Sie sind auf Seite 1von 10

Versi Online: http://journal.ipb.ac.id/index.php/jtip J. Teknol.

dan Industri Pangan


DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 Vol. 29(1): 19-28 2018 ISSN: 1979-7788
Hasil Penelitian Terakreditasi Ristekdikti: 51/E/KPT/2017

APLIKASI EKSTRAK KUNYIT UNTUK PENGENDALIAN PERTUMBUHAN


MIKROBA PADA TAHU SELAMA PENYIMPANAN
[Application of Turmeric Extracts to Control Microbial Growth in Tofu During Storage]
Nawawee Tohyeng1), Ratih Dewanti-Hariyadi1,2)*, dan Hanifah Nuryani Lioe1)
1)
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor
2)
Southeast Asian Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian Bogor, Bogor
Diterima 30 November 2017 / Disetujui 13 April 2018

ABSTRACT
Control of microorganisms in food is very important for improving food safety, quality and shelf life.
Southeast Asia is rich in spices and turmeric (Curcurma domestica) has been reported capable of inhi-
biting microorganisms. The objectives of this research were to study the characteristics of turmeric extracts
obtained by several solvents and their application to improve the microbiological quality and safety of tofu
during storage. Turmeric was extracted by maceration using three solvents, i.e methanol (MeOH), ethanol
(EtOH) or isopropanol (IPA). The extracts were analyzed for their curcuminoid content using HPLC, UV-
VIS spectra using spectrophotometer and infrared spectra with FTIR. The extracts were applied in water
used for soaking the heat treated and non-heat treated tofu. An artificial inoculation of E. coli and S.
3
aureus, each at 10 CFU/g, was also carried out to observe the extracts ability to inhibit these indicator and
pathogenic bacteria. The total plate count, E. coli and S. aureus in tofu were enumerated during storage at
room temperature up to 72 hours. The results showed that turmeric extracted with MeOH had the highest
yield and curcuminoid content, while that extracted with IPA had the lowest. Maceration with MeOH yielded
21.24% of extract containing 262.4 mg/g curcuminoid. Meanwhile maceration with IPA yielded 12.75% of
extract with 251.7 mg/g curcuminoid content. The UV-VIS spectra at the wavelength range of 200-600 nm
-1
and the infrared spectra at the wavelength number of 1650-400cm of the extracts suggested similar
absorbtion pattern regardless of the solvent used for the extraction. However the intensities of some peaks
in the spectra were different. Turmeric extract from all solvents (P>0.05) could inhibit the growth of total
microorganisms, E. coli and S. aureus in tofu by 2, 4 and 4 log CFU/g respectively. The study suggests the
potential use of turmeric extracts for extending tofu shelf life during room temperature storage.
Keywords: curcuminoid, E. coli, S. aureus, tofu, turmeric extract

ABSTRAK 1

Pengendalian jumlah mikroba pada pangan sangat penting untuk meningkatkan mutu dan keamanan
pangan serta memperpanjang umur simpan. Asia Tenggara kaya akan rempah-rempah yang memiliki
kemampuan aktivitas penghambatan mikroba pada pangan salah satunya adalah kunyit. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui karakteristik ekstrak kunyit yang diperoleh dengan berbagai jenis pelarut
serta aplikasinya dalam penghambatan partumbuhan mikroorganisme selama penyimpanan tahu pada
suhu ruang. Kunyit diekstrak dengan tiga pelarut yakni metanol (MeOH), etanol (EtOH) atau isopropanol
(IPA) dengan cara maserasi dan pelarut diuapkan dengan rotary evaporator. Karakteristik ekstrak yang
diuji meliputi kadar kurkuminoid, spektra UV-VIS dengan spektrofotometer dan spektra infra merah (IR)
dengan FTIR. Ekstrak kunyit dalam air diaplikasikan untuk perendaman tahu dengan atau tanpa pemana-
3
san. E. coli dan S. aureus ditambahkan sedemikian sehingga konsentrasi awal 10 CFU/g, untuk menge-
tahui kemampuan ekstrak dalam menghambat bakteri indikator dan patogen tersebut. Total mikroba, E.
coli dan S. aureus diuji pada tahu selama penyimpanan 72 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
ekstrak MeOH kunyit memiliki rendemen dan kadar kurkuminoid tertinggi berturut-turut 21,24% dan 262,4
mg/g ekstrak terhadap berat bubuk kunyit kering, sedangkan ekstrak IPA kunyit memiliki rendemen dan
kadar kurkuminoid terendah berturut-turut sebesar 12,75% dan 251,7 mg/g ekstrak. Pengamatan melalui
spektra UV-VIS dan FTIR menunjukkan bahwa ketiga ekstrak kunyit mempunyai komponen yang sama
karena memiliki profil spektra yang sama khususnya pada panjang gelombang 200-600 nm pada spektra
-1
UV-VIS dan bilangan gelombang di daerah 1650–400 cm pada spektra IR tetapi intensitas beberapa
peaknya berbeda. Ketiga ekstrak kunyit dapat menghambat pertumbuhan total mikroorganisme, E. coli
dan S. aureus berturut-turut 2; 4 dan 4 log CFU/g pada penyimpanan selama 72 jam. Hasil penelitian ini
mengindikasikan bahwa ekstrak kunyit dapat digunakan untuk memperpanjang masa simpan tahu selama
penyimpanan pada suhu ruang.
Kata kunci: E. coli, ekstrak kunyit, kurkuminoid, S. aureus, tahu

