Sie sind auf Seite 1von 9

\lncloncsum Journal of Chemistry 111

STUDIES ON FORMATION AND THERMAL DECOMPOSITION OF LEAD HYDRIDE,


PbH4
Studi tentang Pembentukan dan Dekomposlsi Termal Hldrida Timbal PbH4
Narsito
Laboratory for Inorganic Chemistry, Department of Chemistry,
Faculty of Mathematics and Natural Sciences GMU

ABSTRACT
In the present work, some fundamental aspects of the formation of gaseous lead hydride from aqueous
solutions containing divalent lead ions (Pb3*) and its application in the atomic absorption spectrometric
analysis lead has been investigated.
By utilizing a peristaltic pump, an acidic solution of Pb2* was first oxidized with ammonium
peroxodisulphate, NH4S2OB, and followed by reduction with sodium tetrahydroborate, NaBH4. After a gas-
liquid separation, the gaseous lead hydride produced was directly swept into an electrically heated open
ended quartz tube, locataed at the light path of an atomic absorption spectrometer In order to have
possibilities for specific atomic absorption spectroscopic mesuraments. The absorbance signals caused by
lead atomic absorption could be used proportionally to estimate the density of atomic lead vapour produced
in the thermal decomposition under investigation.
Results showed that on-line pre-oxidation of the analyte is very important and cmcial step in the gaseous
hydride generation of lead, and no lead hydride was produced without the involvement of this step.
Moreover, It was observed that the use of low carrier gas flows can not be applied in quantitative atomic
absorption spectrometric detenvination of lead by this technique. This condition may result in possible
losses of the analyte atomic vapour due to metalic condenzation.
yang merupakan reduksi analit (biasanya
PENDAHULUAN dengan NaBH4); (b) Proses pemisahan
(dan fasa larutan) dan transport fasa gas
Dalam beberapa dasawarsa senyawa hidrida yang terbentuk; dan (c)
terakhir, pemanfaatan proses pembangkitan Proses dekomposisi termal fasa gas
senyawa hidrida volatil untuk keperluan senyawa itu dalam ruang atomisasi AAS
analisis kimia antimon, arsen, bismut, untuk memperoleh uap atom analit dalam
germanium, selenium, telurium, timah, dan kondisi yang sesuai untuk pengukuran
timbal secara spektrometri serapan atomik spektrometri serapan atom.
telah dilaporkan dalam berbagai bentuk
publikasi nasional maupun intemasional Berdasarkan pada data dan
[4,5,7]. informasi yang dilaporkan dalam literatur
[4,7,9] dapat dinyatakan bahwa efisiensi
Walaupun cara ini relatif sederhana, pembangkitan senyawa hidrida volatil
sampai saat ini, perhatian para peneliti dengan reduktor NaBH4 sangat bergantung
terutama barn ditujukan pada penerapan pada macam unsur yang dianalisis,
cara ini dalam analisis kimia arsen dan konsentrasi NaBH4, keasaman medium
selenium, sedangkan penelitian sejenis pembangkitan, dan rancangan generator
yang melibatkan unsur-unsur yang lain senyawa hidrida yang digunakan. Hal ini
terutama unsur timah dan timbal masih tampaknya merupakan penyebab luasnya
relatif jarang dikerjakan. Akibatnya, kisaran variabel eksperimental yang
informasi tentang pemanfaatan dilaporkan oleh peneliti terdahulu.
pembangkitan SnH4 dan PbH4 dalam
analisis kimia timah dan timbal masih Beberapa peneliti [4,7] melaporkan
sangat terbatas. bahwa pemanfaatan pembangkitan
senyawa hidrida volatil dalam analisis timbal
Pada garis besamya, cara ini dapat secara spektrometri serapan atomik
dipandang sebagai proses yang melibatkan dihadapkan pada kesulitan sebagai akibat
tiga langkah konsekutif [2] sebagai berikut : dari rendahya stabilitas senyawa hidrida
(a) Proses pembangkitan senyawa hidrida, timbal [1,3]. Beberapa peneliti juga

