Sie sind auf Seite 1von 26

Proses Persalinan

Dosen Pengampu:
Intan Komalasari, APP, M. Kes

Oleh:
Kelompok 1
Tingkat 2A

1. Aishah Nurhaliza (PO7120118003)


2. Alfina Damayanti (PO7120118005)
3. Alfira Damayanti (PO7120118007)
4. Atikah Qanitah Ulipia Harahap (PO7120118014)
5. Aulia Syahrani (PO7120118015)
6. Bella Kurnia (PO7120118021)
7. Elfiranti Eka Novrida (PO7120118039)

PRODI DIII KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan rahmat-Nya, kami
dapat menyusun makalah tentang “Proses Persalinan” dengan lancar. Adapun maksud
penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas.
Harapan kami bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang proses persalinan.
Terima kasih kepada yang terhormat Ibu Intan Komalasari, APP, M. Kes selaku
dosen pembimbing dalam pembuatan makalah ini, serta semua pihak yang telah
mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dengan
keterbatasan yang kami miliki. Saran dan kritik kami terima untuk perbaikan makalah
ini. 
Palembang, 18 Februari 2020

Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ········································································ ii
DAFTAR ISI ··················································································· iii
BAB I PENDAHULUAN····································································· 1
1.1. Latar Belakang············································································· 1
1.2. Rumusan Masalah ········································································ 1
1.3.Tujuan Penulisan ·········································································· 1
BAB II PEMBAHASAN······································································ 2
2.1. Kala 1 Proses Persalinan························································ 2
2.2. Kala 2 Proses Persalinan························································ 4
2.3. Kala 3 Proses Persalinan························································ 11
2.4 Kala 4 Proses Persalinan························································· 14
BAB III PENUTUP············································································ 17
3.1. Kesimpulan ······································································· 17
3.2.Saran ··············································································· 17
SOAL····························································································· 19
DAFTAR PUSTAKA·········································································· 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil
konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai
oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelepasan plasenta.
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran
seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya
selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya.
Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya
komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu
bersalin.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana proses persalinan?

1.3 Tujuan
Makalah ini ditulis dengan tujuan agar ,ahasiswa dapat memahami dan mengetahui
proses menuju persalinan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Kala 1 Proses persalinan


            Kala 1 persalinan merupakan permulaan kontraksi persalinan sejati yang ditandai
oleh perubahan serviks yang progresif dan diakhiri dengan pembukaan lengkap (10
cm).  Kala pertama terdiri dari tiga fase, yaitu: fase laten, fase aktif, dan fase transisi.

Berikut ini adalah Grafik persalinan normal. Penurunan janin dan dilatasi serviks yang
trjadi pada saat yang sama.

a.       Tahap laten
Fase laten atau persiapan dimulai pada awal kontraksi uterus teratur dirasakan dan
berakhir ketika dilatasi serviks yang cepat dimulai. Kontraksi selama fase ini ringan dan
singkat, yang berlangsung 20 sampai 40 detik. Penipisan serviks terjadi, dan leher rahim
melebarkan dari 0 sampai 3 cm. Fase ini berlangsung sekitar 6 jam di nulipara dan 4,5
jam pada multipara. Seorang wanita yang memasuki persalinan dengan serviks yang
belum matang akan memiliki laten yang lebih lama.
b.      Tahap aktif
Selama fase aktif, dilatasi serviks terjadi lebih cepat, meningkat sampai 4-7 cm.
Kontraksi menjadi lebih kuat dengan durasi 40 sampai 60 detik, dan terjadi setiap 3
sampai 5 menit. Fase ini berlangsung sekitar 3 jam pada nulipara dan 2 jam pada
multipara.
Tahap aktif persalinan di grafik Friedman dapat dibagi ke dalam periode berikut:
1)      Akselerasi (3 sampai 4 cm)
Terjadi dalam waktu 2 jam dan pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm.
2)      Maksimum (4 sampai 8 cm)
Selama periode maksimum, hasil dilatasi serviks paling cepat, rata-rata 3,5 cm per jam
pada nulipara dan 5 sampai 9 cm per jam pada multipara.
3)      Deselerasi
Pada tahap ini pembukaan menjadi lambat kembali dan pembukaan mencapai 9 cm.
c.       Tahap Transisi
Selama fase transisi, kontraksi mencapai puncaknya, terjadi setiap 2 sampai 3 menit
dengan durasi 60 sampai 90 detik dan menyebabkan dilatasi serviks maksimum dari 9
sampai 10 cm. Jika membran sebelumnya tidak pecah atau telah pecah oleh amniotomi,
maka akan pecah saat dilatasi penuh (10 cm). Pada akhir fase ini, dilatasi sudah penuh
(10 cm) dan penipisan serviks telah terjadi. Saat seorang wanita mencapai akhir tahap ini
pada dilatasi 10 cm, sensasi baru (yaitu, dorongan tak tertahankan untuk mendorong)
akan terjadi.

