Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
2 ISSN 1979-8911
Abstract
Bioethanol is a renewable bio-fuels as an alternative energy substitute for oil, in the process leaving
a solid waste that can be leveraged into a more useful product. This study aims to improve nutrition
and reduce HCN and get the right dose of inoculum in the fermentation of bioethanol from cassava
waste. This research was conducted with the experimental method used Completely Randomized
Design (CRD) in the 3 x 3 factorial with 3 replications. The first factor inoculum dose (D) to the
level of inoculum dose, respectively d1 = 2%, 3% = d2, d3 = 4% and the second factor is the length
of fermentation, namely for 0, 4 and 8 days As for some of the parameters measured were protein
content and crude fiber through proximate analysis, as well as levels of HCN by distillation method.
The result showed that the best dose is the dose of 4% which can increase protein content from
2.47% to 2.91% before fermentation - 4.88% after fermentation and can lower crude fiber content
of 2.65% to 2.50 % - 2.07% and influential to the decreased levels of HCN from 15.92 mg / kg to
12.73 mg / kg - 0.00 mg / kg for 8 days after fermentation. The results showed that the fermentation
process using a consortium of Saccharomyces cerevisiae and Trichoderma viride can improve the
quality of solid waste processing bioethanol from cassava which include increased levels of protein,
crude fiber and decreased levels of HCN reduction.
1
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
2
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
Penelitian ini diawali dengan proses suhu 37oC atau sampai terbentuknya diameter
sterilisasi alat dan bahan kemudian pembuatan koloni sebesar 1 cm. Ketika koloni sudah
medium agar (potato dextrose agar) , terbentuk 1 cm maka diteteskan larutan congo
selanjutnya perbanyakan saccharomyces red 0,1% untuk pengujian amilase dan
cerevisiae dan trichoderma viride pada media diteteskan iodin utuk pengujian amilase
agar miring, diteruskan pada uji aktivitas kemudian masing-masing pengujian
selulase dan amilase, kultivasi pertumbuhan dihomogenkan pada permukaan agar lalu
mikroba, pembuatan inokulum saccharomyces diamkan selama 30 menit setelah itu dibilas
cerevisiae dan trichoderma viride Serta dengan larutan NaCl yang sebelumnya sudah
dilakukannya proses akhir yaitu Fermentasi dibuat dengan mencampur 5,75 gram NaCl
limbah padat bioetanol dari sinkong. dan 100 mL aquades. Kemudian diinkubasi
1. Uji Aktivitas Produksi Selulase dan dan diamati diameter zona bening setiap
Amilase harinya sampai mikroba tidak mengalami
Potato Dextrose Agar (PDA) ditimbang pertambahan ukuran dan mendapatkan indeks
sebanyak 9,75 gram ditambahkan selulosanya.
Carboxymethyl Cellulose (CMC) 1% yaitu 2. Fermentasi limbah Padat Bioetanol
2,5 gram, lalu dimasukan dalam erlenmeyer Sebanyak 400 gram limbah padat
yang sudah berisi aquades sebanyak 250 mL, bioetanol dari singkong dimasukkan ke
kemudian diaduk dan dipanaskan dengan dalam kantung plastik tahan panas ditambah
magnetic stirrer sampai larutan berwarna air 400 mL (1:1) dan kemudian dikukus
kuning bening. Setelah PDA dan CMC selama satu jam didinginkan hingga suhu
homogen, larutan tersebut disteril dengan 280C dan diinokulasi dengan inokulum yang
menggunakan autoklaf, selanjutnya larutan telah dibuat sebelumnya sebanyak 2%, 3%
didinginkan sampai suhu mencapai 55oC dan 4% bahan kering limbah padat bioetanol
dengan pH 5,5. dari singkong. Selanjutnya bahan diaduk
Larutan tersebut dituangkan secara sampai homogen, setelah itu kantung plastik
aseptik ke dalam cawan petri sebanyak 20 mL diberi lubang – lubang kecil untuk
dan dibiarkan sampai medium memadat. mendapatkan kondisi aerob, dibungkus
Kemudian satu jarum ose jamur dititikan dengan koran steril dan diinkubasi pada suhu
pada tengah-tengah medium tersebut, antara 250-300C selama 8 hari. Pengukuran
selanjutnya diinkubasi selama 72 jam pada jumlah jamur (TPC) dilakukan setiap 24 jam
3
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
sekali. Untuk fermentasi dilakukan pada hari enzim yang berbeda. Banyak sedikitnya
ke-0, ke-4 dan hari ke-8, hasil fermentasi produksi selulase ditentukan berdasarkan
analisis proksimat yang meliputi serat kasar zona bening yang terbentuk pada medium.
dan protein dan perhitungan kadar HCN Gambar 1 di bawah ini menunjukan hasil
dengan metode destilasi. uji aktivitas ezim selulase pada
Penelitian ini dilakukan dengan metode Saccharomyces cerevisiae dan
experimental yang menggunakan Rancangan Trichoderma viride.