Narsito
Indonesian Journal of Chemistry

melaporkan bahwa langkah pra-oksidasi


selalu diperlukan pada pembangkitan
senyawa hidrida timbal. Fleming dan Ide
(1976) berhasil membangkitkan senyawa
hidrida timbal menggunakan kalium
bikromat K2Cr207 [1] dan H202 [6].
Apabila aspek fundamental cara
pembangkitan hidrida seperti proses
pembentukkan senyawa hidrida, sifat fisika
dan sifat kimia senyawa hidrida selama (•
pemisahan dan transport dari generator ke INLET CAS

dalam ruang atomisasi AAS, dan reaksi


dekomposisi termal senyawa hidrida dalam
Gambar 1 Reaktor kabung kuarsa yang
ruang atomisasi AAS dipelajari dan dikenali
sekaligus berperan sebagai
secara lebih baik, perbaikan pada rancang kuvet dalam deteksi AAS
bangun alat dan prosedur analisis sangat
dimungkinkan. Penelitian ini bertujuan Generator Plumban. Penelitian ini
utama untuk mempelajari proses memeriukan suatu generator PbH4 yang
dekomposisi termal PbH4 dalam ruang dapat memproduksi senyawa tersebut
atomisasi AAS. Keberhasilan penelitian ini secara kontinyu, serupa dengan generator
sangat berguna untuk mempelajari secara senyawa hidrida yang digunakan Narsito
sistematik proses pembangkitan, pemisahan (1996) untuk mengevaluasi kandungan
dan transport senyawa PbH4 sebagai proses arsen, antimon, dan selenium, dalam rangka
penting dalam pemanfaatan cara ini, baik pemantauan terhadap potensi dalam
dari segi rancang bangun peralatan maupun batubara sebagai salah satu sumber
dari segi penyusunan prosedur analisis. pencemaran. Dengan jenis generator ini,
METODOLOGI variable penelitian berupa konsentrasi total
gas PbH4 dan gas lain seperti nitrogen
Alat Utama sebagai gas pembawa dan hidrogen
sebagai hasil hidrolisis NaBH4 serta gas lain
Dalam penelitian ini digunakan yang dipandang perlu dapat dipantau secara
instrumentasi yang dirancang dalam kuantitatif dan homogen di seluruh bagian
konfigurasi spesifik, yang terdiri atas reaktor
reaktor.
tabung kuarsa dan generator senyawa
hidrida :
Reaktor (atau Kuvat) Tabung
Kuarsa. Untuk mencapai tujuan penelitian ini
diperluan suatu "reaktor" Gambar 1, yang
dirancang khusus untuk berfungsi ganda :
(1) sebagai reaktor menjalankan reaksi
dekomposisi termal PbH4, yang dapat
digunakan pada temperatur sekitar 800 °C,
dan (2) berfungsi sebagai "kuvet" dalam
analisis prakktis. Untuk keperluan ini
digunakan reaktor tabung kuarsa, yang
secara skematik tertera dalam gambar-1. 1.
1.Untuk memudahkan pemantauan
temperatur dalam reaktor. reaktor ini
dilengkapi dengan pemanas listrik. Reaktor
serupa telah digunakan oleh Sutarno dan Gambarl. Bagan skematik sistem
Narsito (1994) untuk mempelajari spektrometri serapan Atom,
karakteristik pembangkitan senyawa hidrida yang dilengkapi generator
volatil beberapa spesies arsenik plumban dan reaktor kabung
kuarsa yang sekaligus
berperan sebagai kuvet

