Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
Control of microorganisms in food is very important for improving food safety, quality and shelf life.
Southeast Asia is rich in spices and turmeric (Curcurma domestica) has been reported capable of inhi-
biting microorganisms. The objectives of this research were to study the characteristics of turmeric extracts
obtained by several solvents and their application to improve the microbiological quality and safety of tofu
during storage. Turmeric was extracted by maceration using three solvents, i.e methanol (MeOH), ethanol
(EtOH) or isopropanol (IPA). The extracts were analyzed for their curcuminoid content using HPLC, UV-
VIS spectra using spectrophotometer and infrared spectra with FTIR. The extracts were applied in water
used for soaking the heat treated and non-heat treated tofu. An artificial inoculation of E. coli and S.
3
aureus, each at 10 CFU/g, was also carried out to observe the extracts ability to inhibit these indicator and
pathogenic bacteria. The total plate count, E. coli and S. aureus in tofu were enumerated during storage at
room temperature up to 72 hours. The results showed that turmeric extracted with MeOH had the highest
yield and curcuminoid content, while that extracted with IPA had the lowest. Maceration with MeOH yielded
21.24% of extract containing 262.4 mg/g curcuminoid. Meanwhile maceration with IPA yielded 12.75% of
extract with 251.7 mg/g curcuminoid content. The UV-VIS spectra at the wavelength range of 200-600 nm
-1
and the infrared spectra at the wavelength number of 1650-400cm of the extracts suggested similar
absorbtion pattern regardless of the solvent used for the extraction. However the intensities of some peaks
in the spectra were different. Turmeric extract from all solvents (P>0.05) could inhibit the growth of total
microorganisms, E. coli and S. aureus in tofu by 2, 4 and 4 log CFU/g respectively. The study suggests the
potential use of turmeric extracts for extending tofu shelf life during room temperature storage.
Keywords: curcuminoid, E. coli, S. aureus, tofu, turmeric extract
ABSTRAK 1
Pengendalian jumlah mikroba pada pangan sangat penting untuk meningkatkan mutu dan keamanan
pangan serta memperpanjang umur simpan. Asia Tenggara kaya akan rempah-rempah yang memiliki
kemampuan aktivitas penghambatan mikroba pada pangan salah satunya adalah kunyit. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui karakteristik ekstrak kunyit yang diperoleh dengan berbagai jenis pelarut
serta aplikasinya dalam penghambatan partumbuhan mikroorganisme selama penyimpanan tahu pada
suhu ruang. Kunyit diekstrak dengan tiga pelarut yakni metanol (MeOH), etanol (EtOH) atau isopropanol
(IPA) dengan cara maserasi dan pelarut diuapkan dengan rotary evaporator. Karakteristik ekstrak yang
diuji meliputi kadar kurkuminoid, spektra UV-VIS dengan spektrofotometer dan spektra infra merah (IR)
dengan FTIR. Ekstrak kunyit dalam air diaplikasikan untuk perendaman tahu dengan atau tanpa pemana-
3
san. E. coli dan S. aureus ditambahkan sedemikian sehingga konsentrasi awal 10 CFU/g, untuk menge-
tahui kemampuan ekstrak dalam menghambat bakteri indikator dan patogen tersebut. Total mikroba, E.
coli dan S. aureus diuji pada tahu selama penyimpanan 72 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak MeOH kunyit memiliki rendemen dan kadar kurkuminoid tertinggi berturut-turut 21,24% dan 262,4
mg/g ekstrak terhadap berat bubuk kunyit kering, sedangkan ekstrak IPA kunyit memiliki rendemen dan
kadar kurkuminoid terendah berturut-turut sebesar 12,75% dan 251,7 mg/g ekstrak. Pengamatan melalui
spektra UV-VIS dan FTIR menunjukkan bahwa ketiga ekstrak kunyit mempunyai komponen yang sama
karena memiliki profil spektra yang sama khususnya pada panjang gelombang 200-600 nm pada spektra
-1
UV-VIS dan bilangan gelombang di daerah 1650–400 cm pada spektra IR tetapi intensitas beberapa
peaknya berbeda. Ketiga ekstrak kunyit dapat menghambat pertumbuhan total mikroorganisme, E. coli
dan S. aureus berturut-turut 2; 4 dan 4 log CFU/g pada penyimpanan selama 72 jam. Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa ekstrak kunyit dapat digunakan untuk memperpanjang masa simpan tahu selama
penyimpanan pada suhu ruang.