Pengkajian yang harus dilakukan pada kala 1 yaitu:


1.      Pada Kala I Lembar dokumen / forms waktu masuk :
a.       Prenatal record:
Review kembali:
·         Usia
·         Tinggi, dan berat badan
·         Resiko kehamilan
·         Kesehatan umum
·         Kondisi medik sekarang / alergi?
·         Status pernafasan
·         Riwayat pembedahan
·         Riwayat obstetrik dan kehamilan sebelumnya dan kini
·         Masalah obstetrik lainnya.
·         HPHT dan TP  
b.      Wawancara awal :
·         Tanyakan yang tidak ada dalam prenatal record.
·         Keluhan dan alasan datang ke KB.
·         Kontraksi (mulainya, frekuensi, lama, kekuatan, karakteristik).
·         Keluaran dari vagina.
·         Ketuban.
·         Faktor Psikososial.
·         Menentukan bantuan yang diperlukan.
·         Interaksi verbal & bahasa tubuh (rileks / tegang).
·         Pemeriksaan fisik.
·         GSA (General system Assessment).
·         Perasat leopold.
·         Auskultasi DJJ.
·         Kontraksi uterus.
·         Periksa vagina / periksa dalam
c.       Pemeriksaan laboratorium:
·         Urie spesimen: status hidrasi (spec. Gravity, warna, jumlah), status nutrisi (keton),
komplikasi (protein).
·         Darah : Hb, Ht, Hitung darah lengkap dll.
·         Ketuban pecah.
·         Pengkajian terhadap kebutuhan cairan.
·         Intake dan Output serta pemberian cairan IV.
·         Pengkajian terhadap pemberian analgesik dan anastesi.

2.2. Kala 2 Proses Persalinan


Kala II dimulai saat janin keluar melalui jalan lahir. pembukaan lengkap terjadi
pada kala II pada primigravida 2 jam dan 1 jam pada multigravida (Cunningham, F.G.
2006).
Tanda ibu hamil masuk ke kala 2 yaitu sebagai berikut. (Cunningham, F.G. 2006)
1. His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 – 100 detik, dengan durasi tiap 2 – 3 menit.
2. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan yang
kekuningan secara banyak.
3. Pasien mulai ingin mengejan.
4. Pembukaan serviks lengkap
5. Pada akhir kala 2 sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai didasar panggul, perineum
menonjol, vulva membuka dan rectum terbuka.
6. Dipuncak his, bagian terkecil dari kepala nampak dalam vulva, tetapi hilang lagi waktu his
berhenti.  Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak lebih besar lagi, tetapi surut
kembali kalau his terhenti. Kejadian ini disebut kepala membuka pintu.
7. Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar dari kepala
terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat mundur lagi. Pada saat ini tonjolan tulang ubun –
ubun saat ini telah lahir dan sub oksiput ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut kepala
keluar pintu. Karena pada his berikutnya dengan ekstensi lahirlah ubun – ubun besar, dahi
dan mulut pada komisura posterior.
8. Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi putaran fraksi luar, sehingga
kepala melintang. Sekarang vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir
sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan.
9. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang  kemudian baru depan disusul oleh seluruh
badan anak dengan fleksi lateral sesuai dengan fraksi jalan lahir.
Menurut Wulanda (2011) tanda-tanda ibu hamil masuk ke kala 2 yaitu
1.    Penipisan dan pembukaan serviks (effacement dan dilatasi serviks)
Effacement  serviks adalah pemendekan dan penipisan serviks selama tahap
pertama persalinan. Serviks dalam keadaan normal memiliki panjang pemendekan 2-3
cm dan tebal sekitar 1 cm, terangkat ke atas karena terjadi pemendekan gabungan otot
uterus selama penipisan segmen bawah Rahim pada tahap akhir persalinan.
                    Hal ini menyebabkan bagian ujung serviks yang tipis saja dapat diraba
setelah effacement lengkap. Pada kehamilan aterm pertama, effacement biasanya terjadi
terlebih dahulu daripada dilatasi. Pada kehamilan berikutnya, effacement dan dilatasi
cenderung bersamaan.
Dilatasi serviks adalah pembesaran atau pelebaran saluran serviks. Apabila dilatasi
serviks lengkap, serviks tidak dapat lagi diraba.
2.      Kontraksi uterus (minimal 2 kali dalam 10 menit)
3.      Keluarnya lender/mucus bercampur darah (blood show) melalui vagina