Narsito
|,Indonesian Journal of Chemistry 113

Spektrometer Serapan Atom. Dengan cara dan laju alir serupa


Konsentrasi atom timbal sebagai hasil dengan langkah di atas, larutan reduktor
dekomposisi termal PbH4 dapat dipantau NaBH4 (yang telah distabilkan dengan 0,2 %
melalui pengukuran serapan atom unsur itu (b/v) NaOH) dialirkan melalui saluran C dan
dengan jalan menempatkan reaktor (atau direaksikan dengan larutan dari R-1 pada
kuvet) tersebut dalam ruang atomisasi sambungan R-2. Selanjutnya, semua
spektrometer serapan AAS (dalam campuran reaksi yang terbentuk dalam
penelitian ini digunakan Spektrometer langkah 2, gelas dengan bantuan gas
Varian Model AA-6). Secara skematik, pembawa (gas nitrogen) dipindahkan secara
rangkaian konfigurasi generator plumban on line ke dalam pemisah gas-cair melalui
disajikan dalam Gambar-2, yang tersusun pipa spiral terbuat dari, sehingga gas hidrida
dari pompa peristaltik, "reaction cross", dan gas lain yang terbentuk terpisah secara
"mixing coif' dan pemisah gas-cair. kontinyu dari cairan hasil reaksi.
Bahan Kimia Reaksi dekomposisi Termal PbH4.
Dalam penelitian ini, gas nitrogen yang
Semua bahan kimia yang digunakan
digunakan untuk memindahkan campuran
dalam penelitian ini berkualitas "analytical
reaksi ke dalam pemisah gas cair digunakan
grade". Bahan kimia berikut digunakan
pula sebagai gas pembawa untuk
dalam penelitian ini.
memindahkan senyawa PbH4 dari
Larutan Standar 50 ng mr1 Pb\ generator ke dalam reaktor tabung kuarsa.
dibuat dengan mengencerkan dalam Selanjutnya, pengaruh beberapan variabel
akuabides terhadap suatu larutan stok yang penelitian seperti waktu reaksi, konsentrasi
mengandung 1000 mg L'1 Pb. Larutan stok oksigen dan konsentrasi hidrogen dipelajari.
tersebut dibuat dengan melarutkan 1,5984 Konsentrasi atom timbal dalam reaktor
gam Pb(N03)2 dalam 0,1 M HN03. diukur secara spektrometri sebagai
absorbansi serapan atom unsur itu dengan
Larutan Reduktor 1 % NaBH4 : AAS pada garis resonansi 217,0 nm dengan
dibuat dengan melarutkan 10 gram NaBH4
ke dalam 1000 mL akuabides yang telah lebar celah 300 pm. Untuk menghindari
mengandung 0,2 % (bN) NaOH. Larutan ini timbulnya nyala pada ujung reaktor,di kedua
dibuat setiap saat akan digunakan dan tidak ujung reaktor tabung kuarsa dialirkan 1750
boleh tersimpan lebih lama daripada 24 jam. mL per menit gas nitrogen sebagai bypass
dengan arah tegak lurus.
Larutan Oksidator 10 % (bA/)
(NH4)2S2Oa : dibuat dengan melarutkan 10 Dalam penelitian ini, data
gram ke (NH4)2S2Oe kedalam 100 mL absorbansi Pb hasil pengukuran dengan
akuabides. AAS digunakan untuk mengevaluasi
pengaruh semua variabel penelitian pada
Prosedur proses pembangkitan dan reaksi
dekomposisi termal PbH4.
Dalam pelaksanaannya, penelitian
ini dibagi menjadi 2 (dua) tahap, yaitu : (1)
Pembangkitan PbH4l dan (2) Dekomposisi
Termal PbH4; yang secara singkat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
diikhtisarkan sebagai berikut : Telah dinyatakan bahwa
Prosedur Pembangkitan pembangkitan plumban PbH4 dapat
PbH4. dilakukan dari hasil oksidasi analit (Pb**).
Proses ini dikerjakan secara kontinyu dalam
generator senyawa hidrida (lihat gambar 2) . Hal ini dapat dikonfirmasi dalam penelitian
Dengan bantuan pompa peristaltik Gilson ini, yang menunjukkan bahwa tanpa
empat saluran, larutan 50 ng mL'1 Pb(N03)2 penambahan oksidator ke dalam larutan
pad laju alir 4 ml per menit dari saluran A analit, pembangkitan plumban tidak mungkin
direaksikan secara kontinyu dengan dapat dilakukan. Hal ini berarti bahwa dalam
oksidator amonium pperoksodisulfat yang pembangkitan PbH4 selalu diperlukan
mengalir secara kontinyu pada llaju alir yang reduktor NaBH4 ekstra untuk mereduksi
sama dari saluran B pada sambungan (joint) kelebihan oksidator yang digunakan.
R-1.