*Penulis Korespondensi:
E-mail: ratihde@apps.ipb.ac.id

19
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018

PENDAHULUAN (2011a) melaporkan kadar kurkumin, demetok-


sikurkumin dan bisdemetoksikurkumin berturut-turut
Tahu adalah makanan yang tidak asing bagi 4,2–22,3; 1,1–9,3 dan 0,4–9,5 mg/g. Hal ini me-
penduduk Indonesia. Berbagai jenis makanan ber- nunjukkan bahwa kadar kurkuminoid dalam kunyit
bahan dasar tahu banyak ditemukan dan dijual di berbeda-beda. Salah satu cara pengambilan kur-
Indonesia. Tahu sebagai sumber protein nabati dari kuminoid dari rimpangnya adalah dengan cara
kacang kedelai yang tingkat konsumsinya mencapai ekstraksi. Jansirani et al. (2014) melaporkan metode
6,9 kg/kapita pada tahun 2015 (BPS, 2017). ekstraksi yang terbaik untuk ekstrak kunyit adalah
Masalah yang sering terjadi pada tahu adalah metode maserasi. Pemilihan jenis pelarut yang
pertumbuhan mikroba yang menyebabkan kerusa- digunakan untuk ekstrak kunyit penting untuk
kan pada tahu akibat pemasaran produk pada suhu diketahui, karena selain untuk mendapatkan kadar
ruang. Kerusakan tahu terjadi karena pertumbuhan kurkumin yang banyak, murni dan berkualitas, juga
mikroba pembusuk yang dapat diamati dengan agar sesuai dengan undang-undang pangan
adanya bau asam, tekstur yang lembek dan timbul- nasional dan internasional dalam pengolahan bahan
nya lendir (Arini, 2017). Sementara itu kontaminasi makanan. Popuri dan Pagala (2013) menjelaskan
yang diakibatkan oleh bakteri patogen sulit di- bahwa kurkumin yang murni tidak dapat larut atau
ketahui secara visual dan harus diuji secara sedikit larut dalam air. Hal ini sama dengan
mikrobiologi. Di dalam tahu segar, jumlah bakteri database dari NCBI (2016) bahwa kurkumin dapat
patogen lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah larut dalam air hingga 3,12 mg/L pada suhu 25°C.
bakteri pembusuk (Lee et al., 2017). Namun, harus Pelarut yang sering digunakan dalam ekstraksi
diperhatikan bahwa beberapa bakteri patogen dalam rempah adalah heksana, aseton, etanol, metanol,
jumlah sel yang sedikit dapat menyebabkan isopropanol dan etil asetat. Meskipun demikian
penyakit pada manusia (Schmid-Hempel dan Frank, kurkuminoid menunjukkan bahwa kurang larut
2007). Berbagai jenis mikroorganisme yang sering dalam pelarut hidrokarbon sehingga alkohol banyak
ditemukan pada tahu meliputi bakteri, kapang dan dipilih sebagai pelarut yang baik untuk ekstraksi
khamir. Ananchai pattana et al. (2012) melaporkan kunyit. Beberapa penelitian juga melaporkan bahwa
bahwa bakteri Gram negatif yang banyak diidenti- ekstrak alkohol kunyit menghasilkan kurkumin yang
fikasi pada tahu di pasar Thailand adalah koliform tinggi dan berpotensi untuk menghambat per-
(67%), Pseudomonas spp. (56%) dan Escherichia tumbuhan mikroba (Naz et al., 2012; Lawhavinit et
coli (28%). Sedangkan bakteri Gram positif yang al., 2010). Tujuan penelitian ini adalah untuk menge-
dominan adalah Enterococcus spp. (77%), bakteri tahui rendemen dan karakteristik tiga ekstrak kunyit
asam laktat (68%), Bacillus cereus (41%) dan yang diperoleh dengan pelarut metanol (MeOH),
Staphylococcus spp. (26%). Ribeiro et al. (2017) etanol (EtOH) dan isopropanol (IPA) serta menguji
melaporkan jumlah bakteri aerobik mesofilik lebih aktivitas penghambatannya terhadap total mikroba,
5
dari 4,3x10 CFU/g pada tahu di Brazil dan empat E. coli dan S. aureus pada tahu yang direndam
dari enam lot tahu yang diuji menunjukkan jumlah dalam air ekstrak kunyit selama penyimpanan pada
Escherichia coli dan Staphylococcus lebih tinggi dari suhu ruang.
standar Brazil. Sementara Lee et al. (2017) melapor-
kan tidak teridentifikasi adanya bakteri patogen pada
tahu yang dijual di pasar lokal Korea. Ananchai-
BAHAN DAN METODE
patttana et al. (2012) melaporkan bahwa bakteri
Bahan
yang mengontaminasi tahu ini berasal dari ling-
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian
kungan, manusia dan hewan.
ini adalah kunyit (Curcuma longa L.) varietas Turina-
Tahu yang dijual di pasar, dapat berwarna putih
2 pada umur panen 10 bulan dari Balai Penelitian
atau kuning. Tahu yang berwarna kuning biasanya
Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Bogor. Tahu
direndam dalam air yang mengandung kunyit. Air
putih diperoleh dari pabrik tahu di Bogor.
kunyit rendaman tahu bermanfaat untuk menambah
cita rasa, memberikan warna yang menarik pada Pembuatan ekstrak kunyit
tahu dan sekaligus bermanfaat untuk menghambat Ekstraksi kunyit dalam penelitian ini mengikuti
pertumbuhan mikroba. Kunyit mengandung zat aktif metode dari Waghmare et al. (2015). Rimpang ku-
lebih dari 235 senyawa (Li et al., 2011b) terutama nyit dibersihkan dengan air sampai bersih lalu diiris
kurkumin (Revathy et al., 2011) yang merupakan dengan tebal 0,5-1 mm tanpa dikupas kulit. Irisan
bahan kimia aktif yang bekerja sebagai senyawa kunyit dikeringkan dalam cabinet hot air oven (Pilot
antimikroba (Marathe et al., 2013; Izui et al., 2016). Plant, Germany) pada suhu 50°C selama 5 jam
Keputusan Menteri Pertanian Nomor 119/Kpts/SR. sampai kering dan dihaluskan dengan blender
120/2/2007 menyatakan kandungan kadar kurkumin (Cosmos CB-721 G, Indonesia) sehingga menjadi
dalam rimpang kunyit varietas Turina-2 mengan-
dung kurkumin 9,95%. Sementara itu, Li et al.