Blood show merupakan tanda persalinan yangs udah dekat yang biasanya terjadi
dalam jangka 24-48 jam terakhir. Normalnya, darah yang keluar hanya beberapa tetes,
perdarahan yang lebih bnyak menunjukan penyebab yang abnormal.

2.2.1. Faktor Esensial Persalinan


Menurut Bobak (2005) ada lima faktor esensial yang mempengaruhi proses
persalinan dan kelahiran yaitu 5 P:
1.      Passenger (Penumpang, yaitu bayi dan plasenta)
Cara penumpang (passenger atau janin bergerak di sepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yaitu: ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap, dan posisi janin.Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga dianggap
sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses
persalinan pada kelahiran normal.
2.      Passageway (Jalan Lahir)
Keadaan jalan lahir yang terdiri atas panggul dimana terdiri dari atas beberapa
posisi yaitu posisi Pintu Atas Panggul (PAP), posisi Pintu Tengah Panggul (PTP), posisi
Pintu Bawah Panggul (PBP). Hal inilah yang mempengaruhi proses persalinan.
3.      Powers (Kekuatan)
Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter, yang disebut
kekuatan primer menandai dimulainya persalinan. Kekuatan primer membuat serviks
menipis, berdilatasi dan janin turun.
Setelah bagian presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah, yakni
bersifat mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks,
tetapi setelah dilatasi serviks lengkap kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi
keluar dari uterus dan vagina. (Wulanda, 2011)
4.      Posisi Ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisilogi persalinan. Posisi tegak
memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi menbuat rasa letih hilang, memberi rasa
nyaman, dan memperbaiki sirkulasi (Melzac, dkk., 1991). Posisi tegak meliputi posisi
berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok.
Posisi tegak memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan janin. Kontraksi
uterus biasanya lebih kuat dan lebih efisien untuk membantu penipisan dan dilatasi
serviks sehingga persalinan menjadi lebih cepat. Selain itu posisi tegak dianggap
mengurangi insiden penekatan tali pusat.
5.      Psychologic respons (Respon psikologis)
Keadaan  kejiwaan ibu yang bisa mempengaruhi persalinan secara normal atau
abnormal. Bila jiwa dan kondisi ibu baik, maka persalinan aka berjalan normal dan baik,
sebaliknya, bila keadaan jiwa dan kondisi ibu kurang baik, maka proses persalinan akan
terhambat. (Wulanda, 2011).