Acak Lengkap (RAL) pada faktorial 3 x 3
dengan 3 kali pengulangan. Faktor pertama
3.50 2.94 2.94
dosis inokulum (D) dengan taraf dosis 3.00
4
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
1.00 1.39
mengalami peningkatan sampai pada hari
ke-11 dengan indeks selulase yang 0.50 0.00
0.00 0.000.00 0.00
terbentuk sebesar 2,94 cm. 0.00
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Indeks selulase yang terbentuk pada Waktu (hari)
kedua jamur terlihat bahwa Trichoderma S. cerevisiae T.viride
viride memiliki kemampuan
Gambar 2 Grafik Indeks Amilase
menghasilkan enzim selulase yang lebih
Saccharomyces cerevisiae
cepat dan lebih banyak dibandingkan pada
dan Trichoderma viride
kemampuan Saccharomyces cerevisiae.
Trichoderma viride merupakan kapang Pada Gambar 2 menunjukkan bahwa pada
organisme selulolitik dan menghasilkan yang terbentuk pada hari ke-6 sebesar 2,14
enzim-enzim selullolitik, termasuk enzim cm dan terhenti pada hari ke-7 dengan
menghasilkan enzim selulolitik yang terlihat pada hari ke-8 dengan indeks
akan semakin mempermudah enzim viride ini terhenti pada hari ke-11 dengan
selulolitik dalam memecah selulosa indeks amilase sebesar 1,52 cm. Enzim
amilase memiliki kemampuan
cerevisiae dan Trichoderma viride terlihat terhadap amilum akan menjadi monomer
5
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
1
disebabkan karena nutrien yang
0.8
terkandung di dalam subtrat sudah mulai
0.6
habis.
0.4
Pada dosis inokulum 3% adaptasi
0.2
0 mikroba berlangsung secara cepat pada
1 2 3 4 5 6 7 8 hari ke-1, sedangkan dari hari ke-2 menuju
Lama Fermentasi (hari)
hari ke-3 mikroba mengalami fase
2% 3% 4%
stasioner dan menuju hari ke-5 berada
Gambar 3 . Grafik Jumlah Total Mikroba pada fase ekponensial tertinggi dengan
Konsorsium Saccharomyces cerevisiae jumlah mikroba sebesar 0,98 x 109 sel/mL
dan Trichoderma viride pada Limbah seteleh fase ekponensial mikroba
Padat Pengolahan Bioetanol dari mengalami fase kematian sampai pada
Singkong Hasil Fermentasi hari ke-8 begitupula untuk dosis inokulum
4%, hanya saja pada inokulum 4% fase
Dari gambar tersebut juga terungkap
bahwa pada dosis inokulum 2% memiliki
6
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
7
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
protein. Saono (1976) menyatakan samping itu hal ini dapat dimengerti
bahwa kapang memiliki kandungan karena protein yang dihasilkan dari
protein kasar antara 31 – 50% proses fermentasi merupakan protein
sehingga ketika adanya pertumbuhan sel tunggal (PST). Saccharomyce
maka kapang ini dapat menambah cerevisiae merupakan jenis mikroba
kadar protein kasar. Kapang yang termasuk dalam protein sel
merupakan sumber protein sel tunggal tunggal. Komposisi kimia
(Fardiaz, 1992). Saccharomyce cerevisiae terdiri atas
protein kasar 50-52%, karbohidrat,
Tabel 2 Hasil Uji Jarak Duncan 30-37%, dan mineral 7-8% (Ahmad,
untuk Pengaruh Hari terhadap 2005).
peningkatan Kadar Protein
Signifikasi b. Pengaruh Lamanya Fermentasi dan
Hari Kadar Protein
(α=0,05) Dosis terhadap Penurunan Kadar
8 4.65 c Serat Kasar Limbah Padat Bioetanol
4 3.91 b dari Singkong Hasil Fermentasi
0 2.96 a Kadar serat kasar yang terdapat
didalam limbah bioetanol sebesar
2,65% (Suryani, 2012) akan tetapi
Hasil uji Duncan 5% diketahui bahwa
setelah dilakukannya fermentasi
setiap perlakuan lama fermentasi
menunjukkan penurunan. Berikut
mempunyai perbedaan yang nyata,
data serat kasar substrat setelah
dimana semakin lama fermentasi akan
difermentasi melalui analisis
meningkatkan kadar protein. Kadar
proksimat ditunjukkan pada tabel 3.
protein terendah terdapat pada hari
ke-0 yaitu sebesar 2,95% sedangkan
kadar protein tertinggi terdapat pada
hari ke-8 sebesar 4,65%. Semakin
lama fermentasi akan semakin banyak
Tabel 3 Kadar Serat Kasar (%)
degradasi karbohidrat maka semakin
Limbah Padat Bioetanol Singkong
tinggi proporsi proteinnya. Di
8
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
9
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
Tabel 5 Hasil Uji Jarak Duncan Jadi sebelum dijadikan pakan ternak,
untuk Pengaruh Dosis terhadap diperlukan cara-cara untuk
peningkatan Kadar Serat Kasar mengurangi atau menghilangkan
Kadar Serat Signifikasi racun tersebut, Kompiang, dkk.
Dosis
Kasar (α=0,05) (1993) menyatakan bahwa
4% 2,31 a kandungan HCN dalam suatu bahan
10
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
11
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
12
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
Cheeke, p.r. And l.r. Shull. 1985. Natural Terhadap Kandungan Hcn Pada
13
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
14
Edisi Agustus 2014 Volume VIII No. 2 ISSN 1979-8911
Lampiran
15