20
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018

bubuk. Bubuk tersebut disaring dengan ayakan uku- man = 1:1). Sebagai kontrol, tahu direndam dalam
ran 60 mesh untuk diekstrak. akuades. Desain percobaan dapat dilihat pada
Bubuk kunyit kering sebanyak 100 g diekstrak Tabel 1. Tahu direndam dalam air rendaman tahu
terpisah dengan masing-masing pelarut yaitu meta- pada selang waktu pengujian pada jam ke 0; 6; 24;
nol (MeOH) kualitas reagen (J.T. Baker, USA), 48 dan 72. Penyimpanan dilakukan pada suhu
etanol (EtOH) dan isopropanol (IPA) pro analysis ruang (26-29°C).
(Merck, Germany) masing-masing sebanyak 400 mL
(1:4 b/v) dalam labu erlenmayer dengan kondisi ber- Tabel 1. Desain percobaan aplikasi ekstrak kunyit
goyang dengan kecepatan 210 rpm dalam shaker pada tahu
(Infors HT, Switzerland) pada suhu ruang selama 48 Perlakuan Pengujian
jam. Larutan yang diperoleh, disaring dengan kertas 1) Tahu tanpa pemanasan dan TPC (BAM 2001a)
saring Whatman no. 1 dengan kondisi vakum tanpa inokulasi bakteri E. coli (BAM 2002)
(Precision DD90, USA). Fraksi cair dari ekstrak di- S. aureus (BAM,
uapkan sampai kering dengan rotary evaporator 2001b)
2) Tahu dengan pemanasan dalam TPC
(Buchi R-300 EL, Switzerland) untuk mendapatkan
air mendidih selama 30 menit
ekstrak kunyit. dan tanpa inokulasi bakteri
Ekstrak kunyit dari berbagai pelarut dilarutkan 3) Tahu yang dipanaskan dan E. coli
dalam akuades steril sehingga diperoleh ekstrak ku- diinokulasi dengan Escherichia
nyit dengan konsentrasi 1% (b/v) (Infante et al., coli ATCC 25922 (E. coli )
2014). Larutan ekstrak kunyit diaduk sambil dipa- (SEAFAST Center, IPB)
naskan dalam water bath (GFL D3006, Germany) 4) Tahu yang dipanaskan dan S. aureus
° diinokulasi dengan
pada suhu 70 C selama 30 menit. Sebelum diapli-
kasikan untuk uji pertumbuhan mikroba, larutan eks- Staphylococcus aureus ATCC
25923 (S. aureus) (SEAFAST
trak kunyit tersebut disimpan di dalam lemari pen-
Center, IPB)
dingin.
Analisis data
Karakterisasi ekstrak kunyit
Penelitian ini menggunakan metode eksperi-
Karakterisasi senyawa dalam ekstrak kunyit di-
mental dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) pa-
lakukan dengan mengukur kadar komponen kurku-
da tahap uji karakteristik dari pelarut ekstrak kunyit
minoid pada ekstrak. Pengukuran kadar komponen
sedangkan aktivitas penghambatan mikroba meng-
kurkuminoid dilakukan dengan menggunakan Re-
gunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial
Versed Phase High Performance Liquid Chroma-
4x5 dengan perlakuan jenis pelarut yang diekstrak
tegraphy (RP-HPLC) (Hitachi UV/VIS detector,
(4 level) terhadap waktu penyimpanan (5 level).
Japan) dengan menyuntikkan larutan ekstrak kunyit
Data hasil percobaan diolah dengan perangkat lu-
(50 mg ekstrak/10 mL metanol) ke dalam kolom
nak XLSTAT 2017. Identifikasi perbedaan dilakukan
Zorbax SB C-18 (panjang 18 cm, diameter dalam
dengan ANOVA yang diuji lanjut dengan uji Duncan
4,6x150 mm, ukuran partikel 5 µm), fase gerak
pada taraf nyata 5%.
asetonitril:asam asetat 2% (45:55) (Merck,
Germany), laju alirnya 1 mL/menit dan deteksi de-
ngan detektor Multi Wave-length Detector (MWD) HASIL DAN PEMBAHASAN
pada panjang gelombang 425 nm. Pada proses ini
diperoleh kromatogram setiap ekstrak yang luas Rendemen ekstrak
area puncaknya (peak area) dapat dibandingkan Ekstrak kunyit yang diperoleh dari semua pe-
dengan kurva standar linear yang merupakan hu- larut berupa cairan sangat kental berwarna oranye
bungan antara peak area dan konsentrasi kurkumin kemerahan. Rendemen dari ketiga pelarut ekstrak
(Thongchai et al., 2011). Selain itu dilakukan pe- berbeda sangat nyata (P<0,05). Ekstrak MeOH ku-
ngukuran spektra penyerapan panjang gelombang nyit memiliki rendemen tertinggi yaitu 21,24±0,37%,
UV-VIS dengan spektrofotometer (Shimadzu UV- disusul ekstrak EtOH kunyit dengan rendemen
2450, Japan) dan infra merah dengan Fourier 16,49±0,86% dan yang terendah adalah ekstrak IPA
Transform Infrared Spectrometer (FTIR) (Bruker kunyit dengan rendemen 12,75±0,38% Rendemen
Tensor 37, Germany). dihitung terhadap berat bubuk kunyit kering (kadar
air 10% bb). Jansirani et al. (2014) melaporkan bah-
Aplikasi ekstrak kunyit untuk air perendaman wa metode maserasi merupakan metode ekstraksi
tahu yang mudah dilakukan, sangat efisien karena meng-
Sampel tahu segar dari pabrik ditransportasi- hasilkan rendemen yang relatif tinggi. Rendemen
kan di dalam coolbox pada suhu ±5°C. Masing- ekstrak dari hasil penelitian ini hampir sama dengan
masing ekstrak kunyit yang sudah disediakan digu- beberapa hasil penelitian sebelumnya. Rezki et al.
nakan untuk merendam tahu (rasio tahu:air renda- (2015) yang mengekstrak kunyit dengan etanol
21
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018