2.2.3. Proses Persalinan


Menurut Bobak (2005) Mekanisme persalinan dibagi menjadi:
1.      Engagement
Suatu keadaan dimana diameter biparietal sudah melewati pintu atas panggul. 
Pada 70% kasus, kepala masuk pintu atas panggul ibu pada panggul jenis ginekoid
dengan oksiput melintang (tranversal).  Proses engagemen kedalam pintu atas panggul
dapat melalui proses normal sinklitismus , asinklitismus anterior dan asinklitismus
posterior :
a. Normal sinklitismus: Sutura sagitalis tepat diantara simfisis pubis dan sacrum.
b. Asinklitismus anterior: Sutura sagitalis lebih dekat kearah sacrum
c. Asinklitismus posterior: Sutura sagitalis lebih dekat kearah simfisis pubis (parietal bone
presentasion)
2.      Penurunan
Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi
akibat 3 kekuatan:
a. Tekanan dari cairan amnion
b. Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin
c. Kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua persalinan.
3.      Fleksi
Gerakan fleksi terjadi akibat adanya tahanan servik, dinding panggul dan otot
dasar panggul. Fleksi kepala diperlukan agar dapat terjadi engagemen dan desensus. Bila
terdapat kesempitan panggul, dapat terjadi ekstensi kepala sehingga terjadi letak defleksi
(presentasi dahi, presentasi muka). Dalam keadaan normal, fleksi terjadi dan dagu
didekatkan kearah dada janin.
4.      Putaran paksi dalam
Pintu atas panggul ibu memiliki bidang paling luas pada diametr transversanya.
Dengan demikian, kepala janin melalui pintu atas dan masuk ke dalam panggul
sejatidengan posisi oksipitotransversa. Supaya dapat keluar, kepala janin harus berotasi
(berputar pada sumbunya).
Putaran paksi ke dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika, tetapi putaran ini
belum selesai sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian bawah. Ketika oksiput
berputar ke arah anterior, wajah berputar ke arah posterior. Setiap kali terjadi kontraksi,
kepala janin diarahkan oleh tulang panggul dan otot-otot dasar panggul. Akhirnya oksiput
berada di garis tengah dibawah lengkung pubis.
5.      Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defreksi kea rah anterior oleh
perineum. mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian
kepala muncul keluar akibat ekstensi pertama-tama oksiput, kemudian wajah, dan
akhirnya dagu.
6.      Putaran paksi luar (restitusi)
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama dengan saat
memasuki pintu atas, gerakan ini dinamakan restitusi. Putaran paksi keluar terjadi saat
bahu engaged dan turun dengan gerakan yang mirip dengan gerakan kepala. Bahu
anterior turun terlebih dahulu. Ketika ia mencapai bahu bawah, bahu berputar kearah
garis tengah dan dilahirkan di bawah lengkung pubis. Bahu posterior diarahkan ke arah
perineum sampai ia bebas keluar dari introitus vagina.
7.      Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan
bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral kea rah simfisis pubis. ketika seluruh
tubuh bayi keluar, persalinan bayi selesai. ini merupakan tahap kedua persalinan dan
waktu saat tubuh bayi keluar seluruhnya, dicatat dalam catatan medis.

2.2.4. Presentasi Janin


Letak (Situs) Merupakan hubungan antara sumbu panjang janin dengan sumbu
panjang ibu. Berdasarkan letak, kedudukan janin dibagi menjadi transversal (melintang),
longitudinal, dan obliq. (Cunningham, F.G. 2006).
Presentasi Untuk menentukan bagian janin yang terbawah, dan tiap presentasi terdapat 2
macam posisi yaitu kanan dan kiri, dan tiap posisi terbagi menjadi 3 variasi, yaitu depan,
lintang, dan belakang.
Macam-Macam Presentasi :
1. Presentasi kepala
a. Presentasi belakang kepala, dengan penunjuk ubun-ubun kecil di segmen depan
(merupakan normoposisi).
b. Presentasi puncak kepala (Patricia 2005) : kepala defleksi ringan dengan penunjuk ubun-
ubun besar.
Presentasi kepala janin mengaju pada hubungan yang dirancang pada presentasi
janin ke bagian depan, belakang atau samping pelvis ibu. contoh presentasi kepala janin :
a. oksiput anterior
b. oksiput anterior kanan
c. oksiput anterior kiri
d. oksiput transversum kiri
e. oksiput posterior
f. oksiput anterior kanan
g. oksiput anterior kanan
2. Presentasi dahi: Kepala defleksi sedang dengan penunjuk dahi/frontum
3. Presentasi muka: Kepala defleksi maksimal dengan penunjuk dagu.
4. Presentasi Bokong dengan penunjuk sacrum
a. Frank breech (Bokong murni) : ekstremitas bawah flexi pada sendi panggul, ekstensi
pada sendi lutut
b. Complete breech (Bokong sempurna) : ekstremitas bawah flexi pada sendi panggul,
satu/dua kaki dalam keadaan flexi.
5.      Presentasi bokong kaki
6.      Presentasi kaki
7.      Presentasi lutut C