Kata kunci: E. coli, ekstrak kunyit, kurkuminoid, S. aureus, tahu
*Penulis Korespondensi:
E-mail: ratihde@apps.ipb.ac.id
19
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018
20
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018
bubuk. Bubuk tersebut disaring dengan ayakan uku- man = 1:1). Sebagai kontrol, tahu direndam dalam
ran 60 mesh untuk diekstrak. akuades. Desain percobaan dapat dilihat pada
Bubuk kunyit kering sebanyak 100 g diekstrak Tabel 1. Tahu direndam dalam air rendaman tahu
terpisah dengan masing-masing pelarut yaitu meta- pada selang waktu pengujian pada jam ke 0; 6; 24;
nol (MeOH) kualitas reagen (J.T. Baker, USA), 48 dan 72. Penyimpanan dilakukan pada suhu
etanol (EtOH) dan isopropanol (IPA) pro analysis ruang (26-29°C).
(Merck, Germany) masing-masing sebanyak 400 mL
(1:4 b/v) dalam labu erlenmayer dengan kondisi ber- Tabel 1. Desain percobaan aplikasi ekstrak kunyit
goyang dengan kecepatan 210 rpm dalam shaker pada tahu
(Infors HT, Switzerland) pada suhu ruang selama 48 Perlakuan Pengujian
jam. Larutan yang diperoleh, disaring dengan kertas 1) Tahu tanpa pemanasan dan TPC (BAM 2001a)
saring Whatman no. 1 dengan kondisi vakum tanpa inokulasi bakteri E. coli (BAM 2002)
(Precision DD90, USA). Fraksi cair dari ekstrak di- S. aureus (BAM,
uapkan sampai kering dengan rotary evaporator 2001b)
2) Tahu dengan pemanasan dalam TPC
(Buchi R-300 EL, Switzerland) untuk mendapatkan
air mendidih selama 30 menit
ekstrak kunyit. dan tanpa inokulasi bakteri
Ekstrak kunyit dari berbagai pelarut dilarutkan 3) Tahu yang dipanaskan dan E. coli
dalam akuades steril sehingga diperoleh ekstrak ku- diinokulasi dengan Escherichia
nyit dengan konsentrasi 1% (b/v) (Infante et al., coli ATCC 25922 (E. coli )
2014). Larutan ekstrak kunyit diaduk sambil dipa- (SEAFAST Center, IPB)
naskan dalam water bath (GFL D3006, Germany) 4) Tahu yang dipanaskan dan S. aureus
° diinokulasi dengan
pada suhu 70 C selama 30 menit. Sebelum diapli-
kasikan untuk uji pertumbuhan mikroba, larutan eks- Staphylococcus aureus ATCC
25923 (S. aureus) (SEAFAST
trak kunyit tersebut disimpan di dalam lemari pen-
Center, IPB)
dingin.
Analisis data
Karakterisasi ekstrak kunyit
Penelitian ini menggunakan metode eksperi-
Karakterisasi senyawa dalam ekstrak kunyit di-
mental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pa-
lakukan dengan mengukur kadar komponen kurku-
da tahap uji karakteristik dari pelarut ekstrak kunyit
minoid pada ekstrak. Pengukuran kadar komponen
sedangkan aktivitas penghambatan mikroba meng-
kurkuminoid dilakukan dengan menggunakan Re-
gunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial
Versed Phase High Performance Liquid Chroma-
4x5 dengan perlakuan jenis pelarut yang diekstrak
tegraphy (RP-HPLC) (Hitachi UV/VIS detector,
(4 level) terhadap waktu penyimpanan (5 level).
Japan) dengan menyuntikkan larutan ekstrak kunyit
Data hasil percobaan diolah dengan perangkat lu-
(50 mg ekstrak/10 mL metanol) ke dalam kolom
nak XLSTAT 2017. Identifikasi perbedaan dilakukan
Zorbax SB C-18 (panjang 18 cm, diameter dalam
dengan ANOVA yang diuji lanjut dengan uji Duncan
4,6x150 mm, ukuran partikel 5 µm), fase gerak
pada taraf nyata 5%.
