Sie sind auf Seite 1von 11

PENELITIAN DESKRIPTIF

INSIDEN DAN PROGRESIFITAS MIOPIA


PADA ANAK USIA SEKOLAH
DI DAERAH URBAN RURAL

Oleh :

ARYATI SUSILO
NIM : 158070600011001
PESERTA PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
ILMU KESEHATAN MATA

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
RUMAH SAKIT UMUM Dr. SAIFUL ANWAR MALANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

PENELITIAN DESKRIPTIF

INSIDEN DAN PROGRESIFITAS MIOPIA


PADA ANAK USIA SEKOLAH
DI DAERAH URBAN RURAL

Oleh :

ARYATI SUSILO
NIM : 158070600011001

Dibacakan pada tanggal


30 Januari 2020

Mengetahui, Telah Menyetujui,


Ketua Program Studi PPDS-1 Pembimbing
Ilmu Kesehatan Mata

Dr. Anny Sulistyowati, Sp.M(K) dr. Nanda Wahyu Anandita Sp.M(K)


NIP : 19601103198709 2 001 NIP . 19770423 201001 2 009
INCIDENCE AND PROGRESSION OF MYOPIA IN URBAN RURAL AREA SCHOOL
CHILDREN

Aryati Susilo, MD; Nanda Wahyu Anandita, MD


Department of Ophthalmology, Faculty of Medicine, Universitas Brawijaya
Dr. Saiful Anwar General Hospital, Malang

Abstract
Purpose: To evaluate the incidence and progression of myopia in school-aged children at
SDN 1 Atap Lesanpuro.
Methods: Prospective longitudinal study was done to 104 school children aged 5 to 11 years
old screened within 2 years in 1-year interval. Subjects of this study were students from urban-
rural region elementary school. Data was analyzed using Paired Sample T-Test and chi-
square test.
Result: 104 of the 124 children were qualified for the 2 years examination. The incidence of
myopia increased from year to year by 22.1%-35.5% with an age interval of 5 to 11 years at
the time of initial data collection. Most of the subjects experiencing myopia are within age 7-9
interval. The overall incidence of progressive myopia was 51% with 0.4 D progression in the
first year and 0.37 D in the second year. The greatest progression was found at age group of
8-10 with 0.6 D progression in the first year and 0.41 D in the second year. Myopia progression
was more significant in women than in men (p <0.05), but was insignificant with age (p> 0.05).
Conclusion: The incidence of myopia in school-aged children in urban rural area increases
every year. Its progression is still unclear whether it is a physiological condition. Further
research is needed in other areas to determine the distribution of myopia in school-aged
children in Indonesia. It is necessary to evaluate the influencing factors.
Keywords: Incidence of myopia, progression of myopia, Urban-Rural, Myopia in children.
PENDAHULUAN semakin besar derajat perkembangannya.
Miopia merupakan kelainan refraksi Di Amerika Serikat, tingkat rata-rata
yang sangat umum terjadi pada anak perkembangan miopia anak dilaporkan
maupun dewasa muda tidak hanya di sekitar 0,5 dioptri per tahun. Sekitar 75%
populasi Asia, namun juga di Indonesia remaja, miopia akan stabil pada sekitar
khusus nya pada anak-anak usia sekolah. usia 15 atau 16. Bila tidak, maka miopia
Prevalensi dari miopia berdasarkan data akan berlanjut progresifitasnya hingga usia
WHO tahun 2010 sekitar sebesar 27% dan 20-an atau 30-an.3 4 5
2,8% untuk high myopia. Sementara untuk Kesadaran miopi di Indonesia
di indonesia dilaporkan sebesar 25% cenderung rendah. Sementara masa anak-
populasi mengalami kelainan refraksi anak adalah masa keemasan di mana
dengan 10% terjadi pada anak usia anak-anak berada dalam masa bermain
sekolah dan angka kejadian miopia yang serta belajar terhadap apa yang belum
paling tinggi. Peningkatan angka diketahuinya. Kelainan refraksi pada anak
prevalensi dari miopia sendiri tersebar luas merupakan suatu permasalahan yang
diseluruh dunia yang berhubungan dengan harus segera dikoreksi. Keterlambatan
semakin bertambahnya pendidikan formal, melakukan koreksi refraksi pada usia
berkembangnya teknologi serta perubahan sekolah akan sangat mempengaruhi
dari gaya hidup seperti berkurangnya kemampuan menyerap materi
aktifitas di luar ruangan akibat waktu yang pembelajaran dan berkurangnya potensi
digunakan lebih banyak untuk membaca, untuk meningkatkan kecerdasan karena
aktivitas di depan komputer mau pun 80% proses belajar anak-anak diperoleh
bermain video game.1, 2 melalui sistem visual sehingga dapat
Terbentuknya miopia umumnya berpengaruh pada masa dewasanya.
berlangsung seiring dengan Namun anak-anak sering tidak menyadari
perkembangan mata karena penambahan visusnya menurun dan mungkin tidak
panjang dari axial length setelah proses mengeluh bahkan ketika mereka menderita
emetropisasi dan prevalensinya meningkat mata lelah maupun kabur. Sementara data
terutama pada kelompok usia 5-15 tahun di indonesia sendiri masih minimal
yang disebabkan oleh pertumbuhan sumbu mengenai insiden serta progresifitas dari
bola mata, dan menetap sampai umur 15- kelainan refraksi khususnya di indonesia.
17 tahun. Progresivitas adalah besarnya Penelitian ini diharapkan dapat menjadi
perubahan derajat miopia mulai dari dasar untuk penelitian selanjutnyas.6 7
pertama kali didiagnosis menderita miopia METODE PENELITIAN
sampai pada waktu sekarang. Secara
Penelitian ini merupakan cohort
umum, semakin dini timbulnya miopia
prospektif study dengan mengumpulkan

