Sie sind auf Seite 1von 5

Martono, Penurunan Resiko Henti Jantung 1

PENURUNAN RESIKO HENTI JANTUNG PADA ASUHAN


KEPERAWATAN PASIEN YANG DILAKUKAN HEMODIALISA
MELALUI PENGENDALIAN OVERLOAD CAIRAN KALIUM SERUM

Martono
Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan

Abstract: serum potassium overload, hemodialysis, the risk of cardiac arrest. The kidney is the major
controlling homeostasis of fluid, electrolyte and acid-base. Chronic renal failure in the tubules can no
longer switch K+/ H+ to Na+, which ultimately resulted in the risk of the occurrence of cardiac arrest.
This research was conducted to identify fluid overload control serum potassium before and after hemo-
dialysis done. The design of this research uses comparison approach retrospective to 50 samples taken
randomly. Analysis of data this research using paired t test. The results showed that hemodialysis
proven to improve the levels of serum potassium overload toward better grades and was able to lower
the risk of the occurrence of cardiac arrest evidenced t calculate = 6.277 greater than t = table 2.010
average difference amounted to 57.6%. Discussion: Disorder balance potassium patient kidney failure
chronicle caused by inability of the kidneys to excrete overload potassium serum decline in propor-
tional to loss of filtration glomerular. Stimulation of aldosterone and increase the excretion of intestinal
potassium is a mechanism of adaptive main to maintain homeostasis potassium up to the levels of
filtration glomerular better. All patients with chronic renal failure are expected to follow and comply
with the hemodialysis program that has regularly scheduled to occur the severity of kidney function is
worse and prevent disruptions on the cardiovascular system, in particular the cardiac arrest.

Keywords: serum potassium overload, hemodialysis, the risk of cardiac arrest.

Abstrak: overload kalium serum, hemodialisa, resiko henti jantung. Ginjal merupakan pengendali utama
homeostasis cairan, elektrolit dan asam basa. Pada gagal ginjal kronis tubulus tidak dapat lagi menukar K+/
H+ untuk Na+, yang pada akhirnya mengakibatkan resiko terjadinya henti jantung. Penelitian ini dilakukan
untuk mengidentifikasi pengendalian overload cairan kalium serum sebelum dan sesudah dilakukan
hemodialisa. Desain penelitian ini menggunakan pendekatan komparasi retrospektif terhadap 50 sampel
yang diambil secara acak. Analisis data penelitian ini menggunakan paired t test. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa hemodialisa terbukti memperbaiki kadar overload kalium serum ke arah nilai yang lebih baik dan
mampu menurunkan resiko terjadinya henti jantung yang dibuktikan t hitung = 6.277 lebih besar dari ttabel
=2.010 dengan beda rata-rata sebesar 57.6%. Gangguan keseimbangan kalium pasien gagal ginjal kronik
diakibatkan ketidakmampuan ginjal mengekskresikan overload kalium serum menurun secara proposional
dengan hilangnya filtrasi glomerolus. Stimulasi aldosteron dan peningkatan ekskresi intestinal kalium
merupakan mekanisme adaptif utama untuk mempertahankan homeostasis kalium sampai tingkat filtrasi
glomerular yang lebih baik. Semua pasien yang mengalami gagal ginjal kronik diharapkan mengikuti dan
mematuhi program hemodialisa yang telah dijadwalkan secara rutin agar tidak terjadi tingkat keparahan
fungsi ginjal yang lebih buruk dan mencegah gangguan pada sistem kardiovaskuler khususnya henti
jantung.

