Beruflich Dokumente
Kultur Dokumente
ABSTRACT
In the present work, some fundamental aspects of the formation of gaseous lead hydride from aqueous
solutions containing divalent lead ions (Pb3*) and its application in the atomic absorption spectrometric
analysis lead has been investigated.
By utilizing a peristaltic pump, an acidic solution of Pb2* was first oxidized with ammonium
peroxodisulphate, NH4S2OB, and followed by reduction with sodium tetrahydroborate, NaBH4. After a gas-
liquid separation, the gaseous lead hydride produced was directly swept into an electrically heated open
ended quartz tube, locataed at the light path of an atomic absorption spectrometer In order to have
possibilities for specific atomic absorption spectroscopic mesuraments. The absorbance signals caused by
lead atomic absorption could be used proportionally to estimate the density of atomic lead vapour produced
in the thermal decomposition under investigation.
Results showed that on-line pre-oxidation of the analyte is very important and cmcial step in the gaseous
hydride generation of lead, and no lead hydride was produced without the involvement of this step.
Moreover, It was observed that the use of low carrier gas flows can not be applied in quantitative atomic
absorption spectrometric detenvination of lead by this technique. This condition may result in possible
losses of the analyte atomic vapour due to metalic condenzation.
yang merupakan reduksi analit (biasanya
PENDAHULUAN dengan NaBH4); (b) Proses pemisahan
(dan fasa larutan) dan transport fasa gas
Dalam beberapa dasawarsa senyawa hidrida yang terbentuk; dan (c)
terakhir, pemanfaatan proses pembangkitan Proses dekomposisi termal fasa gas
senyawa hidrida volatil untuk keperluan senyawa itu dalam ruang atomisasi AAS
analisis kimia antimon, arsen, bismut, untuk memperoleh uap atom analit dalam
germanium, selenium, telurium, timah, dan kondisi yang sesuai untuk pengukuran
timbal secara spektrometri serapan atomik spektrometri serapan atom.
telah dilaporkan dalam berbagai bentuk
publikasi nasional maupun intemasional Berdasarkan pada data dan
[4,5,7]. informasi yang dilaporkan dalam literatur
[4,7,9] dapat dinyatakan bahwa efisiensi
Walaupun cara ini relatif sederhana, pembangkitan senyawa hidrida volatil
sampai saat ini, perhatian para peneliti dengan reduktor NaBH4 sangat bergantung
terutama barn ditujukan pada penerapan pada macam unsur yang dianalisis,
cara ini dalam analisis kimia arsen dan konsentrasi NaBH4, keasaman medium
selenium, sedangkan penelitian sejenis pembangkitan, dan rancangan generator
yang melibatkan unsur-unsur yang lain senyawa hidrida yang digunakan. Hal ini
terutama unsur timah dan timbal masih tampaknya merupakan penyebab luasnya
relatif jarang dikerjakan. Akibatnya, kisaran variabel eksperimental yang
informasi tentang pemanfaatan dilaporkan oleh peneliti terdahulu.
pembangkitan SnH4 dan PbH4 dalam
analisis kimia timah dan timbal masih Beberapa peneliti [4,7] melaporkan
sangat terbatas. bahwa pemanfaatan pembangkitan
senyawa hidrida volatil dalam analisis timbal
Pada garis besamya, cara ini dapat secara spektrometri serapan atomik
dipandang sebagai proses yang melibatkan dihadapkan pada kesulitan sebagai akibat
tiga langkah konsekutif [2] sebagai berikut : dari rendahya stabilitas senyawa hidrida
(a) Proses pembangkitan senyawa hidrida, timbal [1,3]. Beberapa peneliti juga
Narsito
Indonesian Journal of Chemistry
Narsito
|,Indonesian Journal of Chemistry 113
Narsito
Indonesian Journal of Chemistry 114
Narsito
|Indonesian Journal of Chemistry 115
NaBH4 merupakan saiah satu cara pembangkitan PbH4 hanya dapat dilakukan
sederhana yang dapat digunakan untuk pada kondisi basa.