50%, 70% dan 96% dengan ekstraksi 2 tahap dan 3 dung kurkumin dalam rimpangnya pada kisaran 2-5
tahap memperoleh rendemen pada kisaran 4-16%. mg/g sekitar 20-50 kali lebih rendah.
Sementara itu Dewi et al. (2016) yang mengekstrak
kunyit yang berbeda umur panennya dengan cara 300

Kadar Kurkuminoid mg/g Ekstrak


maserasi memperoleh rendemen ekstrak rata-rata 250
18,41%.
Larutan ekstrak kunyit juga diamati pertumbuh- 200
an mikrobanya untuk meyakinkan bahwa larutan ku- 150
nyit tidak mengandung ataupun terkontaminasi mik-
roba. Hasil uji menunjukkan bahwa tidak ada mikro- 100
ba yang tumbuh di dalam larutan ekstrak kunyit. De- 50
ngan demikian ekstrak kunyit dapat digunakan untuk
eksperimen selanjutnya. 0
Bisdemetoksi Demetoksi Kurkumin Kurkuminoid
Kurkumin Kurkumin
Kandungan kurkumin dalam ekstrak kunyit
Jenis Kurkuminoid
Ekstrak MeOH, EtOH dan IPA dari kunyit me-
EMK EEK EIK
ngandung komponen kurkuminoid yang sama, yaitu
kurkumin, demetoksikurkumin dan bisdemetoksikur- Keterangan: EMK = Ekstrak metanol kunyit; EEK = Eks-
kumin. Total konsentrasi ketiga senyawa tersebut trak eatanol kunyit; EIK = ekstrak isopropanol kunyit)
merupakan konsentrasi total kurkuminoid. Ekstrak
MeOH kunyit memiliki kadar kurkuminoid tertinggi Gambar 1. Kadar kurkuminoid dalam ekstrak kunyit
yakni 262,4 mg/g ekstrak. Ekstrak MeOH kunyit me-
ngandung kurkumin, demetoksikurkumin dan bisde- Spektra UV-VIS dan infra merah dari ekstrak
metoksikurkumin berturut-turut sebesar 139,1; 71,2 kunyit
dan 52,2 mg/g. Pelarut IPA menghasilkan ekstrak Berdasarkan spektra infra merah dari FTIR dan
dengan kadar kurkuminoid yang terendah (251,7 spektra UV-VIS dari spektrofotometer, ekstrak kunyit
mg/g) yang terdiri dari kurkumin, demetoksikurkumin yang dihasilkan dengan pelarut yang berbeda ter-
dan bisdemetoksikurkumin masing-masing sebesar nyata menunjukkan pola serapan yang sama pada
-1
107,3; 77,1 dan 67,3 mg/g (Gambar 1). Kurkuminoid bilangan gelombang 1650-400 cm dan panjang ge-
merupakan komponen utama terpenting dalam ku- lombang 200-600 nm. Meskipun demikian, intensitas
nyit (Itokawa et al., 2008). (Jadhav et al., 2007) beberapa puncaknya berbeda seperti terlihat pada
mempelajari komposisi kimia dari kunyit dengan Gambar 2 dan 3. Gambar 2 menunjukkan intensitas
teknik HPLC dan menemukan komponen kurkumi- beberapa puncak pada ekstrak IPA lebih tinggi di-
noid yang sama dalam kunyit yaitu kurkumin, deme- bandingkan ekstrak lainnya terutama pada daerah
-1
toksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin. Jumlah sidik jari 1500-400 cm (Gambar 2). Demikian pula
kurkumin dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. dengan spektra UV-VIS dari spektrofotometer
Pelarut dan metode ekstrak yang berbeda akan (Gambar 3) yang menunjukkan pola serapan yang
menghasilkan kadar kurkuminoid yang berbeda sama dengan panjang gelombang maksimum pada
(Jansirani et al., 2014). Karena merupakan senyawa 215 nm dan 425 nm, meskipun intensitas serapan-
polar, kurkumin banyak terekstrak oleh MeOH yang nya berbeda. Spektra UV-VIS ekstrak IPA menun-
gugusnya lebih polar dibanding dengan dua pelarut jukkan intensitas serapan yang lebih tinggi daripada
lainnya yang digunakan dalam penelitian ini. Kurku- yang terdapat dalam spektra ekstrak lainnya teruta-
min yang kehilangan gugus metoksinya adalah de- ma pada panjang gelombang 425 nm (Gambar 3).
metoksikurkumin dan bisdemetoksikurkumin yang Priyadarsini (2014) melaporkan bahwa panjang ge-
sifat kepolarannya lebih rendah, sehingga cende- lombang untuk serapan kurkumin berada pada kisa-
rung lebih banyak terekstrak oleh EtOH dan IPA ran panjang gelombang visible 350-450 nm serta
yang sifat kepolarannya lebih rendah. Kadar kurku- pada kisaran panjang gelombang UV 250-270 nm.
min dalam kunyit varietas Turina-2 yang digunakan Hasil analisis HPLC menunjukkan bahwa ekstrak
dalam penelitian ini disyaratkan mengandung kadar IPA memiliki kadar bisdemetoksikurkumin tertinggi,
kurkumin dalam rimpangnya 99,5 mg/g menurut Ke- tetapi kadar kurkumin yang terendah dibandingkan
putusan Menteri Pertanian tahun 2007, akan tetapi ekstrak lainnya, kebalikan dari kadar yang ditemu-
penelitian ini menunjukkan bahwa kunyit mengan- kan pada ekstrak MeOH (Gambar 1).