1
data di lapangan secara stratified random dari pemeriksaan dengan menggunakan
sampling. Usia rata-rata usia responden 5 kartu snellen pada jarak 6 meter tanpa
– 11 tahun di SDN 1 atap lesanpuro. adanya koreksi. BCVA adalah visus yang
Reesponden yang telah memberikan surat diperoleh dari pemeriksaan dengan
persetujuan lalu dilakukan pengambilan menggunakan kartu snellen pada jarak 6
data berupa identitas yang terdiri dari meter dengan menggunakan koreksi
nama, usia, dan jenis kelamin. Kemudian terbaik dapat mencapai visus 6/6.
dilanjutkan dengan pemeriksaan visus Pemeriksaan miopia dilakukan dengan
naturalis (VA), serta best corection visual menggunakan kartu snellen pada jarak 6
acuity (BCVA). Pasien yang terdiagnosa meter dapat membaca huruf pada baris 6/6
memiliki kelainan refraksi maka akan dengan bantuan lensa sferis minus dan
diberikan bantuan kacamata. Kemudian hasil akan di convert dalam bentuk logMAR
semua responden akan dilakukan untuk uji statistik. Pada mata astigmat
pemeriksaan ke-2 dan ke-3 dengan maka akan dilakukan spherical equivalent
rentang waktu 1 tahun sejak pengambilan yang merupakan hasil penambahan
data awal. Seluruh responden harus sphere power dengan setengah cylinder
mengikuti seluruh rangkain pemeriksaan power.
sesuai alur yang telah ditetapkan, bila tidak
Penelitian ini telah mendapatkan
maka akan dieksklusi. Penelitian ini
surat keterangan kelaikan etik dari komisi
dilakukan setiap 1 tahun sekali mulai
etik penelitian kesehatan fakultas
februari 2017 hingga februari 2019. Data
kedokteran universitas brawijaya dengan
yang telah didapat akan dikumpulkan dan
nomer 280/EC/KEPK/08/2017.
diolah dengan menggunakan SPSS Versi
21.0 (SPSS Inc, Chicago, Illionis, USA). HASIL PENELITIAN
Paired T-test digunakan untuk melihat Pada penelitian ini, dari 124
perubahan dari tahun 1 ke tahun responden setelah melalui kriteria inklusi
berikutnya, dan chi square test digunakan dan eksklusi didapatkan jumlah akhir
untuk melihat keterkaitan antara usia subjek sebanyak 104 responden. Jumlah
dengan miopia. responden laki-laki sebanyak 51 anak
Usia pasien adalah lama waktu (49%) dan 53 anak (51%) berjenis kelamin
hidup terhitung dari tanggal kelahiran perempuan. Berdasarkan usia responden
sampai saat pasien dilakukan pemeriksaan pada penelitian ini, terendah adalah usia 5
pertama kali dan dinyatakan dalam tahun. tahun, dan tertinggi adalah usia 11 tahun.
Jenis kelamin adalah perbedaan biologis Dengan usia responden terbanyak adalah
antara laki-laki dan perempuan sejak lahir. usia 9 tahun sebanyak 29 responden.
Visus naturalis adalah visus yang diperoleh