Narsito
Indonesian Journal of Chemistry 114

Teknik Pembangkitan PbH4 cara pencampuran secara on-line antara


analit dan oksidator pada sambungan R-1
Perlu diketahui bahwa selama sebelum direaksikan dengan NaBH4 pada
proses pembangkitan senyawa hidrida sambungan R-2. Hal ini berarti bahwa
dalam medium asam, NaBH4 akan rendahnya efisiensi pembangkitan PbH4
mengalami dekomposisi menghasilkan gas dalam percobaan terdahulu tidak
hidrogen menurut persamaan reaksi : disebabkan oleh laju reaksi pembentukan
BH4'(aq) + H30*(aq) + 2 H20(aq) PbH4 yang rendah, melainkan karena
-» H3B03(aq) + 4H2 (g) stabilitas senyawa hasil oksidasi analit
(Pb4*) yang rendah.
Penggunaan NaBH4 pada
konsentrasi yang terlalu tinggi dalam proses Proses Pembangkitan PbH4
pembangkitan PbH4 akan mengakibatkan Percobaan ini dilaksanakan dengan
tingginya faktor pengenceran karena mereaksikan secara kontinyu disambungan
besarnya gas hidrogen yang dihasilkan. Hal R-2 sebanyak 4ml per menit NaBH4 dengan
ini akan berakibat lanjut berupa turunnya larutan hasil pencampuran iangsung 4 mL
sensitivitas metode analisis sesuai dengan per menit larutan standartfanalit) yang
hukum Lambert-Beer. mengandung 50 ng ml-1 Pb2*, 4 mL per
Berdasarkan pada pemikiran ini, menit larutan (NH4)2S208 pada sambungan
percobaan pada awal penilitian ini dilakukan R-1. Selanjutnya, dengan bantuan gas
dengan menambahkan oksidator pembawa 400 mL per menit N2, campuran
(NH4)2S208 ke dalam larutan analiit secara reaksi ini dipindahkan kedalam pemisah gas
terpisah diluar generator, dengan harapan cair. Setelah gas hasil reaksi terpisah, untuk
agar tersedia waktu yang cukup untuk memperbaiki kondisi atomisasi, melalui inlet
oksidasi dan jumlah (NH4)2S208 yang gas ekstra ditambahkan sebanyak 100 mL
diperlukan dapat dibuat sesedikit mungkin. per menit gas H2.
Akan tetapi, pengukuran secara
spektroskopi (sebagai absorbansi atomik
Pb) atas jumlah plumban yang dihasilkan
menunjukkan bahwa cara ini menghasilkan
efisiensi dan reprodusibilitas pembangkitan
yang relatif amat sangat rendah.
Paling sedikit terdapat dua alasan
yang dapat dipertimbangkan sebagai
penyebab rendahnya efisiensi
pembangkitan plumban dalam percobaan
ini, yaitu : (1) alasan kinetika (laju reaksi)
pembentukan PbH4, dan (2) alasan
termodinamika (stabilitas) hasil oksidasi
analit (kemungkinan besar Pb4*). Apabila
alasan kinetika pembentukkan PbH4
merupakan faktor dominan, maka
rendahnya efisiensi PbH4 yang disebabkan
oleh rendahnya laju pembentukkan PbH4
harus dapat diatasi dengan mempercepat
laju reaksi pembentukan PbH4. Sebaliknya, Qamber-3 Pengaruh Konsentrasi NaBH4
bila stabilitas Pb4* merupakan faktor pada berbagai konsentrasi
dominan, maka rendahnya efisiensi oksidator (NH4)2S208
pembangkitan PbH4 akan dapat dlperbaiki
dengan memperpendek waktu pra-oksidasi Hasil percobaan pada berbagai
analit dengan (NH4)2S208. konsentrasi NaBH4 dan (NH4)2S208 tersajl
dalam Gambar-3 dan Gambar 4, yang
Hasil percobaan berikutnya temyata menunjukkan bahwa peningkatan
menunjukkan bahwa efisiensi yang tinggi konsentrasi NaBH4 temyata dapat
untuk proses pembangkitan PbH4 dicapai menaikkan absorbansi atomik Pb. Hal ini
apabila pra-oksidasi analit dilakukan dengan berarti bahwa peningkatan konsentrasi