Sikap (Habitus) Hubungan antara bagian-bagian janin yang satu dengan yang lain,
biasanya terhadap tulang punggungnya. Sikap fisiologis janin yakni badan dalam keadaan
kifosis sehingga punggung menjadi konveks, kepala hiperflexi sehingga dagu dekat
dengan dada, lengan bersilang didepan dada dan tali pusat terletak diantara ekstremitas.
Sikap defleksi ditandai dengan dagu menjauhi dada sehingga kepala akan menengadah
dan tulang punggung lordose .
2.2.5. Pengkajian Pada Kala II
Menurut (Patricia, 2005) selama tahap kedua persalinan perawat melakukan
pengkajian terhadap:
1. Kontraksi uterus
Dengan cara dipalpasi detiap terjadinya kontraksi atau secara kontinu. Saat
dilatasi serviks komplet, pada persalinan normal, kontraksi uterus terjadi setiap 2 menit,
durasi 60-75 detik, dan kuat.
2. Keadaan janin
3. Tekanan darah
4. Frekuensi nadi dan frekuensi pernapasan ibu setiap 5-15 menit.
5. Tingkat kenyamanan ibu dan motivasi selama fase mengejan.
6. Kebutuhan manajemen nyeri. Menajemen nyeri selama persalinan:
a. Nyeri selama tahap pertama persalinan disebabkan oleh peregangan serviks.
b. Nyeri selama tahap kedua persalinan disebabkan oleh peregangan vagina dan perineum.
c. Metode dan teknik yang bermacam-macam dapat digunakan untuk manajemen nyeri saat
persalinan.
d. Metode nonfarmakologi meliputi visualisasi, teknik relaksasi, pola pernapasan, dan
sentuhan.
7. Kebutuhan dorongan yang berasal dari orang terdekat.

2.3. Kala 3 Proses Persalinan


Definisi kala III adalah kala uri atau waktu pelepasan plasenta dari insersinya
sampai lahirnya plasenta dan selaput plasenta. Kala tiga persalinan dimulai saat proses
kelahiran bayi selesai dan berakhir dengan lahirnya plasenta. Proses ini dikenal sebagai
kala persalinan plasenta. Normalnya pelepasan uri ini berkisar 5-30 menit. Kala III
berlangsung selama 4 jam setelah bayi lahir.
2.3.1 Tanda dan Gejala Pelepasan Plasenta
Kontrasi rahim akan mengurangi area uri, karena rahim bertambah kecil dan
dindingnya bertambah tebal beberapa sentimeter. Kontraksi-kontraksi tadi menyebabkan
bagian yang longgar dan lemah dari uri pada dinding rahim. Bagian ini akan terlepas,
mula-mula sebagian dan kemudian seluruhnya dan tinggal bebas dalam kavum uteri.
Kadang-kadang ada sebagian kecil uri yang masih melekat pada dinding rahim.
Proses pelepasan ini biasanya setahap demi setahap dan pengumpulan darah di
belakang uri akan membantu pelepasan uri ini. Bila pelepasan uri sudah komplit, maka
kontraksi rahim mendorong uri yang sudah lepas ke SBR, lalu ke vagina dan
dilahirkan. Selaput ketubanpun dikeluarkan, sebagian oleh kontraksi rahim, sebagian
waktu keluarnya uri. Di tempat-tempat yang lepas terjadi perdarahan antara uri dan
desidua basalis yang disebut retroplasenter hematoma. Terdapat dua fase dalam
pelepasan uri yaitu sebagai berikut:
1.      Fase pelepasan uri
a. Sebab – sebab terlepasnya plasenta :
1. Waktu bayi dilahirkan rahim sangat mengecil. Karena pengecilan rahim, tempat
perlekatan   plasenta juga ikut mengecil maka plasenta akan berlipat-lipat bahkan ada
bagian – bagian yang terlepas dari dinding rahim atau tempat insersinya, karena tidak dapat
mengikuti pengecilan dari dasarnya.Jadi secara singkat, bagian yang paling penting dalam
pelepasan plasenta adalah retraksi dan kontraksi otot – otot rahim.
2. Di tempat – tempat yang lepas terjadi perdarahan ialah antara plasenta dan desidua basalis
dan karena hematoma ini membesar, maka seolah – olah plasenta terangkat dari dasarnya
oleh hematoma tersebut sehingga daerah pelepasan meluas.
b. Tanda –tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa hal :
1. Perubahan bentuk dan tinggi fundus
2. Tali pusat memanjang
3. Semburan darah mendadak dan singkat
c. Macam pelepasan plasenta yaitu :
1. Secara Schultze