2
35 Pada tahun pertama (tahun 2017)
29
30 didapatkan insiden miopia dari seluruh
JUMLAH RESPONDEN

25 23 populasi sebesar 22,1% dimana insiden


19
20 pada perempuan sebesar 26,4% dan laki-
15 12
9 9
laki sebesar 17.6% dengan insiden paling
10
besar pada usia 7 tahun (33,3%). Pada
5 3
tahun kedua (tahun 2018) terdapat
0
5 6 7 8 9 10 11 peningkatan insiden miopia dari tahun
USIA (TAHUN)
sebelumnya, didapatkan insiden miopia
Gambar 1. Distribusi responden dari seluruh populasi sebesar 29,8%
berdasarkan usia saat pertama kali
dilakukan pengambilan data. dimana insiden pada perempuan sebesar
37,7% dan laki-laki sebesar 21.5% dengan
70 67
insiden paling besar pada usia 7 tahun
60
(44,4%). Ditahun ketiga (tahun 2019) juga
50 44 44
terjadi peningkatan dari tahun sebelumnya,
Insiden (%)

40 33 33 37 37 35 35 33
31 didapatkan insiden miopia dari seluruh
26 28 30
30 populasi sebesar 35,5%. insiden pada
21
20 17
11
perempuan sebesar 45,3% dan laki-laki
88
10 sebesar 25,5% dengan insiden paling
00
0 besar tetap pada usia 7 tahun (66,6%) dan
5-7 6-8 7-9 8-10 9-11 10-12 11-13
dari data ini didapatkan bahwa insiden
Usia (tahun)
miopia signifikat terjadi pada perempuan p
2017 2018 2019
: 0.035 (p<0.05)

Gambar 2. Insiden miopia berdasarkan usia Tabel 1. Uji perubahan Progresifitas Miopia
per tahun (%). selama 2 tahun.
Beda
50,0 45,3 FU Mean p Keterangan
Rata-rata
45,0 OD Awal 0.65
37,7 -0.16 0.003 Signifikan
40,0 35,5 OD FU 2 0.81
Insiden/tahun (%)

35,0 29,8 OD FU 2 0.65


-0.12 0.00 Signifikan
30,0 26,4 25,5 OD FU 3 0.85
25,0 21,5 OS Awal 0.65
22,1 -0.14 0.04 Signifikan
20,0 OS FU 2 0.79
17,6 OS FU 2 0.60
15,0 -0.20 0.00 Signifikan
OS FU 3 0.80
10,0
5,0
Dilakukan Paired T test untuk
0,0 melihat perubahan miopia selama 2 tahun
2017 2018 2019
dan terdapat perubahan yang signifikan
perempuan laki-laki pertahun
karena p< 0,05. Dimana perubahan
Gambar 3. Insiden miopia per tahun (%). tertinggi pada Follow up 2 dan follow up 3.

3
Tabel 3.Analisis bivariae untuk melihat mata Tabel 2. Progresifitas miopia berdasarkan
yang mengalami progresifitas terhadap usia
usia selama 2 tahun follow up.
Usia ODS (D)
(tahun) FU 1-2 FU 2-3
5-7 0.25 0.44
6-8 0.50 0.40
7-9 0.31 0.30
8-10 0.64 0.41
9-11 0.39 0.38
10-12 0.32 0.33
11-13 0.37 0.37
Rerata 0.40 0.37
D : dioptri

Pada tabel 2 dapat dilihat besarnya


nilai progresifitas berdasarkan usia tiap
tahunnya. Untuk secara keseluruhan pada
1 tahun pertama progresifitas miopia
sebesar 0.4 dioptri, sementara pada tahun
kedua didapatkan nilai progresifitas
sebesar 0.37 dioptri.

8 7
7 6
6 5
jumlah mata

5 4 4
4
3 22 2 2 2
2 11 1
1 0
0
5-7 6-8 7-9 8-10 9-10 10-12 11-13
Usia (Tahun)

tidak progresifitas progresifitas

Gambar 4. Jumlah mata miopia yang


mengalami progresifitas dan tidak
progresifitas.

Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat


bahwa mata yang banyak mengalami
Dilakukan analisa statistik dengan
progresifitas miopia terjadi pada rentang
chi square test dapat dilihat pada tabel 3
usia 10-12 tahun dengan total yang
bahwa tidak terdapat keterkaitan yang
mengalami progresifitas sebesar 51% ( 20
signifikan pada follow-up pertama dan
mata dari 39 mata miopia).
kedua terhadap usia.