22
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018

100

80
Transmittance (%)

60

40

20

0
3500 3000 2500 2000 1500 1000 500
-1
Wavenumber cm
Etanol Metanol Isopropanol

Gambar 2. Spektra infra merah ekstrak kunyit diperoleh dari analisis menggunakan FTIR spektrometer

CFU/g selama penyimpanan sampai jam ke-72, se-


0,4808
dangkan tahu yang direndam dalam air akuades
(kontrol) memiliki total mikroba yang terus mening-
0,4000 kat mencapai 8 log CFU/g pada jam ke-72.
0
Jumlah ini lebih tinggi 2 log CFU/g dibanding-
kan dengan tahu yang direndamkan dalam air eks-
trak kunyit. Aktivitas penghambatan mikroorganisme
oleh ketiga jenis ekstrak kunyit tidak berbeda nyata
ABS

dan jumlah mikroba tahu yang direndam dengan air


yang mengandung ekstrak kunyit selama penyim-
panan juga tidak berbeda nyata (P>0,05). Pada se-
0,2000 lang waktu pengamatan, jumlah E. coli dan S.
aureus tidak dapat dihitung karena adanya pertum-
buhan kapang dan khamir yang lebih dominan.

Aplikasi ekstrak kunyit pada tahu dengan pema-


nasan
Perubahan total mikroba pada tahu yang diberi
0,000 perlakuan pemanasan sebelum perendaman dalam
air dengan atau tanpa ekstrak kunyit dapat dilihat
-0,04560 pada Gambar 5. Secara umum total mikroba me-
200,00 400,00 600,00 800,00 ngalami peningkatan pada semua perlakuan hingga
Panjang Gelombang (Nm) mencapai 8 log CFU/g dalam tahu yang direndam
IPA EtOH MeOH dlam air. Suhu penyimpanan (28°C), pH produk
yang tinggi (pH 8) dan Aw yang tinggi (Aw 0,88-1,0)
Gambar 3. Spektra UV-VIS ekstrak kunyit diper- sangat mendukung pertumbuhan mikroorganisme
oleh dari analisis menggunakan spek- dalam tahu. Pada jam ke 72 jumlah total mikroba
trofotometer dalam tahu yang direndam dalam air yang mengan-
dung ekstrak MeOH dan EtOH kunyit secara statis-
Aplikasi ekstrak kunyit pada tahu tanpa pema- tika berbeda nyata dengan tahu yang direndam de-
nasan ngan air saja, dengan perbedaan jumlah mikroba
Gambar 4 menunjukkan total mikroba dalam ta- berturut-turut 1,62 dan 2,16 log CFU/g. Total bakteri
hu pada jam ke-0 adalah sekitar 5 log CFU/g. Jum- adalah indikator umur simpan, pada umumnya
lah mikroba dalam tahu yang direndam dengan eks- tanda-tanda kerusakan terlihat ketika jumlah mik-
trak kunyit mengalami peningkatan sekitar 1 log roba lebih dari 7 log CFU/g (Rouger et al., 2017)

23
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018

9 a
Jumlah Koloni (Log CFU/g)

8
bcd b
7 cd bcd bcd bc
cd bcd bcd
6 cd
5 bcd
cd cd
4 bcd
d cd cd cd
3 . cd
2
1
0
0 6 24 48 72
Waktu Penyimpanan (Jam)
Kontrol IPA EtOH MeOH

Keterangan: Kontrol = Air rendaman tanpa ekstrak kunyit; EIK = Ekstrak isopropanol kunyit; EEK= Ekstrak Etanol kunyit;
EMK = Ekstrak metanol kunyit

Gambar 4. Perubahan total mikroba dalam tahu tanpa pemanasan dalam air rendamannya. Huruf yang
sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf signifikan 0,05

10
bcd a
9
Jumlah Koloni (Log CFU/g)

d cde
8 cde a
7 de
6 ef
hi b
ghi
5 hi bcd
4 ghi
hi de
hi
3
fg
2
1 i i
0
0 6 24 48 72
Waktu Penyimpanan (Jam)
Kontrol IPA EtOH MeOH

Keterangan: Kontrol = air rendaman tanpa ekstrak kunyit; EIK = ekstrak isopropanol kunyit; EEK = ekstrak etanol kunyit;
EMK = ekstrak metanol kunyit

Gambar 5. Perubahan jumlah total mikroba dalam tahu yang diberi perlakuan pemanasan dan disimpan
dalam air rendamannya. Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf
signifikan 0,05