asetonitril:asam asetat 2% (45:55) (Merck,
Germany), laju alirnya 1 mL/menit dan deteksi de-
ngan detektor Multi Wave-length Detector (MWD) HASIL DAN PEMBAHASAN
pada panjang gelombang 425 nm. Pada proses ini
diperoleh kromatogram setiap ekstrak yang luas Rendemen ekstrak
area puncaknya (peak area) dapat dibandingkan Ekstrak kunyit yang diperoleh dari semua pe-
dengan kurva standar linear yang merupakan hu- larut berupa cairan sangat kental berwarna oranye
bungan antara peak area dan konsentrasi kurkumin kemerahan. Rendemen dari ketiga pelarut ekstrak
(Thongchai et al., 2011). Selain itu dilakukan pe- berbeda sangat nyata (P<0,05). Ekstrak MeOH ku-
ngukuran spektra penyerapan panjang gelombang nyit memiliki rendemen tertinggi yaitu 21,24±0,37%,
UV-VIS dengan spektrofotometer (Shimadzu UV- disusul ekstrak EtOH kunyit dengan rendemen
2450, Japan) dan infra merah dengan Fourier 16,49±0,86% dan yang terendah adalah ekstrak IPA
Transform Infrared Spectrometer (FTIR) (Bruker kunyit dengan rendemen 12,75±0,38% Rendemen
Tensor 37, Germany). dihitung terhadap berat bubuk kunyit kering (kadar
air 10% bb). Jansirani et al. (2014) melaporkan bah-
Aplikasi ekstrak kunyit untuk air perendaman wa metode maserasi merupakan metode ekstraksi
tahu yang mudah dilakukan, sangat efisien karena meng-
Sampel tahu segar dari pabrik ditransportasi- hasilkan rendemen yang relatif tinggi. Rendemen
kan di dalam coolbox pada suhu ±5°C. Masing- ekstrak dari hasil penelitian ini hampir sama dengan
masing ekstrak kunyit yang sudah disediakan digu- beberapa hasil penelitian sebelumnya. Rezki et al.
nakan untuk merendam tahu (rasio tahu:air renda- (2015) yang mengekstrak kunyit dengan etanol
21
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018
50%, 70% dan 96% dengan ekstraksi 2 tahap dan 3 dung kurkumin dalam rimpangnya pada kisaran 2-5
tahap memperoleh rendemen pada kisaran 4-16%. mg/g sekitar 20-50 kali lebih rendah.
Sementara itu Dewi et al. (2016) yang mengekstrak
kunyit yang berbeda umur panennya dengan cara 300
22
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018
100
80
Transmittance (%)
60
40
20
0
3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
-1
Wavenumber cm
Etanol Metanol Isopropanol
Gambar 2. Spektra infra merah ekstrak kunyit diperoleh dari analisis menggunakan FTIR spektrometer
23
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018
9 a
Jumlah Koloni (Log CFU/g)
8
bcd b
7 cd bcd bcd bc
cd bcd bcd
6 cd
5 bcd
cd cd
4 bcd
d cd cd cd
3 . cd
2
1
0
0 6 24 48 72
Waktu Penyimpanan (Jam)
Kontrol IPA EtOH MeOH
Keterangan: Kontrol = Air rendaman tanpa ekstrak kunyit; EIK = Ekstrak isopropanol kunyit; EEK= Ekstrak Etanol kunyit;
EMK = Ekstrak metanol kunyit
Gambar 4. Perubahan total mikroba dalam tahu tanpa pemanasan dalam air rendamannya. Huruf yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf signifikan 0,05
10
bcd a
9
Jumlah Koloni (Log CFU/g)
d cde
8 cde a
7 de
6 ef
hi b
ghi
5 hi bcd
4 ghi
hi de
hi
3
fg
2
1 i i
0
0 6 24 48 72
Waktu Penyimpanan (Jam)
Kontrol IPA EtOH MeOH
Keterangan: Kontrol = air rendaman tanpa ekstrak kunyit; EIK = ekstrak isopropanol kunyit; EEK = ekstrak etanol kunyit;
EMK = ekstrak metanol kunyit
Gambar 5. Perubahan jumlah total mikroba dalam tahu yang diberi perlakuan pemanasan dan disimpan
dalam air rendamannya. Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
signifikan 0,05
Aplikasi ekstrak kunyit pada tahu dengan pema- panan di dalam air sehingga E. coli mencapai 7 log
nasan dan inokulasi E. coli CFU/g pada penyimpanan 48 jam. Pada jam ke 48
Pertumbuhan E. coli yang diinokulasikan ke perbedaan E.coli dalam tahu yang direndam tanpa
dalam tahu yang dipanaskan dan direndam dalam dan dengan ekstrak kunyit mencapai 4 log CFU/g.
air dengan atau tanpa ekstrak kunyit selama pe- Tidak ada perbedaan nyata antara pengaruh ketiga
nyimpanan pada suhu ruang disajikan pada Gambar ekstrak kunyit yang diperoleh dengan pelarut yang
6. E. coli dalam tahu yang direndam dalam air yang berbeda terhadap pertumbuhan E. coli dalam tahu
mengandung ketiga ekstrak kunyit tidak mengalami (P>0,05). Hal ini didukung oleh hasil penelitian
peningkatan jumlah E. coli selama penyimpanan 0- Deshmukh (2014) yang menunjukkan ekstrak kunyit
72 jam. Sementara itu, jumlah E. coli pada tahu menghambat pertumbuhan E. coli dengan luas zona
meningkat dengan cepat setelah 24 jam penyim- bening 23 mm.