4
DISKUSI 59.5% pada perempuan dengan rentang
Anak-anak di SDN 1 atap lesanpuro usia 6-15 tahun. Selain itu, penelitian yang
dipilih dikarenakan lokasi sekolah yang dilakukan oleh Harrington et al tahun 2019
terletak di pinggiran perbatasan antara di Irlandia dimana populasi diambil dari
kota dan kabupaten malang, dimana rata- daerah urban dan daerah rural, didapatkan
rata penduduk berpenghasilan ekonomi insiden miopia 3.3% pada usia 6-7 tahun
menengah kebawah. Selain itu rata-rata dan 19.9% pada usia 12-13 tahun.8 9 10 11 12
anak-anak didaerah ini belum pernah
Pada tahun kedua didapatkan bahwa
melakukan pemeriksaan baik untuk
kejadian miopia signifikan terjadi pada
skrining maupun pemeriksaan rutin
perempuan dibandingkan laki-laki dan
kesehatan mata. Dari 124 responden, 20
tidak signifikan dengan usia p>0.05 (tabel
responden di eksklusi dimana 18
3), hasil yang serupa dengan penelitian
responden tidak mengikuti pemeriksaan
yang dilakukan Zhou et al tahun 2016
dengan lengkap, dan 2 responden dengan
dimana mata yang mengalami progresifitas
kondisi kelainan refraksi hiperopia.
miopia signifikan terjadi pada perempuan
Distribusi kasus miopia dapat dilihat namun tidak signifikan dengan usia.selain
pada gambar 2, dimana setiap tahunnya itu penelitian oleh Zhao et al tahun 2000
terdapat peningkatan angka kejadian dari didapatkan hasil bawa perempuan memiliki
miopia yaitu sekitar 8,3%-33,3% dengan faktor resiko yang lebih besar untuk
rentang usia 5-11 tahun. Kemudian terjadinya miopia dan hiperopia.8 9 10
meningkat menjadi 8,3%-44,4% dengan
Berdasarkan data dari tabel 5 dan 6,
rentang usia 6-12 tahun. Insiden semakin
telah terjadi progresitas pada 51% kasus
meningkat di tahun berikutnya sebesar
miopia. Progresifitas miopia sendiri
16,6-66,6% dengan rentang usia 7-13
didapatkan sebesar 0.4 D pada tahun
tahun. Namun secara umum insiden dari
pertama dan 0.37 D pada tahun berikutnya.
miopia sendiri 22.1%-35.5%. Hasil
Progresifitas baik tahun pertama dan
penelitian ini berbeda dengan penelitian
kedua paling besar terjadi pada usia 8-10
yang dilakukan oleh He et al tahun 2004 di
tahun yaitu sebesar 0.6 D pada tahun
Cina selatan, dimana angka insiden miopia
pertama dan 0.4 D pada tahun kedua. Hasil
pada daerah rural didapatkan sebesar 0%
penelitian ini diduga dikarenakan anak-
pada anak usia 5 tahun namun meningkat
anak didaerah urban-rural ini outdoor
36.7%-55.0% pada rentang usia 15 tahun.
activity masih cukup aktif. Sesuai dengan
Begitu juga dengan penelitian oleh Zhou et
penelitian yang dilakukan oleh Puspitasari
al tahun 2016 di Yongchuan-China yang
et al tahun 2017 di daerah urban-rural
merupakan daerah urban, didapatkan
dengan hasil bahwa anak dengan mata
insiden sebesar 50.2% pada laki-laki dan
non miopia memiliki outdoor activity > 3