Aplikasi ekstrak kunyit pada tahu dengan pema- panan di dalam air sehingga E. coli mencapai 7 log
nasan dan inokulasi E. coli CFU/g pada penyimpanan 48 jam. Pada jam ke 48
Pertumbuhan E. coli yang diinokulasikan ke perbedaan E.coli dalam tahu yang direndam tanpa
dalam tahu yang dipanaskan dan direndam dalam dan dengan ekstrak kunyit mencapai 4 log CFU/g.
air dengan atau tanpa ekstrak kunyit selama pe- Tidak ada perbedaan nyata antara pengaruh ketiga
nyimpanan pada suhu ruang disajikan pada Gambar ekstrak kunyit yang diperoleh dengan pelarut yang
6. E. coli dalam tahu yang direndam dalam air yang berbeda terhadap pertumbuhan E. coli dalam tahu
mengandung ketiga ekstrak kunyit tidak mengalami (P>0,05). Hal ini didukung oleh hasil penelitian
peningkatan jumlah E. coli selama penyimpanan 0- Deshmukh (2014) yang menunjukkan ekstrak kunyit
72 jam. Sementara itu, jumlah E. coli pada tahu menghambat pertumbuhan E. coli dengan luas zona
meningkat dengan cepat setelah 24 jam penyim- bening 23 mm.

24
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018

8 a
a
Jumlah Koloni (Log CFU/g)

7
6
5 b bc
bc bc bc
4 bc bc bc
bc bc bc bc
3
2 bc
bc bc bc
1 bc
c
0
0 6 24 48 72
Waktu Penyimpanan (Jam)
Kontrol IPA EtOH MeOH

Keterangan: Kontrol = air rendaman tanpa ekstrak kunyit; EIK = ekstrak isopropanol kunyit; EEK = ekstrak etanol kunyit;
EMK = ekstrak metanol kunyit

Gambar 6. Perubahan jumlah E. coli dalam tahu yang dipanaskan dan diinokulasi dengan E. coli selama
penyimpanan pada suhu ruang dalam air rendamannya. Huruf yang sama menunjukkan tidak
berbeda nyata pada taraf signifikan 0,05

Aplikasi ekstrak kunyit pada tahu dengan pema-


nasan dan inokulasi S. aureus Penampakan visual tahu selama penympanan
S. aureus yang diinokulasikan ke dalam tahu Penampakan tahu dan air rendamannya deng-
yang dipanaskan dan direndam dalam air saja me- an atau tanpa penambahan ekstrak kunyit selama
ngalami peningkatan sejalan dengan lama penyim- penyimpanan pada suhu ruang disajikan pada Tabel
panan (Gambar 7). Sedangkan pada tahu yang di- 2.
rendam dengan ketiga ekstrak kunyit, pertumbuhan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partum-
S. aureus terhambat dan jumlah patogen ini tidak buhan total mikroba tidak dihambat dengan baik
mengalami perubahan yang signifikan sampai de- oleh ekstrak kunyit, karena kurkumin kurang berpe-
ngan penyimpanan jam ke 48. Pada jam ke 72, ngaruh atas penghambatan pertumbuhan kapang
perbedaan jumlah S. aureus dalam tahu yang diren- dan khamir (Moghadamtousi et al., 2014). Ketiga
dam tanpa dan dengan ekstrak IPA kunyit mencapai ekstrak memiliki pengaruh yang sama dalam meng-
2 log CFU/g. Pada jam ke 72, penghambatan ter- hambat S. aureus (Gram positif) dan E. coli (Gram
baik terjadi pada tahu yang direndam dalam air yang negatif) walaupun terlihat bahwa ekstrak IPA kunyit
mengandung ekstrak EtOH dan MeOH dimana jum- kurang atas penghambatannya. Groundwater et al.
lah S. aureus sekitar 4 log CFU/g lebih rendah di- (2017) dan Moghadamtousi et al. (2014) melapor-
bandingkan dengan jumlah awalnya. Teow et al. kan bahwa Gram negatif lebih tahan atas pengham-
(2016) melaporkan bahwa kurkumin menghambat batan dari kurkumin karena struktur dari Gram
pertumbuhan S. aureus. Deshmukh (2014) juga me- negatif mempunyai kandungan lemak pada dinding
nunjukkan bahwa ekstrak kunyit dapat menghambat sel yang lebih komplek. Sedangkan mekanisme ke-
pertumbuhan S. aureus dengan luas zona bening 20 rusakan bakteri oleh kurkumin akan merusak diba-
mm. Kurkumin tertinggi ditemukan pada ekstrak Me gian dinding sel (Tyagi et al., 2015). Hal ini yang di-
OH kunyit kemudian disusul dengan ekstrak EtOH mungkinkan penetrasi dari zat aktif ekstrak kunyit
kunyit. Dengan demikian, kurkumin dapat diduga se- lebih sulit untuk merusak pada bakteri Gram negatif
bagai senyawa aktif dalam penghambatan ini. selalu lebih tahan atas penghambatannya.

