva Aedes aegypti
dengan persentase 47,7% dan larva Aedes
albopictus dengan persentase 52,3%. Status
maya index di Kecamatan Metro Timur
masuk ke dalam kategori sedang.

DAFTAR PUSTAKA
Badrah, S., dan Hidayah, N. (2011).
Hubungan antara tempat perindukan
Gambar 3. Persentase status Maya Index pada nyamuk Aedes aegypti dengan kasus
100 rumah di Kecamatan Metro Timur demam berdarah dengue di Kelurahan
Penajam Kecamatan Penajam
Sikap masyarakat sangat berpengaruh
Kabupaten Penajam Paser Utara.
terhadap kejadian DBD. Masih minimnya
Journal of Tropical Pharmacy and
kepedulian masyarakat terhadap
Chemistry, 1(2), 153-160.
pemberantasan DBD di Kecamatan Metro
Timur dapat menjadi faktor yang
Dewantara, P. W. (2012). Analisis Resiko
berpengaruh terhadap kejadian DBD. Hal
dengue berbasis Maya index pada
tersebut terlihat dari masih adanya
rumah penderita DBD di Kota Banjar
masyarakat yang tidak mau rumahnya
tahun 2012. Balaba, 11(1), 1-8.
diperiksa apakah positif jentik atau negatif
jentik. Setiap kelurahan selalu memiliki
Dinas Kesehatan Kota Metro. (2015). Profil
rumah yang tidak dapat dimasuki untuk
Kesehatan Tahun 2015. Metro.
pemeriksaan jentik dengan alasan kamar
mandi belum dibersihkan, juga dengan
. (2016). Profil
alasan rumah tersebut sudah bersih dan
Kesehatan Tahun 2016. Metro.
tidak terdapat jentik. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian Ariyati (2014) bahwa
Ditjen PP & PL. (2008). Kunci Identifikasi
sikap masyarakat merupakan faktor protektif
Nyamuk Aedes. Jakarta.
terhadap kejadian DBD dan kondisi
lingkungan memiliki hubungan yang
Joharina, A. dan Widianti. (2014).
signifikan terhadap kejadian DBD. Nugroho
Kepadatan larva nyamuk vektor sebagai
(2009) menyatakan bahwa pelaksanaan
indikator penularan demam berdarah
pemberantasan sarang nyamuk yang buruk
dengue di daerah endemis di Jawa
menunjukkan adanya hubungan positif
Timur: Jurnal Vektor Penyakit, 8(2), 33-
dengan keberadaan jentik Aedes sp.
40.
7 / Sona, B., E. Rosa, M. Kanedi, Tugiyono

Nahla, K., Al-bar, A., Mohamed, K., Al- Satoto, T.B.T. (2005). Penting Survey Jentik
Fakeeh, (2009). A. knowledge, attitudes Sebelum Fogging. Medika, XXXI, 185.
and practices relating to dengue faver
among females in jeddah high schools. Supartha. (2008) . Pengendalian Terpadu
Journal Info Public Health, 2,30-40. Vektor Virus Demam Berdarah Dengue,
Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes
Nugroho, F. S. (2009). Faktor-faktor yang Albopictus (Skuse)(Diptera: Culicidae). .
berhubungan dengan keberadaan jentik Denpasar: Universitas Udayana.
Aedes aegypti di RW IV Desa Ketitang
Kecamatan Nogosari Kabupaten WHO. (2009). Panduan lengkap
Boyolali. Universitas Muhamadiyah Pencegahan dan pengendalian Dengue
Surakarta. [Skripsi]. dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta:
EGC.
Purnama, S. G., Baskoro, T. (2012). Maya
Index dan Kepadatan Larva Aedes Yotopranoto, S., Sri Subekti, Rosmanida,
aegypti terhadap Infeksi Dengue. . Salamun. (1998). Analisis dinamika
Denpasar: MAKARA Kesehatan. populasi vektor pada lokasi dengan
kasus demam berdarah dengue yang
Natadisastra, D., dan Agoes, R. (2009). tinggi di Kotamadya Surabaya. Majalah
Parasitologi Kedokteran Ditinjau dari Kedokteran Tropis Indonesia. 9, 23-31.
Organ Tubuh yang Diserang. Jakarta:
EGC.

Das könnte Ihnen auch gefallen