Kata Kunci: overload kalium serum, hemodialisa, resiko henti jantung

Ginjal merupakan organ pengendali utama homeo- homeostasis cairan, elektrolit dan asam basa ter-
stasis cairan, elektrolit dan asam basa dalam tubuh. ganggu. Gagal ginjal yang berada pada tahap yang
Perubahan fungsi ginjal dapat mengakibatkan lebih berat, tubulus tidak dapat lagi menukar K+/ H+

1
2 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 1–5

untuk Na + sehingga menyebabkan hiperkalemia akan keracunan dari sampah hasil metabolisme
yang berat yang nantinya dapat memicu terjadinya tubuh, sehingga akan menimbulkan bentuk penyakit
henti jantung, sehingga sisa-sisa metabolisme tidak akibat bagian-bagian tubuh terganggu oleh menum-
dapat dikeluarkan dari dalam tubuh. puknya racun (Syamsir & Broto, 2007). Namun,
Menurut data WHO tahun 2009, diperkirakan penurunan jumlah nefron mengakibatkan gangguan
hingga tahun 2015 sebanyak 36 juta orang warga keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Ga-
dunia meninggal akibat penyakit gagal ginjal kronik. gal ginjal yang berada pada tahap yang lebih berat,
Indonesia merupakan tingkat penderita gagal ginjal tubulus tidak dapat lagi menukar K+/ H+ untuk Na+
yang cukup tinggi. Pada survei yang dilakukan oleh sehingga menyebabkan hiperkalemia yang berat
(Perneftri) menjelaskan diperkirakan terdapat yang nantinya dapat memicu terjadinya henti jan-
70.000 penderita gagal ginjal di Indonesia . Angka tung. Kinerja ion dan kation tersebut dapat mempe-
ini diperkirakan terus meningkat dengan angka ngaruhi transmisi neurokimia dan neuromuskular
pertumbuhan sekitar 10% setiap tahun. Dari 70.000 yang akan mempengaruhi fungsi otot, irama dan
dari gagal ginjal kronik tersebut terdeteksi menderita kontraktilitas jantung, perasaan (mood) dan perilaku,
gagal ginjal kronik tahap terminal yang menjalani serta fungsi saluran pencernaan (Price, dan Wilson,
hemodialisa hanya 4000 sampai 5000 pasien dari 2005).
total seluruh penderita gagal ginjal. Oleh karena itu, pengendalian elektrolit ginjal
Pasien dengan penyakit ginjal kronis harus perlu dilakukan untuk membantu memantau pengo-
dipertimbangkan pada kelompok risiko tinggi batan dan perjalanan penyakit serta membuat prog-
terjadinya gangguan kardiovaskuler. Menurut (Foley, nosis. Pengendalian elektrolit terbesar dalam tubuh
2003) menjelaskan bahwa prevalensi penyakit arteri meliputi natrium, kalium, dan kalsium. Namun
koroner kurang lebih sebesar 40%, ventrikel kiri demikian penelitian ini dibatasi pada pengendalian
sebesar 75% dan mortalitas kardiovaskular telah overload cairan kalium serum pada asuhan kepera-