Pelepasan dimulai pada bagian tengah dari plasenta dan di sini terdapat hematoma retro
plasentair yang selanjutnya mengangkat plasenta dari dasarnya. Plasenta dengan hematoma
di atasnya sekarang jatuh ke bawah atau menarik lepas selaput janin. Bagian plasenta yang
nampak dalam vulva ialah permukaan futal, sedangkan hematoma sekarang terdapat dalam
kantong yang terputar balik. Pelepasan secara schultze paling sering dijumpai.

2. Secara Duncan

Pada pelepasan secara Duncan, pelepasan dimulai dari pinggir plasenta. Darah mengalir
keluar antara selaput janin dan dinding rahim, jadi perdarahan sudah ada sejak sebagian
dari plasenta terlepas dan terus berlangsung sampai seluruh plasenta lepas. Plasenta lahir
dengan pinggirnya terlebih dahulu. Pelepasan secara Duncan terutama terjadi plasenta letak
rendah.

3. Fase Pengeluaran Uri

Uri yang sudah terlepas oleh kontraksi rahim akan didorong kebawah yang oleh rahim
dianggap sebagai benda asing. Hal ini dibantu pula oleh tekanan abdominal atau mengejan,
maka uri akan dilahirkan, 20% secara spontan, dan selebihnya memerlukan pertolongan.

a. Perasat-perasat untuk mengetahui lepasnya uri:


1. Perasat Kustner

Tangan kanan merengangkan atau menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri menekan
daerah diatas simfisis. Bila tali pusat masuk kembali ke dalam vagina, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tetap dan tidak masuk kembali
kedalam vagian, berarti plasenta lepas dari dinding uterus. Perasat ini hendaknya
dilakukan secara hati-hati, apabila hanya sebagian plasenta terlepas, perdarahan
banyak akan dapat terjadi (Prawirohardjo, 2002)

2. Perasat Strassman

Tangan kanan meregangkan dan menarik sedikit tali pusat. Tangan kiri mengetok-
ngetok fundus uteri. Bila terasa getaran pada tali pusat yang diregangkan, berarti
plasenta belum lepas dari dinding uterus. Bila tidak terasa getaran,berarti telah lepas
dari dinding uterus (Prawirohardjo, 2002).

3)      Perasat Klein

Wanita tersebut disuruh mengedan. Tali pusat tampak turun kebawah, mengedannya
dihentikan dan tali pusat masuk kembali kedalam vagian berarti plasenta telah lepas dari
dinding uterus (Prawirohardjo, 2002).
2.3.2. Penatalaksanaan Aktif Kala III
1.      Pemberian oksitosin dengan segera
2.      Pengendalian tarikan pada tali pusat
3.      Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir.
2.3.3        Pengkajian
Pengkajian pada kala III perawat mengkaji ibu dan bayinya.
1.      Pengkajian awal pada bayi baru lahir mencakup hal-hal berikut:
a.       Frekuensi pernapasan
b.      Frekuensi nadi apical
c.       Suhu tubuh
d.      Warna kulit
e.       Tali pusar
f.       Usia kehamilan
g.      Keriput/lipatan telapak kaki

2.      Pengkajian ibu setelah persalinan


a.       Kaji tekanan darah dan frekuensi nadi
b.      Pantau tanda-tanda kelahiran plasenta:
1.)    Uterus menjadi berbentuk globular dank eras
2.)    Uterus meninggi mendekati titik tertinggi pada abdomen
3.)    Pemanjangan tali pusat
4.)    Perdarahan yang berlebihan
c.       Lanjutkan untuk memberikan motivasi kepada ibu dan pasangannya
d.      Pantau tekanan darah, frekuensi nadi ibu dan tanda-tanda kelahiran plasenta.