25
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018

6 a
Jumlah Koloni (Log CFU/g)

5 b

4 defg bc
cd cde
defg defg
defg cdef
3 defg
defg
g
2 defg
efg efg defg
1 fg fg g

0
0 6 24 48 72
Waktu Penyimpanan (Jam)
Kontrol IPA EtOH MeOH
Keterangan: Kontrol = air rendaman tanpa ekstrak kunyit; EIK = ekstrak isopropanol kunyit; EEK = ekstrak etanol kunyit;
EMK = ekstrak metanol kunyit

Gambar 7. Perubahan jumlah S. aureus pada tahu yang dipanaskan dan diinokulasi dengan S. aureus
selama penyimpanan pada suhu ruang dalam air rendamannya. Huruf yang sama menunjukkan
tidak berbeda nyata pada taraf signifikan 0,05

Tabel 2. Penampakan tahu dan air rendamam tahu selama penyimpanan pada suhu ruang
Perendaman Waktu Perendaman (Jam)
Tahu Di Dalam 0 6 24 48 72
Air akuades tahu padat, air tahu padat, air tahu padat, air tahu sedikit lembek, tahu lembek, air keruh,
bening bening bening air keruh, ada lendir ada lendir dan bau
asam
Air ekstrak tahu padat, air tahu padat, air tahu padat, air tahu padat, air tahu lembek, air kuning
kunyit kuning keruh kuning keruh kuning bening kuning bening, tidak bening, tidak ada lendir
ada lendir dan tidak bau asam

KESIMPULAN rendemen ekstrak dan kadar kurkuminoid yang


relatif tinggi dan aktivitas penghambatan mikrobanya
Ekstrak kunyit yang diperoleh dari penggunaan tidak berbeda dengan ekstrak MeOH kunyit.
tiga pelarut yaitu memiliki karakterisasi spektra UV-
VIS dan infra merah yang serupa meskipun berbeda
intensitas puncaknya. Hasil analisis HPLC menun-
DAFTAR PUSTAKA
jukkan bahwa komposisi kurkumioid dari ketiga
ekstrak ini berbeda. Ekstrak MeOH kunyit mem- Ananchaipattana C, Hosotani Y, Kawasaki S,
punyai kadar kurkumin tertinggi tetapi bisdemetoksi- Pongswat S, Latiful BM, Isobe S, Inatsu Y.
kurkumin terendah dari kedua ekstrak lainnya. Se- 2012. Bacterial contamination of soybean curd
baliknya, ekstrak isopropanol kunyit mempunyai ka- (tofu) sold in Thailand. Food Sci Technol Res.
dar bisdemetoksikurkumin tertinggi tetapi kurkumin 18: 843-848. DOI: 10.3136/fstr.18.843.
terendah. Aplikasi ekstrak kunyit untuk perendaman Arini LDD. 2017. Faktor-faktor penyebab dan karak-
tahu menunjukkan bahwa ketiga ekstrak kunyit tidak teristik makanan kadaluarsa yang berdampak
berbeda nyata dalam penghambatan mikroorganis- buruk pada kesehatan masyarakat. J Ilmiah
me (P>0.05). Teknol Industri Pangan UNISRI 3: 15-24.
Setelah 72 jam penyimpanan, ekstrak kunyit [BAM] Bacteriological Analytical Manual. 2001a.
dalam air rendaman tahu menghambat total mik- Aerobic plate count. Food and drug admini-
roba, E. coli dan S. aureus berturut-turut sebesar 2; stration. http://www.fda.gov/Food/Food Science
4 dan 4 log CFU/g. Penambahan ekstrak kunyit Research/LaboratoryMethods/ucm063346.htm
dapat mengendalikan pertumbuhan mikroorganisme [19 November 2016].
dan meningkatkan waktu simpan tahu pada suhu
ruang. Mengingatkan, ekstrak EtOH kunyit lebih [BAM] Bacteriological Analytical Manual. 2002. Enu-
aman untuk digunakan dalam makanan dan harga- meration of Escherichia coli and the coliform
nya lebih terjangkau dibandingkan dengan kedua bacteria. Food and drug administration. https://
pelarut lainnya, maka pelarut EtOH disarankan www.fda.gov/Food/FoodScienceResearch/Labo
untuk ekstraksi kunyit karena dapat menghasilkan

26
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018

ratoryMethods/ucm064948.htm [28 September Keputusan Menteri Pertanian. 2007. Pelepasan