Narsito
|Indonesian Journal of Chemistry 115

NaBH4 merupakan saiah satu cara pembangkitan PbH4 hanya dapat dilakukan
sederhana yang dapat digunakan untuk pada kondisi basa.
meningkatkan efisiensi pembangkitan
plumban. Walaupun
Pembangkitan PbH4 tidak dapat
peningkatan
konsentrasi NaBH4 yang lebih tinggi dilakukan tanpa langkah pra-oksidasi
daripada 5 % (b/v) tampaknya masih dapat
terhadap analit. Peningkatan konsentrasi
(NH4)2S2Os ternyata menaikkan absorbansi
menghasilkan peningkatan efisiensi
pembangkitan plumban, tetapi atomik Pb. Hal ini sesuai dengan asumsi
dari
pandangan analitik praktis besarnya bahwa pada langkah ini terbentuk Pb4*. Hal
peningkatan efisiensi itu tidak terlalu ini berarti bahwa dalam pembangkitan PbH4,
signifikan. Di samping itu, pada pengamatan Peningkatan konsentrasi (NH4)2S208 dapat
digunakan pula sebagai suatu cara
visual penggunan NaBH4 konsentrasi 5 %
(b/v) atau lebih tinggi mengakibatkan ketidak sederhana untuk meningkatkan efisiensi
teraturan pencampuran karena pembangkitan PbH4, pembentukkan dan
pembentukan gelembung hidrogen yang evolusi gelombang gas hidrogen yang
terlalu cepat. Hal berakibat tingginya noise terlalu cepat, disamping dapat menimbulkan
pengukuran absorbansi, yang biasanya noise signal yang tinggi, ketidak teraturan
tidak dikehendaki dalam aplikasi anaiitik proses evolusi ini dapat mempengaruhi
karena dapat menaikkan batas deteksi. kondisi atomosasi PbH4 dalam reaktor
tabung kuarsa panas (kira-kira 800 °C).
Perlu diketahui bahwa plumban, PbH4 telah
dikenal sebagai senyawa volatil yang sangat
tidak stabil, dan dapat mudah
terdekomposisi (titik didih relatif tinggi ).
Proses Dekomposisi Termal PbH4
Gangguan pada proses atomisasi
dapat terjadi terutama bila waktu tinggal
(" residence time") uap atom timbal dalam
reaktor terlalu lama. Waktu tinggal yang
terlalu lama dapat terjadi karena laju alir gas
pembawa yang terlalu rendah dan/atau
dekomposisi termal PbH4 yang terlalu dini.
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya
kondensasi timbal dalam reaktor dapat
ditempuh melalui dua cara, yaitu (1)
memperbesar laju alir gas pembawa,
dan/atau (2) menunda saat dekomposisi
PbH4. Akan tetapi harus diperhatikan
bahwa cara pertama akan mengakibarkan
Gambar-4 Pengaruh Konsentrasi oksidator penurunan sensitivitas pengukuran sebagai
(NH4)2S208 pada berbagai konsekuensi turunnya konsentrasi uap atom
konsentrasi NaBH4 timbal dalam reakktor akibat dari
meningkatnya faktor pengenceran.
Pada kondisi eksperimen yang
digunakan dalam percobaan ini. Stabilitas PbH4 yang rendah
Penggunaan NaBH4 pada konsentrasi lebih memberikan inspirasi kepada peneliti bahwa
rendah daripada 0,30 % (b/v), plumban tidak pemanasan inlet reaktor dapat
dapat terbangkitkan, seperti ditunjukkan mengakibatkan kekomposisi dini bagi PbH4.
oleh tidak teramatinya signal atomik Pb. Oleh karena itu, untuk menghindari
Secara stoikiometri, jumlah NaBH4 yang kondensasi uap timbal dalam reaktor tanpa
tersedia adalah lebih dari cukup untuk mengakibatkan penurunan sensitivitas
membangkitkan sempurna PbH4. Hal ini pengukuran diduga dapat dilakukan secara
didukung pula oleh teramatinya gejala yang sederhana, yaitu dengan menghentikan
sama pada penggunaan (NH4)2S208 pemanaan inlet reaktor. Hasil percobaan
dengan konsentrasi rendah. Gejala-gejala menunjukkan bahwa apabila pengukuran
ini memberi petunjuk kuat bahwa absorbansi atomik Pb dilakukan dengan