diperkirakan sekitar 9% per tahun. Kedua penyakit watan pasien dengan hemodialisa.
arteri koroner dan hipertrofi ventrikel kiri merupakan Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
faktor risiko terjadinya gagal jantung. Lebih lanjut di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah
dijelaskan ginjal kronis lebih beresiko terjadi gagal Dr. Moewardi Surakarta pada bulan Oktober tahun
jantung sebesar 40%. 2013 ditemukan 300 pasien gagal ginjal yang dilaku-
Banyak upaya yang dilakukan untuk mengatasi kan hemodialisa. Berdasarkan uraian subtansi ter-
masalah kegagalan fungsi ginjal yang kronik seperti sebut, perlu dilakukan penelitian tentang pengen-
pola makan, transplantasi ginjal dan cuci darah dalian overload cairan kalium serum untuk menurun-
(hemodialisis). Hemodialisa merupakan solusi alter- kan resiko terjadinya henti jantung pada asuhan
natif dialisis yang digunakan ketika ginjal tidak keperawatan pasien gagal ginjal kronik yang dilaku-
mampu lagi untuk membuang sisa-sisa zat metabo- kan hemodialisa.
lisme dari dalam tubuh. Sejauh ini hemodialisa (cuci
darah) tidak begitu terkenal di kalangan masyarakat METODE PENELITIAN
luas. Salah satu keuntungan tindakan hemodialisa Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
adalah darah yang mengandung hasil sisa-sisa pengendalian overload cairan kalium serum untuk
metabolisme dengan konsentrasi tinggi dilewatkan menurunkan resiko terjadinya henti jantung pada
pada membran semipermeabel yang terdapat dalam asuhan keperawatan pasien gagal ginjal kronik yang
dialyser. Sisa metabolisme tubuh seperti ureum dan dilakukan hemodialisa dengan desain quasi eksperi-
kreatinin dapat disaring melalui proses difusi, men menggunakan pendekatan retrospektif. Popu-
sehingga terpisah dari darah bersih dan kadar ureum lasi pada penelitian ini adalah semua pasien gagal
kreatinin akan menurun. Keadaan tersebut juga ginjal kronik yang dilakukan hemodialisa. Sampel
dapat mengembalikan status fisiologi ginjal menjadi pada penelitian ini dilakukan observasi sebanyak 2
lebih baik dengan mempertahankan kemampuan kali sebelum dan sesudah dilakukan hemodialisa
fungsi ginjal untuk mengeksresikan sisa produk terhadap 50 pasien gagal ginjal kronik di Ruang
nitrogen, toksin dan obat-obatan, mampu untuk me-
Hemodialisa RSUD Dr. Moewardi Surakarta
nangani beban air dan elektrolit dengan efisien, ke- menggunakan teknik purposive sampling. Teknik
seimbangan asam basa, dan mampu memproduksi
analisa data untuk mengetahui pengendalian over-
eritropoetin. Kalau mesin ini terganggu maka tubuh load cairan kalium serum untuk menurunkan resiko
Martono, Penurunan Resiko Henti Jantung 3