2017]. kunyit varietas turina-2. 119/Kpts/SR.120/2/
[BAM] Bacteriological Analytical Manual. 2001b. 2007. http://perundangan.pertanian.go.id/admin
Staphylococcus aureus. Food and drug admi- /file/SK-119-07.pdf [20 Desember 2016].
nistration. https://www.fda.gov/food/foodscience Lawhavinit O, Kongkathip N, Kongkathip B. 2010.
research/laboratorymethods/ucm071429.htm Antimicrobial activity of curcuminoids from Cur-
[28 September 2017]. cuma longa L. on pathogenic bacteria of shrimp
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Rata-rata kon- and chicken. Kasetsart J (Nat Sci) 44: 364-371.
sumsi per kapita seminggu beberapa macam Lee DY, Kwon KH, Chai C, Oh SW. 2017. Microbial
bahan makanan penting 2007-2015. https:// contamination of tofu in Korea and growth cha-
www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/950 [12 racteristics of Bacillus cereus isolates in tofu.
Oktober 2017]. LWT-Food Sci Technol 78: 63-69. DOI: 10.
Deshmukh MV. 2014. Investigation of antibacterial 1016/j.lwt.2016.11.081.
potential of turmeric (Curcuma Longa) on Li R, Xiang C, Ye M, Li HF, Zhang X, Guo DA.
enteric pathogens. Int J Adv Res 4: 556-558. 2011a. Qualitative and quantitative analysis of
Dewi PJN, Hartiati A, Mulyani S. 2016. Pengaruh curcuminoids in herbal medicines derived from
umur panen dan tingkat maserasi terhadap curcuma species. Food Chem 126: 1890-1895.
kandungan kurkumin dan aktivitas antioksi-dan DOI: 10.1016/j.foodchem.2010.12.014.
ekstrak kunyit (Curcuma domestica Val.). J Li S, Yuan W, Deng G, Wang P, Yang P, Aggarwal
Rekayasa Manajemen Agroind 4:105-115. B. 2011b. Chemical composition and product
Groundwater PW, Narlawar R, Liao VW, Bhattachar quality control of turmeric (Curcuma longa L.).
ya A, Srivastava S, Kunal K, Doddareddy M, Pharm Crops 2: 28-54. DOI: 10.2174/22102
Oza PM, Mamidi R, Marrs EC, Perry JD, Hibbs 90601102010028.
DE, Panda D. 2017. A carbocyclic curcumin in- Marathe SA, Kumar R, Ajitkumar P, Nagaraja V,
hibits proliferation of gram-positive bacteria by Chakravortty D. 2013. Curcumin reduces the
targeting FtsZ. Biochemistry-US 56: 514-524. antimicrobial activity of ciprofloxacin against
DOI: 10.1021/acs.biochem.6b00879. Salmonella Typhimurium and Salmonella Typhi.
Infante K, Chowdhury R, Nimmanapalli R, Reddy G. J Antimicrob Chemot 68: 139–152. DOI: 10.
2014. Antimicrobial activity of curcumin against 1093/jac/dks375.
food-borne pathogens. Vedic Int Res Bio Med Moghadamtousi SZ, Kadir HA, Hassandarvish P,
Chem 2: 12-19. DOI: 10.14259/bmc.v2i1.102. Tajik H, Abubakar S, Zandi K. 2014. A review
Itokawa H, Shi Q, Akiyama T, Morris-Natschke SL, on antibacterial, antiviral, and antifungal acti-
Lee KH. 2008. Recent advances in the investi- vity of curcumin. Hindawi Publishing Corpo-
gation of curcuminoids. Chin Med-UK 3: 1-13. ration. Biomed Res Int 2014. DOI: 10.1155/
DOI: 10.1186/1749-8546-3-11. 2014/186864.
Izui S, Sekine S, Maeda K, Kuboniwa M, Takada A, Naz S, Akbar I, Ilyas S, Jabeen S. 2012. Antibac-
Amano A, Nagata H. 2016. Antibacterial acti- terial activity of different varieties of curcuma
vity of curcumin against periodontopathic bac- longa rhizome extracts against pathogenic
teria. J Periodontol 87: 83-90. DOI: 10.1902/jop. bacteria. Asian J Chem 24: 2875-2877.
2015.150260. [NCBI] National Center for Biotechnology Informa-
Jadhav BK, Mahadik KR, Paradkar AR. 2007. tion. 2016. Curcumin. https://pubchem.ncbi.
Development and validation of improved rever- nlm.nih.gov/compound/curcumin#section=Top
sed phase-HPLC method for simultaneous de- [4 Desember 2016].
termination of curcumin, demethoxycurcumin Popuri AK, Pagala B. 2013. Extraction of curcumin
and bisdemethoxycurcumin. Chromatographia from turmeric roots. Int J Innov Res & Studies
65: 483–488. DOI: 10.1365/s10337-006-0164- 2: 289-299.
8. Priyadarsini KI. 2014. The chemistry of curcumin:
Jansirani D, Saradha R, Salomideborani N, Selvapri- from extraction to therapeutic agent. Molecules
yadharshini J. 2014. Comparative evaluation of 19: 20091-20112. DOI: 10.3390/molecules1912
various extraction methods of curcuminoids 20091.
from Curcuma longa. National Conference on Revathy S, Elumalai S, Benny M, Antony B. 2011.
Green Engineering and Technologies for Isolation, purification and identification of cur-
Sustainable Future-2014. J Chem Pharm Sci 4: cuminoids from turmeric (Curcuma longa L.) by
286-288. column chromatography. J Exp Sci 2: 21-25.

27
DOI: 10.6066/jtip.2018.29.1.19 J. Teknol. dan Industri Pangan Vol. 29(1): 19-28 Th. 2018

Rezki RS, Anggoro D, Siswarni MZ. 2015. Ekstraksi phylococcus aureus. Hindawi Publishing Cor-
multi tahap kurkumin dari kunyit (Curcuma do- poration. J Trop Med 2016: 1-10. DOI: 10.11
mestica Valet) menggunakan pelarut etanol. J 55/2016/2853045.
Teknik Kimia USU 4: 29-34. Thongchai W, Wongkadnon C, Thongpoon C,
Ribeiro TTBC, Costa G, Costa M. 2017. Microbial Srisopa A. 2011. Analysis of curcuminoids in
contamination in industrial tofu. Ciênc Rural 47: raw materials and cosmetic products from cur-
1-6. DOI: 10.1590/0103-8478cr20160234. cuma spp. Rajabhat J Sci Hum Soc Sci 12: 32-
Rouger A, Tresse O, Zagorec M. 2017. Bacterial 49.
contaminants of poultry meat: saurces, spe- Tyagi P, Singh M, Kumari H, Kumari A, Mukho
cies, and dynamics. Microorganisms 5: 1-16. padhyay K. 2015. Bactericidal activity of cur-
DOI: 10.3390/microorganisms5030050. cumin I is associated with damaging of bac-
Schmid-Hempel P, Frank SA. 2007. Pathogenesis, terial membrane. Plos One 10: 1-15. DOI:
virulence, and infective dose. Plos Pathog 3: 10.1371/journal.pone.0121313.
147-148. DOI: 10.1371/journal.ppat.0030147. Waghmare P, Patingrao D, Kadu P. 2015. Extrac-
Teow SY, Liew K, Ali SA, Khoo ASB, Peh SC. 2016. tion, isolation, purification and identifycation of
Antibacterial action of curcumin against Sta- curcumin. Eur J Biomed Pharm Sci 2: 108-123.

28

Das könnte Ihnen auch gefallen