Narsito
1Indonesian Journal of Chemistry 116

menggunakan 1,0 % (b/v) NaBH4 dan 10 %


(b/v) (NH4)2S208, akan diperoleh signal
absorbansi dengan kualitas yang baik tanpa
disertai perubahan sensitivitas. Oleh karena
itu, cara dan kondisi ini diterapkan pada
percobaan-percobaan selanjutnya.
Pengaruh Waktu Tinggal PbH4
dalam Reaktor. Percobaan ini dilaksanakan
dengan mengukur absorbansi atomik Pb
sebagai hasil dekomposisi termal PbH4,
yang diperoleh dengan mereaksikan secara
kontinyu disambungkan R-2 sebanyak 4 mL
per menit larutan 1,0 % (b/v) NaBH4 dengan
larutan hasil pencampuran langsung 4 mL
per menit larutan standar (analit) yang
mengandung 50 ng ml'1 Pb dan 4 mL menir
larutan 10 % (b/v) NH4)2S208 pada
sambungan R-1.
Gambar-5 Pengaruh Waktu Tinggal (laju alir
Selanjutnya, dengan bantuan gas gas total) PbH4
pembawa 300 mL per menit gas N2
campuran reaksi ini mengandung gas PbH4 Diasumsikan bahwa dalam reaktor
dipindahkan kedalan pemisah gas cair. PbH4 terdekomposisi sangat cepat tanpa
Setelah gas hasil reaksi terpisah. diikuti reaksi lanjut yang menyebabkan
pengaruh tinggal PbH4 dalam reaktor lenyapnya atom Pb uang dihasilkan. Apabila
terhadap sensitivitas pengukuran asumsi ini benar, dapat diharapkan bahwa
absorbansi dipelajari dengan memvariasi sensitivitas data terkoreksi tidak akan
laju alir gas dalam reaktor. Dalam terpengaruh oleh variasi laju alir gas.
pelaksanaannya, hal ini dilakukan dengan Gambar-5 menunjukkan bahwa hal ini
memvariasi jumlah gas N2 ekstra yang dijumpai pada laju alir gas yang relatif tinggi.
ditambahkan melalui inlet gas ekstra sesuai Kenaikan laju alir gas akan
dengan jumlah yang diinginkan. Hasil memperpendek waktu tinggal PbH4 dalam
percobaan ini disajikan dalam Gambar-5. reaktor. Akibatnya, apabila laju dekomposisi
Dalam gambar-5, data hasil terlalu lambat, kenaikan laju alir gas akan
pengukuran disajikan dalam kurva tebal, menurunkan sensitivitas data terkoreksi
sedangkan kurva patah menggambarkan karena waktu dekomposisi yang terlalu
data setelah dikenakan koreksi untuk pendek. Oleh karena itu tidak beralsan
pengenceran dengan laju alirb total gas untuk menyatakan bahwa dekomposisi
sebesar 500 mL per menit sebagai PbH4 berlangsung lambat. Makin rendah
pembanding. Data tersaji dalm gabar-5 laju alir total gas (makin lama waktu tinggal
menunjukkan bahwa kenaikkan laju alir PbH4 dalam reaktor), akan menjamin
(pemendekan waktu tinggal PbH4 dalam kesempurnaan dekomposisi PbH4. Akan
reaktor) sampai dengan laju alir 400 mL per tetapi, pengamatan di atas telah
menit menghasilkan sensitivitas pengukuran menunjukkan bahwa dekomposisi PbH4
absorbansi atomik Pb. Kenaikkan laju alir adalah reaksi yang cepat, sehingga
lebih lanjut mengakibatkan penurunan rendahnya sensitivitas laju alir total gas
sensitivitas, dan seakan-akan keadaan yang rendah tidak disebabkan ketidak
optimum tercapai pada laju alir 300 - 500 mL sempurnaan dekomposisi, melainkan oleh
per menit. Apabila diperhatikan secara lenyapnya atom Pb dari "light path"
seksama data terkoreksi (kurva patah), pengukuran. Salah satu kemungkinan
terlihat bahwa kenaikkan laju alir gas lenyapnya atom Pb ini adalah terjadinya
disertai pula kenaikan sensitivitas. Hal ini kondensasi timbal dalam reaktor seaat
dapat diterangkan sebagai berikut. setelah dekomposisi. Hal ini mengingat
timbal memiliki titik didih yang relatif tinggi.
Kemungkinan lain adalah keterlibatan atom