24
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018
8 a
a
Jumlah Koloni (Log CFU/g)
7
6
5 b bc
bc bc bc
4 bc bc bc
bc bc bc bc
3
2 bc
bc bc bc
1 bc
c
0
0 6 24 48 72
Waktu Penyimpanan (Jam)
Kontrol IPA EtOH MeOH
Keterangan: Kontrol = air rendaman tanpa ekstrak kunyit; EIK = ekstrak isopropanol kunyit; EEK = ekstrak etanol kunyit;
EMK = ekstrak metanol kunyit
Gambar 6. Perubahan jumlah E. coli dalam tahu yang dipanaskan dan diinokulasi dengan E. coli selama
penyimpanan pada suhu ruang dalam air rendamannya. Huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf signifikan 0,05
25
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018
6 a
Jumlah Koloni (Log CFU/g)
5 b
4 defg bc
cd cde
defg defg
defg cdef
3 defg
defg
g
2 defg
efg efg defg
1 fg fg g
0
0 6 24 48 72
Waktu Penyimpanan (Jam)
Kontrol IPA EtOH MeOH
Keterangan: Kontrol = air rendaman tanpa ekstrak kunyit; EIK = ekstrak isopropanol kunyit; EEK = ekstrak etanol kunyit;
EMK = ekstrak metanol kunyit
Gambar 7. Perubahan jumlah S. aureus pada tahu yang dipanaskan dan diinokulasi dengan S. aureus
selama penyimpanan pada suhu ruang dalam air rendamannya. Huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada taraf signifikan 0,05
Tabel 2. Penampakan tahu dan air rendamam tahu selama penyimpanan pada suhu ruang
Perendaman Waktu Perendaman (Jam)
Tahu Di Dalam 0 6 24 48 72
Air akuades tahu padat, air tahu padat, air tahu padat, air tahu sedikit lembek, tahu lembek, air keruh,
bening bening bening air keruh, ada lendir ada lendir dan bau
asam
Air ekstrak tahu padat, air tahu padat, air tahu padat, air tahu padat, air tahu lembek, air kuning
kunyit kuning keruh kuning keruh kuning bening kuning bening, tidak bening, tidak ada lendir
ada lendir dan tidak bau asam
26
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018
27
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018
Rezki RS, Anggoro D, Siswarni MZ. 2015. Ekstraksi phylococcus aureus. Hindawi Publishing Cor-
multi tahap kurkumin dari kunyit (Curcuma do- poration. J Trop Med 2016: 1-10. DOI: 10.11
mestica Valet) menggunakan pelarut etanol. J 55/2016/2853045.
Teknik Kimia USU 4: 29-34. Thongchai W, Wongkadnon C, Thongpoon C,
Ribeiro TTBC, Costa G, Costa M. 2017. Microbial Srisopa A. 2011. Analysis of curcuminoids in
contamination in industrial tofu. Ciênc Rural 47: raw materials and cosmetic products from cur-
1-6. DOI: 10.1590/0103-8478cr20160234. cuma spp. Rajabhat J Sci Hum Soc Sci 12: 32-
Rouger A, Tresse O, Zagorec M. 2017. Bacterial 49.
contaminants of poultry meat: saurces, spe- Tyagi P, Singh M, Kumari H, Kumari A, Mukho
cies, and dynamics. Microorganisms 5: 1-16. padhyay K. 2015. Bactericidal activity of cur-
DOI: 10.3390/microorganisms5030050. cumin I is associated with damaging of bac-
Schmid-Hempel P, Frank SA. 2007. Pathogenesis, terial membrane. Plos One 10: 1-15. DOI:
virulence, and infective dose. Plos Pathog 3: 10.1371/journal.pone.0121313.
147-148. DOI: 10.1371/journal.ppat.0030147. Waghmare P, Patingrao D, Kadu P. 2015. Extrac-
Teow SY, Liew K, Ali SA, Khoo ASB, Peh SC. 2016. tion, isolation, purification and identifycation of
Antibacterial action of curcumin against Sta- curcumin. Eur J Biomed Pharm Sci 2: 108-123.
28