2.4. Kala 4 Proses Persalinan


Persalinan kala IV merupakan periode dari pelahiran plasenta sampe 1 atau 2 jam
postpartum hal ini di maksudkan agar dokter, bidan atau penolong persalinan masih
mendampingi sampai persalinannya selesai, sekurang-kurangnnya 1 jam selesai
postpartum. Dengan cara ini diharapkan kejadian yang tidak di inginkan akibat post
partum dapat dicegah atau dikurangi.(Reeder, Martin, 2011)
2.4.1. Pengkajian Pada Kala 4
1. Pemeriksaan pascapartum dilakukan setiap 15 menit selama satu jam pertama, mencakup
tekanan darah, denyut nadi, pernafasan, massase fundus, danmengobservasi rabas vagina,
infeksi perinium, mengkaji distensi kadung kemih dan pemeriksaan suhu tubuh.(Reeder,
Martin, 2011).
2. Evaluasi uterus
Kontrakti uterus perlu diperhatikan hal ini untuk mencegah perdarahan dan
pengembalian uterus ke bentuk normal. Untuk membantu uterus berkontraksi dapat
dilakukan massase agar tidak menjadi lemah dan mampu berkontraksi. Kalau dengan cara
ini tidak mau berkontraksi bisa diberikan oksitosin tetapi harus diawasi setiap 1 jam. .
(Sumarah, 2008)
3. Pemeriksaan serviks, vagina dan perineum
Pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui terjadinya laserasi (adanya robekan)
yang dapat diketahui dari adanya perdarahan postpartum, plasenta yang lahir lengkap dan
adanya kontraksi uterus.(Sumarah, 2008).
4. Pemantauan tanda viital
 Kontraksi uterus harus baik
 Tidak adanya perdarahan dari vagina atau alat genital lainnya
 Plasenta dan selaput ketuban setelah lahir harus diperiksa lengkap atau tidak
 Luka pada perinium harus terawat dengan baik agar tidak infeksi
 Periksa bayi lahir dalam keadaan baik atau tidak
 Ibu dalam keadaan baik, pemantauan tekanan darah pad ibu postpartum bergunakan
untuk  memastikan bahwa ibu tidak mengalami syok akibat banyak mengeluarkan darah.
 Setelah palsenta lahir diusahakan kandung kemih kosong agar uterus dapat berkontraksi
dengan kuat, berguna untung menghambat terjadinya perdarahan.
5. Periksaan darah yang hilang, hal ini sangat penting untuk keselamatan ibu. Dalam persalinan
normal darah yang ke luar sebanyak 250-500 ml, kalau >500 ml sudah termasuk perdarahan
abnormal dan harus segera atasi.
6. Pemeriksaan suhu tubuh, suhu biasanya meningkat sampai 38 derajat celciuc di anggap
normal pada postpartum, setelah satu hari postpartum akan kembali normal (36-37 C),
terjadi penurunan akibat hipovolemi.
7. Denyut nadi biasanya akan meningkat cepat karena adanya nyeri.
8. Tekanan darah cenderung stabil setelah postpartum
9. Pernafasan, biasanya kalau suhu dan nadi tidak normal maka pernafasan juga tidak normal
karena ketiganya saling berhubungan.(mochtar, 2002)
10.  Psikologis ibu pada kala IV
 Umumnya ibu pasif pada hari ke 1-2 setelah melahirkan
 Peningkatan nutrisi dibutuhkan pada postpartum, biasanya nafsu makan ibu postpartum
meningkat, kalau tidak nafsu makan itu menandakan proses pengembalian kondisi ibu
tidak normal
 Reaksi emosional, contohnya marah karena kelahiranya tidak berjalan dengan baik dan
tidak sesuai dengan yang di harapkan. .(Reeder, Martin, 2011)
BAB III
PENUTUP

3.1 Saran
Bagi ibu hamil:
Sebaiknya ibu hamil dalam proses kelahirannya dibantu dengan tenaga medis agar dalam
persalinannya dapat berjalan normal
Bagi penyusun;
Diharapkan penyusun lebih mendalami proses kelahiran dalam bidangnya.