Narsito
{Indonesian Journal of Chemistr y 117

Pb dalam reaksi oksidasi dengan oksigen Dengan cara serupa, pengaruh


(sebagai kotoran dalam gas pembawa) hidrogen dalam reaktor terhadap sensitivitas
membentuk timbal oksida yang relatif stabil pengukurab absorbansi dipelajari dengan
dan non volatil. menambahkan gas H2 ke dalam rekaktor
(dekomposisi 4 mL per menit 1 % (b/v)
Pengaruh Penambahan Ekstra
Oksigen dan Hldrogen. Seperti pada NaBH4 selama pembangkitan PbH4
menghasilkan 80 ml per menit gas H2).
percobaan sebelumnya, Percobaan ini
Dalam pelaksanaannya, penambahan H2 ini
dilaksanakan dengan mengukur dilakukan sebagai berikut. Laju alir gas
absorbansi atomik Pb sebagai hasil akhir dipertahankan konstan pada 800 mL per
dekomposisi termal PbH4, yang diperoleh menit, yang terdiri atas 300 ml per menit gas
dengan mereaksikan secara kontinyu pada
sambungan R-2, sebanyak 4 mL per menit N2 sebagai gas pembawa, yang
ditambahkan melalui sambungan R-2; gas
larutan 1,0 % (b/v) NaBH4 dengan larutan
hasil pencampuran langsung 4 mL per menit
H2 (0 - 500 mL per menit) yang
ditambahkan bersama dengan gas N2 ekstra
larutan standar analit, yang mengandung 50
ng mL'1 Pb dan 4 mL per menit larutan 10 % -
(500 0 mL per menit) melalui inlet gas
ekstra. Hasil percobaan ini disajikan dalam
(b/v) (NH4)2S20a yang ddipertemukan pada
gambar-6.
sambungan R-1.
Data dalam gambar-6 menunjukkan
Selanjutnya, dengan bantuan gas bahwa pada kondisi eksperimen yang
pembawa 300 mL per menit gas N2, digunakan, adanya gas oksigen dalam
campuran reaksi ini yang mengandung gas reaktor praktis tidak mempengaruhi
PbH4 dipindahkan kedalam pemisah gas- sensitivitas pengukuran apabila jumlah
cair. Setelah gas hasil reaksi terpisah, hidrogen yang ditambahkan tidak
pengaruh oksigen dalam reaktor terhadap melampaui setengah dari jumlah hodrogen
sensitivitas pengukuran absorbansi yang dihasilkan oleh dekomposisi NaBH4
dipelajari dengan menambahkan gas 02 ke (kira-kira 80 ml per menit). Gejala serupa
dalam rekaktor. Dalam pelaksanaannya, dijumpai pula pada dekomposisi SbH3,
penambahan 02 ini dilakukan dengan ASH3, dan SeH2 (Narsito,1990). Hal ini
menambahkan sejumlah tertentu gas 02
memberi petunjuk kuat bahwa : (1) pada
kedalam aliran 500 mL per menit gas N2 kondisi eksperimen yang digunakan,
ekstra yang ditambahkan melalui inlet gas oksigen dan hidrogen bereaksi secara
ekstra, sehingga laju alir total gas yang
kuantitatif mmembentuk uap air, (2) gas
melewati reaktor praktis konstan. hidrogen diperlukan agar dekomposisi PbH4
dapat bedangsung dengan baik.
Pentingnya peranan gas hidrogen
dalam dekomposisi PbH4 dapat ditunjukkan
lebih lanjut dalam gambar-6 di atas. Pada
penambahan oksigen yang lebih besar
daripada stoikhiometri reaksi pembentukan
uap ari, terjadi penurunan sensitivitas
pengukuran secara dramatik sehingga pada
penambahan oksigen di atas 50 ml per
menit dalam reaktor tidak dapat dijumpai
atom Pb bebas. Pada keadaan ini atom Pb
yang terbetuk telah teroksidasi menjadi
oksida timbal. Lebih lanjut, hasil
pengamatan ini petunjuk kuat bahwa
adanya gas hidrogen dalam reaktor sangan
diperlukan untuk melindungi Pb dari reaksi
oksidasi dengan oksigen. Walaupun
demikian, dalam pandangan analitik praktis
adanya gas hodrogen adalah tidak relevan
Gambar-6 Pengaruh Penambahan Gas untuk dipermasalahkan karena gas ini selalu
Oksigen ke dalam Reaktor