5
jam/hari dan mata miopia memiliki outdoor selama masa 2 tahun follow up. Besarnya
activity < 3 jam/hari. Besarnya progresifitas progresifitas tiap tahun masih dalam
miopia pada penelitian ini masih dalam profresifitas miopia fisiologis. Selain itu,
progresifitas fisiologis dimana progresifitas didapatkan progresifitas signifikan terjadi
tidak lebih dari 0.5 D per tahun. Hasil pada perempuan dibandingkan laki-laki
penelitian ini serupa dengan penelitian namun tidak signifikan dengan usia.
yang dilakukan oleh Zhou et al di daerah
Mengingat beberapa keterbatasan
China, dengan rentang usia 6-15 tahun,
dalam penelitian ini, maka diharapkan
didapatkan progresifitas sebesar 0.43 D.
dapat dilakukan penelitian selanjutnya
Sementara penelitian yang dilakukan oleh
dengan menggunakan sampel yang lebih
Rohit et al tahun 2017 di daerah India
besar serta pada daerah yang berbeda,
utara, didapatkan progresifitas pada 49,2%
dengan pemeriksa yang telah dilakukan
anak sebesar 0.27±0.42 D.1 10 13
uji keajekan untuk menghindari bias
Sejauh yang kami ketahui, penelitian ini interpersonal. Selain itu, perlu dilakukan
merupakan pertama kalinya yang melihat analisa faktor-faktor yang mempengaruhi
insiden dan progresifitas miopia pada anak progresifitas miopia seperti faktor genetik,
usia sekolah dengan lama penelitian near activity, outdoor activity, dan lain-
selama 2 tahun di indonesia. Namun lain.
penelitian ini tidak lepas dari keterbatasan
dimana kemungkinan bias yang dapat
terjadi diantaranya adalah bias seleksi, DAFTAR PUSTAKA
karena yang diambil adalah pada 1 sekolah 1. Saxena R, Vashist P, Tandon R, Pandey
tanpa metode randomisasi, sehingga hasil RM, Bhardawaj A, Gupta V, et al. Incidence
and progression of myopia and associated
tidak dapat langsung digeneralisasi pada
factors in urban school children in Delhi: The
populasi tanpa studi lebih lanjut. Bias lain North India Myopia Study (NIM Study). PloS
yang diduga dapat terjadi adalah bias one. 2017; 12(12):e0189774.
2. Muhammad HTS. HUBUNGAN
interpersonal, karena pemeriksa ada lebih AKTIVITAS MEMBACA DENGAN DERAJAT
dari 1 orang. Bias ini dapat diminimalisir MIOPIA PADA SISWA SMP NEGERI 1 KOTA
PADANG thesis]: Universitas Andalas; 2019.
dengan memberikan pengarahan agar
3. Mak C, Yam J, Chen L, Lee S, Young AL.
terdapat prosedur yang seragam antar Epidemiology of myopia and prevention of
pemeriksa. myopia progression in children in East Asia: a
review. Hong Kong Med J. 2018; 24(6):602-9.
KESIMPULAN DAN SARAN 4. Optics of the Human Eye. In: Clinical
Optics BCSC AAO; 2016-2017. p. 149-150.
Angka insiden miopia pada anak 5. Fujikado T. Prevention of Myopia
Progression in Children and Adolescents. In:
usia sekolah didaerah urban-rural Pathologic Myopia: Springer; 2014. p. 345-
mengalami peningkatan setiap tahunnya 352.

6
6. Kurniawati VV. Analisis Faktor
Meningkatnya Miopi Dan Dampaknya Pada
Kinerja Mahasiswa FK UNS. INA-Rxiv. June.
2019; 25.
7. Russo A, Semeraro F, Romano MR,
Mastropasqua R, Dell’Omo R, Costagliola C.
Myopia onset and progression: can it be
prevented? International ophthalmology.
2014; 34(3):693-705.
8. Zhao J, Pan X, Sui R, Munoz SR,
Sperduto RD, Ellwein LB. Refractive error
study in children: results from Shunyi District,
China. American journal of ophthalmology.
2000; 129(4):427-435.
9. He M, Zeng J, Liu Y, Xu J, Pokharel GP,
Ellwein LB. Refractive error and visual
impairment in urban children in southern
China. Investigative ophthalmology & visual
science. 2004; 45(3):793-799.
10. Zhou W-J, Zhang Y-Y, Li H, Wu Y-F, Xu J,
Lv S, et al. Five-year progression of refractive
errors and incidence of myopia in school-
aged children in Western China. Journal of
epidemiology. 2016:JE20140258.
11. Pan CW, Ramamurthy D, Saw SM.
Worldwide prevalence and risk factors for
myopia. Ophthalmic and Physiological Optics.
2012; 32(1):3-16.
12. Harrington SC, Stack J, Saunders K,
O’Dwyer V. Refractive error and visual
impairment in Ireland schoolchildren. British
Journal of Ophthalmology. 2019;
103(8):1112-1118.
13. AYU P, SULISTIYOWATI A. Hubungan
Waktu di Luar Ruanagn dengan Kelainan
Refraksi Miopia. In: Kumpulan Karya Ilmiah
Malang 2017.

7
8

Das könnte Ihnen auch gefallen