terjadinya henti jantung pada asuhan keperawatan Tabel 3. Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas
pasien gagal ginjal kronik yang dilakukan hemo- Kalium
Uji
dialisa menggunakan paired t test. Pengukuran Pre test Post test
kadar kalium serum pada penelitian ini terdiri 3 Kolmogorov 0.647
kategori yaiut hipokalemia bila kadar kalium dalam 0.294
Smirnov Z
serum kurang dari 3,5 mEq/l, nilai normal bila 3,5– One Way Anova 0.566 0.313
5,0 mEq/l, dan hiperkalemia jika kalium >5,0 mEq/l. Sumber: Data Primer (diolah SPSS for windows versi 18.0,
2014)
HASIL PENELITIAN
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa pengen-
Hasil pengendalian overload cairan kalium dalian overload cairan kalium serum untuk menu-
serum untuk menurunkan resiko terjadinya henti runkan resiko terjadinya henti jantung pada asuhan
jantung pada asuhan keperawatan pasien gagal keperawatan pasien gagal ginjal kronik yang dilaku-
ginjal kronik sebelum dilakukan hemodialisa terhadap kan hemodialisa terjadi perubahan kadar kalium
50 responden pada penelitian 60% mengalami serum dari kadar serum yang overload kearah nilai
hiperkaliemia, hipokalemia sebesar 10% dan yang normal secara signifikan yang dibuktikan nilai thitung
mempunyai kadar kalium normal sebesar 30%. = 6.277 lebih besar dari ttabel =2.010 dengan beda
Distribusi frekuensi kadar kalium serum sebelum rata-rata sebesar 0.576. Hasil uji t perubahan kritis
hemodialisa dijelaskan pada tabel 1. kemampuan laju filtrasi glomerulus dijelaskan tabel
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kadar Kalium Serum
4.
Sebelum Hemodialisa
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji t
Kadar Kalium Frekuensi Persen
Kadar Beda t test
Hipokalium 5 10
Kalium Mean thit ung ttabel
Normal 15 30
pre - post test 0.576 6.277 2.010
Hiperkalium 30 60
Sumber: Data Primer (diolah SPSS for windows versi 18.0,
Total 50 100
2014)
Sumber: Data Primer (diolah SPSS for windows versi 18.0,
2014)
PEMBAHASAN
Sedangkan hasil pengendalian overload cairan Kegagalan ginjal mengekskresikan kalium
kalium serum untuk menurunkan resiko terjadinya serum tubuh banyak faktor yang mempengaruhinya,
henti jantung pada asuhan keperawatan pasien gagal salah satunya adalah faktor usia dan jenis kelamin.
ginjal kronik setelah dilakukan hemodialisa terhadap Semakin bertambahnya umur manusia akan mem-
50 sampel pada penelitian ini menunjukkan sebagian pengaruhi fungsi organ ginjal dalam menunaikan
besar mengalami perubahan kearah nilai normal tugasnya. Hal ini sesuai dengan pendapat (Smeltzer
sebesar 56%, hipokalemia sebesar 14%, dan yang & Bare, 2002) yang menjelaskan bahwa, umur atau
mengalami sebesar 30%. Distribusi frekuensi kadar usia adala faktor yang dapat mempengaruhi kese-
kalium serum responden setelah hemodialisa dijelas- hatan seseorang. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
kan pada tabel 2. semakin bertambahnya usia, maka organ ginjal
mengalami penurunan massa ginjal sebagai akibat
Tabel 2. Kadar Kalium Serum setelah Hemodialisa kehilangan beberapa nefron sehingga terjadi penu-
Kadar Kalium Frekuensi Persen runan laju filtrat glomerulus. Penurunan laju filtrasi
Hipokalium 7 14 glomerulus (akibat tidak berfungsinya glomeruli)
Normal 28 56 berdampak pada klirens kreatinin akan menurun dan
Hiperkalium 15 30 kadar kreatinin serum akan meningkat. Kemudian
Total 50 100
akan berlanjut dengan kegagalan ginjal secara
Sumber: Data Primer (diolah SPSS for windows versi 18.0,
2014)
progresif. Hal ini juga sesuai dengan pendapat yang
disampaikan (Tamher dan Noorkasiani, 2009) yang
Sebaran data dan homogenitas data nilai kalium menjelaskan bahwa setelah melewati masa dewasa
serum berdistribusi normal dan homogen karena nilai sel-sel jaringan tubuh mulai menua. Proses yang
ñ>0.05 yang dijelaskan pada tabel 3. bersangkutan akan mengalami proses penuaan
yang lebih cepat lagi sehingga secara keseluruhan
4 Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, Volume 4, Nomor 1, Mei 2015, hlm. 1–5