3.2 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa tenaga medis harus mengetahui proses kelahiran agar bisa menolong persalinan
dengan baik dan benar.
Soal - Soal

1. Seorang ibu berusia 29 tahun, G1P0A0, kala III persalinan, bayi telah lahir 5 menit yang
lalu. Darah tiba-tiba menyembur, tali pusar memanjang. Apakah intervensi keperawatan
yang tepat untuk pasien diatas?
a. Masase verinium
b. Melakukan penarikan tali pusat
c. Melakukan inisiasi menyusui dini
d. Masase fundus uteri
e. Kolaborasi pemberian suntikan oksitosin 5 U IM

2. Ny. Mira umur 25 tahun PI AO AHI baru saja melahirkan bayinya secara spontan, keadaan
bayinya menangis kuat, kemerahan pada kulit dan tonus ototnya baik. Sedangkan plasenta
belum lahir , tinggi fundus uteri masih setinggi pusat, sudah terdapat tanda-tanda pelepasan
plasenta. Ny. Mira saat ini dalam kondisi…
a. Inpartu fase aktif
b. Post partum
c. Inpartu kala I
d. Inpartu kala II
e. Inpartu kala III

3. Seorang perempuan berusia 23 tahun merasa hamil 38 minggu datang ke RS dengan keluhan
mules dibagian perut yang dirasakan menjalar sampai ke punggung, sudah keluar lendir
bercampur darah sejak 1 jam yang lalu. Dari hasil pemeriksaan dalam didapatkan
pembukaan 2 cm. Berada pada proses persalinan manakah klien?
a. Kala I fase laten b. Kala I fase aktif
c. Kala II d. Kala III e. Kala IV

Kasus (untuk soal no. 4-5)


Ny. K datang ke klinik bidan umur kehamilan sudah 39 minggu dan mengalami sakit
perut menjalar ke pinggang setelah itu bidan safrita melakukan VT dan pembukaan sudah
lengkap 10 cm dan teraba subocipito bregmatika dan ibu ingin BAB.
4. Dari hasil pemeriksaan diatas ibu mengalami?
a. Tanta-tanda ingin bersalin
b. Tanda-tanda ingin BAB
c. Tanda-tanda sectio caesarea
d. Semua salah
e. Semua benar

5. Dari data diatas tanda-tanda ingin bersalin yaitu?


a. Pembukaan lengkap dan ingin BAB
b. Perut sakit
c. Terdapat diameter subocipito
d. Semua salah
e. Semua benar

6. Ny. T sudah ada di klinik bidan dalam masa parturien setelah bidan memeriksa ternyata
sudah ada dorongan meneran, vulva ibu sudah terbuka, anus mekar dan perineum sudah
menonjol.
Dari data diatas maka ibu dalam kala persalinan berapa?
a. Kala 1
b. Kala 2
c. Kala 3
d. Kala 4
e. Kala 5

7. Diketahui seorang ibu inpartu hamil anak pertama, mengeluh mengeluarkan lendir
bercampur darah dari kemaluannya. Saat dilakukan pemeriksaan VT oleh bidan, mulai saat
pasien datang mengalami satu dipantau sampai ibu mengalami pembukaan lengkap.
Berdasarkan teori, hal tersebut merupakan…
a. Tahapan persalinan pada kala 1
b. Tahapan persalinan pada kala 2
c. Tahapan persalinan pada kala 3
d. Tahapan persalinan pada kala 4
e. Tahapan persalinan pada kala 5
DAFTAR PUSTAKA
 Bagian Obstetri dan Ginekologi,Unpad Pimpinan Persalinan Biasa. Obstetri Fisiologi.
1980
 Asuhan Persalinan Normal, Jakarta: JNPKKR
 Asuhan Bayi Baru Lahir, Jakarta: Pusdiknakes–WHO–JHPIEGO. 2001
 Saifudin AB, Adrian SZG, Wikhjosastro GH, Waspodo D. Buku Acuan Nasional
Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal.
 Tjokronegoro, Arjatmo. Persalinan Normal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
cetakan keenam. 2005

Das könnte Ihnen auch gefallen