Narsito
[Indonesian Journal of Chemistry _ 118

terbentuk dalan setiap proses mengikuti pola reaksi : PbH4 (g) ->
pembentukkan senyawa hidrida. Pb (g) + 2 H2 (g). Pemurnian nitrogen
sebagai gas pembawa terhadap
Gambar-6 menunjukkan bahwa impurities oksigen tidak diperlukan
sensitivitas pengukuran absorbansi akan dalam deteksi timbal secara AAS
turun apabila dalam reaktor terdapat gas pembangkitan hidrida. Eksistensi
hidrogen dalam jumlah yang terlalu besar. oksigen sistem ini tidak akan
Makin besar jumlah gas hidrogen yang mengganggu kualitas pengukuran
ditambahkan ke dalam reaktor, makin besar sepanjang jumlah absolut oksigen
pula penurunan sensitivitas yang terjadi. tersebut secara stoikiometrik tidak
Kelakuan ini sesuai dengan asumsi bahwa melampaui jumlah absolut hidrogen
reaksi dekomposisi termal plumban hasil hidrolisis NaBH4, yang terdapat
berlangsung menurut reaksi fasa gas : PbH4
dalam reaktor.
(g) -> Pb (g) + 2 H2 (g), mengikuti azas Le
Chatelier. Makin tinggi konsentrasi hidrogen
dalam reaktor akan memaksa
DAFTAR PUSTAKA
kesetimbangan ke kiri, dan mengakibatkan
penurunan absoebansi (konsentrasi) Pb (g) 1. Chapman, J.F. dan L.S. Dale, 1979;
yang terukur. Atomic Absorption Spectrometric
Determination of Some Elements
Forming Volatile Hydrides with a
KESIMPULAN Heated Cell Atomizer and Gas
Handling System, Analytica Chimica
Berdasarkan pada data dan Acta, 111, 137-144.
informasi yang diperoleh dalam penelitian
ini, dapat disimpulkan beberapa hal berikut : 2. Dedina, J. dan I. Rubeska, 1980;
Hydride Atomization in a Cool
1. Langkah pra-oksidasi yang bertujuan Hydrogen-Oxygen Flame Burning in a
untuk mengkonversi Pb2+ merupakan Quatrz Tube Atomizer,
langkah yang sangat penting yang Spectrochimica Acta, 35 B, 119 -
menentukan keberhasilan
128
pembangkitan PbH4. Penelitian ini
menunjukkan bahwa oksidator 10 % 3. Fleming, H.D. dan R.G. Ide, 1976;
(b/v) (NH4)2S208 dapat digunakan untuk Determination of Hydride Forming
keperluan ini. Perlu diperhatikan bahwa Metals in Steel by Atomic Absorption
penggunaan oksidator akan Spectrometry, Analytica Chimica
meningkatkan konsumsi NaBH4 yang Acta, 83, 67 - 82.
dapat menurunkan sensitivitas
pengukuran akibar dari peningkatan
faktor pengenceran oleh gas H2 yang 4. Godden, R.G. dan D.R. Thomerson,
secara simultan dihasilkan. 1980; Generation of Covalent
Hydrides in Atomic Absorption
2. Penggunaan gas pembawa pada laju Spectroscopy, A Review, The Analyst
alir rendah, yang diharapkan digunakan (London), 105, 1137-1154.
sebagai dasar untuk meningkatkan
sensitivitas pengukuran, tidak dapat 5. Holak, W.,1969; Gas Sampling
diterapkan dalam determinasi timbal Technique for Arsenic Determination
secara AAS pembangkitan hidrida, by Atomic Absorption Spectrometry,
karena dekomposisi termal PbH4 yang Analytical Chemistry, 41(12), 1712 -
berlangsung sangat cepat memperbesar 1723.
peluang keterlibatan proses kondensasi
logam Pb yang mengakibatkan 6. Hon, P.K., O.W. Lau, W.C. Cheung,
lenyapnya uap atom Pb dari sistem dan M.C. Wong, 1980; An Atomic
pengukuran AAS. Absorption Spectrometric
Determination of Arsenic, Bismuth,
3. Data yang dapat diperoleh dalam Lead, Antimony, Selenium, and Tin
penelitian ini sejalan dengan asumsi with a Flame Heated Silica T Tube
bahwa dekomposisi termal plumban

Narsito
Indonesian Journal of Chemistry

after Hydride Generation, Analytics 9. Siemer, D.D, dan P. Koteel, 1977;


Chimica Acta, 115, 355 - 359. Comparisons of Methods of Hydride
Generation Atomic Absorption
7. Nakahara, T., 1983; Application of of
Spectrometric Determination
Hydride Generation Techniques in Arsenic and Selenium, Analytical
Atomic Absorption, Atomic Chemistry, 49, 1096 - 1099.
Fluorescence, and Plasma Atomic
Emission Spectroscopy, Progress In 10. Sutamo dan Narsito, 1994, Karakteristik
Analytical Atomic Spectroscopy, 6, Pembangkitan Senyawa Hidrida
163 - 223 Volatil Beberapa Spesies Arsenik,
Buletin Penelitian Pasca Saijana
8. Narsito, 1996; Evaluasi Kandungan
UGM, Seri B ; Kelompok llmu
Arsen, Antimon, dan Selenium dalam Pengetahuan Alam dan Teknologi,
Batubara, Dalam Rangka
Volume 7, No. 1B. ISSN: 0215-7268.
Pemantauan terhadap Potensinya
sebagai Salah Satu Sumber
Pencemaran, IndoKimla, Volume 2,
No. 1, ISSN: 0854-3410.

Narsito

Das könnte Ihnen auch gefallen