meningkatkan efisiensi pembangkitan
plumban. Walaupun
Pembangkitan PbH4 tidak dapat
peningkatan
konsentrasi NaBH4 yang lebih tinggi dilakukan tanpa langkah pra-oksidasi
daripada 5 % (b/v) tampaknya masih dapat
terhadap analit. Peningkatan konsentrasi
(NH4)2S2Os ternyata menaikkan absorbansi
menghasilkan peningkatan efisiensi
pembangkitan plumban, tetapi atomik Pb. Hal ini sesuai dengan asumsi
dari
pandangan analitik praktis besarnya bahwa pada langkah ini terbentuk Pb4*. Hal
peningkatan efisiensi itu tidak terlalu ini berarti bahwa dalam pembangkitan PbH4,
signifikan. Di samping itu, pada pengamatan Peningkatan konsentrasi (NH4)2S208 dapat
digunakan pula sebagai suatu cara
visual penggunan NaBH4 konsentrasi 5 %
(b/v) atau lebih tinggi mengakibatkan ketidak sederhana untuk meningkatkan efisiensi
teraturan pencampuran karena pembangkitan PbH4, pembentukkan dan
pembentukan gelembung hidrogen yang evolusi gelombang gas hidrogen yang
terlalu cepat. Hal berakibat tingginya noise terlalu cepat, disamping dapat menimbulkan
pengukuran absorbansi, yang biasanya noise signal yang tinggi, ketidak teraturan
tidak dikehendaki dalam aplikasi anaiitik proses evolusi ini dapat mempengaruhi
karena dapat menaikkan batas deteksi. kondisi atomosasi PbH4 dalam reaktor
tabung kuarsa panas (kira-kira 800 °C).
Perlu diketahui bahwa plumban, PbH4 telah
dikenal sebagai senyawa volatil yang sangat
tidak stabil, dan dapat mudah
terdekomposisi (titik didih relatif tinggi ).
Proses Dekomposisi Termal PbH4
Gangguan pada proses atomisasi
dapat terjadi terutama bila waktu tinggal
(" residence time") uap atom timbal dalam
reaktor terlalu lama. Waktu tinggal yang
terlalu lama dapat terjadi karena laju alir gas
pembawa yang terlalu rendah dan/atau
dekomposisi termal PbH4 yang terlalu dini.
Untuk menghindari kemungkinan terjadinya
kondensasi timbal dalam reaktor dapat
ditempuh melalui dua cara, yaitu (1)
memperbesar laju alir gas pembawa,
dan/atau (2) menunda saat dekomposisi
PbH4. Akan tetapi harus diperhatikan
bahwa cara pertama akan mengakibarkan
Gambar-4 Pengaruh Konsentrasi oksidator penurunan sensitivitas pengukuran sebagai
(NH4)2S208 pada berbagai konsekuensi turunnya konsentrasi uap atom
konsentrasi NaBH4 timbal dalam reakktor akibat dari
meningkatnya faktor pengenceran.
Pada kondisi eksperimen yang
digunakan dalam percobaan ini. Stabilitas PbH4 yang rendah
Penggunaan NaBH4 pada konsentrasi lebih memberikan inspirasi kepada peneliti bahwa
rendah daripada 0,30 % (b/v), plumban tidak pemanasan inlet reaktor dapat
dapat terbangkitkan, seperti ditunjukkan mengakibatkan kekomposisi dini bagi PbH4.