fungsi tubuh akan berkurang. Pada lansia terjadi Hiperkalemia dan hipokalemia pasien dengan
penurunan jumlah nefron sebesar 5–7% setiap gagal ginjal sebelum dilakukan hemodialisa dikarena-
decade mulai usia 25 tahun. kan adanya gangguan pada keseimbangan elektrolit
Hal ini juga sesuai pendapat yang disampaikan yang disebabkan oleh deplesi cairan. Hal ini sesuai
(United States Renal Data System/ USRDS, 2008) dengan teori yang menjelaskan bahwa jika terjadi
yang menjelaskan bahwa usia merupakan faktor penurunan laju filtrasi glomerulo berat akan terjadi
resiko terjadi GGK. Proses menua tersebut dapat komplikasi berupa asidosis metabolik dan gangguan
berpengaruh pada perubahan fungsi ginjal. Pada usia keseimbangan elektrolit berupa hiperkalemia dan
70 tahun atau lebih ditemukan penurunan fungsi hipokalemia. Pada pemeriksaan laboratorium elek-
ginjal sebanyak 30–50%. Faktor kedua yang berpe- trolit darah pasien yang dilakukan hemodialisa akan
ngaruh terhadap kegagalan ginjal adalah jenis kela- menunjukkan peningkatan kadar kalium serum
min. Faktor jenis kelamin laki laki sangat beresiko dalam tubuh. Berdasarkan penelitian yang dilakukan
terjadinya gangguan fungsi ginjal, hal ini disebabkan (Alcazar, 2008), menjelaskan bahwa pada penyakit
struktur dan anatomi saluran perkemihan yang pan- gagal ginjal kronik, kisaran osmolalitas urine semakin
jang dan juga aliran urine yang lama, sehingga mendekati osmolalitas plasma. Hal ini dimanifestasi-
beresiko menempelnya sampah atau sisa kan sebagai gejala nokturia dan poliuria, terutama
metabolisme pada saluran kemih. Kondisi tersebut pada penyakit gagal ginjal tubulointerstitial. Kele-
memicu terjadinya obstruksi pada salurah kemih bihan air ini akan menyebabkan hiperkalemia.
sehingga terjadi refluks fan resiko infeksi pada ginjal. Pengendalian overload cairan kalium serum
Hal ini sesuai pendapat (Huether dan Chance, dalam rangka menurunkan resiko terjadinya henti
2006) yang menjelaskan bahwa anatomi saluran jantung setelah dilakukan hemodialisa terbukti mam-
kemih laki-laki jauh lebih panjang daripada perem- pu menurunkan dan terjadi perubahan kadar kalium
puan. Hal tersebut memungkinkan resiko tinggi serum ke arah nilai yang lebih baik, hal ini dibuktikan
terjadinya pengendapan zat-zat yang terkandung nilai nilai thitung = 6.277 lebih besar dari ttabel =2.010
dalam urin lebih banyak dibanding perempuan. dengan beda rata-rata sebesar 0.576. Perubahan
Pengendapan dengan proses yang lama dapat mem- ini dimulai ketika darah yang mengandung sisa-sisa
bentuk batu baik pada saluran kemih maupun pada metabolisme dengan konsentrasi yang tinggi dilewat-
ginjal. Bila gangguan fungsi ginjal tersebut berlang- kan pada membran semipermeabel yang terdapat
sung secara progresif dapat menimbulkan gagal dalam dialyser. Melalui proses difusi, sisa-sisa
ginjal pada tahap terminal. Bila ditinjau dari jenis metabolisme seperti ureum dan kreatinin dapat
kelamin dan status fisiologi. Hal ini juga sesuai dengan disaring sehingga terpisah dari darah bersih. Selaput
penelitian yang dilakukan oleh (Nuraeni, 2013) yang membran yang semipermeabel dapat dilewati oleh
menyatakan bahwa pasien yang dilakukan ultrasono- molekul dengan ukuran tertentu. Zat dengan berat
grafi dan pemeriksaan laju filtrasi glomerulus, laki- molekul kecil yang terdapat pada dialisat akan dapat
laki mengalami gagal ginjal kronik lebih banyak pada mudah berdifusi kedalam darah selama proses
sebesar 63,87% dibandingkan pada wanita yang dialisis. Molekul ukuran kecil seperti ureum, kreatinin
hanya sebesar 36,03%. (Smeltzer & Bare, 2002), dan air dapat dengan mudah melewati selaput mem-
menyatakan bahwa laki-laki juga lebih banyak mem- bran ini melalui tehnik reverse osmosis sehingga
punyai kebiasaan yang dapat mempengaruhi kese- dapat menahan urea, natrium dan klorida. Setelah
hatan seperti merokok, minum kopi, alkohol, dan darah selesai dicuci pada dialiser, selanjutnya darah
minuman suplemen yang dapat memicu terjadinya yang bersih dialirkan kembali ke tubuh pasien melalui
penyakit sistemik yang dapat menyebabkan penu- venous line sehingga proses ini dapat membuang
runan fungsi ginjal. Hal Ini didukung dengan sisa metabolisme dalam tubuh.
penelitian yang dilakukan (Sennang, Badji dan (Alcazar, 2008) telah menjelaskan bahwa gang-
Harjoeno, 2005) yang menyatakan bahwa terjadi guan keseimbangan kalium pada pasien gagal ginjal
perbedaan kadar kreatinin dan klirens kreatinin laki- kronik diakibatkan karena kemampuan ginjal untuk
laki lebih tinggi secara bermakna dari pada perem- mengekskresikan kalium menurun secara proposio-
puan, meskipun secara statistik perbedaan ini tidak nal dengan hilangnya filtrasi glomerolus. Stimulasi
bermakna. Nilai laju filtrasi glomerulus rate laki-laki aldosteron dan peningkatan ekskresi intestinal kalium
lebih tinggi daripada perempuan oleh karena massa adalah mekanisme adaptif utama untuk memperta-
ginjal laki-laki relatif lebih besar daripada perempuan. hankan homeostasis kalium sampai tingkat filtrasi
Martono, Penurunan Resiko Henti Jantung 5