oleh tidak teramatinya signal atomik Pb. Oleh karena itu, untuk menghindari
Secara stoikiometri, jumlah NaBH4 yang kondensasi uap timbal dalam reaktor tanpa
tersedia adalah lebih dari cukup untuk mengakibatkan penurunan sensitivitas
membangkitkan sempurna PbH4. Hal ini pengukuran diduga dapat dilakukan secara
didukung pula oleh teramatinya gejala yang sederhana, yaitu dengan menghentikan
sama pada penggunaan (NH4)2S208 pemanaan inlet reaktor. Hasil percobaan
dengan konsentrasi rendah. Gejala-gejala menunjukkan bahwa apabila pengukuran
ini memberi petunjuk kuat bahwa absorbansi atomik Pb dilakukan dengan
Narsito
1Indonesian Journal of Chemistry 116
Narsito
{Indonesian Journal of Chemistr y 117
Narsito
[Indonesian Journal of Chemistry _ 118
terbentuk dalan setiap proses mengikuti pola reaksi : PbH4 (g) ->
pembentukkan senyawa hidrida. Pb (g) + 2 H2 (g). Pemurnian nitrogen
sebagai gas pembawa terhadap
Gambar-6 menunjukkan bahwa impurities oksigen tidak diperlukan
sensitivitas pengukuran absorbansi akan dalam deteksi timbal secara AAS
turun apabila dalam reaktor terdapat gas pembangkitan hidrida. Eksistensi
hidrogen dalam jumlah yang terlalu besar. oksigen sistem ini tidak akan
Makin besar jumlah gas hidrogen yang mengganggu kualitas pengukuran
ditambahkan ke dalam reaktor, makin besar sepanjang jumlah absolut oksigen
pula penurunan sensitivitas yang terjadi. tersebut secara stoikiometrik tidak
Kelakuan ini sesuai dengan asumsi bahwa melampaui jumlah absolut hidrogen
reaksi dekomposisi termal plumban hasil hidrolisis NaBH4, yang terdapat
berlangsung menurut reaksi fasa gas : PbH4
dalam reaktor.
(g) -> Pb (g) + 2 H2 (g), mengikuti azas Le
Chatelier. Makin tinggi konsentrasi hidrogen
dalam reaktor akan memaksa
DAFTAR PUSTAKA
kesetimbangan ke kiri, dan mengakibatkan
penurunan absoebansi (konsentrasi) Pb (g) 1. Chapman, J.F. dan L.S. Dale, 1979;
yang terukur. Atomic Absorption Spectrometric
Determination of Some Elements
Forming Volatile Hydrides with a
KESIMPULAN Heated Cell Atomizer and Gas
Handling System, Analytica Chimica
Berdasarkan pada data dan Acta, 111, 137-144.
informasi yang diperoleh dalam penelitian
ini, dapat disimpulkan beberapa hal berikut : 2. Dedina, J. dan I. Rubeska, 1980;
Hydride Atomization in a Cool
1. Langkah pra-oksidasi yang bertujuan Hydrogen-Oxygen Flame Burning in a
untuk mengkonversi Pb2+ merupakan Quatrz Tube Atomizer,
langkah yang sangat penting yang Spectrochimica Acta, 35 B, 119 -
menentukan keberhasilan
128
pembangkitan PbH4. Penelitian ini
menunjukkan bahwa oksidator 10 % 3. Fleming, H.D. dan R.G. Ide, 1976;
(b/v) (NH4)2S208 dapat digunakan untuk Determination of Hydride Forming
keperluan ini. Perlu diperhatikan bahwa Metals in Steel by Atomic Absorption
penggunaan oksidator akan Spectrometry, Analytica Chimica
meningkatkan konsumsi NaBH4 yang Acta, 83, 67 - 82.
dapat menurunkan sensitivitas
pengukuran akibar dari peningkatan
faktor pengenceran oleh gas H2 yang 4. Godden, R.G. dan D.R. Thomerson,
secara simultan dihasilkan. 1980; Generation of Covalent
Hydrides in Atomic Absorption
2. Penggunaan gas pembawa pada laju Spectroscopy, A Review, The Analyst
alir rendah, yang diharapkan digunakan (London), 105, 1137-1154.
sebagai dasar untuk meningkatkan
sensitivitas pengukuran, tidak dapat 5. Holak, W.,1969; Gas Sampling
diterapkan dalam determinasi timbal Technique for Arsenic Determination
secara AAS pembangkitan hidrida, by Atomic Absorption Spectrometry,
karena dekomposisi termal PbH4 yang Analytical Chemistry, 41(12), 1712 -
berlangsung sangat cepat memperbesar 1723.
peluang keterlibatan proses kondensasi
logam Pb yang mengakibatkan 6. Hon, P.K., O.W. Lau, W.C. Cheung,
lenyapnya uap atom Pb dari sistem dan M.C. Wong, 1980; An Atomic
pengukuran AAS. Absorption Spectrometric
Determination of Arsenic, Bismuth,
3. Data yang dapat diperoleh dalam Lead, Antimony, Selenium, and Tin
penelitian ini sejalan dengan asumsi with a Flame Heated Silica T Tube
bahwa dekomposisi termal plumban
Narsito
Indonesian Journal of Chemistry
Narsito