glomerular kurang dari 10 ml/menit. Penyebab Huether, S.E., & Mc Cance, K.L. 2006. Pathophysiology
utama hiperkalemia pada gagal ginjal kronik adalah The Biologic Basis for Disease in Adult and Chil-
sebagai akibat penggunaan obat yang mengubah dren (3nd Ed Vol 2). St Louis Missouri: Mosby
kemampuan ginjal mengekskresikan kalium yaitu Year Book.
Nuraeni, N.I., Muhammad, I., Frans, L., Hasyim, K., R.
ACEIs, ARB, NSAID, antagonis aldosteron,
Satriono. 2012. Hubungan Antara Volume Total
nonselektif beta-blocker, heparin, trimetoprin, Ginjal Berdasarkan Ultrasonografi dan Laju
inhibitor kalsineurin. Filtrasi Glomerulus pada Penderita Penyakit
Ginjal Kronik. http://www.google.com/jurnal/
KESIMPULAN DAN SARAN LFG/GGK.co.id (diperoleh tanggal 25 Juni 2014).
Pernefri. 2003. Konsesnsus Dialisis. Sub bagian Ginjal
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien
dan Hipertensi-Bagian Ilmu Penyakit Dalam.
yang dilakukan hemodialisa dapat memperbaiki dan Jakarta: FKUI-RSUDN Dr. Cipto Mangunkusumo.
mengendalikan kadar overload cairan kalium serum Sennang, N., Sulina, Badji, A., Hardjoeno. 2005. Laju
kearah yang lebih baik, serta mampu menurunkan Filtrasi Glomerulus pada orang dewasa tes Klirens
dan mencegah resiko henti jantung. Saran hasil Kreatinin Menggunakan Persamaan Cockroft-
penelitian adalah semua pasien yang mengalami Gaulth dan Modification of Diet in Renal Disease.
gagal ginjal kronik diharapkan dapat mengikuti dan J. Med. Nus Vol.24, No.2. Hlm 80–84.
mematuhi pelaksanaan program hemodialisa yang Smeltzer, B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal
telah dijadwalkan secara rutin dengan memperhati- Bedah. Jakarta: EGC.
kan faktor usia, dan jenis kelamin agar tidak ber- Syamsir, A., & Broto, H. 2007. Vita Health: Gagal Ginjal.
Jakarta: Gramedia.
kembang dan beresiko henti jantung dan tidak terjadi
Tamher, S., & Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut
tingkat keparahan fungsi ginjal yang lebih buruk. dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
DAFTAR RUJUKAN Wilson, L.M., and Price, S.A. 2006. Patofisiologi Konsep
Alcazar. 2008. Chronic Kidney Disease in Primary Care. Klinis Proses-Proses Penyakit. Volume 2 Edisi 6.
Journal of the Royal Society of Medicine, 100(47), Jakarta: EGC.
40–45. U.S. Renal Data System, USRDS. 2008. Annual Data Re-
Foley, R.N. 2003. Epidemiology of Cardiovascular port: Atlas of Chronic Kidney Disease and End-
Disease in Chronic Renal Disease. Journal of the Stage Renal Disease in the United States, Na-
American Society of Nephrology, 17 (6), 1965– tional Institutes of Health, National Institute of
1702. Diabetes and Digestive and Kidney Diseases,
Bethesda.

Das könnte Ihnen auch gefallen